Disusun Oleh:
Yulianti, S.Kep
Lombok Timur-NTB
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
(Yulianti, S.Kep)
Kepala Ruangan
Masa nifas atau post partum disebut juga Puerperium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata puer yang berarti bayi dan parous yang berarti
melahirkan. Masa nifas dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Dewi, 2020). Masa nifas
atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau
42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami
perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian
lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam
angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari
suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita postpartum (Yanti, 2020).
Periode nifas disebut juga trimester ke empat kehamilan.
1. Pengertian
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Letak Sungsang
3. Jenis-jenis SC
Pada cectio cesaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan
ini yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan
untuk melakukan section caecaria transperitonealis profunda. Insisi
memanjang pada segmen atas uterus.
c. Sectio caesaria ekstra peritoneal
1) Atonia uteri
2) Plasenta accrete
3) Myoma uteri
a. Indikasi Ibu
1) Usia
3) Persalinan sebelumnya SC
7) Pre Eklampsia
b. Indikasi Janin
2) Bayi Besar
3) Gamely (bayi kembar)
4) Letak Sungsang
5) Factor Plasenta
a. Infeksi Puerperalis
b. Perdarahan
1) Antibiotik
a. Preeklamsi Ringan :
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi
berbaring terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih,
kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan
sebaiknya 6 jam.
2. Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
3. Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan
kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine kateter atau midstream.
b. Preeklamsi Berat
1. TD 160/110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria 5gr atau lebih perliter
3. Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
4. Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
efigastrium
5. Terdapat edema paru dan sianosis
3. Klasifikasi
Menurut (Nurarif, 2015) Preeklamsia Berat yaitu :
1) Bila salah satu diantara gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil sudah dapat
digolongkan preeklamsia berat.
2) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
3) Proteinuria lebih dari 3g/liter
4) Oliguria, yaitu jumlah urin <500 cc/24 jam
5) Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium
6) Terdapat oedema & cyanosis
7) Trombosit <100.00/mm.
4. Manifestasi Klinis
Pada preeklamisa berat dijumpai gejala-gejala sebagai berikut :
a. Nyeri kepala berat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan
peningkatan tekanan darah yang abnoramal.
b. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur,
dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
c. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau
gangguan lainnya.
d. Nyeri perut pada bagian ulu hati (bagian epigastrium yang kadang disertai dengan
mual dan muntah.
e. Gangguan pernafasan sampai cyanosis.
f. Terjadi gangguan kesadaran.
g. Dengan pengeluaran proteinuria keadaan semakin berat, karena terjadi gangguan
fungsi ginjal (Nurarif, 2015).
b. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa
kali.
c. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
d. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
a. TD > 140/90 mmHg atau
b. Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
c. Diastolik>15 mmHg
d. tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut dicurigai
sebagai preeklamsi.
e. Proteinuria
a. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau
Kaloborasi :
1. Kaloborasi pemberian analgetik, jika perlu
3 Ansietas b.d Tujuan : Setelah dilakukan Terapi relaksasi
prosedur operasi Asuhan Keperawatan selama Tindakan :
Sectio Caesarea ....x24 jam diharapkan Observasi :
tingkat ansietas menurun 1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
Kriteria Hasil : digunakan
1. Verbalisasi kebingungan 2. Periksa frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
menurun sebelum dan sesudah latihan
2. Verbalisasi khawatir 3. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
akibat kondisi yang
dihadapi menurun Teraupetik :
3. Perilaku gelisah 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
menurun gangguan dengan pencahayaan dan suhu yang
4. Perilaku tegang menurun nyaman, jika memungkinkan Memudahkan
5. Frekuensi pernafasan 2. Berikan informasi tertulis persiapan dan prosedur pasien mengontrol
sedang teknik relaksasi ansietas
6. Frekuensi nadi cukup 3. Gunakan pakaian longgar
menurun 4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat
7. Tekanan darah menurun
8. Pucat menurun Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, jenis relaksasi yang
tersedia (terapi tarik nafas dalam)
2. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
4. Anjurkan sering mengulangi atau mealtih tenik
yang dipilih
5. Demonstrrasikan dan latih teknik relaksasi (tarik
nafas dalam)
DAFTAR PUSTAKA
Asmana, S. K., Syahredi, & Hilbertina, N. (2013). Hubungan Usia dan Paritas
dengan Kejadian Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2012-2013. 5(3), 640–646.