Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE-EKLAMSIA BERAT (PEB) DI

RUANG NIFAS I RSUD DR. R. SOEDJONO SELONG LOMBOK TIMUR

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Maternitas

Disusun Oleh:

Yulianti, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Profesi Ners dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Pre-Eklamsia Berat (PEB) Di Ruang Nifas I RSUD DR. R. Soedjono Selong

Lombok Timur-NTB

tanggal 04 s/d 09 desember 2023

telah disahkan dan disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

(Yulianti, S.Kep)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Ririnisahawaitun., M.Kep) (Huswatul Amelianingsih, S. Keb)

Kepala Ruangan

(Huswatul Amelianingsih, S. Keb)


A. Konsep Dasar Nifas
1. Pengertian Nifas

Masa nifas atau post partum disebut juga Puerperium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata puer yang berarti bayi dan parous yang berarti
melahirkan. Masa nifas dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Dewi, 2020). Masa nifas
atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau
42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami
perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian
lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam
angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari
suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita postpartum (Yanti, 2020).
Periode nifas disebut juga trimester ke empat kehamilan.

B. Konsep Dasar SC (section caesarea)

1. Pengertian

Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen


dan uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gr atau umur
kehamilan > 28 minggu (Manuaba, 2012).
Sectio caesarea merupakan tindakan melahirkan bayi melalui insisi
(membuat sayatan) didepan uterus. Sectio caesarea merupakan metode yang
paling umum untuk melahirkan bayi, tetapi masih merupakan prosedur operasi
besar, dilakukan pada ibu dalam keadaan sadar kecuali dalam keadaan darurat
menurut Hartono (2014).
2. Tujuan

Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat


lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan
plasenta previa lainnya, jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi
kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk
kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
walaupun anak sudah mati.Etiologi
Berdasarkan Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea
adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
caesarea sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul


ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris
dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung


disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat


tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan
di bawah 36 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi
sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan
masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran
premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma

sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas,perinatal dan


menyebabkan infeksi ibu. Penatalaksanaan sectio cesaria pada pasien yang
mengalami KPD bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan skor pelvik
kurang dari 5.
d. Bayi Kembar (Gemeli)

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang


dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki

3. Jenis-jenis SC

a. Sectio cesaria transperitonealis profunda

Sectio cesaria transperitonealis profunda dengan insisi di segmen


bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
1) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.

2) Bahaya peritonitis tidak besar.

3) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri


dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah

uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus


uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
b. Sectio caesaria klasik atau section cecaria corporal

Pada cectio cesaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan
ini yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan
untuk melakukan section caecaria transperitonealis profunda. Insisi
memanjang pada segmen atas uterus.
c. Sectio caesaria ekstra peritoneal

Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi


bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap
injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
d. Section caesaria hysteroctomi

Setelah sectio cesaria, dilakukan histeroktomi dengan indikasi:

1) Atonia uteri

2) Plasenta accrete

3) Myoma uteri

4) Infeksi intra uteri berat


4. Indikasi SC

a. Indikasi Ibu

1) Usia

2) Tulang panggul (CPD)

3) Persalinan sebelumnya SC

4) Ketuban Pecah Dini

5) Rasa Takut Kesakitan

6) Partus Tidak Maju

7) Pre Eklampsia

b. Indikasi Janin

1) Ancaman Gawat Janin

2) Bayi Besar
3) Gamely (bayi kembar)

4) Letak Sungsang

5) Factor Plasenta

6) Kelainan Tali Pusat


5. Komplikasi

a. Infeksi Puerperalis

b. Perdarahan

c. Luka kandung kemih

d. Embolisme paru - paru

e. kurang kuatnya perut pada dinding uterus


6. Penatalaksanaan

Berdasarkan Manuaba (2012) penatalaksanaan pasien post SC


sebagai berikut
a. Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka


pemberian cairan per-intravena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita


flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah


operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar

3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama

5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu


menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
d. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak


enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 -
48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
e. Pemberian obat-obatan

1) Antibiotik

Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda


setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam

b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila


perlu
3) Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat


diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
4) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
dan berdarah harus dibuka dan diganti
5) Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,


tekanan darah, nadi,dan pernafasan
C. Konsep Teori Pre-Eklamsia Berat
1. Definisi
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011).
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur
28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
2. Etiologi
Penyebab preeklamsia berat sampai sekarang belum di ketahui secara
pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan
yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah
spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coagulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
preeklamsi.
a. Vasospasmus menyebabkan :
1) Hipertensi
2) Pada otak (sakit kepala, kejang)
3) Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
5) Pada hati (icterus)
6) Pada retina (amourose)
b. Teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia berat yaitu :
1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa.
2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
4) Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
c. Factor Perdisposisi Preeklamsia Berat
1) Primigravida
2) Molahidatidosa, diabetes melitus, bayi besar
3) Kehamilan ganda
4) Hidrocepalus
5) Obesitas
6) Umur yang lebih dari 35 tahun
7) Riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia
8) Hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
(Nurarif, 2015).

Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :

a. Preeklamsi Ringan :
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi
berbaring terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih,
kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan
sebaiknya 6 jam.
2. Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
3. Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan
kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine kateter atau midstream.
b. Preeklamsi Berat
1. TD 160/110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria 5gr atau lebih perliter
3. Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
4. Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
efigastrium
5. Terdapat edema paru dan sianosis
3. Klasifikasi
Menurut (Nurarif, 2015) Preeklamsia Berat yaitu :
1) Bila salah satu diantara gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil sudah dapat
digolongkan preeklamsia berat.
2) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
3) Proteinuria lebih dari 3g/liter
4) Oliguria, yaitu jumlah urin <500 cc/24 jam
5) Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium
6) Terdapat oedema & cyanosis
7) Trombosit <100.00/mm.
4. Manifestasi Klinis
Pada preeklamisa berat dijumpai gejala-gejala sebagai berikut :
a. Nyeri kepala berat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan
peningkatan tekanan darah yang abnoramal.
b. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur,
dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
c. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau
gangguan lainnya.
d. Nyeri perut pada bagian ulu hati (bagian epigastrium yang kadang disertai dengan
mual dan muntah.
e. Gangguan pernafasan sampai cyanosis.
f. Terjadi gangguan kesadaran.
g. Dengan pengeluaran proteinuria keadaan semakin berat, karena terjadi gangguan
fungsi ginjal (Nurarif, 2015).
b. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa
kali.
c. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
d. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
a. TD > 140/90 mmHg atau
b. Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
c. Diastolik>15 mmHg
d. tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut dicurigai
sebagai preeklamsi.
e. Proteinuria
a. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau

pemeriksaan kuwalitatif +1 / +2.


b. Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter

atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.


f. Gangguan serebral tetap
a. Sakit kepala
b. Gangguan pada penglihatan
c. Sakit pada epigastrium yang menetap
5. Patofisiologi
Pada pre eklampsia berat terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan
kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu
timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation.
Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu mengalami spasme
pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi (suatu usaha untuk mengatasi
kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya spasme
pembuluh darah menyebabkan perubahan-perubahan ke organ antara lain:
a. Otak .
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi oedema
yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan CVA ,serta
kelainan visus pada mata.
b. Ginjal.
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal
berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi natirum lewat
glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 % dari normal yang
mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.
c. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta
maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam kandungan.
d. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan menyebabka
partus prematur.
e. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga oksigenasi
terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami
aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian .
f. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan perdarahan
subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium, serta ikterus
(Hamilton, 2012).
6. Pathway
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan preeklamsia berat terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Penatalaksanaan medis
1) Jika tekanan diastolik >110 mmHg berikan anti hipertensi sampai
tekanan diastolik diantara 90-100 mmhg.
2) Pasang infus RL
3) Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
4) Kateterisasi urine untuk pengeluaran volume dan proteinuria
5) Pantau pasien untuk menghindari terjadinya kejang
6) Observasi TTV, refleks dan DJJ setiap jam
7) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru, krefitasi
merupakan tanda edema paru, jika ada edema maka stop pemberian
cairan dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV
8) Anti hipertensi misalnya (hidralazin 5 mg IV)
9) Anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) untuk mengatasi
kejang
 Dosis awal :
a) Bolus MgSO4 40% 4 gram.
b) Drip MgSO4 40% 6 gram di dalam infus RL 28/tpm.
c) Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 2g (larutan
40% IV selama 5 menit).
 Dosis pemeliharaan :
a) MgSO4 40% 5g + lignokain 2% ml Im setiap 4 jam
b) Lanjutkan sampai 2 jam pasca persalinan atau kejang terakhir
c) Sebelum pemberian MgSO4, periksa (frekuensi pernafasan
minimal 16/menit, reflek pattela (+), urin minimal 30 ml/jam dalam
4 jam terakhir
d) Stop pemberian MgSO4, jika (frekuensi pernafasan <16/menit,
Reflek pattela (-), urin <30 ml/jam
e) Siapkan anti dotum : jika terjadi henti nafas bantu dengan ventilator
f) Alternatif lainn adalah diazepam 10 mg IV selama 2 menit
(Nurarif, 2015).
b. Penatalaksanaan keperawatan
 Pre op
1) Tirah baring
2) Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia)
3) Pasang kateter tetap bila perlu
 Post op
1) Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat
tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua
penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan
(Wiknjasastro, 2012).
2) Pantau TTV setiap 15 menit pada 1 jam pertama
3) Pantau perdarahan dan urine
8. Komplikasi
Menurut Pudiastuti, (2013) Komplikasi preeklamsia dapat terjadi pada :
a. Pada ibu
1) Eklamsia
2) Solusio plasenta
3) Perdarahan subkapsula hepar
4) Kelainan pembekuan darah (DIC)
5) Sindrom hellp (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet
count).
6) Ablatio retina
7) Gagal jantung hingga syok dan kematian
b. Pada janin
1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2) Prematur
3) Asfiksia neonatum
4) Kematian dalam uterus
5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).
2) Urinalisis : ditemukan protein dalam urine
3) Pemeriksaan fungsi hati
a. Bilirubin meningkat (N=<1 mg/dl)
b. LDH meningkat
c. Aspartat aminimtransferase (AST) >60 ul
d. Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N=15-
45 u/ml)
e. Serum glutamat oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat
(N=<31 u/l)
f. Total protein serum menurun (N=6,7-8,7 g/dl)
g. Tes kimia darah : asam urat meningkat (N=2,4-2,7 mg/dl)
b. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus, pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat dan volume cairan
ketuban sedikit.
2) Kardiografi : Diketahui denyut jantung janin lemah
c. USG : untuk mengetahui keadaan janin
d. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin (Nurarif, 2015).
A. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data Subjektif
1. Biodata : berisi identitas pasien dan suami.
2. Alasan Datang : berisi alasan pasien dibawa ke RS.
3. Keluhan Utama : keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian.
4. Riwayat Kesehatan : berisi riwayat kesehatan masa lalu, masa
sekarang, dan riwayat kesehatan keluarga.
5. Riwayat Obstetri : berisi riwayat menstruasi.
6. Riwayat Perkawinan : berisi riwayat pernikahan pasien dengan
suaminya.
7. Riwayat KB : berisi riwayat penggunaan KB pasien.
8. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu : berisi riwayat
hamil dan nifas sebelumnya.
9. Riwayat kehamilan sekarang : berisi riwayat pemeriksaan ANC.
10.Perilaku Kesehatan : berisi riwayat perilaku kesehatan pasien
11.Pola kebiasaan sehari-hari : berisi riwayat segala aktivitas yang
biasa dilakukan setiap hari, seperti nutrisi, eliminasi, istirahat,
personal hyiene, dan seksual.
b. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :
Kesadaran :
Keadaan Emosional :
TTV : TD : /mmHg
Nadi : x/menit
RR : x/menit
0
Suhu : C
Tinggi Badan : cm
BB sebelum hamil : Kg
BB sekarang : Kg
Lila : cm
HTP :....................
Umur Kehamilan :.....................
2. Pemeriksaan Khusus
a) Rambut : kebersihan, warna, kerapian rambut.
b) Wajah : tampak simetris atau tidak, adakah benjolan atau nyeri
tekan.
c) Mata : gerakan kedua mata, sclera, konjungtiva, serta pupil.
d) Hidung : kebersihan, apakah ada sinus atau nyeri tekan.
e) Telinga : kebersihan, apakah ada benjolan atau nyeri tekan.
f) Mulut : kelembaban mukosa bibir, kebersihan, apakah ada nyeri
tekan atau gangguan menelan.
g) Leher : apakah ada benjolan atau pembesaran kelenjar getah
bening.
h) Dada : kondisi mamae dan sekitarnya.
i) Abdomen : kondisi perut dan pemeriksaan leopold I-IV, DJJ, dan
TFU
j) Ekstremitas : kondisi ekstremitas atas dan bawah, ada gangguan
atau tidak.
k) Genetalia : kebersihan gentalia, apakah ada benjolan atau nyeri
tekan.
3. Pemeriksaan penunjang
1) Radilogi.
2) Laboratorium.
3) CT scan.
Tiap pemeriksaan harus dicantumkan tanggal pemeriksaan, hasil
dan rentang nilai normalnya.
4. Terapi yang diberikan.
Pengkajian ini berisi terapi apa saja yang diberikan selama perawatan
di rumah sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d penimbunan cairan pada paru (edema
paru)
b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
c. Ansietas b.d rencana operasi
d. Kelebihan volume cairan b.d kerusakan fungsi glomerolus sekunder
terhadap penurunan cardiac output
e. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d terjadinya vasospasme
arterional, edema serebral, perdarahan
f. Gangguan rasa nyaman b.d kontraksi uterus dan pembukaan jalan
lahir
g. Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan terapi dan perawatan
(SDKI, 2016).
3. Intervensi Keperawatan
N Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Rasional
o Keperawatan Keperawatan Indonesia
Indonesia (SDKI) (SLKI)
1 Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
pertukaran gas b.d asuhan keperawatan Tindakan :
penimbunan cairan selama .....x24 jam Observasi :
pada paru (edema diharapkan pertukaran gas 1. Monitor frekuensi, iraam , kedalaman dan upaya
paru) meningkat . nafas
Kriteria hasil : 2. Monitor pola nafas seperti (bradipnea, takipnea, Untuk mengetahui
1. Tingkat kesadaran hiperventilasi, kusmaul, cheyne-stokes, blot) respirasi pasien,
meningkat 3. Monitor kemampuan batuk efektkif memantau respirasi,
2. Dispnea menurun 4. Monitor adanya produksi sputum dan pasien paham
3. Bunyi napas tambahan 5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas akan segala
menurunpusing menurun 6. Auskultasi bunyi nafas tindakan
4. Penglihatan kabur 7. Monitor hasil AGD keperawatan terkait
menurun 8. Monitor hasil x-ray toraks pernafasan
5. Gelisah menurun
6. Napas cuping hidung Teraupetik :
menurun 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
7. Sianosis membaik pasien
8. Pola napas membaik 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
9. Warna kulit membaik
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2 Nyeri akut b.d agen Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan :
pencedera Asuhan Keperawatan Observasi :
fisik selama ......x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas,
diharapkan nyeri menurun. intensitas nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
2. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
4. Frekuensi nadi sedang 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
5. Pola napas sedang nyeri
6. Tekanan darah membaik 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Fungsi berkemih sedang 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Pola tidur membaik 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang Memudahkan
sudah diberikan pasien mengontrol
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik nyeri yang
dirasakan
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri (misal tens, hipnosis, akupresur, terapi
musik, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa myeri
(misal suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredekan nyeri
Edukasi :

1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri

Kaloborasi :
1. Kaloborasi pemberian analgetik, jika perlu
3 Ansietas b.d Tujuan : Setelah dilakukan Terapi relaksasi
prosedur operasi Asuhan Keperawatan selama Tindakan :
Sectio Caesarea ....x24 jam diharapkan Observasi :
tingkat ansietas menurun 1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
Kriteria Hasil : digunakan
1. Verbalisasi kebingungan 2. Periksa frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
menurun sebelum dan sesudah latihan
2. Verbalisasi khawatir 3. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
akibat kondisi yang
dihadapi menurun Teraupetik :
3. Perilaku gelisah 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
menurun gangguan dengan pencahayaan dan suhu yang
4. Perilaku tegang menurun nyaman, jika memungkinkan Memudahkan
5. Frekuensi pernafasan 2. Berikan informasi tertulis persiapan dan prosedur pasien mengontrol
sedang teknik relaksasi ansietas
6. Frekuensi nadi cukup 3. Gunakan pakaian longgar
menurun 4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat
7. Tekanan darah menurun
8. Pucat menurun Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, jenis relaksasi yang
tersedia (terapi tarik nafas dalam)
2. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
4. Anjurkan sering mengulangi atau mealtih tenik
yang dipilih
5. Demonstrrasikan dan latih teknik relaksasi (tarik
nafas dalam)
DAFTAR PUSTAKA

Ahsan. (2013). Penurunan Insiden Infeksi Nosocomial Pasien Pasca Sectio


Caesarea Di Rumah Sakit Melalui Pelatihan Asuhan Keperawatan
Berbasis Knowledge Management. Journal Ners Volume 8 nomor 2, (202-
210).

Asmana, S. K., Syahredi, & Hilbertina, N. (2013). Hubungan Usia dan Paritas
dengan Kejadian Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2012-2013. 5(3), 640–646.

Hamilton, P. M. (2012). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta:


EGC.

Hasni, Y. (2017). Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Hipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang. Politeknik Kesehatan
Padang.

Marni. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peuperium Care.”


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Medication Jogja.

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnostik . Edisi I. Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Tindakan Keperawatan. Edisi I. Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. (2016). Standart Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi I. Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai