Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

POST SC

DiSusun Oleh :
NAWANG WULANDARI

Septiyani Trixmita Toam


202003122

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN POST SC

I. KONSEP DASAR SECTIO CAESAREA


A. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janindilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dandinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta beratjanin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin denganmembuat sayatan pada
dinding uterus melalui depan perut atauvagina. Atau disebut juga histerotomia untuk
melahirkan janin daridalam rahim. (Mochtar, 1998).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin denganmembuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Sofian, 2012).

B. Etiologi
Menurut Mochtar (1998) faktor dari ibu dilakukannya sectiocaesarea adalah
plasenta previa , panggul sempit, partus lama,distosia serviks, pre-eklamsi dan hipertensi.
Sedangkan faktor darijanin adalah letak lintang dan letak bokong.
Menurut Manuaba (2001) indikasi ibu dilakukan sectiocaesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum,ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetaldistres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktorsectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectiocaesarea sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
2. KPD (Ketuban Pecah Dini)
3. Janin Besar (Makrosomia)
4. Kelainan Letak Janin
5. Bayi kembar
6. Faktor hambatan jalan lahir
7. PEB (Pre-Eklamsi Berat

C. Tujuan Sectio Caesarea


Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untukmempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinyarobekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio
caesareadilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnyajika perdarahan
hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayipada plasenta previa, sectio caesarea juga
dilakukan untukkepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
walaupun anak sudah mati.
D. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
1. Abdomen (SC Abdominalis)
A. Sectio Caesarea TransperitonealisSectio
caesarea klasik atau corporal: dengan insisimemanjang pada corpus uteri. Sectio
caesarea profunda:dengan insisi pada segmen bawah uterus.
B. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneumparietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapatdilakukan apabila:
a. Sayatan memanjang (longitudinal)
b. Sayatan melintang (tranversal)
c. Sayatan huruf T (T Insisian)
3. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :
a. Mengeluarkan janin lebih memanjang
b. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
a. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karenatidak ada reperitonial yang baik.
b. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptureuteri spontan.
c. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih seringterjadi dibandingkan dengan
luka SC profunda. Rupturuteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi
padaakhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profundabiasanya baru terjadi
dalam persalinan.
d. Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkansupaya ibu yang telah
mengalami SC jangan terlalu lekashamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat
selama 2tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan lukasembuh dengan baik.
Untuk tujuan ini maka dipasang akorsebelum menutup luka rahim.
4. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf padasegmen bawah rahim kira-
kira 10cm
Kelebihan:
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untukmenahan isi uterus ke rongga
perineum
d. Perdarahan kurange.Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur
uterispontan lebih kecil
Kekurangan:
a. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehinggadapat menyebabkan arteri
uteri putus yang akanmenyebabkan perdarahan yang banyak.
b. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
E. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinanyang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan,misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit,disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama,partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasijanin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakanpembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yangakan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akanmenimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhansementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien
tidakmampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandirisehingga timbul
masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,penyembuhan, dan perawatan
post operasi akan menimbulkanmasalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
prosespembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dindingabdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitasjaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi.Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandinyang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah prosespembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkanluka post op, yang bila tidak
dirawat dengan baik akanmenimbulkan masalah risiko infeksi.
F.Pathway
(Terlampir)
G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2000), antaralain :
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan(lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira600-800 ml
6. Emosi labil
7. Terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan makabiasanya kurang paham prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Tucker (1998) adalah sebagaiberikut:
1. Pemantauan EKG
2. JDL dengan diferensial
3. Pemeriksaan elektrolit
4. Pemeriksaan HB/Hct
5. Golongan darah
6. Urinalisis
7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
9. USG
I. Komplikasi
1.Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi
post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala – gejala infeksi
intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu
(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya
infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan
sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC
transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jikacabang arteria uterina ikut
terbuka atau karena atonia uteri
3. Luka kandung kemih
4. Embolisme paru – paru
5. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurangkuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilanberikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal
ini lebihbanyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik
J. Penatalaksanaan Medis Post SC
1. Perawatan awal
a. Letakan klien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi klien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1jam pertama, kemudian
tiap 30 menit jam berikutnya.Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika ada indikasi syok hemorarge
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikantransfusi, segera kembalikan ke
kamar bedah kemungkinanterjadi perdarahan pasca bedah.
2. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, makapemberian cairan
perintavena harus cukup banyak danmengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi,atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasadiberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
3. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan
makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yangsedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi,berupa air putih dan air teh.
4. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jamsetelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin
setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat diduduk kan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskan nya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan,dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai
hari ke5 pasca operasi.
5. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidakenak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebab kan perdarahan. Kateter biasanya
terpasang 24 - 48jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

6. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jambila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu banyak
jangan mengganti pembalut
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapiberi plester untuk
mengencangkan
3) Ganti pembalut dengan cara steril
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit dilakukan
pada hari kelima pasca SC
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.

II.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian data umum


1. Pengkajian fokus
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat,status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yangmengirim, cara
masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien multipara
d. Data riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarangMeliputi keluhan atau yang berhubungan
dengangangguan atau penyakityang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan
setelah klien operasi.
2) Riwayat kesehatan dahuluMeliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang,maksudnya apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama(plasenta
previa)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien ada juga
mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasenta previa).
e. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehatKarena kurangnya pengetahuan klien
tentang ketuban pecah dini, dancara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya menjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,terbatas pada
aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepatlelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada klien post partum sering terjadi adanya perasaan sering / susah kencing selama
masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema,yang menimbulkan infeksi
dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga danorang lain.
7) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan dannyeri perut
akibat involusi uteri (pengecilan uteri oleh kontraksi uteri),pada pola kognitif klien
nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan
body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari
seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, warna rambut, ada
atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan
apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kuning.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,adakah cairan
yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung.
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis.
6) Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada bisisng usus atau
tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara, adany ahiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur,adanya hemoroi
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin)
akibat trauma jaringan dalampembedahan (section caesarea)
2) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan /luka kering bekas operasi
3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentangprosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan postoperasi
4) Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakananestesi dan pembedahan
5) Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi

C. Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


o Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian secara
berhubungan keperawatan selama ... x komprehensif tentang nyeri
dengan pelepasan 24 jam diharapkan nyeri meliputi lokasi, karakteristik,
mediator nyeri klien berkurang durasi, frekuensi,kualitas,
(histamin, /terkontrol dengan kriteria intensitas nyeri dan faktor
prostaglandin) hasil : presipitasi.
akibat trauma  Klien melaporkan nyeri 2. Observasi respon nonverbal dari
jaringan dalam berkurang /terkontrol ketidaknyamanan (misalnya wajah
pembedahan  Wajah tidak tampak meringis) terutama ketidak
(section caesarea) meringis mampuan untuk berkomunikasi
 Klien tampak secara efektif.
rileks,dapat 3. Kaji efek pengalaman nyeri
berisitirahat,dan terhadap kualitas hidup(ex:
beraktivitas sesuai beraktivitas, tidur, istirahat, rileks,
kemampuan kognisi,perasaan, dan hubungan
sosial)
4. Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik (relaksasi progresif,
latihan napas dalam, imajinasi,
sentuhan terapeutik.)
5. Kontrol faktor - faktor
lingkungan yang yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidak nyamanan
(ruangan, suhu, cahaya, dansuara)
6. Kolaborasi untuk penggunaan
kontrol analgetik, jikaperlu.
2 Risiko tinggi  Setelah diberikan 1. Tinjau ulang kondisi dasar /
terhadap infeksi asuhan keperawatan faktor risiko yang ada sebelumnya.
Berhubungan selama ... x 24 jam Catat waktu pecah ketuban.
dengan trauma diharapkan klien tidak 2. Kaji adanya tanda infeksi (kalor,
jaringan / luka mengalami infeksi rubor, dolor, tumor,fungsio laesa)
bekas operasi dengan kriteria hasil : 3. Lakukan perawatan luka dengan
(SC) Tidak terjadi tanda teknik aseptik
-tanda infeksi 4. Inspeksi balutan abdominal
(kalor,rubor, dolor, terhadap eksudat /rembesan.
tumor,fungsio laesea) Lepaskan balutan sesuai indikasi
 Suhu dan nadi 5. Anjurkan klien dan keluarga
dalambatas normal untuk mencuci tangan sebelum /
( suhu= 36,5 -37,50 sesudah menyentuh luka
C,frekuensi nadi = 60 6. Pantau peningkatan suhu, nadi,
-100x/ menit) dan pemeriksaan laboratorium
 WBC dalam jumlah WBC / sel darah putih
batasnormal (4,10- 7. Kolaborasi untuk pemeriksaan
10,910^3 / uL) Hb dan Ht. Catat perkiraan
kehilangan darah selama prosedur
pembedahan
8. Anjurkan intake nutrisi yang
cukup
9. Kolaborasi penggunaan
antibiotik sesuai indikas
3 Ansietas Setelah diberikan asuhan 1. Kaji respon psikologis terhadap
berhubungan keperawatan selama ... x6 kejadian dan ketersediaan sistem
dengan kurangnya jam diharapkan ansietas pendukung
informasi tentang klien berkurang dengan 2. Tetap bersama klien, bersikap
prosedur kriteria hasil : tenang dan menunjukkan rasa
pembedahan,  Klien terlihat lebih empati
penyembuhan, tenang dan tidak 3. Observasi respon nonverbal
dan perawatan gelisah klien (misalnya: gelisah) berkaitan
post operasi  Klien mengungkapkan dengan ansietas yang dirasakan
bahwa ansietasnya 4.Dukung dan arahkan kembali
berkurang mekanisme koping
5. Berikan informasi yang benar
mengenai prosedur pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan
postoperasi
6.Diskusikan pengalaman /
harapan kelahiran anakpada masa
lalu
7.Evaluasi perubahan ansietas
yang dialami kliensecara verba
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal /Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin ObstetriGinekologi dan KB. Jakarta:
EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan KeluargaBerencana Untuk Dokter
Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Sarwono, P. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.
Sofian, A. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri operatif Obstetri social. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan denganIntervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai