Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN SERCIO CAESARE ( SC ) DI RUANG OBSTETRI RUMAH SAKIT Dr.

KARIADI SEMARANG

IDA WAHYUNINGSARI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAHUSADA SEMARANG 2013

A. DEFINISI

Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk mengeluakan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Wiknjosastro,2005).

Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi &Wiknjosastro, 2006).

Dengan demikian perawatan pada ibu nifas dengan post operasi sectio caesarea adalah perawatan pada ibu pada masa setelah melahirkan janin dengan cara insisi/pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim sampai organ-organ reproduksi ibu kembali pulih yang berakhir kira-kira 6 minggu.

B. KLASIFIKASI Ada beberapa jenis operasi Sectio Caesaria yang terdiri dari: a. Sectio caesaria abdominalis, ada dua macam yaitu sectio caesaria transperitonealisasi dan sectio caesaria ekstraperitonealisasi. Sectiocaesaria transperitonealisasi sendiri terdiri dari dua cara. 1). Sectiocaesaria klasik dengan insisi memanjang pada korpus uteri yang mempunyai kelebihan mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal. Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik dan

untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan. 2). sectio caesaria ismika atau profunda dengan insisi pada segmen bawah rahim dengan kelebihan penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, perdarahan kurang dan kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil. Dan memiliki kekurangan luka dapat melebar ke kiri, bawah dan kanan sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak serta keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi. Sedangkan Sectio Caesaria ekstraperitonealisasi, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal. b. Sectio caesaria vaginalis, menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan dengan sayatan memanjang (longitudinal), sayatan melintang (transversal) dan sayatan huruf T (T-incision).

C. ETIOLOGI Sectio Caesaria yang dilakukan dapat di indikasikan oleh : a. Indikasi Ibu 1). Panggul sempit absolute 2). Placenta previa 3). Ruptura uteri mengancam 4). Partus Lama 5). Partus Tak Maju 6). Pre eklampsia, dan Hipertensi b. Indikasi janin

1). Kelainan Letak 2). Gawat Janin 3). Janin Besar

c.

Kontra Indikasi 1). Janin Mati 2). Syok, anemia berat sebelum diatasi 3). Kelainan congenital Berat

D. MANIFESTASI KLINIS Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001), antara lain : a. b. c. umbilicus d. e. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan (lokhea tidak banyak) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml yang Nyeri akibat luka pembedahan Adanya luka insisi pada bagian abdomen Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di

f. g. h. i. muntah j. k. l. dilahirkan

Emosi

labil

perubahan

emosional

dengan

mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi situasi baru Terpasang kateter urinarius Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham prosedur Bonding dan Attachment pada anak yang baru

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. b. c. Pemeriksaan darah lengkap Urinalisis glukosa Kultur urine Herpes F. KOMPLIKASI a. (nifas) 1) 2) Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau perut sedikit kembung Infeksi puerpuralis : mengidentifikasi adanya virus : menetukan kadar albumin dan

3)

Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

b. disebabkan karena:

Perdarahan, 1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka 2) Atonia uteri 3) Perdarahan pada placental bed

c. tinggi. d. uteri spontan pada kehamilan G. PENATALAKSANAAN

Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu Kemungkinan rupture

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya: a. Penatalaksanaan secara medis 1) Analgesik diberikan setiap 3 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol. 2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat. 3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria keefektifannaya masih pemberiannya dianjurkan. 4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl. b. c. Kateterisasi Pengaturan Diit Makanan dan minuman diberikan setelah klien Flatus, diilakukan secara bertahap dari minum air putih sedikit tapi sering. Makanan yanf diberikan berupa bubur saring, selanjutnya bubur, nasi tim dan makanan biasa. dipersoalkan, namun pada umumnya

d.

Penatalaksanaan secara keperawatan 1) Periksa dan catat tanda tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian. 2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat 3) Mobilisasi 4) Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat 5) tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita 6) sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan. 7) Pembalutan luka ( Wound Dressing / wound care) 8) Pemulangan Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah operasi

H. PENCEGAHAN 1. Ante Natal Care yang adequate, dengan selalu mengobservasi 5T ( TFU, Tekanan darah, Timbang BB, Tetanus Toxoid dan Tablet Tambah darah ( Depkes, 2000) . Serta hindari 4 Terlalu saat hamil ( Terlalu muda, Terlalu Tua, Terlalu banyak dan Terlalu Dekat) (depkes 2005). 2. Pada ibu yang sudah melahirkan dengan SC dianjurkan untuk menunda kehamilan berikutnya minimal salama 1 tahun dengan memakai kontrasepsi. 3. Yang diperbolehkan once a caesarean not always a caesarean kecuali pada wanita dengan panggul sempit atau CPD ( Mohtar R.,1998). I. PENGKAJIAN

a. Identitas klien : nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan nama penanggung jawab/suami, umur, suku bangsa dll. b. Riwayat kesehatan 1). Keluhan utama : nyeri karena trauma karena pembedahan section caesaria 2). Riwayat kesehatan sekarang a) Provocative : adanya indikasi section caesaria , menyebabkan klien dilkukan operasi SC trauma pembedahan discontinuiras jaringan menimbulkan nyeri. b) Qualitas / Quantitas : nyeri dirasakan klien setelah efek anestesi secara perlahan hilang, nyeri akan timbul jika efek pemberian analgetika berakhir ( 4 jam setelah pemberian) dan akan hilang saat analgetika di berikan. Qualitas nyeri bersifat subyektif tergantung bagaimana klien mempersepsikan nyeri tersebut. c) Region : daerah yang mengalami nyeri adalah luka insisi yang terdapat pada abdomen. Insisi pada SC klasik di Midline Abdomen antara pusat dan simpisis pubis, pada SC Transprovunda di daerah supra simpisis pubis dengan luka insisi melintang. Area penyebaran nyeri dirasakan sampai bokong dan terkadang adanya after pain ( nyeri alihan) yang dirasakan klien sampai ke pinggang. d) Skala nyeri berkisar dari nyeri sedang sampai nyeri berat, dengan skala numeric 1-10, berada pada rentang 5-10. e) Timing : nyeri dirasakan setelah 6 12 jam post section caesaria, dan 1-3 hari pertama SC. 3). Riwayat kesehatan Dahulu a) Riwayat Ante Natal Care (ANC) Kehamilan sekarang GP..A..H..mg HPHT : tgl.bln.th..HPL : tgl.bln..th Keluhan saat hamil ;\:.. Penyakit Yang di derita ibu saat hamil , penanganan penyakit

Riwayat imunisasi TT ( sudah/ belum ) Status imunisasi TT ( TT1,TT2,TT3,TT4.TT5) ANC berapa kali.......tempat pemeriksaan bidan/perawat/DSOG Trimester I ..X Trimester II .X Trimester II...X b) Riwayat Intra natal Riwayat Persalinan terdahulu : cara persalinan ( spontan, buatan (SC, induksi)), penolong persalinan, tempat kelahiran, umur kehamilan ( aterm/preterm) Plasenta ( spontan/ dibantu) Jumlah darah yang keluar Riwayat pemberian obat ( suntikan sebelum dan sesudah lahir) Riwayat Intranatal saat ini, kaji etiologi/ indikasi SC antara lain : partus lama, partus tak maju dan rupture uteri mengancam serta adanya gawat janin, gagal induksi, KPD, CPD, atau adanya tumor pelvic yang menghambat persalinan

c) Riwayat post natal Pengkajian pada nifas yang lalu: Tanyakan apakah adanya gangguan / komplikasi pada nifas yang lalu Pengkajian pada post Sectio Caesaria Pada 4 jam sampai dengan 5 hari post partum kaji : Sirkulasi darah : periksa kadar Hb dan Ht

Eliminasi : urin : pemasangan kateter indwelling; kaji warna, bau, jumlah. Bila kateter sudah di lepas observasi vesika urinaria Eliminasi : Faeces : pengosongan sistem pencernaan pada saat pra operasi dan saat operasi menyebabkan tidak adanya bising usus menyebabkan penumpukan gas resiko infeksi

Pencernaan : kaji bising usus, adanya flatus Neurosensori : kaji sensasi dan gerakan klien setelah efek anestesi menghilang Nyeri : rasa nyeri yang di nyatakan klien karena insisi Sectio caesaria Pernafasan : kaji jumlah nafas dalam 1 menit, irama pernafasan, Balutan kemampuan : kaji klien dalam luka, bernafas proses ( pernafasan dada/ abdomen), serta bunyi paru.

insisi

kebersihan

penyembuhan luka, serta tanda- tanda infeksi. Cairan dan elektrolit : kaji jumlah / intake cairan (oral dan parenteral) , kaji output cairan, kaji adanya perdarahan. Abdomen : letak fundus uteri, kontraksi uterus, serta tinggi fundus uteri. Psikis ibu : kecemasan, kemampuan adaptasi,support system yang mendukung ibu. d) Riwayat pemakaian kontrasepsi Kapan , jenis / metode kontrasepsi, lama penggunaan, keluhan, cara penanggulangan, kapan berhenti serta alasannya. e) Riwayat pemakaian obat-obatan Pemakaian obat-obat tertentu yang sering di gunakan klien Pemakaian obat sebelum dan selama hamil.

4). Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji adanya penyakit herediter, ada tdaknya keluarga yang menderita tumor atau kanker c. Pemeriksaan Fisik 1) Sisrem Reproduksi Abdomen : luka insisi, proses penyembuhan luka Uterus Lokhea tidak Vulva &Vagina : kebersihan, ada tidaknya tanda-tanda radang Payudara : laktasi, pengeluaran ASI, kesulitan dalam pemberian ASI / menyusui, kemampuan bayi menghisap 2) System Gastrointestinal Bising usus di observasi setiap 1-2 jam post SC 3) System Kardiovaskuler Ukur Tekana Darah, Denyut nadi, HB,Ht. Leucosit 4) System Genitourinaria Vesicaurinaria, urine, warna, bau 5) System Muskuloskeletal Kemampuan bergerak dan respon terhadap rangsangan, ambulasi dini, kaji Howman sign. 6) Sietem Respirasi Kaji respirasi rate, pola serta jenis pernafasan. 7) System Panca Indra Penglihatan, pendengaran, perasa, peraba serta penciuman. 8) Psikologis Penerimaan ibu terhadap bayi, pelaksanan Inisiasi Menyusu Dini ( IMD). 9) Pemeriksaan terhadap bayi baru lahir Penilaiian APGAR SCORE : TFU, kontraksi, letak fundus uter. : jumlah, warna, bau, serta kaji adanya bekuan/

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post SC adalah 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi 2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan 3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan perentanan tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan 4) Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam pembedahan, mual dan muntah 5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan dan nyeri 6) Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi 7) Tid ak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi 8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan pasca persalinan SC

1. INTERVENSI KEPERAWATAN Fokus rencana keperawatan untuk diagnosa yang muncul pada pasien post SC indikasi adalah : 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi (Doenges, 2001). Tujuan : Mempertahankan kepetanan jalan nafas. Kriteria Hasil : Bunyi nafas bersih Intervensi : a. Awasi frekuensi pernafasan Rasional : Untuk mengetahui peningkatan RR b. Catat dan observasi adanya kesulitan bernafas bernafas Rasional :

Menentukan apakah klien memerlukan alat bantu atau tidak c. Tinggikan apek 30-45 derajat Rasional : Membantu pengaturan nafas agar tidak sesak d. Dorong batuk efektif dan nafas dalam Rasional : Mengeluarkan secret 2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitus jaringan sekunder akibat pembedahan (Doenges, 2001). Tujuan : Nyeri berkurang/hilang Kriteria Hasil : - Klien merasa nyeri berkurang /hilang - Klien dapat istirahat dengan tenang Intervensi a. Kaji skala nyeri dan karakteristik alokasi karakteristik termasuk kualitasnya frekuensi, kwalitasnya Rasional : Untuk mengetahui tingkatan nyeri dan menentukan tindakan selanjutnya b. Monitor tanda tanda vital Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan nadi meningkat c. Lakukan reposisi sesui petunjuk, misalnya semi fowler ,miring Rasional : Untuk mengurangi nyeri d. Dorong penggunaan teknik relaksasi misal latihan nafas dalam Rasional : Merileksasikan otot, mengalihkan perhatian dan sensori nyeri e. Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang Rasional :Untuk mengurangi nyeri f. Kolaborasi pemberian anal getik sesuai indikasi Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan mempercepat proses penyembuhan

3) Resiko tinggi infeksi b/d peningkatan parentanan tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan (Carpenito, 2000) Tujuan : tidak terjadi infeksi Kriteria Hasil : Tidak ada tanda- tanda infeksi (rubor, tulor, dolor, tumor, dan fungsiolaesa ) Tanda- tanda fital normal terutama suhu (36-37 C) Intervensi a. Monitor tanda-tanda vital Rasional : Suhu yang meningkat dapat menunjukan terjadinya infeksi b. Kaji luka pada abdomen dan balutan Rasional : Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat luka dengan anti septik Rasional : Mencegah kontaminasi silang atau penyebaran organisme infeksius d. Catat /pantau kadar Hb dan Ht Rasional : Resiko infeksi post partum dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan e. Kolaborasi pemberian antibiotik Rasional : Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi 4) Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam pembedahan (Doenges, 2001) Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, meminimalkan devisit volume cairan Kriteria hasil :

Membran mukosa lembab, kulit tak kering Hb 12gr % Intervensi : a. Ukur dan catat pemasukan pengeluaran Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam pengeluaran cairan atau mengidentifikasikan

kebutuhan pengganti dan menunjang intervensi b. Catat munculnya mual /muntah Rasional : Masa post operasi semakin lama durasi anestesi semakin besar beresiko untuk mual c. Periksa pembalut , banyaknya pendaraan Rasional : Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hemoragi d. Beri cairan infus sesuai program Rasional : Mengganti cairan yang telah hilang 5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi resmi pembedahan dan nyeri (Doenges,2001) Tujuan : klien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan tanpa di sertai nyeri Kriteria Hasil.: Klien dapat mengidentivikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktvitas Intervensi : a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas Rasional: Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan kelemahan,keletihan yang berkenaan dengan aktivitas b. Catat tipe anestesi yang di berikan pada saat intra partus pada waktu klien sadar

Rasional : Pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktivitas klien c. Anjurkan klien untuk istirahat Rasional : Dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan tenega untuk beraktivitas, klien dapat rileks d. Bantu dalam pemenuhan aktivitas sesuai kebutuhan Rasional : Dapat memberikan rasa tenang dan aman pada klien karena kebutuhan klien terpenuhi e. Tingkatkan aktivitas secara bertahap Rasional : Dapat meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional 6) Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi (Doenges,2001) Tujuan : Konstipasi tidak terjadi KH : Klien dapat mengerti penyebab konstipasi klien dapat BAB dan tidak keras. Intervensi : a. Kaji pada klien apakah ada gangguan dalam BAB Rasional : Untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam BAB b. Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang banyak mangandung serat Rasional : Cairan dan makanan serat dapat merangsang eliminasi dan mencegah konstipasi c. Anjurkan untuk minum yang banyak Rasional :Untuk merangsang eliminasi d. Kolaborasi pemberian obat supositoria Rasional : untuk melunakan feses

7)

Tidak efektifnya laktasi b/d perpisahan dengan bayi (Carpenito, 2000) Tujuan : Ibu dapat menyusui secara aktif : Kriteria hasil

Ibu dapat membuat suatu keputusan berdasarkan informasi tentang metode menyusui bayi Intervensi : a. Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting Rasional : Menentukan kemampuan untuk memberikan perawatan yang tepat b. Anjurkan tekhnik breast care dan menyusu yang efektif Rasional ; Memperlancar ASI c. Anjurkan pada klien untuk memberikan ASI eksklusif Rasional :ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayi sebagai pertumbuhan optimal d. Anjurkan bagaimana cara memeras, menangani, menyimpan dan memberikan ASI yang benar Rasional : Menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap hygiene bagi bayi 8) Kurang pengetahuan berhubunbgan dengan kurang informasi tentang perawatan pasca persalinan (Doenges, 2001) Tujuan : Klien dapat mengerti dan memahami cara perawatan post partum SC Kriteria hasil : Klien dapat belajar dan menyerap informasi yang di berikan dapat melakukan perawatan post portum, Intervensi : a. Kaji Kesiapan dan motivasi klien untuk belajar Rasional :

Pendidikan kesehatan diberikan untuk membantu mengembangkan pengetahuan ibu,kemandirian serta kemampuan merawat dirinya b. Kaji keadaan fisik klien Rasional : Ketidaknyamanan dapat mempengaruhi konsentrasi dalam menerima penyuluhan c. Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang normal Rasional : Membantu klien mengenali perubahan normal d. Diskusikan program latihan yang tepat, sesuai ketentuan Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan membantu tonus otot e. Demonstrasikan tekhnik perawatan diri Rasional : Membantu orang tua dalam penguasaan tugas-tugas baru

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M E. 2000. Rencana Askep Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokmentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC Carpenito L. J. 2005. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC http:///scribed.serciocaesar.com/diaksespadatanggal23April2013pukul17.00WIB

Anda mungkin juga menyukai