Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit
primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain (Amin Huda, 2015)
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul
dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau
seluruhnya (Muralitharan, 2015)
2. Klasifikasi
Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Efusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran
pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh
faktor sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan
pleura.
b. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh
kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton,
2012).
3. Etiologi
Efusi pleura disebabkan oleh :
a. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
b. Peningakatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d. Peningkatan tekanan negative intrapleura
e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Ada juga yang disebabkan oleh Infeksi (eksudat)
a. Tubercolosis
b. Pneumonitis
c. Emboli paru
d. Kanker
e. Infeksi virus,jamur,dan parasit.
Non infeksi (transudat)
a. Gagal jantung kongesif (90% kasus)
b. Sindroma nefrotik
c. Gagal hati
d. Gagal ginjal
e. Emboli paru
4. Patofisologi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis
dan pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan
antara 1 – 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu
bergerak teratur.Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara
kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain.
Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan
selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan
hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada
pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan
hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang
memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah
terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel – sel mesofelial. Jumlah
cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara
produksi dan absorbsi. Keadaan ini bisa terjadi karena adanya tekanan
hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm
H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah
satunya adalah infeksi tuberkulosa paru .
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil
Mikobakterium tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju
alveoli,terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan timbul
peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan
juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan
mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan
meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam
rongga pleura. Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari
tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran
getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya pengkejuan kearah
saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna
vetebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah
merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan
pleura tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini
biasanya serous, kadang – kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap
ml cairan pleura bias mengandung leukosit antara 500 – 2000. Mula –
mula yang dominan adalah sel – sel polimorfonuklear, tapi kemudian
sel limfosit, Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa.
Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis,
tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan beberapa
perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekuensi
pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih
cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal – hal diatas
ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura yang diakibatkan
infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan
menurun.
5. Manifestasi Klinik
a. Batuk
b. Dispnea bervariasi
c. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
d. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
e. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang
mengalami efusi.
f. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
g. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
h. Fremitus fokal dan raba berkurang.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang
dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya
menunjukkan adanya cairan.
b. CT-Scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan
bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
c. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan
yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran
cairan.
d. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang
diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui
sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga
dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
e. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya,
maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar
diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat
ditentukan.
f. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan
sumber cairan yang terkumpul.

7. Pengobatan Efusi Pleura


Pengobatan efusi pleura terutama adalah dengan menyembuhkan
kondisi yang menjadi penyebab efusi pleura itu sendiri. Jika efusi
pleura disebabkan oleh suatu infeksi, pengobatannya adalah dengan
antibiotik. Jika penyebabnya adalah suatu keganasan atau kanker,
pengobatannya adalah dengan radio terapi atau kemoterapi. Beberapa
tindakan yang umum dilakukan dokter untuk mengatasi efusi pleura,
antara lain:
 Prosedur thoracocentesis atau punksi pleura untuk mengeluarkan
cairan pleura dengan volume yang besar.
 Pemasangan selang plastik khusus (chest tube) selama beberapawaktu
kedalam rongga pleura melalui bedah torakotomi.
 Pemasangan kateter secara jangka panjang lewat kulit kedalam rongga
pleura (pleural drain), untuk efusi pleura yang terus muncul.
 Prosedur pleurodesis dengan cara menyuntik kanzatpemicuiritasi
kedalam rongga pleura melalui selang khusus untuk mengikat kedua
lapisan pleura, sehingga rongga pleura tertutup, untuk mengatasi efusi
pleura yang sering kambuh.
 Prosedur pengangkatan jaringan melalui bedah torakoskopi atau
torakotomi untuk mengangkat jaringan yang tidak sehat atau telah
mengalami peradangan, jika kerusakan yang disebabkan karena efusi
pleura telah mencapai tahap tersebut.
8. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan
drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura
parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan
fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringanyang berada
dibawahnya.Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan
untuk memisahkan membran-membran pleura tersebut.
b. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul
akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses
penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura,
atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian
jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh
tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan
mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
e. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran
yang mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh
infeksi yang menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi
nanah dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai
satu gelas bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-
paru, sesak napas dan rasa sakit.

9. Penatalaksanaan Medis
a. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
b. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah
aspirasi.
c. Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan
gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1
– 1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya
edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam
kemudian.
d. Antibiotika jika terdapat empiema
e. Operatif
PencegahanEfusi Pleura
Efusi pleura merupakan suatu kondisi yang diakibatkan oleh suatu
penyakit tertentu, sehingga sering kali sulit untuk dicegah
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada
pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas,
rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang
bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
bernafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat
pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga
ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhannya tersebut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan
sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura
seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
f. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat
kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-
obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui
status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan
makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan
effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat
dari sesak nafas.
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena
keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak
bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan
peristaltik otot-otot tractus degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Karena adanya sesak napas pasien akan cepat mengalami
kelelahan pada saat aktivitas. Pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya karena merasa nyeri di dada.
5) Pola tidur dan istirahat
Pasien menjadi sulit tidur karena sesak naps dan nyeri.
Hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa tidak tenang
karena suasananya yang berbeda dengan lingkungan di rumah.
6) Pola hubungan dan peran
Karena sakit, pasien akan mengalami perubahan peran. Baik
peran dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Contohnya:
karena sakit pasien tidak lagi bisa mengurus anak dan
suaminya.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang
tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri
dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya
dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan
kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,
demikian juga dengan proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks akan
terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di
rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
10) Pola koping
Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses
penyakitnya. Mungkin pasien akan banyak bertanya pada
perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang
mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kehidupan beragama klien dapat terganggu karena proses
penyakit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan spasmen
jalan nafas dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum
berlebihan, mengi, dispnea dan gelisah
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
dibuktikan dengan dispnea dan pola nafas abnormal
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dan
kurang pengendalian situasional/lingkungan dibuktikan dengan
mengeluh tidak nyaman dan kurang, gelisah dan tidak mampu
rileks
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan Kebutuhan
metabolisme dibuktikan dengan cepat kenyang setelah makan,
membran mulkosa pucat dan nafsu makan menurun
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasmen
jalan nafas dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum
berlebihan, mengi, dispnea dan gelisah
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
dibuktikan dengan dispnea dan polanafas abnormal
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dan
kurang pengendalian situasional/lingkungan dibuktikan dengan
mengeluh tidak nyaman dan kurang, gelisah dan tidak mampu
rileks
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan Kebutuhan
metabolisme dibuktikan dengan cepat kenyang setelah makan,
membran mulkosa pucat dan nafsu makan menurun
2. Rencana intervensi keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan kriteriahasil Intervensi
keperawatan
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Latihan batuk efektif
tidak efektif tindakan keperawatan Observvasi
Definisi : selama 2x24 jam 1. Identifikasi kemampuan batu
Ketidakmampuan makabersihan jalan nafas 2. Monitor adanyaretensi sputum
membersihkan sekret meningkat dengan 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
atau obstruksi jalan kriteria hasil : saluran nafas
nafas untuk a. Batuk efektif 4. Monitor input atau pun cairan
mempertahankan meningkat Terapeutik
jalan nafas tetap b. Produksi sputum 5. Aturposisi semi fowler atau
paten menurun fowler
c. Mengi menurun 6. Pasang perlak dan bengkok
d. Wheezing menurun dipangkuan pasien
e. Mekonium menurun 7. Buangsekret pada tempat
f. Frekuensi napas sputum
membaik Edukasi
g. Pola nafas membaik 8. Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
9. Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik kemudian
keluar gadari mulut dengan tarik
nafas dalam hingga 3 kali
10. Anjurkan mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3 kali
11. Anjurkan batuk dengan kulit
langsung setelah tarik nafas
dalam yang ke3
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian obat
mukolitik ataue kspektoran,
jikaperlu
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
efektif tindakan keperawatan Observasi
Definisi: 2x24 jam maka pola 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
Inspirasi dan/atau nafas membaik dengan kedalaman, usaha nafas)
ekspirasi yang tidak kriteriahasil : 2. Monitor bunyi nafas tambahan
memberikan ventilasi 1. Dispneamenurun 3. Monitor sputum
adekuat 2. Penggunaanotot bantu Terapeutik
nafasmenurun 4. Pertahankan kepatenan jalan
3. nafas dengan head-tilt dan chin-
Pemanjanganfaseekspiras lift
imenurun 5. Posisikan semi-fowler atau
4. fowler
Frekuensinafasmembaik 6. Berikan minum hangat
5. 7. Akukan penghisapan lendir
Kedalamannafasmembai kurang dari 15 detik
k 8. Lakukan hiperoksigenasu
sebelum penghisapan
endotrakeal
9. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
10. Berikan oksigen jika perlu
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu

Kegangguan rasa Setelah dilakukan Pengaturanposisi


nyaman tindakan keperawatan Observas
Definisi : 2x24 jam maka status 1. Monitor status oksigena
Perasaan kurang kenyamanan meningkat sisebelum dan sesudah mengu
senang, lega dan dengan kriteriahasil bahposisi
sempurna dalam 1. Keluhan 2. monitor alattransaksi agar
dimensi fisik, tidaknyaman selalutepat
psikospritual, menurun Terapeutik
lingkungan dan 2. Gelisah menurun 3. Tempatkan pada
sosial 3. Lelah menurun matras/tempattidurterapeuti
4. Pola tidurmembaik k yang tepat
4. Tempat kan pada posisi
terapeutik
5. Tempat kanobjek yang
sering digunakan dalam
jangkauan
6. Sediakanmatras yang
kokoh/padat
7. Aturposisitidur yang
disukai, jika tidak
kontraindikasi
8. Aturpo sisi untuk
mengurang isesak
9. Aturposisi yang
meningkatkan drainage
10. Posisikan pada
kesejajarantubuh yang tepat
11. Imobilisasi dan
topangbagiantubuh yang
sakitdengantepat
12. Tinggikananggotagerak 20
0
C ataulebihdiatas level
jantung
13. Tinggikantempattidurbagian
kepala
14. Berikanbantal yang tepat
pada leher
15. Berikantopangan pada area
edema
16. Posisikanuntukmempermud
ahventilasi/perfusi
17. Motivasimelakukan Rom
aktif dan pasif
18. Motivasiterlibatdalamperub
ahanposisi/kebutuhan
19. Hindariteribatdalamperubah
anposisi yang
dapatmeningkatkannyeri
20. Hindarimenempatkan stump
amputasi pada posisifleksi
21. Hindariposisi yang
menimbulkanketeganganpad
a luka’
22. minimalkangesekan dan
tarikansaatmengubahposisi
23. ubahposisisetiap 2 jam
24. ubahposisidengan Teknik
log roll
25. pertahankanposisi dan
integritastraksi
26. jadwalkansecaratertulisuntu
kperubahanposisi
Edukasi
27. informasikansaatakandilaku
kanperubahanposisi
28. ajarkancaramenggunakanpo
stur yang baik dan
mekanikatubuh yang
baikselamamelakukanperub
ahanposisi
Kolaborasi
29. kolaborasipemberianpremed
ikasisebelummengubahposis
i, jika perlu
30.
Deficit nutrisi Setelah dilakukan Manajemennutrisi
Defenisi : tindakan keperawatan Observasi
Asupan nutrisi tidak 2x24 jam maka status 1.identifikasi status nutrisi
cukup untuk nutrisi mrmbaik dengan 2. identifikasialergi dan
memenuhi kebutuhan kriteria hasil : intoleransmakanan
metabolisme 1. porsi makan yang 3. identifikasimakanan yang disukai
dihabiskan meningkat 4. identifikasikebutuhankalori dan
2. berat badan membaik jenis nutrient
3. Indeks masa tubuh 5.
(IMT) membaik identifikasiperlunyapenggunaansela
4. frekuensi makan ng nasogastric
membaik 6. monitor asupanmakanan
5. nafsu makan membaik 7. monitor berat badan
6. bising usus membaik 8. monitor
7. membran mulkosa hasilpemeriksanlaboratorium
membaik Terapeutik
10. lakukan oral hygiene
sebelummakan
11. fasilitasimenentukanpedoman
diet
12. sajikanmakanansecaramenarik
dan suhu yang sesuai
13. berikanmakanantinggiseratuntuk
mencegahkonstipasi
14. berikanmakanantinggikalori dan
tinggi protein
15. berikansuplemenmakanan
16. hentikanpemberianmaknanmelal
uiselangnasogatrikjikaasupan
oral dapatditoleransi
edukasi
17. anjurkanposisi duduk
18. ajarkan diet yang diprogramkan
kolaborasi
19. kolaborasipemberianmedikasise
belummakan
20. kolaborasidenganahligiziuntukm
enentukanjumlahkalori dan
jenisnutrisi yang dibutuhkan
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam mengevaluasi, perawat harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai,
serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil. Evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan Efusi
Pleura yaitu :
a. Bersihan jalan nafas kembali efektif
b. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
c. Nyeri akut teratasi
d. Tidak terjadi resiko tinggi infeksi
e. Aktivitas sehari-hari kembali baik

DAFTAR PUSTAKA

Judith M. Wilkinson, P. A. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:


EGC.
Kusumo, A. H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 1 2015. Jogjakatra:
MediAction Publishing.

Morton, G. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Jakarta: Media


Aesculapius.

Peate, M. N. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan edisi 2. Jakarta: Bumi


Medika.

Anda mungkin juga menyukai