Anda di halaman 1dari 6

Laporan Pendahuluan Cephalopelvic Disproportion

A. Pengertian
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian
antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu sehingga bayi tidak dapat keluar
melalui vagina, kondisi janin yang besar dan panggul ibu yang sempit tidak
memungkinkan untuk kelahiran karena ibu harus ditempatkan pada posisi untuk
membebaskan kedua bahu, hal ini membahayakan bagi ibu untuk melahirkan
pervaginam (Bobak, 2004).
Definisi CPD sendiri berbeda dengan dengan distosia. Istilah
distosia dipakai untuk menggambarkan persalinan yang sulit dan lama serta
abnormal. Distosia sendiri berarti persalinan yang sulit dan ditandai dengan proses
yang lambat dan abnormal dari persalinan. Secara umum persalinan yang
abnormal tersebut disebabkan oleh diproporsi antara bagian terendah fetus dengan
jalan lahir (Manuaba, 2005)

B. Etiologi
Adapun menurut Bobak (2004) penyebab CPD yaitu bentuk panggul ibu yang
sempit atau janin yang berlebihan (mencapai 4000 gram) yang mungkin
berhubungan dengan diabetes melitus maternal, obesitas, multiparitas atau
ukuran besar pada satu atau kedua orang tua.

C. Anatomi Panggul
Panggul menurut morfologinya menurut Manuaba, 2005 dibagi menjadi 4 jenis
pokok, yaitu:

1. Ginekoid : Ginekoid merupakan bentuk panggul yang paling umum


dimiliki oleh wanita. Rongga dalamnya berbentuk oval, jarak dari sisi
kanan ke sisi kiri panggul lebih lebar dibandingkan dengan jarak dari
bagian depan ke belakang. Tulang bawah panggul tumpul (bulat, nggak
menonjol atau tajam) dan lengkungan pubis cukup besar, yaitu sekitar
90 derajat atau lebih lebar. Bentuk panggul ini menyerupai mangkuk
jika dilihat dari atas dan membulat di bagian dalam sehingga
memudahkan bayi bergerak tanpa ada intervensi dari struktur tulang
ibu.
2. Antropoid: bentuk depannya yang lonjong menyerupai telur. Punya
peluang melahirkan normal namun baiknya mempertimbangkan
kondisi yang lain. Rongga dalam pinggul ini berbentuk oval tapi jarak
antara sisi depan dan belakang lebih lebar dibandingkan sisi kanan dan
sisi kiri. Dinding samping sejajar dan bagian belakang cukup luas
untuk menampung bagian belakang kepala bayi. Ibu hamil dengan tipe
panggul seperti ini punya peluang untuk melahirkan normal, hanya saja
kemungkinan besar mengakibatkan bayi lahir menghadap ke atas,
maka perlu mempertimbangkan kondisi lainnya. 25 % wanita memiliki
bentuk panggul seperti ini.
3. Android: bentuk panggul ini menyerupai segitiga atau hati. Pelvis ini
membuat persalinan normal cenderung lebih lama Bentuk android
merupakan tipikal panggul pria, yang mana ukuran rongga panggul dan
pelvis bagian depannya kecil dan sempit dan menyerupai simbol hati.
Pada tipe panggul ini, tulang bawah panggul cenderung menonjol dan
lengkungan tulang panggul yang tajam. Bentuk ini dimiliki oleh sekitar
20% wanita. Pelvis ini membuat persalinan normal cenderung lebih
lama dan berisiko mengalami hambatan. Namun masih bisa
diusahakan.
4. Platipeloid: panggul dengan bentuk oval yang memipih. Bentuk
panggul ini umumnya berisiko untuk melakukan persalinan secara
normal. Sekitar 5% wanita memiliki bentuk panggul tipe platipeloid.
Memiliki ciri bentuk rongga panggul yang oval, namun memipih pada
bagian diameter bagian depan ke belakang. Pintu masuknya berbentuk
mirip ginjal, sedang pintu keluarnya cukup luas karena arcus pubisnya
sangat besar. Kondisi tulang panggul seperti ini bisa disebabkan oleh
faktor perkembangan, rakitis atau faktor keturunan. Bentuk panggul
platipeloid potensinya kecil untuk bisa melahirkan normal karena
kepala bayi akan kesulitan memasuki pintu masuk. Pun harus
melintang posisi kepalanya saat melewati tulang panggul, jadi sangat
berisiko.

D.Manifestasi Klinis

1. Pemeriksaan Abdominal

a. Ukuran anak besar

b. Kepala anak menonjol di simfisis pubis

2. Peemriksaan Pelvis

a. Servik mengecil setelah pemecahan ketuban

b. Edema servik

c. Penempatan kepala tidak baik bagi servik

d. Kepala belum masuk PAP

e. Ditemukan caput

f. Ditemukan kepala defleksi

3. Lainnya : ibu ingin mengedan sebelum pembukaan lengkap

E. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan pertama, dilakukan pemeriksaan kapasitas rongga panggul pada
usi kehamilan 38-39 minggu.

1. Pemeriksaan secara klinis


a. Metode Pinard
Instruksikan pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan rektum,
pasien dalam posisi semi duduk, tangan kiri pemeriksa mendorong
kepala bayi kearag bawah belakang panggul sementara jari tangan
kanan diposisikan di tulang simfisis untuk mendeteksi
ketidakseimbangan kepala dengan jalan lahir.
b. Metode Muller-Ket
Instruksikan pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan rektum,
posisikan pasien terlentang, tangan kiri pemeriksa mendorong kepala
ke dalam panggul dan jari tangan kanan dimasukkan kedalam vagina
(VT) dan jempol kanan diletakkan di tulang kemaluan. Derajat
panggul sempit ditentukan oleh ukuran atau jarak antara bagian bawah
tulang kemaluan dengan tonjolan tulang belakang. Jarak ini dinamakan
konjugata vera.
c. CT Scan, MRI
Dillakukan dengan cara memotret pinggul menggunakan alat rontgen
yang kemudian dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul

F.Penatalaksanaan

1.Persalinan Percobaan

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala


janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per
vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini
merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena
faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan.

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak


bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 minggu karena
kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada
kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan
percobaan.

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per


vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan
percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his
baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.

2.Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan


kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan
karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum
dipenuhi.

3. Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

4.Kraniotomi dan Kleidotomi

Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin


dengancara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga
janin dapatdengan mudah lahir pervaginam.
Sedangkan kleidotomi adalah tindakan yang dilakukan setelah janin pada
presentasi kepala dilahirkan, akan tetapi kesulitan untuk melahirkan bahu karena
terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan
kleidotomi (memotong klavikula) pada satu atau kedua klavikula

G. Diagnosa

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis

2. Kecemasan b.d perubahan pasca prosedur invasif

3. Keletihan b d peningkatan kebituha energi

4. Resiko tinggi cedeta b.d jalan lahi kecil

5. Resiko infeksi b.d prosedur invasif

DAFTAR PUSTAKA

Bobak (2004) Buku ajar keperawatan maternitas edisi empat. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida bagus Gde (2005) Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana unuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai