Anda di halaman 1dari 5

Juni 2013

Laporan Pendahuluan Fistula


A. Definisi
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga internal
atau antara organ internal dengan tubuh bagian luar. Fistula ani adalah Luka bernanah / borok
sulit sembuh disamping anus. Fistula ani atau Fistel paraanal adalah saluran yang
menyerupai pipa (fistula, latin = pipa). Sering teraba menyerupai pipa/saluran yang mengeras.
Saluran ini terbentuk mulai dari dalam anus (anorektal) menembus keluar bokong
(perineum).

B. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum. Kadang-
kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal. Tetapi lebih
sering, penyebabnya tidak dapat diketahui.
Fistula sering ditemukan pada penderita:
- penyakit Crohn
- tuberkulosis
- divertikulitis
- kanker atau cedera anus maupun rektum.
Fistula pada anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan, dimana fistula tertentu
lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.

C. Manifestasi Klinik
Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor secara konstan
dari lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung
kemih,tergantung pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi
sistemik disertai gejala yang berhubungan.

D. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah anus, dimana
ditemukan satu atau lebih pembukaan fistula atau teraba adanya fistula di bawah permukaan.
Sebuah alat penguji bisa dimasukan untuk menentukan kedalaman dan arahnya. Ujung
dalamnya bisa ditentukan lokasinya dengan melihat melalui anoskopyang dimasukkan ke
dalam rektum.

E. Penatalaksanaan
Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara
spontan. Fistulektomi (eksisi saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan. Usus bawah
dievakuasi secara seksama dengan enema yang diprogramkan.
Selama pembedahan, saluran sinus diidentifikasi dengan memasang alat ke dalamnya
atau dengan menginjeksi saluran dengan larutan biru metilen. Fistula didiseksi ke luar atau
dibiarkan terbuka, dan insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka diberi tampon dengan
kasa.
F. Komplikasi
1. Infeksi
2. Gangguan fungsi reproduksi
3. Gangguan dalam berkemih
4. Gangguan dalam defekasi
5. Ruptur/ perforasi organ yang terkait

G. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD (efek pembesaran ginjal)
b. Eliminasi
Gejala : Penurunan kekuatan /dorongan aliran urin, tetesan
Tanda : Feses keluar melalui fistula
c. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia; mual dan muntah
Tanda : Penurunan Berat Badan
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri suprapubik, daerah fistula dan nyeri punggung bawah
e. Keamanan
Gejala : Demam
f. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Rencana pembedahan
Rencana Pemulangan :
Memerlukan bantuan dengan manajemen terapi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses pembedahan
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi.
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang

Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri. 1. Mencoba untuk mentoleransi nyeri tanpa
2. Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, analgesik.
catat lokasi, lamanya, intensitas. 2. Nyeri sebelum defekasi sering terjadi
3. Catat petunjuk non-verbal, mis.gelisah, pada KU dengan tiba-tiba, dimana
menolak untuk bergerak, berhati-hati dapat berat dan terus-menerus.
dengan abdomen. 3. Dapat digunakan pada hubungan
4. Kaji ulang faktor-faktor yang petunjuk verbal untuk
meningkatkan/ menghilangkan nyeri mengidentifikasi luas/ beratnya
5. Bersihkan area rektal dengan sabun masalah
ringan dan air/lap setelah defekasi dan
4. Dapat menunjukkan dengan tepat
berikan perawatan kulit. pencetus atau faktor pemberat
6. Observasi/ catat distensi abdomen, 5. Melindungi kulit dari asam usus,
peningkatan suhu, penurunan TD mencegah ekskoriasi.
6. Dapat menunjukkan terjadinya obstruksi
usus karena inflamasi, edema, dan
jaringan parut.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses pembedahan
Tujuan : Klien bebas dari tanda-tanda infeksi

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda1. Suhu malam hari memuncak yang
vital, perhatikan peningkatan kembali ke normal pada pagi hari
suhu. adalah karakteristik infeksi.
2. Obeservasi penyatuan 2. Perkembangan infeksi dapat
luka, adanya inflamasi memperlambat pemulihan.
3. Pantau pernapasan,3. Infeksi pulmonal dapat terjadi karena
bunyi napas. Pertahankan depresi pernapasan, ketidakefektifan
kepala tempat tidur tinggi 35- batuk, dan distensi abdomen.
45 derajat, bantu pasien untuk 4. Meskipun persiapan usus dilakukan
membalik, batuk, dan napas sebelum pembedahan, peritonitis
dalam. dapat terjadi bila usus terganggu, mis,
4. Observasi terhadap ruptur praoperasi, kebocoran
tanda/ gejala peritonitis, mis, anastomosis.
demam, peningkatan nyeri, 5. melindungi pasien dari kontaminasi
distensi abdomen. silang selama penggantian balutan.
5. Pertahankan perawatan Balutan basah bertindak sebagai
luka aspetik. Pertahankan retrograd, menyerap kontaminan
balutan kering. eksternal.
6. Berikan obat antibiotik6. Diberikan secara profilaktik dan untuk
sesuai indikasi. mengatasi infeksi.
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi.
Tujuan : Terjadi peningkatan rasa harga diri

Intervensi Rasional
1. Kaji respon dan reaksi pasien dan 1. Menyediakan data tentang masalah
keluarga terhadap penyakit dan pada pasien dan keluarga dalam
penanganannya menghadapi perubahan dalam hidup
2. Kaji hubungan antara pasien dengan 2. Mengindentifikasi penguatan dan
anggota keluarga dukungan terhadap pasien.
3. Kaji pola koping pasien dan anggota 3. Pola koping yang efektif diasa lalu
keluarga mungkin potensial destruktif ketika
4. Ciptakan diskusi terbuka tentang memandang pembatasan yang
perubahan yang terjadi akibat penyakit ditetapkan.
dan penanganannya. 4. Pasien dapat mengindentifikasi masalah
dan langkah-langkah yang diperlukan
untuk menghadapinya.
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Kecemasan berkurang atau teratasi

Intervensi Rasional
1. Catat petunjuk perilaku mis, gelisah, 1. Stres dapat terjadi sebagai akibat gejala
peka rangsang, menolak, kurang fisik kondisi, juga reaksi lain.
kontak mata, perilaku menarik 2. membuka hubungan terapeutik.
perhatian. Membantu dalam meng-indentifikasi
2. Dorong menyatakan perasaan. Berikan masalah yang menyebabkan stres.
umpan balik 3. Validasi bahwa perasaan normal dapat
3. Akui bahwa ansietas dan masalah mirip membantu menurunkan stres.
yang diekspresikan orang lain. 4. Keterlibatan pasien dalam perencanaan
Tingkatkan perhatian mendengan perawatan memberikan rasa kontrol
pasien. dan membantu menurunkan ansietas.
4. Berikan informasi yang akurat dan 5. meningkatkan relaksasi, membantu
nyata tentang apa yang dilakukan. menurunkan ansietas.
5. Berikan lingkungan tenang dan 6. tindakan dukungan dapat membantu
istirahat. pasien merasa stres berkurang.
6. Dorong pasien/orang terdekat untuk 7. meningkatkan kontrol penyakit.
menyatakan perhatian, perilaku
perhatian.
7. Bantu pasien belajar mekanisme koping
baru, mis teknik mengatasi stres.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi.
ujuan : Klien/ keluarga menyatakan pemahaman tentangproses penyakit dan pengobatan.

Intervensi Rasional
1. Tentukan persepsi pasien/ keluarga 1. Membuat pengetahuan dasar dan
tentang proses penyakit. memberikan kebutuhan belajar
2. Kaji ulang proses penyakit, penyebab/ individu.
efek hubungan faktor yang
2. Pengetahuan dasar yang akurat
menimbulkan faktor pendukung. memberikan kesempatan pasien untuk
3. Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, membuat keputusan informasi/pilihan
dosis, dan kemungkinan efek samping. tentang masa depan dan kontrol
4. Tekankan pentingnya perawatan kulit, penyakit.
mis, teknik cuci tangan dengan baik 3. Meningkatkan pemahaman dan dapat
dan perawatan perineal yang baik. meningkatkan kerjasama dalam
5. Penuhi kebutuhan evaluasi jangka program.
panjang dan evaluasi periodik. 4. menurunkan penyebaran bakteri dan
resiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.
5. Pasien dengan inflamasi beresiko untuk
kanker dan evaluasi diagnostik teratur
dapat diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. EGC. Jakarta.
Mansjoer Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Penerbit Media Aesculapuis FKUI.
Jakarta.
Smeltzer Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai