Anda di halaman 1dari 18

a.

Konsep Dasar Penyakit Hipertensi


1. Anatomi Fisiologi

Integumen atau kulit menyusun 15% hingga 20 % berat badan.


Kulit yang utuh adalah sistem pertahanan primer tubuh. kulit melindugi
dari infasi organisme, membantu dalam pengaturan suhu
tubuh,mengolah vitamin dan memberikan penampilan eksternal kita.
Kulit memiliki tiga lapisan kulit primer yaitu epidermis atau lapisan luas,
dermis atau lapisan dalam, dan hipodermis atau lapisan subkutan.
Struktur tambahan epidermis yaitu kelenjar ekrin,kelenjar
apokrin,kelenjar sebaseus, folikel rambut dan kuku.
Epitel kulit terdiri atas sel-sel yang meberikan barier terus menerus
antara isi tubuh dan lingkungan luar. Sel epitel juga melapisi saluran
cerna,saluran nafas dan alveoli, tubulus ginjal dan sistem urinaria, dan
duktus-duktus yang mengosongkan isinya ke permukaaan kulit (lumen)
sitem pencernaan serta pernafasan. Sel epitel memungkinkan transpor
selektif dari ion-ion, nutrien,dan zat sisa metabolik serta memiliki
permeabilitas terhadap air yang di atur secara parsial. Sel-sel epitel
terhubung satu sama lain melalui tautan erat dan mengekspresikan
berbagai populasi protein transporter pada sisi apikal (umunya
menghadap lumen) dan sisi basolateral (menghadap darah atau
serosa).
Integumen terdiri atas tiga stuktur yaitu sebagai berikut:
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan kulit terluar yang tipis dan
berjenjang yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar.
Ketebalan epidermis berkisar dari 0,04 mm pada kelopak mata
hingga 1,6 mm pada telapak tangan dan kaki. Desmosom (titik
pelekatan intersel yang vital bagi adhesi antar sel) ditemukan pada
epidermis.
Keratinosit, sel utama dari epidermis, memproduksi keratin
dalam proses yang komplek. Sel-sel dimulai pada lapisan sel basal
dan berubah secara konstan,bergerak keatas melintasi epidermis.
Pada permukaan, mereka dilepaskan atau hilang melalui abrasi.
Oleh karena itu epidermis secara konstan beregenerasi,
menyediakan barier keratin yang kuat.
Warna kulit merefleksikan produksi granula pigmen
(melanin) oleh melanosit dan adanya darah (hemoglobin) pada
orang berkulit terang. Warna merefleksikan kombinasi empat
warna dasar :
1) Karotenoid yang dibentuk secara eksogen ( kuning)
2) Melanin ( coklat)
3) Hemoglobin teroksigenasi di dalam arteriol dan kapiler (merah)
4) Hemoglobin tereduksi pada venula (biru atau ungu)
b. Dermis
Dermis, lapisan jaringan padat dibawah epidermis, membentuk
sebagian besar substansi dan struktur pada kulit. Ketebalannya
bervariasi dari 1 hingga 4 mm dan paling tebal didaerah punggung.
Dermis mengandung fibroblas, makrofag, sel mask dan limfosit,
yang mendorong penyembuhan luka. Pasokan limfatik, vaskuler,
dan saraf dari kulit, yang mempertahankan ekuilibrium pada kulit,
berada di dermis.
Dermis di bagi menjadi dua bagian : papilaris dan retikularis.
Papilaris dermis, yang mengandung kolagen, pembuluh darah,
kelenjar keringat, dan elastin dalam jumlah banyak, berhubungan
dengan epidermis. Retikulis dermis juga mengandung kolagen,
namun dengan jumlah jaringan elastis matur yang lebih tinggi.
Dermis mengandung banyak sel khusus, pembuluh darah, dan
saraf.
c. Hipodermis
Lapisan subkutan adalah lapisan khusus jaringan ikat.
Kadang di sebut lapisan adiposa karena kandungan lemaknya.
Lapisan ini tidak ada pada beberapa bagian tubuh, seperti kelopak
mata, skorotum, areola,dan tibia. Usia,hereditas, dan banyak faktor
lain mempengaruhi ketebalan lapisan subkutan. Lemak subkutan
umumnya paling tebal punggung dan bokong, memberikan bentuk
dan kontur diatas tulang. Lapisan ini berfungsi sebagai insulasi dari
panas dan dingin yang ekstrim, sebagai bantalan terhadap trauma,
dan sebagai sumber energi dan metabolisme hormon.
Kulit adalah struktur yang secara morfologi kompleks yang
memiliki beberapa fungsi yang penting bagi kehidupan. Kulit
berbeda secara anatomis maupun fisioligis pada berbagai bagian
tubuh. Fungsi kulit meliputi proteksi, mempertahankan homestatis,
termoregulasi, reseptor sensorik, sintesis vitamin dan memproses
substansi antigen.
2. Pengertian
Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang
terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses
infeksi(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda
asing.
Abses juga dapat dikatakan sebagai rongga abnormal yang berada
di bagian tubuh, ketidak normalan di bagian tubuh, disebabkan karena
pengumpulan nanah di tempat rongga itu akibat proses radang dan
kemudian membentuk nanah. Dinding rongga abses biasanya terdiri
dari sel yang telah cidera, tetapi masih hidup. Isi abses yang berupa
nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan jaringan yang nekrotik
dan mencair
3. Etiologi/Faktor Risiko
Menurut Siregar (2014) suatu infeksi bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara:
a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka ynag berasal dari tusukan
jaru yang tidak seteril.
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup didalam tubuh manusia
dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan
terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
a. Terdapat kotoran atau benda asing didaerah tempat terjadinya
infeksi.
b. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
c. Terdapat gangguan sistem kekebalan.
4. Patofisiologi
Proses abses merupakan reaksi perlindungan untuk mencegah
penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian Iain tubuh. Organisme
atau benda asing membunuh sel-sel lokal yang pada akhirnya
menyebabkan pelepasan sitokin.Sitokin tersebut memicu sebuah
respon inflamasi (peradangan), yang menarik kedatangan sejumIah
darah putih (leukosit) ke area tersebut dan meningkatkan aliran darah
setempat.
Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses,
atau kapsul oleh sel-sel sehat disekeliling abses, sebagai upaya unluk
mencegah pus menginfeksi struktur lain di sekitarnya, Meskipun
demikian seringkali proses enkapulasi tersebut cenderung
menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau penyebab peradangan
(agen infeksi atau benda asing) dan melawan bakteri-bakteri yang
terdapat dalam pus. Abses harus dibedakan dengan empyema.
Empyema mengacu pada akumulasi nanah dalam kavitas yang telah
ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada
akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses
terjadinya abses tersebut.
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat
suatu infeksi suatu bakteri. Jika bakteri menyusup kedalam suatu
jaringan yang sehat maka akan terjadi suatu infeksi. Sebagian sel mati
dan hancur meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahah tubuh dalam
melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut dan setelah
menelan bakteri sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan
terdorong, jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan
menjadi dinding pembatas abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh
untuk melawan atau mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika
suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam
tubuh maupun di bawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi
abses.
Bakteri Gram Positif
(staphylococcus aureus Streptococcus mutan)

Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase

Merusak jembatan antar sel

Transport nutrisi antar sel terganggu

Jaringan rusak/mati/nekrosis

Media bakteri yang baik

Jaringan terinfeksi Invasi kuman

Peradangan
Sel darah putih mati

Demam
Jaringan menjadi abses &

Pecah Pembedahan

Reaksi Peradangan

(Rubor, dolor,
kalor,Tumor, functio

Luka Insersi
Nyeri (Pre Operasi) Resiko Infeksi

Nyeri (Post Operasi)


5. Manifestasi Klinis
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh termasuk paru-
paru,mulut,rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam
kulit atau tepat didalam kulit terutama jika timbul di wajah. Menurut
smeltzer dan bare,gejala dari abses tergantung pada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejala bisa berupa :
a. Nyeri
b. Nyeri tekan
c. Teraba hangat
d. Pembengkakan
e. Kemerahan
f. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
seperti benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak,telinga, dan
tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan
akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses didalam
tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali tumbuh lebih besar.
Abses dalam mungkin lebih menyebar ke seluruh tubuh pada
pemeriksaan fisik ditemukan:
a. Luka terbuka atau tertutup
b. Organ/ jaringan terinfeksi
c. Massa eksudat
d. Peradangan
e. Abses superfisial dengan ukuran bervariasi
f. Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa flutuaktif
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah : Hasil pemeriksaan leukosit menunjukkan
peningkatan sel darah putih, GDS, Hb dan albumin karena adanya
anemia dan hipoalbumin akan sangat berpengaruh dalam
penyembuhan luka
b. KulturPus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian antibiotik
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri staphylococcus
aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau
dicloxacillin sering digunakan
b. Drainase abses
Dengan menggunkan pembedahan biasanya diindikasikan apabila
abses berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi
tahap pus yang lebih lunak. Apabila menimbulkan risiko tinggi,
misalnya pada area-area yang kritis tindakan pembedahan dapat
ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu
dilakukan
c. Insisi
Apabila telah terjadi supurasi dan fluktuasi maka dilakukan insisi
8. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mencuci luka
Proses pencucian luka bertujuan untuk membuang jaringan
nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yang
digunakan dan sisa metabolic tubuh pada permukaan luka. Cairan
yang digunakan misalnya NaCl 0,9%. Penggunaan hydrogen
peroksida, larutan hipoklorit, serta cairan debridema lainnya hanya
digunakan pada jairngan nekrosis dan tidak digunakan pada
jaringan granulasi.
b. Debridema
Debridema adalah pembuangan jaringan nekrosis pada luka yang
bertujuan untuk mengindari terjadinya infeksi atau selulitis
c. Pemilihan jenis balutan
Bertujuan untuk mempertahankan suasana lingkungan luka dalam
keadaan lembab, memoercepat penyembuhan, absorbsi
eksudat/cairan yang keluar berlebihan, kontrol infeksi/terhindar
dari kontaminasi.
d. Pemberian penyuluhan
Penyuluhan untuk pencegahan antara lain
1) Gunakan alas kaki saat berjalan
2) Cucilah kaki dan keringkan serta memberikan perhatian
khusus pada daerah sela-sela kaki
3) Jangan menggunakan alat pemanas atau botol diiisi air panas
4) Hindari bertumpang kaki duduk
5) Lindungi kaki dari kedinginan
6) Periksalah kaki setiap hari dan laporkan bila terdapat luka,
bullae kemerahan atau tanda-tanda radang
7) Jika kulit kaki kering maka gunakan pelembap atau krim
9. Komplikasi
Menurut Siregear (2014), Komplikasi mayor dari abses adalah
penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan yang jauh dan
kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangrene). Pada sebagian
besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya
sehingga tindakan medis secepatnya di indikasikan ketika terdapat
kecurigaan akan adanya abses
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas/Istirahat 
1) Lemah, letih, sulit berjalan
2) Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat
3) Disorientasi
b. Sirkulasi
1) Ada riwayat hipertensi, IMA
2) Kebas dan kesemutan pada ekstremitas
3) Kebas pada kaki
4) Takikardia/nadi menurun
5) Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung
c. Intergritas Ego
1) Peka terhadap ransangan
2) Stress, tergantung pada orang lain
d. Eliminasi
1) Poliuria, nokturia
2) Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
3) Nyeri tekan abdomen
e. Makanan/Cairan
1) Hilang nafsu makan
2) Mual/muntah
3) BB menurun
4) Haus
5) Turgor jelek
f. Neurosensori
1) Pusing
2) Nyeri kepala
3) Kesemutan, kebas pada otot
4) Gangguan pengelihatan
g. Nyeri/kenyamanan
1) Abdomen tegang/nyeri
2) Palpitasi
3) Wajah meringis
h. Pernapasan
1) Batuk
2) Napas bau keton
i. Keamanan
1) Kulit kering, gatal, abses
2) Demam, diaforesis
3) Menurunnya kekuatan/rentang gerak
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peradangan
b. Hipertermia berhubungan dengan peradangan
c. Risiko Infeksi
d. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
adanya abses pada ekstremitas
3. Rencana Keperawatan/Intervensi
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
keperawatan selama… maka Observasi
termoregulasi membaik, dengan 1. Identifikasi penyebab
kriteria hasil hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
Luaran Utama:
3. Monitor keadaan
Termoregulasi
elektrolit
1 2 3 4 5 4. Monitor haluaran urine
Kriteria 5. Monitor komplikasi
Hasil akibat hipertermia
Menggigil Terapeutik
Kulit merah 1. Sediakan lingkungan
Kejang yang dingin
Akrosianosis 2. Longgarkan atau
Konsumsi lepaskan pakaian
oksigen
3. Basahi dan kipasi
Piloereksi
permukaan tubuh
Vasokonstri
ksi perifer 4. Berikan cairan oral
Kult 5. Ganti linen setiap hari
memorata atau lebih seirng jika
Pucat mengalami hiperhidrosis
Takikardi (keringat berlebih)
Takipnea 6. Lakukan pendinginan
Bradikardi eksternal (mis. selimut
Dasar kuku hipotermia atau
sianotik kompres dingin pada
Hipoksia
dahi, leher, dada,
Ket. Skala :
1. Meningkat abdomen, aksila)
2. Cukup Meningkat 7. Hindari pemberian
3. Sedang antipiretik atau aspirin
4. Cukup Menurun 8. Berikan oksigen, jika
5. Menurun perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
1 2 3 4 5 Kolaborasi
Kriteria 1. Kolaborasi pemberian
Hasil cairan dan elektrolit
Suhu tubuh intarvena, jika perlu
Suhu kulit
Kadar
glukosa
darah
Ventilasi

Tekanan
darah
Ket. Skala :

1. Memburuk
2. Cukup Memburuk
3. Sedang
4. Cukup Membaik
5. Membaik
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Gangguan Dalam … x 24 jam Perawatan Integritas Kulit
Integritas Kulit Luaran: Integritas kulit dan jaringan Observasi
dan Jaringan 1. Identifikasi penyebab
1 2 3 4 5 gangguan integritass kulit
Kriteria Hasil
Elastisitas Terapeutik
Hidrasi 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
Perfusi jaringan tirah baring
Ket. Skala: 2. Lakukan pemijatan pada
1. Menurun area penonjolan tulang
2. Cukup menurun 3. Bersihkan perineal dengan
3. Sedang air hangat, teruttama
4. Cukup meningkat selama periode diare
5. Meningkat 4. Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak
1 2 3 4 5 pada kulit kering
Kriteria Hasil 5. Gunakan produk berbahan
Kerusakan ringat/alami dan hipoalergik
jaringan pada kult sensitive
Kerusakan 6. Hindari produk berbahan
lapisan kulit dasar alcohol pada kulit
Nyeri kering
Perdarahan
Kemerahan Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
Hematoma
pelembap
Pigmentasi
2. Annjurkan minum air yang
abnormal
cukup
Jaringan parut
3. Anjurkan meningkatkan
Nekrosis asupan nutrisi
Abrasi kornea 4. Anjurkan meningkatkan
Ket. Skala: asupan buah dan sayur
1. Meningkat 5. Anjurkan mengjindari
2. Cukup meningkat terpapar suhu ekstrem
3. Sedang 6. Anjurkan menggunakan
4. Cukup menurun tabir surya SPF minimal 30
5. Menurun saat berada diluar rumah
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
1 2 3 4 5 secukupnya
Kriteria Hasil
Suhu kulit
Sensasi
Tekstur
Pertumbuhan
rambut
Ket. Skala:
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Nyeri Akut Dalam … x 24 jam Manajemen Nyeri (SIKI hlm.
Luaran: tingkat nyeri 201)
Ket. Skala: Obeservasi
1. Meningkat 1. Identifikasi lokasi,
2. Cukup meningkat karakteristik, durasi,
3. Sedang kualitas, intensitas nyeri
4. Cukup menurun 2. Identifikasi skala nyeri
5. Menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
1 2 3 4 5 4. Identifikasi faktor yang
Indikator memperberat dan
Keluhan nyeri memperingan nyeri
Meringis 5. Identifikasi pengaruh nyeri
Sikap protektif terhadap kualitas hidup
Gelisah 6. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Risiko Infeksi Dalam … x 24 jam Pencegahan Infeksi
Luaran: tingkat infeksi menurun Observasi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik
1 2 3 4 5 Terapeutik
Kriteria hasil 1. Batasi jumlah pengunjung
Demam 2. Berikan perawatan kulit
Kemerahan pada area edema
Nyeri 3. Cuci tangan sebelum dan
Bengkak sesudah kontak dengan
Cairan berbau pasien dan lingkungan
busuk pasien
Drainase 4. Pertahankan teknik aseptic
purulen pada pasien berisiko tinggi
Ket. Skala: Edukasi
1. Meningkat 1. Jelaskan tanda dan gejala
2. Cukup meningkat infeksi
3. Sedang 2. Ajarkan cara mencuci
4. Cukup menurun tangan yang benar
5. Menurun 3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
Daftar Pustaka
Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Susanto, J. (2015). Standar Asuhan
Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Huda, Amin. & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta: Penerbit Madiaction.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan.


Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawtan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai