Oleh :
Okta Fitriani
1730044
Malang
WOUND)
I. Laporan Pendahuluan
A. Definisi
sebagian jaringan tubuh yangdisebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,ledakan, sengatan listrik atau
ulnus Laseratum merupakan luka terbuka
yang terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas
kulit atau otot”.
Luka terbuka merupakan luka dimana kulit atau jaringan selaput lendir
rusak. Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu
rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit. Kerusakan ini dapat terjadi
karena suatu kesengajaan seperti pada tindakan operasi maupun ketidak sengajaan
seperti luka akibat kecelakaan (traumatis).
B. Etiologi
1. luka yang sengaja dibuat untuk suatu maksud tertentu. Misalnya luka operasi / insisi, rencana pengobata
Luka di sengaja yaitu
Luka tidak sengaja yaitu luka yang diakibatkan karena kecelakaan. Misalnya
luka bacok, tertikam, tertembak.
2.
erjadi karena teriris oleh instrument yangtajam. Misalny ayang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptic), biasanya tertutup oleh s
und), terjadi akibat benturan oleh suatutekanan dan dikarakteristikan oleh cedar pada jaringan lunak, perdarahandan
terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d), terjadi akibat adanya benda seperti
dalam kulit dengan diameter yang kecil.
Luka gores (lacerated wound), terjadi akibat benda yang tajam sepertioleh kaca / kawat.
Luka tembus (penetrating wound), luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada
4. Berdasarkan penampilan
a. Nekrotik, (hitam), Eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering
atau lembab.
b. Sloughy (kuning), jaringan mati yang fibrous
c. Terinfeksi (kehijauan), terdengan tanda-tanda klinis adanya infeksi
sepertinyeri, panas, bengkak, kemerahan dan peningkatan eksudat.d.
d. Granulasi (merah), jaringan granulasi yang sehate.
e. Epitalisasi (pink), terjadi epitelisasi
adi :
a) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
a lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blist
ulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
dasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lu
pai lapisan otot,
yang luas.
D. Patofisiologi
Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh,
kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh
terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan
akan terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar
timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh
mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu
sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis
dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup
dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas maka
reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan
sirkulasi yang utuh terjadi
pada tepinya antara jaringan mati dan hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan
jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan
menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan
hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan
rasa nyaman nyeri yang
berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Mansjoer (2000) manifestasi klinis vulnus laceratum adalah sebagai
berikut :
1. Luka tidak teratur
2. Jaringan rusak
3. Bengkak
4. Pendarahan
5. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah
rambut 6. Tampak lecet atau memar di setiap luka.
leukosit(utamanyaNeutrifil).Neotrofilselanjutnyamemfagositdan
membunuh bakteri dan masuk ke matriks fibrin dalam persiapan
pembentukkan jaringan baru.
2. Fase proliferasi / rekonstruksi (2-24 hari)
Apabila tidak ada infeksi / kontaminasi pada fase inflamasi, maka proses
penyembuhan selanjutnya memasuki tahapan proliferasi / rekonstruksi.
Tujuan utama fase ini adalah :
Proses granulasi (untuk mengisi ruang yang kosong pada luka)
Angiogenesis (pertumbuhan kapiler baru)
Secara klinis akan tampak kemerahan pada luka. Angiogenesis terjadi
bersamaan dengan fibrioplasia. Tanpa proses angiogenesis sel-sel
penyembuhan tidak dengan bermigrasi, replikasi, melawan infeksi dan
pembentukkan atau deposit komponen matriks baru.Proses konstriksi (untuk
menarik kedua tepi luka agar saling berdekatan). 3. Fase Remodilling atau MAturasi (24 hari 3 tahun)
Fase ini merupakan fase terakhir dan terpanjang pada
proses penyembuhan luka. Aktifitas sintesis dan degradasi kolagen berada dal amkeseimbangan. Serabut-sera
bertambah tebal kemudian disokong oehproteinase untuk perbaikansepanjang garis luka.kolagen menjadi uns
menyokong pemulihan jaringan.
I. Penatalaksanaan
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan
luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
1. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
2. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit.
Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptik seperti:
a. Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif).
b. Halogen dan senyawanya
c. Oksidansia
d. Logam berat dan garamnya
e. Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
f. Derivat fenol
g. Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan
turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%.
Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka
terinfeksi (Mansjoer, 2000:390).
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan
adalah
pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan
pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga
memperlama waktu rawat dan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam
pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka.
Pembersihan luka tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah
meninangkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka;
menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris
(InETNA, 2004:16).
4. Penutupan Luka
Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
5. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan,
infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah
berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
6. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
7. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi
(Mansjoer,2000:398 ; Walton, 1990:44).
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
- Luka baru
Kaji keadaan umum pasien
Kaji tempat kejadian ( emergensi atau stabil )
Kaji Tandi Vital ( Tensi, suhu, nadi, pernapasan ) 4. Kaji keadaan luka ( luas, lokasi, jenis, )
Kaji adanya tanda – tanda infeksi luka
Kaji hal – hal yang berhubungan dengan luka, fraktur, perdarahan, injuri, dan cedera kepala
7. Kaji perdarahan yang keluar ( ada atau tidak, Jumlah, warna , bau )
Pengakjian fisik:
Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : ketakutan, cemas, gelisah.
Eliminasi
Gejala : konstipasi, retensi urin.
Tanda : belum buang air besar selama 2 hari.
Neurosensori
Gejala : vertigo, tinitus, baal pada ekstremitas, kesemutan, nyeri.
Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada daerah cidera , kemerah-meraha
Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri pada daerah luka bila di sentuh atau di tekan.
Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsang nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa tidur.
Kulit
Gejala : nyeri, panas.
Tanda : pada luka warna kemerahan , bau, edema.
B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor
mekanik 3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka teerbuka
C. Intervensi
No. Dignosa keperawatan NOC NIC
distraksi, kompres
hangat/ dingin.
7. Tingkatkan istirahat
8. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
9. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
10. Kolaborasi
pemberian
analgesic.
2. Kerusakan integritas
Tissue Integrity : Pressure Management
kulit berhubungan Skin and Mucous 1. Anjurkan pasien
dengan factor mekanik Membranes untuk menggunakan
Wound Healing : pakaian yang longgar.
primer
2. Hindari kerutan pada
dan
tempat tidur.
sekunder Kriteria
hasil :
1. Integritas kulit yang
baik
bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas, 3. Jaga kebersihan kulit
temperatur, hidrasi, agar tetap bersih dan
pigmentasi). kering
2. Tidak ada luka/lesi pada 4. Mobilisasi pasien
3. Resiko infeksi
Immune status Infection control
berhubungan dengan
Knowledge : (kontrol infeksi)
luka teerbuka infection control 1. Bersihkan lingkungan
Risk control setelah dipakai pasien
Kriteria hasil: lain
1. Klien bebas dari tanda 2. Pertahankan teknik
dan gejala infeksi isolasi
2. Mendiskripsikan proses 3. Batasi pengunjung bila
penularan penyakit, perlu.
factor yang 4. Intruksikan pada
mempengaruhi pengunjung untuk
penularan serat mencuci tangan saat
penatalaksaannya. berkunjung
3. Menunjukkan meninggalkan pasien.
kemampuan untuk
menceagah timbulnya 5. Gunakan sabun anti
infeksi. mikroba untuk
4. Jumlah leukosit dalam mencuci tangan.
batas normal. 6. Cuci tangan sebelum
1. Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.
2. Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika Auskulapius
FKUI: Jakarta.
3. Nurarif, Amir Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi asuhan keperawatab
berdasarkan diagnose medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 1. Yogjakarta :
Media Action.
4. http://ingevelysta.blogspot.com/2016/07/laporan-pendahuluan-vulnus-