Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP


STATUS GIZI
PADA ANAK BALITA

Oleh :

LITIGIA MENDONCA BERE DO REGO


181014201604

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang
Gizi merupakan unsur yang terkandung dalam makanan yang proses
metabolismenya melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan mengeluarkan zat yang tidak di perlukan oleh tubuh, dan dapat di
manfaatkan sebagai sumber energi bagi tubuh.

Menurut data WHO 2010, 1,5 juta anak meninggal dikarenakan ketidak tepatan
dalam pemberian makanan, 90% diantaranya terjadi di Negara berkembang.
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang masih mengalami masalah
gizi buruk yang terbilang besar. Masalah gizi buruk yang sampai sekarang masih
menjadi masalah utama di tingkat nasional ialah gizi buruk pada toddler, anemia
(kurang darah), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan kekurangan
vitamin A.

Ibu adalah salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada anak. Ibu
sebagai penentu makanan yang dikonsumsi oleh anak dan anggota keluarganya.
Kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi dan kesehatan, terkhususnya ibu, ibu
harus mengetahui tentang gizi seimbang agar anak tidak mengalami kekurangan gizi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah hubungan status sosial
ekonomi dengan status gizi ialah tingkat pendidikan orang tua terhadap macam-
macam pekerjaan dan berpengaruh pada pendapatan. Dan ketika pendapatan yang
kurang maka itu adalah masalah bagi keluarga untuk mencapai kebutuhan gizi
seimbang, baik itu dari segi kualitas maupun kuantitasnya untuk seluruh anggota
keluarga. risiko yang di alami oleh anak yang menderita stunting meningkat akibat
pendapatan keluarga yang rendah, tinggi badan ayah dan ibu yang kurang dan tingkat
pendidikan orang tua juga rendah, sehingga anak tersebut mengalami stunting karena
tingkat pendidikan orang tua sangat penting terhadap gizi keluarga.

Kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada anak-
anak usia dibawah lima tahun. Balita membutuhkan zat-zat gizi dalam jumlah yang
besar karena terjadi proses tumbuh kembang yang sangat pesat. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menyatakan bahwa di negara berkembang pada tahun 2004 terdapat
20% anak balita mengalami underweight. Prevalensi nasional masalah gizi pada
balita pada tahun 2010 adalah balita dalam kategori kurus 7,3% dan balita dalam
kategori sangat kurus 6%. Menurut Riskesdas pada tahun 2010 di Provinsi Jawa
Tengah prevalensi balita kurus 7,8% dan balita sangat kurus 6,4%. Sedangkan,
prevalensi balita gizi kurang di Semarang pada tahun 2011 sebanyak 4,89%.
Pada umumnya keluarga telah memiliki pengetahuan dasar mengenai gizi.
Namun, sikap dan keterampilan serta kemauan untuk bertindak memperbaiki gizi
keluarga masih rendah. Sebagian keluarga menganggap asupan makanannya selama
ini cukup memadai karena tidak ada dampak buruk yang dirasakan. Sebagian
keluarga juga mengetahui bahwa ada jenis makanan yang lebih berkualitas, namun
mereka tidak ada kemauan dan tidak mempunyai keterampilan untuk penyiapannya.
Salah satu upaya dalam program perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu konsumsi
makanan melalui program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) yang diharapkan
berdampak pada perbaikan status gizi.

Kadarzi adalah program yang dijalankan pemerintah dengan harapan keluarga


mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
Keluarga disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan
minimal dengan menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI eksklusif,
makan beranekaragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi sesuai
anjuran. Kadarzi diwujudkan dengan cara meningkatkan pengetahuan gizi dan
perilaku gizi keluarga yang kurang mendukung serta menumbuhkan kemandirian
keluarga untuk mengatasi masalah gizi yang ada dalam keluarga. Rendahnya
pengetahuan dan perilaku masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga terhadap gizi
dan kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh pada pencapaian program
Kadarzi.

Kelurahan Pagersari, Ungaran terletak dekat dengan kawasan industri sehingga


sebagian besar ibu yang mempunyai anak balita bekerja sebagai buruh pabrik dengan
waktu kerja lebih lama. Menurut data yang didapat dari posyandu kelurahan Pagersari
pada bulan Februari 2012 terdapat 15,3% balita gizi kurang.

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai


hubungan pengetahuan dan perilaku ibu dengan status gizi anak balita. Hasil studi ini
diharapkan dapat digunakan sebagai upaya peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi
dan kesadaran ibu akan pentingnya perilaku Kadarzi.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada Hubungan pengetahuan orang tua terhadap status gizi pada anak
balita?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi Hubungan pengetahuan orang tua terhadap status
gizi pada anak balita.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristika gizi pada anak balita meliputi: usia, dan
jenis kelamin.
2. Mengidentifikasi prestasi orang tua terhadap status gizi
3. Mengidentifikasi kekurangan gizi pada anak balita
4. Menganalisis hubungan pengetahuan orang tua terhadap status gizi pada
anak balita
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Penelitian
Sebagai bahan kajian pustaka bagi perkembangan ilmu keperawatan
hubungan pengetahuan orang tua terhadap status gizi pada anak balita anak
usia khusus ( 1-2 )tahun.
1.4.2 Institusi
Memberikan informasi bagi institusi mengenai hubungan pengetahuan
orang tua terhadap staus gizi pada balita pada anak usia khusus ( 1-2 ) tahun
sehingga dapat melakukan upaya-upaya pencegahan untuk menurunkan
prevalensi balita pada anak dan hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi
penelitian selanjutnya untuk meneliti variabel yang lain kaitannya dengan
status gizi.
1.4.3 Perawat
Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi perawat sebagai pemberi
pelayanan untuk menyebarluaskan informasi dan dapat pengetahuan ibu
terdapat status gizi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP BALITA
2.1.1 Definisi
Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi selain ibu
hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Pada masa ini pertumbuhan sangat cepat
diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan
sosial (Depkes, 2000). Anak usia bawah 5 tahun (Balita) mempunyai risiko
yang tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin tinggi
faktor risiko yang berlaku terhadap anak tersebut maka akan semakin besar
kemungkinan anak menderita Kurang Energi Protein. Balita merupakan anak
usia di bawah lima tahun (0-5) tahun. Pada usia tersebut merupakan masa
pertumbuhan yang memerlukan perhatian khusus dari orangtua. Orangtua
yang paling berperan dalam tumbuh kembang anak adalah ibu, terutama
dalam hal makanan agar asupan gizi yang diberikan balita dapat seimbang.
Hal tersebut dikarenakan balita merupakan usia yang rentan akan gizi dan
perlu pemantauan khusus masalah gizi agar mampu tumbuh dan berkembang
secara optimal.
2.1.2 Karakteristik
Menurut Damaiyanti karakteristik anak dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian anata lain :
 Usia bayi (0-1 tahun)
Pada usia ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah
dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan
perasaannya dengan menangis.
Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi
kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Lakukan
komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin
membina hubungan yang baik dengan ibunya.
 Usia Pra sekolah (2-5 Tahun)
Dalam karakteristik pada anak yang di bawa 3 tahun sangatlah egosentris
dan mempunya perasaan takut serta ketidaktahuan sehingga kita sebagai
orang tua perlu memberitahukan apa yang terjadi pada dirinya. Contoh
yang dapatkita beritahu ialah saat di ukur suhu, hal ini di karenakan anak
akan merasa alat yang akan di tempelkan pada tubuhnya yang dapat kita
lakukan dengan memberikan kesempatakan pada anak untuk memegang
alat ukurnya sampai anak itu merasa bahwa alat yang akan di tempelkan
pada dirinya itu tidak berbahaya. Dari hal bahasa, anak belum mampu
berbicara fasih. Hal ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata
900-1200 kata. Oleh karena itu ketika orang tua menjelaskan kepada anak
harus menggunakan bahasa yang sederhana.
 Usia sekolah (6-12 Tahun)
Pada usia ini anak sudah mulai peka terhadap stimulus yang yang di
rasakan. Oleh karenakan, apabila berkomunikasi dan berinteraksi dan
berinteraksi social dengan anak seusiannya dan menggunakan bahasa yang
mudah.
 Usia remaja 13-18)
Pada fase ini ialaha masa transisi dari masa anak-anak menuju masa
dewasa. Oleh karena itu pola piker serta tingkah laku anak menjadi
berbeda. Orang tua harus memberikan kesempatan untuk memecahkan
masalah secara positif dan apa bila anak merasa cemas atau stress jelaskan
cara yang dapat dia lakukan dengan mengajak temannya untuk berbicara.
2.1.3 Masalah Kesehatan Yang Sering di Alami
Permasalah kesehatan yang sering terjadi pada anak-anak sangat
banyak. Dalam hal ini anak-anak memilki daya tubuh yang kurang atau lebih
sensitive di banding orang dewasa dan ini akan menggangu kesehatan anak
dan menggangu pertumbuhan dan perkembangan bagi si anak. Masalah
kesehatan yang sering terjadi pada anak yaitu diare, ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Atas), stunting, gizi buruk, masalah gigi, flu dan munta.
(Wong,2009). Dari beberapa masalah yang sudah di sebutkan hal-hal yang
menjadi factor terjadi pada dari beberapa aspek, aspek ekonomi, pedidikajn,
lingkungan dan social budaya.
2.2 STATUS GIZI
2.2.1 Definisi
Gizi kata “Gizi” berasal dari bahasa Arab,”Gizzah” yang artinya zat
makanan sehat. Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan,
serta mengatur proses-proses kehidupan. Status gizi adalah keadaan yang
diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolism tubuh. Status gizi
merupakan salah satu indikator kualitas sumber daya manusia yang
menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Status gizi anak balita secara
langsung maupun tidak langsung dapat dipengaruhi oleh lingkungan, di mana
balita tersebut tumbuh dan berkembang.
2.2.2 Klasifikasi
Karakteristik anak terdiri dari: usia, jenis kelamin, riwayat penyakit
infeksi (durasi dan frekuensi), berat badan lahir, status pemberian ASI
eksklusif, dan status kelengkapan imunisasi dasar.
Pada penelitian di Malawi menemukan bahwa peningkatan durasi
diare dan ISPA berhubungan dengan penurunan status gizi anak. Peningkatan
durasi diare berhubungan dengan penurunan indeks TB/U. Peningkatan durasi
diare, demam, dan ISPA juga berhubungan dengan parameter gizi lain, yaitu
penurunan indeks BB/U. Hambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh diare
berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien selama dan setelah episode
diare. Hambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh ISPA berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik dan gangguan intake makanan
selama periode penyakit.
Tingkat asupan protein, rerata frekuensi sakit, status pemberian ASI
eksklusif, status kelengkapan imunisasi dasar, tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi, dan jumlah anggota rumah tangga tidak menunjukkan hubungan yang
signifikan dengan status gizi.
2.2.3 Upaya Pencegahan / Penanganan
Status gizi dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada
saat 1000 HPK. Pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan pada ibu hamil
perlu mendapat perhatian untuk mencegah terjadinya status gizi. Status gizi
akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada
saat dewasa. Akibat kekurangan gizi pada 1000 HPK bersifat permanen dan
sulit untuk diperbaiki. Penanggulangan Status gizi menjadi tanggung jawab
kita Bersama, tidak hanya Pemerintah tetapi juga setiap keluarga Indonesia.
2.3 PENGETAHUAN ORANG TUA
2.3.1 Definisi
pengetahuan orang tua lebih terfokus pada ibu adalah dimana semakin
tinggi pula tingkat pengetahuan ibu untuk menyerap pengetahuan praktis
dalam lingkungan formal maupun non formal terutama melalui media massa,
sehingga ibu dalam mengolah, menyajikan dan membagi sesuai yang
dibutuhkan. IRT berpengetahuan kurang karena hal ini memungkinkan
kurangnya perhatian responden terhadap penyakit pada bayinya karena survei
di lapangan menunjukkan bahwa banyaknya ibu-ibu yang bercerita dengan
tetangganya dan tidak mempunyai waktu untuk anaknya. Pengaruh orang tua
juga sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak secara
normal. Untuk mendapatkan anak yang tumbuh dengan normal juga tidak
lepas dari tingkat pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak. Terlepas dari itu pengetahuan ibu sangat penting dalam mengatur
konsumsi makanan dengan pola menu seimbang sangat diperlukan pada masa
tumbuh kembang balita (Handono,2010).
2.3.2 Klasifikasi
Menurut Friedman (2013) sumber dukungan keluarga terdapat
berbagai macam bentuk seperti: (Rafsanjani, 2018)
a) Dukungan informasional Dukungan informasional adalah keluarga
berfungsi sebagai pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan
tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan
mengungkapkan suatu masalah.
b) Dukungan penilaian atau penghargaan Dukungan penilaian adalah
keluarga yang bertindak membimbing dan menengahi pemecahan
masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
c) Dukungan instrumental Dukungan instrumental adalah keluarga
merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah
dalam hal kebutuhan keuangan, makan, minum dan istirahat.
d) Dukungan emosional Dukungan emosional adalah keluarga sebagai
tempat yang aman dan damai untuk istirahat serta pemulihan dan
membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosional meliputi
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk adanya kepercayaan dan
perhatian.
2.3.3 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan sebuah keluarga beroperasi sebagai unit
dan anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Hal ini mencerminkan gaya
pengasuhan, konflik keluarga, dan kualitas hubungan keluarga. Fungsi
keluarga mempengaruhi kapasitas kesehatan dan kesejahteraan seluruh
anggota keluarga. Terdapat 7 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya
antara lain :
1. Fungsi Keagamaan
Fungsi keluarga utama dalam keluarga ialah sebagai tempat pertama
seorang anak mengenal, menanamankan dan menumbuhkan serta
mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga bisa menjadi insaninsan
yang agamis, berakhlak baik dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi keluarga dalam social budaya memberikan kesempatan kepada
seluruh anggota keluarganya dalam mengembangkan kekayaan sosial
budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
3. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya dalam
menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi setiap
anggota keluarganya.
4. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Dalam memberikan peran dan arahan dari keluargan dalam mendidik
keturunannya sehingga dapat menyesuaikan kehidupannya di masa
mendatang. Sosialisasi adalah proses pengembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social. Sosialisasi dimulai
sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu,
dan orang – orang yang disekitarnya.
5. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan
keturunannya yang sudah menjadi fitrah manusia sehingga dapat
menunjang kesejahteraan umat manusia secara universal.
6. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Fungsi keluarga dalam memberi kemampuan kepada setiap anggota
keluarganya sehingga dapat menempatkan diri secara serasi, selaras, dan
seimbang sesuai dengan aturan dan daya dukung alam dan dalam
memberikan lingkungan yang setiap saat selalu berubah secara dinamis.
7. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagai mana unsur pendukung kemandirian dan
ketahanan keluarga. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan
penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
2.3.4 Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran utama dalam mengasuh anak, di segala
norma dan etika yang berlaku didalam lingkungan masyarakat, dan berbudaya
dapat diteruskan dari orang tua kepada anaknya dari generasi ke generasi yang
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Keluarga memiliki peran yang
penting dalam kelangsungan hidup dan dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan pada sejak
dini pada setiap anak. Selain dari itu orang tua dapat meningkat pendidikan,
moral individu juga menjadi tolak ukur berhasil tidaknya suatu perkembangan
dari si anak.
Dalam Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memegang
peran penting dan sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan
intelektualitas generasi muda sebagai penerus bangsa, oleh karena itu keluarga
kembali mengambil peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Dalam hal ini berbagai aspek pembangunan dan perkembangan
suatu bangsa, tidak lepas dari berbagai aspek yang saling mendukung, salah
satunya sumber daya manusia. Hal ini terlihat pada garisgaris besar haluan
negara bahwa masyarakat merupakan sumber daya manusia yang memiliki
potensi dan produktifitas bagi pembangunan nasional. Bagaimana pun
masyarakat tidak dapat terlepas dari peran serta keluarga sebagai pembentuk
karakter dan moral individu sehingga menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas.
Keluarga dalam pandangan antropologi adalah suatu kesatuan sosial
terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki
tempat tinggal dan ditandai oleh kerjasama ekonomi, berkembang, mendidik,
melindungi, merawat, dan sebagainya. Inti dalam keluarga terdiri dari ayah,
ibu, dan anak. Namun terkadang ada juga anggota lainnya yang umumnya
tinggal bersama dalam satu rumah, diantaranya yaitu kakek dan nenek atau
juga asisten rumah tangga. Anggota dalam keluarga tentu memiliki peran
yang berbeda-beda, dan kemudian dari peran itulah akan muncul kewajiban
dan hak masing-masing anggota. Berawal dari keluarga pula semua anggota
mempelajari sifat-keyakinan, sifat-sifat (akhlak) mulia, komunikasi dan
interaksi sosial, serta keterampilan hidup.
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep

Anak Balita
Masalah kesehatan
yang terjadi pada Penyebab dari Status gizi
anak
Karakteristik  BBLR
1. Diare
1-2 tahun  Sanitasi
2. ISPA
lingkungan
3. 3.Status gizi
Status gizi  Nutrisi yang
kurang
4. Gizi buruk
5. Masalah gigi  Tidak
6. Hypertemia mendapatkan asi
7. Anemia
penangan
eksklusif
8. Obesitas  Infeksi yang
berkali-kali
Kuensioner  Masalah ekonomi

Penanganan
Blue print
a) Dukungan
emosional Keluarga
b) Dukungan
 Pola asuh
pengetahuan
c) Dukungan  Peran
instrumental  Dukungan
keluarga
d) Dukungan  Karakteristik
 Fungsi
informatik

Keterangan :
: variabel yang di teliti
: variabel yang tidak di teliti
Hipotesis Penelitian
Adalah Terdapat hubungan anatara pengatahuan ibu dengan anagka kejadian Status
gizi pada anak balita usia khusus ( 1-2 tahun ).
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian adalah suatu strategi penelitian dalam mengindentifikasi
permasalahan sebelum perencana akhir pengumpulan data. Dalam penelitian ini
desain yang di gunakan adalah analtik korelational dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional yang memperlajari dinamika korelasi antara dukungan
keluarga dengan kejadian status gizi pada anak balita dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu saat. Artinya, tiap subjek
penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
4.2. Kerangka Kerja
Kerangka kerja adalah suatu uraian dan visualisasi konsep- konsep serta
variabel-variabel yang diukur (diteliti) Berikut kerangka kerja
Populasi
Populasi dalam penelitian adalah jumlah keseluruan objek yang diteliti dan dapat
mewakili seluruh populasi

Sampel
Sample adalah bagian dari keseluruhan yang mewakili jumlah dan
karakteristik yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi

Teknik Sampling
analtik korelational

Desain Penelitian
Pre- Eksperimental One Group Pre Test-Post Test
Design

Pengumpulan Data
Kuesioner

Pengolahan Data
Editing,Coding,Scoring,Tabulating

Analisa data
Chi square

Hasil Penelitian dan


Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


4.3. POPULASI DAN SAMPEL
4.3.1. Populasi
Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah keluarga yang
mempunyai anak balita atau umur 1-2 tahun.
Populasi
4.3.2. Sampel
Populasi dalam penelitian adalah jumlah keseluruan objek yang diteliti dan dapat
Sample dalammewakili
penelitian ini adalah
seluruh seluruh
populasi di RTkeluarga yang memenuhi
03 RW 01.
kriteria inklusi dan ekslusi.
4.3.3. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan Sampeladalah Teknik total sampling.
Sample adalah bagian dari keseluruhan yang mewakili jumlah dan
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total
karakteristik yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi di RT 03
sampling, yaitu seluruh populasi dijadikan RW sampel.
01 Agar karakteristik sampel
tidak menyimpang dari populasinya, sebelum dilakukan pengambilan sampel
perlu di tentukan kriteri inklusi maupun kriteria ekslusi. Pengumpulan data
Teknik Sampling
menggunakan lembar observasi dan menimbang, Pengisian kuesioner oleh
Purposive sampling
keluarga yang mempunyai anak stunting kemudian dilakukan pengolahan dan
analisis statistic Uji Spearman rank dengan program SPSS.
4.3.4. Kriteria Sampel Desain Penelitian
1. Kriteria inklusiPre- Eksperimental One Group Pre Test-Post Test
Design
Berikut ini kriteria sampel dari penelitian sebagai berikut :
a. Keluarga dengan anak status gizi
Pengumpulan Data
b. Umur anak 1 - 2 tahun atau balita Kuesioner
c. Tinggal satu rumah dengan anaknya
d. Keluarga bersedia diteliti Pengolahan Data
2. Kriteria eksklusi : Editing,Coding,Scoring,Tabulating
a. Tidak satu rumah antara orang tua dan anak
b. Orang tua sedang tidak ada di tempat pada saat penelitian
Analisapenyakit
c. Anak balita atau usia 1-2 tahun dengan data penyerta
Paired T Test
4.4. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
4.4.1. Tempat
Tempat peneliti dilaksanakan Hasil Penelitian dan baledono kecamatan
di kelurahan
Pembahasan
purworejo kabupaten purworejo. Tempat ini dikarenakan memiliki angka
kejadian anak balita yang di tinggi di tempat tersebut .
4.4.2. Waktu Kesimpulan dan Saran
Penelitian ini di lakukan pada tanggal 5 april – 1 mei 2021, kabupaten
purworejo.
4.5. DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara Skala Hasil


ukur ukur
1 Variable Kondisi yang Kuesioner - Ordinal -
Dependen menggambarkan anak
terhambatnya
pertumbuhan, gagal
Status gizi tumbul atau anak yang
pendek karena
kurangnya nutrisi pada
anak dan diukur saat
penelitian dengan
membandingkan tinggi
badan menurut umur
balita.
2 Variable Dukungan yang Kuesioner - Ordinal -
independen diberikan kepada
keluarga dalam bentuk
dukungan penilaian,
Pengetahuan dukungan instrumental,
ibu dukungan informasional,
dan dukungan emosional
untuk meningkatkan
kesehatan anak balita.

4.6. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA


Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner. Kuesioner dalam
penelitian ini ada 2 yaitu kuesioner anak balita dan kuesioner pengetahuan ibu.
Kuesioner anak balita untuk memberikan pertanyaan kepada orang tua yang akan
menjawab pertanyaan dari kuesioner yang di berikan. kuesioner yang diberikan dalam
bentuk tertutup karena jawabanya sudah di sediakan oleh peneliti. Hasil ukur yang di
gunakan dalam penelitian ini skala guttman. Hal ini dikarenakan jawaban dari
kuesioner tersebut di tegas dan jelas contoh yakin-tidak yakin, benar-salah, pernah-
belum pernah, setuju- tidak setuju, positif-negatif.
Kemudian untuk kuesioner yang kedua untuk dukungan keluarga Instrumen
penelitian yang digunakan adalah Kuesioner. Kuesioner ini untuk memberikan
pertanyaan kepada pasien dan pasien akan menjawab pertanyaan dari kuesioner yang
di berikan. Kuesioner yang diberikan dalam bentuk tertutup karena jawabanya sudah
di sediakan oleh peneliti. Hasil ukur yang di gunakan dalam penelitian ini Skala
Likert yang dimana untuk mengukur pendapat seseorang tentang sesuatu kejadian
atau gejala. Tanggapan dalam kuesioner positif dan negatif tentang sesuatu
pernyatakan. Skala ukur tang di gunakan dalam penelitian ini kategorik ( Ordinal )
4.7. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Mengurus surat-surat nilai dari Universitas, Bakesbanpol, Kemudian Dinkes
dan Puskesmas. Kemudian melakukan koordinasi dengan pihak Puskesmas
Purworejo, menetukan responden dengan mengikuti kegiatan posyandu di Puskesmas
Purworejo, mendatangi responden yang sesuai dengan kriteria insklusi yang telah
ditentukan di posyandu dan secara door to door jika responden tidak hadir pada
posyandu saat dilakukan peneltian. Kemudian peneliti kontrak waktu dengan
responden, menjelaskan tujuan dan langkah dari penelitian pada masing-masing
responden serta memberikan surat peretujuan (informed consent) menjadi responden
penelitian untuk ditandatangani. Peneliti menjelaskan cara pengisian lembar
kuesioner, waktu yang dibutuhkan responden untuk mengisi kuesioner kurang lebih 5
menit. Peneliti membagikan kuesioner dan membantu menjelaskan dan memberikan
pendampingan dalam menjawab pertanyaan pada responden yang kurang memahami
pertanyaan. Setelah selesai kuesioner dikembalikan kepada peneliti untuk dicek
apakah kuesioner sudah terisi semua dan sesuai pertanyaan atau belum. Pemberian
sovenir sebagai tanda terima kasih atas kerjasama ibu dilakukan setelah pengisisan
kuesioner. Hasil wawancara dan kuesioner yang telah terisi dicatat dalam lembar
pengumpulan data, editing, coding, analis dan penyajian data. Masing-masing
kegiatan dilakukan satu kali (tidak ada follow up) dalam satu waktu.
4.8. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA
dilakukan pengelolahan data sebagai berikut:
4.8.1. Pemeriksaan data (Editing)
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
terkumpul. Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu
sehingga terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengedit data
yaitu kelengkapan, kejelasan, dan kesempurnaan data.
4.8.2. Pemberian kode (coding)
Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang
termasuk dalam kategori yang sama. Pemberian kode pada masingmasing
kuesioner dan nilai pada setiap jawaban responden untuk memudahkan dalam
pengolahan data. Dalam hal ini peneliti memberikan identitas pada masing-
masing angket kuesioner sesuai nomor urut responden.
4.8.3. Memasukkan data (Entry)
Data hasil penelitian kemudian diproses kedalam paket program
komputer SPSS.
4.8.4. Tabulasi data (Tabulating)
Proses memasukkan data yang sudah diedit dan dikoding kedalam
lembar rekapan data penelitian. data yang telah dikumpulkan kemudian
dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sesuai dengan variabel yang diteliti
dan diberi penilaian berdasarkan jawban yang sesuai dengan variabel yang
diteliti dan diberikan penilaian.
4.9. ANALISA DATA
4.9.1. Analisa Univariat
Anaisis yang dilakukan terhadpat tiap-tiap variabel dari penelitian analisis
ini menghasilkan distribusi dan presentase dati tiap variabel. Analisa univariat
digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi. Dalam
penelitian ini analisa univariat digunakan untuk memperoleh gambaran
distribusi frekuensi dari hubungan pengatahuan ibu tentang status gizi pada
anak balita.
4.9.2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian
yaitu ada hubungan antara tingkat depresi dengan aktivitas sehari-hari pada
Keluarga. Uji statistik yang akan digunakan untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini adalah uji Spearman.
4.10.ETIKA PENELITIAN
Penelitian merupakan upaya untuk mencari kebenaran tentang suatu fenomena
yang terjadi dilingkungan secara sistematis dan objektif menyangkut kehidupan
manusia (Notoatmodjo, 2012). Subjek penelitian ini adalah keluarga dengan anak
balita. Sebuah penelitian baru dapat dilakukan ketika telah mendapatkan ijin yang
menekan pada masalah etika. Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan
permohonan ijin kepeda panitia etik. Penekanan masalah etika penelitian ini adalah:
4.10.1. Inform consent
Lembar persetujuan menjadi responden diberikan pada responden
yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Dalam lembar persetujuan 23
memuat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang
mungkin terjadi selama penelitian. Bila keluarga yang dijadikan responden
diminta menandatangani lembar persetujuan menjadi responden, dan apabila
menolak maka peneliti tidak dapat memaksakan dan tetap menghormati hak-
hak responden.
4.10.2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti akan
memberikan nomor kode tertentu pada masing-masing lembar pengumpulan
data.
4.10.3. Justice and veracity (keadilan dan kejujuran)
Prinsip keadilan mengandung makna bahwa peneliti dapat
memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan responden. prinsip kejujuran memenuhi keterbukaan yaitu
penelitian dilakukan dengan jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan,
dan lain sebagainya.
4.10.4. Kerahasiaan
Peneliti akan menjaga kerahasiaan dari data yang diperoleh, data
hanya akan disajikan dalam kelompok tertentu yang berhubungan dengan
penelitian sehingga rahasia subyek penelitian benar-benar terjamin.
4.10.5. Manfaat dan kegunaan
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap peneliatan harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian.
penelitian hendaknya meminimalkan dampak yang akan merugikan bagi
responden.
4.11.JADWAL PENELITIAN
Terlampir

Anda mungkin juga menyukai