Anda di halaman 1dari 8

STUDI KASUS GIZI BURUK

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada Tahun 2005, jumlah anak umur 0-6 tahun sebanyak 27, 6 juta anak (12, 79 %) dari
total pendududk Indonesia. Sekitar 25 % yang terakses program peningkatan kesehatan gizi dan
PAUD. Selain cakupan masih rendah, program yang diselenggarakan belum menyentuh
kebutuhan tumbuh kembang anak. Rendahnya cakupan dan kualitas penyelenggaraan program
pengembangan anak usia dini mengekibatkan kondisi anak Indonesia masih memprihatinkan
dengan rendahnya derajat kesehatan, gizi dan pendidikan.
Masalah kurang gizi ditunjukkan dari prevalensi berkaitan dengan kurang energi dan
protein (gizi makro) dan kurang vitamin A, anemia, kurang yodium (gizi mikro). Tahun 2000,
keadaan gizi masyarakat menunjukkan kemajuan, terlihat dari menurunnya prevelensi penderita
masalah gizi utama (protein, karbohidrat) pada berbagai kelompok umur. Prevelensi anak balita
kurang gizi tahun 1989-2000 menurun dari 37,5 % menjadi 24,6%. Sejak tahun 2000 2005,
prevelensi kurang gizi anak pada balita meningkat menjadi 28 % dan sebanyak 8,8 % menderita
gizi buruk. Rendahnya derajat kesehatan, gizi, pendidikan anak usia dini kebanyakan anak dari
keluarga tidak mampu dan tinggal di wilayah pedesaan serta wilayah dengan penyediaan layanan
sosial dasar tidak memadai.

B. RUMUSAN MASALAH
1). Apa yang ditemui dilapangan pada anak kekurangan gizi ?
2). Apa saja faktor penyebab gizi buruk pada anak ?
3). Apa akibatnya bila anak kekurangan gizi ?
4). Bagaimana cara mencegah agar anak tidak mengalami gizi buruk ?
5). Adakah faktor pola makan terhadap anak yang mengalami gizi buruk ?
6). Bagaimanakah peran lingkungan dalam menangani kasus gizi buruk ?

C. TUJUAN
1). Mengetahui secara langsung anak yang mengalami gizi buruk.
2). Mengetahui faktor penyebab gizi buruk.
3). Mengetahui akibat yang terjadi jika anak kekurangan gizi.
4). Mengetahui cara pencegahanya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. STUDI KASUS
PROFIL ANAK
Nama : Michael Simanjorang
Tempat/tanggal lahir : Pematangsiantar, 14 Februari 2010
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Sejahtera No.100 Kel.Asuhan Kec.Siantar Timur
Wilayah Puskesmas Kesatria Kota Pematangsiantar

Sejak dalam kandungan Ibu memang kurang mengkonsumsi makanan bernutrisi karena
keluarga memang kurang mampu sehingga berdampak pada janin yang dikandung saat lahir.
Tanda-tanda melahirkan muncul ketika janin berusia tujuh bulan sehingga mengharuskan bayi
dilahirkan meskipun usia masih tujuh bulan.
Saat bayi keluar tidak menangis seperti umumnya. Berat badan 1 kg 6 ons, pertumbuhan
dan perkembangan bayi mulai ada peningkatan mulai 1-3 bulan berikutnya. Bulan ke empat usia
bayi tidak mengalami peningkatan baik pertumbuhan dan perkembangan.
Kondisi bayi sangat kurus sehingga tidak dapat bertumbuh sesuai bayi pada umumnya.
Saat ini anak tersebut berusia 5 tahun, berbicara pun masih sulit.
Gizi adalah hal terpenting bagi perkembangan anak. Dengan gizi yang cukup anak akan
berkembang secara optimal. Namun di Indonesia masih banyak terjadi masalah gizi buruk.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara pola makan anak
terhadap perkembangan gizi anak. Baik pola makan anak sejak kecil atau pola makan Ibu sejak
dalam masa kehamilan.
Pada tanggal 14 November 2015, kami melakukan penelitian di Jl. Sejahtera No.100
Kel.Asuhan Kec.Siantar Timur Kota Pematangsiantar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan pola makan dengan masalah balita BGM (Bawah Garis Merah) yang ada di Kelurahan
Siopat Suhu. Jenis penelitian kami adalah penelitian yang menggunakan metode wawancara dan
observasi. Hal yang dilakukan dalam penelitian adalah :
1. Menghitung berat badan anak dan berat badan Ibu.
2. Mencari penyebab permasalahan balita BGM menurut para orangtua.
3. Meneliti solusi yang sudah dilakukan orangtuanya.
4. Pendapat orangtua tentang posyandu.
Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan signifikan antara pola makan anak
dan pola makan Ibu saat hamil dengan pertumbuhan gizi anak. Pola makanorangtua adalah
tonggak utama terjadinya permasalahan selain permasalahan ekonomi penduduk. Meskipun
terbilang keluarga miskin bukan suatu halangan untuk tetap kreatif dalam mendidik anak. Saran
yang diajukan bagi para orangtua hendaknya lebih kreatif dalam masalah mendidik anak.

2
B. FAKTOR-FAKTOR GIZI BURUK
Dari penelitian terlihat bahwa timbulnya masalah gizi kurang atau buruk dipengaruhi
banyak faktor. Masalah gizi buruk kebanyakan terjadi pada penduduk yang memiliki kehidupan
sosial- ekonomi miskin. Akar permasalahan dari kasus gizi buruk adalah krisis ekonomi yang
meningkat, membuat orangtua tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi anak. Kurangnya
pendidikan dan ketrampilan juga memperparah kemiskinan. Pokok permasalahan tersebut
menyebabkan penduduk tidak mampu memenuhi kebutuhan terutama penyediaan makanan dalam
keluarga sehingga mengakibatkan asupan makanan yang tidak cukup baik jenis maupun
jumlahnya. Kurangnya pengetahuan, pendidikan dan ketrampilan Ibu mempengaruhi pola
perawatan asuhan gizi dan kesehatan yang menentukan keadaan gizi anak. Balita merupakan
kelompok yang rentan pada masa pertumbuhan. Pelayanan kesehatan tidak terjangkau dan
asupan gizi kurang mendorong munculnya penyakit infeksi. Asupan makanan kurang dan
penyakit infeksi yang terus menerus berakibat pada timbulnya masalah gizi kurang atau buruk.
Menurut Bengoa (dikutip Jullieffe, 1966) , masalah gizi buruk (malnutrition) merupakan
hasil ekologi sebagai hasil yang saling mempengaruhi (multiple overlapping) dan interaksi
beberapa faktor fisik, biologi dan lingkungan budaya. Jumlah makanan dan zat-zat gizi tersedia
bergantung pada lingkungan iklim, tanah, irigasi, transportasi dan tingkat ekonomi penduduk.
Budaya juga berpengaruh seperti kebiasaan memasak, prioritas makanan dalam keluarga dan
pantangan makan bagi golongan rawan gizi.
Menurut Bengoa, ada 6 faktor ekologi berhubungan dengan penyebab malnutrisi yaitu :
1. Keadaan infeksi, mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi. Mekanismenya
bermacam-macam sendiri-sendiri maupun bersamaan yaitu :
a. Penurunan asupan zat gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan
kebiasaan mengurangi makanan pada saat sakit.
b. Peningkatan kehilangan cairan zat gizi akibat penyakit diare, mual /muntah dan
perdarahan yang terus menerus.
c. Meningkatnya kebutuhan akibat sakit (human host) dan parasit yang ada dalam tubuh.
2. Konsumsi makanan, secara langsung berpengaruh pada kebutuhan asupan gizi bagi tubuh.
3. Pengaruh Budaya antara lain: sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak
dan produksi pangan. Dalam sikap terhadap makanan banyak terdapat pantangan,
menyebabkan konsumsi makan menjadi rendah. Juga disebabkan adanya penyakit infeksi
saluran pencernaan. Disamping itu jarak kelahiran anak terlalu dekat dan jumlah anak yang
banyak berpengaruh pada asupan zat gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang
rendah dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan karena petani masih
menggunakan teknologi pertanian yang sederhana.
4. Faktor Sosial Ekonomi, meliputi pendidikan, keadaan keluarga (besarnya, hubungan, jarak
kelahiran), keadaan penduduk suatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi seks dan
geografis), pekerjaan, pendapatan keluarga, pengeluaran, harga makanan.
5. Produksi Pangan, meliputi penyediaan pangan bagi keluarga (produksi sendiri atau membeli).
6. Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan, secara langsung berpengaruh pada masalah gizi.
3
Anak-anak masa usia 0-5 tahun harus mendapatkan nutrisi sesuai kebutuhannya. Contoh
apabila anak-anak menerima asupan makanan dengan tingkat kandungan zat besi yang rendah
maka berakibat kurangnya kemampuan kerja otak. Pentinganya nutrisi yang terkandung dalam
makanan anak sangat mempengaruhi perkembangan fisik dan perkembangan otak. Orangtua
hendaknya mengatur nutrisi yang terkandung dalam makanan anak. Makanan sehat akan
membuat tubuh mereka sehat dan aktif.

C . PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP POSTUR TUBUH ANAK


Tiap jenis zat makanan memiliki peran dalam pembentukan postur tubuh manusia.
Menurut Suhardjo-Clara M. Kusharto (2010:1) Berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh dapat
digolongkan ke dalam 6 macam yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
Keenam macam zat gizi tersebut memiliki fungsi masing-masing bagi tubuh. Lemak
tertinggi dalam tingkat penghasil energi. Kemudian karbohidrat dengan fungsi penghasil energi
dan kuantitas lebih sedikit dari lemak. Departemen Gizi dan Kesehatan menyebutkan bahwa
karbohidrat menghasilkan energi sebanyak 4 kkal/gram (2010:30) dan lemak menghasilkan
energisebesar 9 kkal/gram (2010:46). Sementara protein berperan dalam proses pembangun
tubuh, produksi hormon serta enzim. Air berfungsi sebagai pelarut vitamin, katalisator, peredam
benturan, pengatur tubuh serta sebagai pelumas. Mineral memiliki fungsi pemeliharaan tubuh,
menjaga keseimbangan asam-basa dalam tubuh serta mengatur kerja enzim-enzim. Zat-zat gizi
dibutuhkan tubuh dalam kadar tertentu jadi harus menjaga keseimbangan nutrisi dengan menjaga
keseimbangan konsumsi makanan tubuh. Perbanyak makan sayur dan buah serta hindari
makanan yang merangsang lambung. Konsumsi air putih pengaruh terhadap pembentukan postur
tubuh manusia. Sebagai kataliastor membantu melarutkan zat-zat gizi dan penyerapan ke dalam
sel-sel tubuh. Juga berperan sebagai bahan bakar untuk mendorong reaksi metabolisme tubuh
.Jika tidak minum air putih, maka tidak dapat membakar kalori. Makanan yang masuk ke tubuh
akan menjalanai proses pencernaan dan penyerapan. Kelebihan maupun kekurangan energi akan
berdampak bagi tubuh serta turut berperan bagi ketidaknormalan perkembangan postur tubuh.

D. AKIBAT DARI KEKURANGAN GIZI


Pengaruh kurang gizi pada tumbuh kembang anak :
a. Pada pertumbuhan anak :
1. Berat badan tidak sesuai dengan umur.
2. Tinggi badan tidak sesuai dengan umur.
3. Berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan.
4. Lingkar kepala dan lingkar lengan kecil.

b. Pada perkembangan anak :


1. Berat, besar otak tidak bertambah, tingkah laku anak tidak normal.
2. Tingkat kecerdasan menurun.

4
Disamping itu gizi kurang juga menyebabkan beberapa penyakit, yaitu:
a. Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP)
Terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan
protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi energi dan protein. Umumnya
Anak Balita merupakan kelompok umur paling sering menderita kekurangan gizi
disebabkan anak Balita periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa.
Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat antara lain :
a. KKP ringan, berat badan anak mencapai 84-95 % dari berat badan menurut standar
Harvard.
b. KKP sedang, berat badan anak hanya mencapai 44-60 % dari berat badan menurut
standar Harvard.
c. KKP berat (gizi buruk), berat badan anak kurang dari 60% dari berat adan menurut
standar Harvard.

Beberapa ahli membedakan antara 2 macam KKP yakni : KKP ringan atau gizi
kurang dan KKP berat (gizi buruk), sering disebut marasmus (kwashiorkor). Penderita
marasmus tampak sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut
umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan
jarang berwarna kemerahan. Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda
klinis : oedema atau honger oedema (HO) atau disebut penyakit kurang makan, kelaparan
atau busung lapar. Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.Jenis KKp atau
PCM di kenal dalam 3 bentuk yaitu :
1. Kwarshiorkor
Berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati anak kekurangan kasih sayang ibu.
Kwashiorkor salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake
protein inadekuat dengan intake karbohidrat normal atau tinggi. Tanda-tanda yang sering
dijumpai pada penderita Kwashiorkor yaitu :
Gagal untuk menambah berat badan.
Wajah membulat dan sembab.
Pertumbuhan linear terhenti.
Endema general (muka sembab, punggung kaki, dan perut yang membuncit).
Diare yang tidak membaik.
Dermatitis perubahan pigmen kulit.
Perubahan warna rambut yang menjadi kemerahan dan mudah dicabut.
Penurunan massa otot.
Perubahan mental seperti lathergia, iritabilitas dan apatis yang terjadi.
Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia.
Pada keadaan akhir (final stage) menyebabkan shok berat, koma dan berakhir dengan
kematian.

5
Cara mengatasi kwarshiorkor
Secara klinis adalah dengan memberikan makanan bergizi secara bertahap. Contoh : Bayi
penderita kwashiorkor diberi susu yang diencerkan. Secara bertahap keenceran susu
dikurangi sampai mencapai konsistensi yang normal seperti susu biasa kembali.

2. Marasmus
Berasal dari kata Yunani yang berarti kurus-kering. Marasmus disebabkan kurang
kalori sehingga membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Penderita
marasmus yaitu penderita kwashiorkor yang mengalami kekurangan protein, namun dalam
batas tertentu ia masih menerima zat gizi sumber energi(sumber kalori). Apabila zat
pembentuk tubuh (protein) maupun zat gizi sumber energi kurang, maka akan terjadi
penyakit KEP (Marasmus). Tanda-tanda yang sering dijumpai pada penderita marasmus
yaitu:
Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat badan dibawah
waktu lahir.
Wajahnya seperti orang tua.
Kulit keriput.
Pantat kosong, paha kosong.
Tangan kurus dan iga nampak jelas.

3. Marasmus-Kwashiorkor
Gambaran dua jenis penyakit gizi yang sangat penting, dimana anak yang menunjukkan
keadaan mirip dengan marasmus di tandai adanya odema, menurunnya kadar protein
(Albumin dalam darah), kulit mengering dan kusam serta otot menjadi lemah.

b. Busung Lapar
Dikenal dengan istilah Honger Oedeem (HO) adalah kwarshiorkor pada orang dewasa.
Busung lapar disebabkan karena kekurangan makanan, terutama protein dalam waktu lama
secara berturut-turut. Pada busung lapar terjadi penimbunan cairan dirongga perut yang
menyebabkan perut menjadi busung (oleh karenanya disebut busung lapar). Penderita busung
lapar biasanya menderita penyakit penyerta. Tanda-tanda yang terjadi :
Kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas.
Badan kurus.
Rambut menjadi merah kusam dan mudah dicabut.
Sekitar mata bengkak dan apatis.
Anak menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan lain-lain.

6
E. CARA PENCEGAHAN KURANG GIZI PADA ANAK USIA DINI
Banyak anak kekurangan gizi karena tidak mendapatkan cukup makanan. Kadang-kadang
pada anak ditemukan kekurangan zat-zat gizi tertentu, seperti kekurangan vitamin A, yodium, dan
lain-lain. Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai masalah pada anak. Cara mencegah dan
mengobati masalah kekurangan gizi pada anak yaitu dengan:
a). Memberikan makanan yang bergizi.
b). Memberinya lebih banyak makan / sering makan.
c). Memberikan penambahan vitamin dan zat-zat yang bernutrisi.
d). Usahakan memberikan makanan 4 sehat 5 sempurna.

Menurut Mifta Novikasari ( Nutritionist), penyebab anak susah makan karena faktor
makanan itu sendiri, gangguan pola makan atau sakit. Anak-anak cepat bosan dengan makanan
mereka, malas mengunyah. Anak-anak dikenal suka menolak makanan tertentu atau memilih
makanan yang ingin mereka makan, itu penyebab umum dari faktor anak susah makan, (K.
Wahyu utami ). Untuk menangggulangi hal tersebut perlu adanya suatu solusi konkret dan dapat
dilakukan dirumah seperti:
1. Ikutsertakan anak dalam menyajikan makanan. Anak yang ikut serta dalam penyajian makanan
akan lebih semangat ketika waktu makan tiba.
2. Konsultasi ke posyandu atau puskesmas terdekat.
3. Ciptakanlah suasana makan yang menyenangkan misalnya menghidangkan makanan dengan
aneka bentuk dan wadah yang menarik.
4. Batasi pemberian minuman di sela-sela waktu makan.
5. Selama waktu makan, minimalkan gangguan seperti : matikan televisi, jauhkan buku atau
mainan dari meja makan.

Ketika Ibu hamil, pola makan harus di jaga. Makanlah makanan yang bernutrisi guna
menjaga kesehatan janin mulai dalam kandungan hingga lahir. Ibu hamil yang kekurangan gizi
dapatmengakibatkan keguguran, bayi lahir prematur, kematian janin, kelainan sistem syaraf
pusat bayi maupun perkembangan yang tidak normal (Muslimah Setiawan, 2013:06). Nutrisi ibu
hamil sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin sebelum dan sesudah dilahirkan. Dampak
tersebut juga bisa terjadi sampai anak usia balita yang lahir prematur dan semakin lama
perkembangan gizinya lambat. Dasar penyelesaian masalah tersebut adalah pengetahuan orangtua
akan nutrisi penting untuk si janin. Pola makan sehat berarti makan makanan bervariasi dengan
komposisi seimbang. Misalnya Lima porsi buah dan sayur dalam sehari. Dua kuntum kecil
brokoli dan segelas jus jeruk dapat dihitung sebagai satu porsi. Makanan berserat, misalnya nasi,
roti, pasta dan sereal. Usahakan mengkonsumsi satu porsi setiap kali makan. Protein seperti
daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.

7
F. PERAN LINGKUNGAN PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKURANGAN GIZI
Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi dan mencegah psicososial diperlukan
adanya perilaku penunjang dari para orangtua, ibu atau pengasuh. Selalu memberikan makanan
dengan gizi seimbang pada balit (Departemen kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).
Perilaku Penunjang dimaksud adalah perilaku orangtua dengan pengetahuan tentang
perkembangan anak termasuk pentingnya nutrisi bagi anak. Data Indonesia dan negara lain
menunjukkan bahwa ada hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan
merupakan penyebab utama atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding
terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak
kekurangan gizi (Ceria Cemerlang, 2013). Orangtua harus tetap memperhatikan dan punya cara
tersendiri untuk mengkondisikan gizi anak. Pola makan juga mempengaruhi perkembangan gizi.
Pola pengasuh anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri
dengan kasih sayang, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan,
meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat (Ceria Cemerlang, 2013). Orangtua
adalah tonggak utama untuk keberhasilan gizi seorang anak.
Yang dapat dilakukan Pemerintahan adalah dengan mengadakan program untuk
mencerdaskan serta meluruskan cara pandang orangtua terutama di desa-desa. Gizi buruk adalah
masalah besar pada perekonomian penduduk sehingga sangat susah untuk di pecahkan. Setelah
penelitian yang Saya lakukan berdasarkan sample, balita BGM adalah balita yang lahir dari
keluarga miskin. Terlihat bahwa keluarga tersebut setiap bulannya rutin menerima Raskin (beras
untuk keluarga miskin) dari Kantor Lurah Asuhan Kota Pematang Siantar. Akan tetapi hal ini
tidak boleh dijadikan alasan bahwa keluarga miskin tidak mampu menghidupi anak-anak mereka
sehingga anak menjadi terlantar dan kurang gizi.

Anda mungkin juga menyukai