0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
46 tayangan34 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang keracunan pestisida, termasuk definisi pestisida, jenis pestisida seperti insektisida, herbisida, rodentisida dan fungisida, gejala keracunan berdasarkan jenis pestisida, serta tindakan pertolongan pertama pada korban keracunan pestisida.
Dokumen tersebut membahas tentang keracunan pestisida, termasuk definisi pestisida, jenis pestisida seperti insektisida, herbisida, rodentisida dan fungisida, gejala keracunan berdasarkan jenis pestisida, serta tindakan pertolongan pertama pada korban keracunan pestisida.
Dokumen tersebut membahas tentang keracunan pestisida, termasuk definisi pestisida, jenis pestisida seperti insektisida, herbisida, rodentisida dan fungisida, gejala keracunan berdasarkan jenis pestisida, serta tindakan pertolongan pertama pada korban keracunan pestisida.
Sumber: Shiromini Nissanka Research Officer National Poisons and
Drug Information Centre
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
Apa yang Disebut Zat Toksik ? Setiap zat yang berbahaya terhadap lingkungan dan manusia. Mereka terdiri dari toksin yang berasal dari alam dan toksin sintetik Zat Toksik Toksin Alam Toksin Sintetik Tanaman beracun Pestisida Ular Kimia Industri Binatang beracun lainnya Produk rumahtangga
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
APAKAH PESTISIDA ? Pestisida adalah suatu bahan kimia yang digunakan untuk mencegah, menghancurkan atau mengusir hama. Hama dapat berupa serangga, tikus. rumput liar, jamur atau mikroorganisme seperti bakteria dan virus. Pestisida - Insektisida - Weedisida - Rodentisida - Fungisida
RODENTISIDA & FUNGISIDA Zink fosfid - Run rat Koumarin - Racumin Brodifacoum - Klerat Pellets
Sulphur - Morisal WP,
Dithiocarbamate - Metaxil
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
TIPE & RUTE KERACUNAN
Kecelakaan Oral Bunuh diri Inhalation Pembunuhan Dermal Okupasi Eye contact
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
ORGANOFOSFAT DAN KARBAMAT Golongan kimia yang memiliki mekanisme kerja menghambat kolinesterase dan dapat menyebabkan gejala yang serupa. Fosforilasi asetilkolinesterase (AChE) pada ujung saraf. Berkurangnya AChE yang tersedia mengakibatkan akumulasi asetilkolin pada sisi reseptor organ efektor menjadi terstimulasi secara berlebihan oleh asetilkolin yang berlebihan.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
ORGANOFOSFAT DAN KARBAMAT Lanjutan. Gejala klinik didasarkan stimulasi kolinergik yang berlebihan. Tidak seperti pada keracunan organofosfat, keracunan karbamat cenderung lebih singkat durasinya karena inhibisi jaringan saraf oleh AChE reversibel.
ORGANOKLORIN Organoklorin saat ini sudah jarang digunakan sebagai pestisida. Organoklorin sangat toksik apabila tertelan atau terinhalasi . Beberapa dapat diabsorbsi melalui kulit yang intak.
Kontak kulit: Dermatitis
Inhalasi: Inhalasi dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, tenggorokan dan batuk. Ingesti: Nausea, vomitus, diare, nyeri abdominal, sakit kepala, pusing, konvulsi dan koma.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
PYRETHRINS & PYRETHROIDS Piretrum adalah suatu insektisida yang diekstraksi dari bunga chrysanthemum. Zat aktif dari piretrum dikenal sebagai piretrin. Komponen sintetik yang secara struktur berhubungan dengan piretrin disebut sebagai piretroid.
Inhalasi: Manifestasi alergik seperti mengi
(wheezing).
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
PYRETHRINS & PYRETHROIDS Lanjutan Ingesti: setelah ingesti piretrum dengan toksisitas rendah, vomitus, nyeri epigastrik dan diarhe merupakan gambaran umum.
Kontak mata: Lakrimasi, edema palpebra.
Kontak kulit: Dermatitis alergik.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
PARAQUAT Paraquat secara luas digunakan sebagai herbisida di Sri Lanka. Merupakan herbisida yang aman sebab ia diinaktifkan pada saat kontak dengan tanah. Paraquat banyak digunakan untuk bunuh diri di negara ini.
Paraquat berefek mengancam nyawa pada
saluran gastrointestinal, ginjal, hati dan organ- organ lainnya. Paru adalah urgan target utama keracunan paraquat.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
PARAQUAT lanjutan Akhir-akhir ini formula paraquat baru dengan teknologi INTEON (mengandung suatu alginate yang mengubah ke bentuk gel dalam kondisi asam lambung, meningkatkan kadar emetik dan purgative) dikembangkan untuk mengurangi toksisitas oral. Akan tetapi menelan INTEON tampaknya masih fatal. Kontak kulit: kontak berkepanjangan mengakibatkan lepuh, abrasi dan ulserasi. Meskipun absorbsi melalui kulit intak adalah lambat, kulit yang abrasi atau erosi menyebabkan absorbsi efisien.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
ZAT PROPANIL & KLOROFENOKSI
Propanil adalah herbisida selektif dengan
toksisitas rendah. Akan tetapi, pada usaha bunuh diri dengan dosis besar, menyebabkan methaemogloninaemia dan dapat fatal. Zat klorofenoksi diabsorbsi dengan baik dari saluran gastrointestinal. Zat ini kurang baik diabsorbsi via paru. Absorpsi kulit tampaknya minimal.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
GLIFOSAT Glifosat adalah herbisida non-selektif, secara tipikal dipasarkan sebagai aqueous solution 41% isopropylamine glyphosate, 15% surfaktan polioksietilenamin dan berbagai komponen minor termasuk anti-foaming dan zat pewarna, biosida dan ion inorganik untuk menghasilkan penyesuaian pH. Ingesti formulasi concentrated dapat menyebabkan nyeri epigastrik, disfagia, nausea, vomitus, ulserasi oral, diare dan haemetemesis pada kasus berat dapat menyebabkan syok hipovolemik.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
RODENTISIDA Koumarin, indandion dan brodifakoum digunakan sebagai rodentisida. Mereka cukup aman untuk manusia karena konsentrasi rendah dari zat aktif. Toksisitasnya adalah karena depresi sintesis faktor esensial untuk koagulasi darah.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
PESTISIDA YANG DILARANG 1970 Endrin 1986 Lindane 1976 DDT 1987 HCH (mixed 1980 Chlordimeform Isomers) 1980 Dieldrin 1987 Mercury cpds. 1980 Phosphamidon 1988 Arsenic (arsenites 1980 Thallium sulpht. and arsenates) 1984 2,4,5-T 1988 Hepatachlor 1984 Ethyl parathion 1989 Leptophos 1984 Methyl Captafol parathion 1990 Dichloropropane 1986 - Aldrin Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono PESTISIDA YANG DILARANG Lanjutan.. 1990 Aldicarb 1990 Quintozene (PCNB) 1994 Pentachlorophenol 1995 Methamidophos 1995 Monocrotophos (restricted to coconut) 1996 Chlordane 1998 - Endosulfan
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
PERTOLONGAN PERTAMA Kontak kulit: Lepaskan baju yang terkontaminasi secara hati-hati. Cuci kulit dengan air mengalir setidaknya selama 15 menit. Jangan menggunakan aplikasi topikal apapun tanpa anjuran dokter.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
PERTOLONGAN PERTAMA Lanjutan Kontak Mata Cuci mata dengan air mengalir setidaknya selama 15 menit. Jangan menggunakan tetes mata apapun tanpa anjuran dokter. Bila terjadi pemburukan visual, segera hubungi Opthalmologist
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
PERTOLONGAN PERTAMA Lanjutan Inhalasi: Pindahkan pasien dari sumber pajanan dan pastikan menghirup udara segar secara dalam. Ingesti: jangan menginduksi emesis sebab beberapa pestisida memiliki efek korosif dan beberapa mengandung hidrokarbon sebagai solven. Bila pasien semikonsious atau unkonsious pertahankan leher dalam posisi tegak.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
Manajemen Keracunan Organofosfat dan Karbamat Lanjutan Atropin: Gambaran sindrom kolinergik berikut yang merupakan indikasi terapi terapi atropin. Memburuknya aliran udara yang masuk ke paru karena bronkorea dan bronkospasm. Keringatan berlebihan Bradikardia Hipotension Miosis
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
Manajemen Keracunan Organofosfat dan Karbamat Lanjutan Dosis awal: 1.8 3 mg, 3-5 vial 0.6 mg IV cepat ke IV drip aliran cepat tergantung kondisi. Setelah 5 min. cek ke 5 parameter dan bila tidak terdapat perbaikan, gandakan dosisnya.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
Manajemen Keracunan Organofosfat dan Karbamat Lanjutan Sekali atropinisasi berhasil, gambaran klinik sbb: 1. Paru bersih 2. Denyut jantung adekuat ( > 80 denyut/m.) 3. Tekanan darah (> 80 mmHg sistolik) 4. Kulit kering 5. Pupil tidak lagi pinpoint Siapkan infus dengan 10-20% dari jumlah total atropin.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
Manajemen Keracunan Organofosfat dan Karbamat Lanjutan Target akhir terapi atropin. 1. Paru bersih tanpa whizing pada saat auskultasi. 2. Denyut jantung di antara 80-100 denyut/min. 3. Pupil tidak lagi pinpoint. 4. Tekanan sistolik > 80 mmHg. 5. Axila kering. Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono Manajemen Keracunan Organofosfat dan Karbamat Lanjutan Atropin yang berlebihan menyebabkan confusion, retensi urin, hipertermia, ileus dan takikardia. Dalam kondisi ini atropin harus dihentikan dan pasien diperiksa setelah 30 menit. Untuk melihat apakah gambaran toksisitas telah diatasi. Bila toksisitas atropin diatasi, berikan 70-80% rerata sebelumnya.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
Manajemen Keracunan Organofosfat dan Karbamat Lanjutan Pralidoxime: Berikan 30 mg/kg loading dose pralidoxime selama 10-20 menit. Diikuti infus kontinyu 8-10 mg/kg per jam sampai pulih secara klinis (contoh 12-24 jam setelah atropin tidak dibutuhkan lagi atau pasien di extubasi) atau 7 hari kemudian. Pasien yang keracunan tidak terlalu berat, dapat diberikan dosis intermiten (1 gram setiap 6 jam dengan IV lambat bolus selama 10 20 menit). Oximes tidak dibutuhkan untuk keracunan karbamat.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
Manajemen Keracunan Organoklorin
Untuk konvulsi berikan diazepam 5-10 mg IV
secara lambat (dosis pediatrik 0.2 mg/kg). Ulangi bila perlu. Sampai 40 mg/hari dapat diberikan secara oral sebagai dosis maintenance. Teruskan diazepam untuk 3-4 hari setelah konvulsi dapat dikendalikan. 10 ml 10% kalsium glukonat IV dapat juga digunakan sebagai pengendali konvulsi.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
Manajemen Keracunan Paraquat Suatu absorben (Fullers earth or Activated charcoal) harus diberikan secara oral atau via tabung nasogastrik sesegera mungkin. Dosis Fullers earth adalah 1 liter 15% aqueous suspension (dosis pediatrik 15 ml/kg berat badan). Bila Fullers earth tidak ada, berikan activated charcoal 50-100 g dilarutkan dalam 200 ml air (dosis pediatrik 15 ml/kg berat badan).
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
Manajemen Keracunan Propanil Bila terdapat gejala methaemoglobinaemia (tachycardia, tachopnoea atau konvulsi) atau bila kadarnya lebih dari 30%, berikan 1% methylene blue 0.1 ml/kg IV selama 5 menit. Dosis yang sama dapat diulangi dalam 1 jam bila tidak terdapat perbaikan. Bila preparat IV tidak tersedia, berikan methylene blue 300 mg setiap hari secara oral. Bila methylene blue tidak tersedia berikan asam askorbat 1 g IV dua kali sehari.
Prapared by Tim PERDOKI, based on J Hudyono
Manajemen Keracunan Rodentisida Bila tidak terdapat perdarahan, tetapi prothrombin time (PT) memanjang, berikan vitamin K1 10-50 mg secara oral dua sampai empat kali per hari (dosis pediatrik 0.4 mg/kg/dosis). Untuk PT yang memanjang dengan perdarahan yang lebih ringan, berikan vitamin K1 10 - 15 mg SC atau IM (untuk anak 1 sampai 5 mg). Bila hemoragik berat dengan PT memanjang, berikan vitamin K1 (fitomenadione) 20 mg dengan suntikan IV lambat (0.6 mg/kg untuk anak di bawah 12 tahun). Pada perdarahan berat, mungkin diperlukan plasma segar yang dibekukan atau darah segar.