PESTISIDA,INSEKTISIDA; GOLONGAN
ORGANFOSFAT-GOLONGAN
KARBONAT-GOLONGAN
ORGANOKLORIN-GOLONGAN
PIRETRIN
❖ Golongan Piretroid
1. Dekontaminasi
✓ Bersihkan pasien yang dicurigai terkena paparan
organofosfat dengan sabun dan air karena organofosfat
dihidrolisis dengan mudah dalam larutan berair dengan pH
tinggi.
✓ Pertimbangkan pakaian sebagai limbah berbahaya dan
buanglah sesuai kebutuhan.
✓ Petugas kesehatan harus menghindari kontaminasi diri saat
menangani pasien.
✓ Gunakan alat pelindung diri, seperti sarung tangan dan
sarung tangan neoprene, saat dekontaminasi pasien karena
hidrokarbon bisa menembus zat nonpolar seperti lateks dan
vinil.
✓ Gunakan masker katun arang untuk perlindungan pernafasan
saat dekontaminasi pasien yang terkontaminasi secara
signifikan.
✓ Aliri air mata pasien yang terkena paparan dengan larutan
Lanjutan…
● Perawatan Medis
✓ Kontrol saluran napas dan oksigenasi yang
memadai sangat penting dalam keracunan
organofosfat (OP).
✓ Penggunaan atropin agresif dengan segera dapat
O
1. Pestisida Golongan Organoklor ( Dicofan 460 EC ; Keltane 250 EC )
Pestisida golongan organoklor bekerja mempengaruhi sistem syaraf pusat.
Tanda dan gejala keracunan pestisida organoklor dapat berupa sakit kepala, rasa
pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kejang-
kejang dan kesadaran hilang.
AMARA ZAHARANI
BULAN PERMATA SARI
DEA ADILLA
DESTRI ANOM SARI
ELAN DEHARDIYANTI SIREGAR
GESTIA AGUSTINA
MELLY PUTRI
NINING SUNDARY
NURUL AULIA
SHERLY PUTRI ARSILA
TIARA UMA DEVISTA
DEFENISI
Keracunan atau intoksikasi adalah suatu Keracunan atau intoksikasi menurut
kejadian apabila substansi yang berasal WHO adalah kondisi yang mengikuti
dari alam ataupun buatan yang pada dosis masuknya suatu zat psikoaktif yang
tertentu dapat menyebabkan kerusakan menyebabkan gangguan kesadaran,
pada jaringan hidup yang bisa kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi,
menyebabkan cedera atau kematian. dan respon psikofisiologis. Menurut
BPOM pada tahun 2013, di Indonesia
Racun dapat memasuki jaringan hidup terjadi kasus keracunan nasional yang
melalui beberapa cara yaitu termakan, disebabkann oleh beberapa macam
terhirup, disuntikkan. Dengan berbagai penyebab yaitu binatang, tumbuhan, obat
macam penyebab dari keracunan misalnya tradisional, kosmetika, pestisida, kimia,
keracunan botolium, keracunan jamur, NAPZA, obat pemcemar lingkungan,
keracunan keracunan jengkol, keracunan makanan produk suplemen, minuman, dan
ikan laut, dan keracunan bahan kimia yang campuran. Dimana penyebab terseringnya
menimbulkan gejala-gejala seperti mual, ialahh keracunan obat obatan yang
muntah , wajah kemerahan (Raini, 2012). dikonsumsi oleh masyarakat
PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT
1) Paracetamol
Acetaminophen adalah salah satu analgesik yang paling umum digunakan di Amerika Serikat dan dilaporkan
sebagai penyebab paling umum gagal hati akut di negara ini(Clark et al. 2012). Telah dilaporkan bahwa ini
adalah salah satu produk farmasi paling umum yang menyebabkan kerusakan hati akibat obat
Toksisitas asetaminofen adalah penyebab paling umum kedua dari transplantasi hati di seluruh dunia dan paling
umum di AS. Ini bertanggung jawab atas 56.000 kunjungan gawat darurat, 2600 rawat inap, dan 500 kematian
per tahun di Amerika Serikat. Lima puluh persen di antaranya adalah overdosis yang tidak disengaja (Caparrotta,
Antoine, and Dear 2018).
a) Dosis
Dosis acetaminophen yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 650 mg sampai 1000 mg setiap 4 sampai 6
jam, tidak melebihi 4 gram / hari. Pada anak-anak, dosisnya 15 mg / kg setiap 6 jam, hingga 60 mg / kg / hari.
Toksisitas berkembang pada 7,5 g / hari menjadi 10 g / hari atau 140 mg / kg (Ye et al. 2018)
b) Penyebab Toksisitas Paracetamol
Acetaminophen adalah analgesik dan antipiretik yang aman dan efektif. Terlepas dari keamanannya, penggunaan
Acetaminophen yang tidak tepat dapat menyebabkan overdosis. Toksisitas Acetaminophen dapat disebabkan
karena overdosis akut atau dari dosis berlebihan yang berulang (konsumsi supratherapeutic berulang [RSTI]).
Toksisitas yang tidak disengaja juga dapat terjadi dari penggunaan bersamaan beberapa obat berbeda yang
masing-masing mengandung Acetaminophen. Kelompok Studi Kegagalan Hati Akut menemukan proporsi yang
hampir sama dari pasien dengan hepatotoksisitas Acetaminophen yang disebabkan oleh overdosis yang disengaja
versus yang tidak disengaja. Overdosis yang tidak disengaja sering disebabkan oleh repeated supratherapeutic
ingestion (RSTI)(Alhelail et al. 2011).
c) Mekanisme toksisitas
Pada dosis terapi, salah satu metabolit parasetamol bersifat hepatotoksik, didetoksifikasi oleh glutation
membentuk asam merkapturi yang bersifat non toksik dan diekskresikan melalui urin, tetapi pada dosis berlebih
produksi metabolit hepatotoksik meningkat melebihi kemampuan glutation untuk mendetoksifikasi, sehingga
metabolit tsb bereaksi dengan sel-sel hepar dan timbulah nekrosis sentrolobuler. Oleh karena itu pada
penanggulangan keracunan parasetamol terapi ditujukan untuk menstimulasi sintesa glutation. Dengan proses
yang sama parasetamol juga bersifat nefrotoksik.
d) Gambaran klinis
Gejala keracunan parasetamol dapat dibedakan atas 3 stadium :
Stadium I (0-24 jam) asimptomatis atau gangguan sistim pencernaan berupa mual, muntah, pucat,
berkeringat. Pada anak-anak lebih sering terjadi muntahmuntah tanpa berkeringat.
Stadium II (24-48 jam) Peningkatan SGOT-SGPT. Gejala sistim pencernaan menghilang dan muncul ikterus,
nyeri perut kanan atas, meningkatnya bilirubin dan waktu protombin. Terjadi pula gangguan faal ginjal
berupa oliguria, disuria, hematuria atau proteinuria.
Stadium III ( 72 - 96 jam ) Merupakan puncak gangguan faal hati, mual dan muntah muncul kembali, ikterus
dan terjadi penurunan kesadaran, ensefalopati hepatikum
Stadium IV ( 7- 10 hari) Terjadi proses penyembuhan, tetapi jika kerusakan hati luas dan progresif dapat
terjadi sepsis, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan kematian.
e) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya riwayat penggunaan obat
Uji kualitatif : sampel diambil dari urin, isi lambung atau residu di tempat kejadian. Caranya : 0,5 ml sampel
+ 0,5 ml HCl pekat, didihkan kemudian dinginkan ; tambahkan 1 ml larutan OKresol pada 0,2 ml hidrolisat,
tambahkan 2 ml larutan amonium hidroksida dan aduk 5 menit, hasil positip timbul warna biru dengan cepat.
Uji ini sangat sensitif.
Kuantitatif : Kadar dalam plasma diperiksa dalam 4 jam setelah paparan dan dapat dibuat normogram untuk
memperkirakan beratnya paparan. Pemeriksaan laboratorium : elektrolit, glukosa, BUN, kreatinin,
transaminase hati dan prothrombin time.
f) Penatalaksanaan
N-acetylcysteine adalah terapi yang digunakan untul toksisitas asetaminofen. Nacetylcysteine memiliki
persetujuan Federal and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan toksisitas acetaminophen yang berpotensi
hepatotoksik, dan efektif jika diberikan dalam waktu 8 jam setelah konsumsi (Chiew et al. 2018). Penggunaan
obat ini juga disetujui untuk digunakan dalam kondisi dengan sekresi lendir yang abnormal, kental atau tidak
teratur seperti pada kondisi pneumonia, bronkitis, trakeobronkitis, fibrosis kistik, pasien trakeostomi, komplikasi
paru pasca operasi, kondisi dada pasca trauma dan sebelum bronkoskopi diagnostik untuk membantu
penyumbatan lendir (Samuni et al. 2013)
Faktor penting dalam menilai efektifitas NAC adalah waktu mulai terapi dalam kaitannya dengan konsumsi.
Pasien yang overdosis akut dan mendapat terapi NAC yang dimulai dalam waktu 8 jam umumnya tidak
mengalami gagal hati atau terjadi kematian. Pasien yang secara kronis mendapat acetaminophen dengan dosis
berlebihan selama berjam-jam dan / atau mendapat terapi NAC yang dimulai lebih dari 8 jam setelah overdosis
akut memiliki insiden hepatotoksisitas sekitar 8-50%. Pemberian oral adalah rute yang umum pada terapi NAC
kecuali terdapat kontraindikasi (seperti aspirasi, atau muntah terus-menerus). Dosis awal yang biasa dianjurkan
adalah 140 mg / kg diikuti dalam 4 jam dengan dosis pemeliharaan 70 mg / kg secara oral setiap 4 jam. Dosis ini
biasanya direkomendasikan untuk dilanjutkan selama 72 jam; namun pengalaman klinis yang lebih baru
mendukung penyesuaian durasi terapi dengan kondisi klinis pasien (Mahmoudi et al. 2015).
PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT
2) OAINS (Salisilat / Asam Asetisalisilat / C9H8O4)
Salisilat termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid ( AINS). Mekanisme kerja adalah menghambat
sintesis Prostaglandin dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase pada pusat termoregulator di hipothalamus
dan perifer. Salisilat sudah digunakan lebih dari 100 tahun. Salisilat digunakan sebagai analgetik, antipiretik, anti
inflamasi, anti fungi.
a) Dosis
Pengobatan tunggal rata-rata : 10 mg/KBB.
Dosis lazim harian : 40 - 60 mg/KBB/hari.
Tablet aspirin mengandung 325 - 650 mg asam salisilat.
Pada dosis 150 - 200mg /KBB dapat terjadi Intoksikasi akut sedang, dan dosis 300-500 mg / KBB
akan menyebabkan intoksikasi berat. Intoksikasi kronik dapat terjadi pada pemberian dosis lebih
dari 100 mg/KBB selama 2 hari atau lebih.
b) Gejala-gejala intoksikasi salisilat
Perangsangan pusat pernafasan sehingga timbul hiperventilasi, respirasi alkalosis, asidosis metabolik dan
dehidrasi.
Terganggunya proses oksidasi fosforilasi intraseluler dan metabolisme glukosa dan asam lemak terganggu.
Perubahan integritas kapiler yang dapat menyebabkan terjadinya edem otak dan pulmonal .
Terganggunya fungsi platelet dan menyebabkan perpanjangan waktu protombin
c. Gejela Klinik
Intoksikasi akut : nausea dan vomitus yang timbul segera setelah termakan, diikuti dengan hiperpnea,
tinnitus, ketulian dan letargi. Gejala Intoksikasi berat : koma , kejang, hipoglikemi, hipertermi bahkan edema
pulmonal, perdarahan pulmonal, ARF, oliguria. Edema serebral dan pulmonal lebih sering terjadi pada
intoksikasi akut. Dapat terjadi kematian akibat kegagalan saraf pusat dan kolaps kardiovaskuler.
Intoksikasi kronik. Korban umumnya anak kecil dapat pula dewasa muda. Diagnosis sering terlewat karena
gejala tidak spesifik seperti bingung, dehidrasi dan metabolik asidosis menyeru-pai sepsis, pneumonia dan
gastroenteritis. Mortalitas dan morbiditas lebih tinggi daripada intoksikasi akut. Keracunan berat dapat
timbul pada kadar salisilat yang lebih rendah.
d) Penatalaksanaan
I. Keadaan darurat
Pertahankan jalan nafas dan respirasi, bila perlu oksigen.Pemeriksaan gas darah arteri dan X-ray untuk
memantau adanya edema pulmonal.
Tangani koma, kejang, edema pulmonal dan hipertermi jika terjadi
Terapi asidosis metabolik dengan infus sodium bikarbonat intravena. Pemberian infus di stop jika pH
darah < 7,4
Ganti kekurangan cairan dan elektrolit akibat muntah dan hiperventilasi dengan cairan kristaloid
intravena. Hati-hati jangan sampai terjadi edema pulmonal.
Monitor penderita asimptomatis minimum dalam 6 jam (atau lebih lama terutama jika disebabkan oleh
tablet salut enterik atau dosis besar). Penderita dengan gejala intoksikasi sebaiknya dimasukkan dalam
ICU.
II. Antidotum dan obat khusus Antidotum spesifik tidak ada. Dapat diberikan sodium bikarbonat
untuk mencegah terjadinya asidemia dan untuk meningkatkan eliminasi melalui ginjal.
III. Dekontaminasi Dekontaminasi tidak diperlukan pada penderita intoksikasi kronik.
Sebelum RS : beri karbon aktif (dewasa : 50-100 g; anak-anak 15-30 g / 1g/KBB), Ipekak (15 – 30 ml)
untuk menginduksi muntah, sebagai terapi awal pada anak-anak terutama diberikan dalam 30 menit setelah
paparan.
RS : beri karbon aktif dan katartik secara oral atau dengan gastric tube/lavage. Jika dosis <200-300 mg/KBB
dan telah diberi karbon aktif tidak perlu dilakukan bilas lambung.
PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT
3) Digitalis
adalah nama suatu golongan obat yang men punyai efek khusus terhadap otot jantung, yaitu memper kuat
kontraksi otot jantung. Digitalis merupakan salah satu golongan dari sekian banyak golongan obat yang
berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler. Semua obat yang tergolong dalam digitalis mempunyai struktur
dasar yang sama dan berupa glikosida meskipun sumbernya ber beda-beda.
a) Penyebab
Keracunan ini biasanya terjadi karena :
Pemberian dosis awal yang besar serta pemberian ulang yang cepat.
Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar.
Gangguan fungsi ginjal pada waktu pema kaian digitalis, karena digitalis ini diekskresi
melalui ginjal. Konsentrasi obat dalam serum akan meningkat bersamaan dengan
menurunnya ekskresi ginjal.
b) Dosis
62.5-250 mcg melalui mulut (per oral), 1 kali sehari.
c) Gejala
Kegagalan terapi digoksin bergantung pada konsentrasi plasma, keracunan digoksin juga dapat terjadi
yang ditandai dengan pasien mual muntah setelah pemakaian digoksin sehingga hal tersebut akan
mencegah timbulnya efek terapeutik. konsentrasi maksimum (Cmax) digoksin dalam tubuh umumnya
sebesar 8-12 mcg/KgBB keberhasilan terpi digoksin sangat tergantung pada konsentrasi plasma, 3 oleh
karena itu diperlukan pemantauan dan evaluasi penggunnaan digoksin pada pasien gagal jantung agar
penggunaannya tepat dan rasional sehingga tercapai efek terapi yang diinginkan (Shargel, 2005).
d) Diagnosis
Menegakkan diagnosis keracunan digitalis berdasarkan kombinasi paparan terhadap zat digoxin, gejala
klinis dan juga gambaran EKG pada pasien. Peningkatan kadar digoxin biasanya disertai dengan gejala
gangguan irama jantung (arrhytmia), saluran cerna (anorexia, mual dan muntah) serta gejala sistem
syaraf (kebingungan, kelemahan dan delirium). Gambaran EKG tidak khas dan dapat menyebabkan
arritmia. Serta gambarna pemeriksaan elektrolit akan menunjukan hiperkalemia yang menentukan
prognosis pada pasien. Toksisitas kronis lebih sulit didiagnosis dan peningkatan kadar digoxin seringkali
tidak signifikan.
e) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang efektif berdasarkan pada prinsip umum yaitu penatalaksanaan meliputi penilaian
beratnya masalah dan penyebab terjadinya toksisitas (misalnya, fungsi ginjal, dosis yang diberikan, obat
yang diberikan bersamaan, dan apakah dosis yang berlebihan sengaja atau tidak sengaja diberikan.
Intoksikasi didefinisikan sebagai peningkatan kadar digoksin serum ≥ 2 mg/ml disertai dengan
perubahan EKG tipikal intoksikasi dan minimal satu gejala non-kardiak. Jika terjadi intoksisitas pada
penggunaan obat digoksin cukup dilakukan monitoring dan menurunkan dosis penggunaan sampai
kadar dalam plasma berkurang
PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT
4) Antibiotik
Antibiotik adalah obat yang dikenal, baik oleh kalangan medis, maupun masyarakat. Sayangnya, hampir semuanya
mengenal antibiotik secara salah, dan ini terbukti bahwa antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan secara
salah (misused). Masalah inappropriate use of Antibiotic Editorial merupakan masalah irrational prescribing yang paling
besar di dunia, dari dahulu sampai sekarang, di rumah sakit maupun di komunitas (Almasdy D. 2013). Penggunaan
antibiotik yang tidak rasional mampu menyebabkan resistensi sehingga menimbulkan toksisitas maupun kematian.
a) Penyebab
Awal mulanya antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit infeksi pada manusia, namun selanjutnya digunakan pula
dalam bidang kedokteran hewan, pertanian dan budi daya perairan. Penggunaannya yang luas mengakibatkan tekanan
selektif yang kuat, dan konsisten sehingga menyebabkan bakteri resisten akan bertahan dan menyebar. Penggunaan
antibiotik yang tidak rasional mampu menyebabkan resistensi sehingga menimbulkan toksisitas maupun kematian.
(MacDougall C. 2005)
b) Gejala
Gejala resistensi antibiotik antara lain adalah ketidakmampuan antibiotik tertentu untuk membunuh
bakteri penyebab penyakit. Ini dapat menyebabkan sembuhnya atau berkurangnya keluhan terkait
penyakit tersebut.terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan
dosis normal atau kadar hambat minimalnya. (Almasdy D. 2013).
e) Penatalaksanaan
Penegakan diagnosis infeksi. Hal ini bisa dikerjakan secara klinis berdasarkan kriteria diagnosa ataupun
pemeriksaanpemeriksaan tambahan lain yang diperlukan. Gejala panas sama sekali bukan kriteria untuk
diagnosis adanya infeksi.
Kemungkinan kuman penyebabnya, dipertimbangkan dengan perkiraan ilmiah berdasarkan pengalaman
setempat yang layak dipercaya atau epidemiologi setempat atau dari informasi-informasi ilmiah lain. Apakah
antibiotika benar-benar diperlukan? Sebagian infeksi mungkin tidak memerlukan terapi antibiotika misalnya
infeksi virus saluran pernafasan atas, keracunan makanan karena kontaminasi kumankuman enterik.
Jika diperlukan antibiotika, pemilihan antibiotika yang sesuai berdasarkan spektrum antikuman, sifat
farmakokinetika, ada tidaknya kontra indikasi pada pasien,ada tidaknya interaksi yang merugikan, bukti akan
adanya manfaat klinik dari masingmasing antibiotika untuk infeksi yang bersangkutan berdasarkan informasi
ilmiah yang layak dipercaya.
Penentuan dosis, cara pemberian, lama pemberian berdasarkan sifat-sifat kinetika masing-masing antibiotika
dan fungsi fisiologis sistem tubuh (misalnya fungsi ginjal, fungsi hepar dan lain-lain). Perlu dipertimbangkan
dengan cermat pemberian antibiotika misalnya pada ibu hamil dan menyusui, anak-anak, dan orang tua.
TERIMAKASIH
TOKSIKOLOGI
KELOMPOK 2
SILAHKAN KERJAKAN KUIS/POST TEST
BERIKUT:
https://s.id/14XVb
SOAL QUIS
1. Dosis Toksisitas Paracetamol berkembang dari....
a. 5 g/ hari menjadi 6 g/hari
b. 6,6 g/ hari menjadi 8 g/ hari
c. 7,7 g/ hari menjadi 9 g/ hari
d. 7,5 g/ hari menjadi 10 g/ hari
e. 8 g/ hari menjadi 11 g/hari
Jawaban : D
4. Diagnosis gejala tidak spesifik seperti bingung, dehidrasi dan metabolik asidosis
menyerupai sepsis, pneumonia dan gastroenteritis merupakan gejala klinis intoksikasi salisilat
....
a. Intoksikasi akut
b. Intoksikasi kronik
c. Intoksikasi ringan
d. Intoksikasi sedang
Jawaban : B
5. Dibawah ini Faktor penting dalam menilai efektifitas NAC adalah ?
a. waktu mulai terapi dalam kaitannya dengan konsumsi.
b. waktu mulai NAC yang singkat
c. NAC intravena direkomendasikan dalam situasi di mana pasien tidak dapat mentolerir
pemberian oral NAC atau mengalami gagal hati fulminan.
d. waktu mulai terapi panjange. semua benar
Jawaban :A
8. suatu golongan obat yang mempunyai efek khusus terhadap otot jantung, yaitu memper
kuat kontraksi otot jantung, pernyataan berikut termasuk dalam golongan obat…
a. Acetaminophen
b. OAINS
c. Digitalis
d. asam asetilsalisilat
e. Antibiotik
jawaban : C
9. Dosis obat digitalis yang benar di bawah ini adalah…
a. 62.5-250 mcg
b. 70.5-300 mcg
c. 40 - 150 mcg
d. 90 - 350 mcg
e. 75 - 100 mcgj
jawaban : A
10. Bagaimana rute pemberian obat yang umum pada terapi N-acetylcysteine (NAC)......
a. Parenteral
b. Rektal
c. Lokal
d. Oral
e. Semua benar
Jawaban : D
11.Obat yang tergolong dalam digitalis pada sistem pelaksaanaan keracunan obat .ada
beberapa penyebab keracunan pada golongan ini yaitu ?
a. Pemberian dosis awal yang besar serta pemberian ulang yang cepat.
b. Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar.
c. Gangguan fungsi ginjal pada waktu pema kaian digitalis, karena digitalis ini diekskresi
melalui ginjal. Konsentrasi obat dalam serum akan meningkat bersamaan dengan
menurunnya ekskresi ginjal.
d. semua benar
e. a dan b benar
Jawaban : d (semua benar)
TOKSIKOLOGI
PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT:
ASETAMINOFENA - OAINS - TEOFILINA -
DIGITALIS - ANTIBIOTIKA
KELOMPOK 2: - MALSA YULIA SARI
- ANISA AULIA ABAS - MIFTAHUL JANNAH
- ANNISSA MAULANI - PITRIA RAHMA W
- ATIKA PUTRI - RANDY FADILAH M
- ISNA ALMAULIA - YOGI ERAL TANTIO
- MAISARAH - ZULIKHO AULIA
PENATALAKSANAAN KERACUNAN PADA
OBAT ASETAMINOFEN
ASETAMINOFENA
Acetaminophen adalah obat antiinflamasi non steroid (NSAID). Mekanismenya dengan
menghambat siklooksigenase (COX) di otak secara selektif, hal ini biasa digunakan untuk
mengobati demam dan nyeri, dapat juga sebagai penghambat sintesis prostaglandin di sistem
saraf pusat (SSP).
Acetaminophen langsung bekerja di hipotalamus menghasilkan efek antipiretik. (Mossanen
and Tacke 2015).
Asetaminofen diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. kadar puncak plasma
dicapai dalam waktu 30-60 menit, waktu paruh antara 1-3 jam dan relatif tidak dipengaruhi
oleh fungsi ginjal.
Asetaminofen relatif didistribusikan secara merata ke seluruh jaringan tubuh. sekitar 25%
asetaminofen terikat oleh protein plasma.
Metabolisme oleh hati dan diubahh menjadi asetaminofen sukfat (60%) dan glukoronida
(35%) yang secara farmakologik tidak aktif.
Auatu metbolit minor sebagai produk dari hidroksilasi tetapi sangat aktif (N-asetil-
pbenzokuinoneimine/NAPQI) penting pada dosis besar karena bersifat toksik terhadap hepar
dan ginjal.
Aebagian besar (90%-100%) asetaminofen diekskresikan lewat ginjal dalam bentuk
metabolitnya. hanya sebagian kecil (3%-5%) yang diekskresikan dalam bentuk utuh.
Dosis lazim asetaminofen yang dianjurkan adalah 325 mg-1000 mg. Dosis sehati tidak boleh
lebih dari 4000 mg.
KERACUNAN ASETAMINOFEN
Meskipun asetaminofen memiliki profil keamanan yang baik pada tingkat terapeutik,
asetaminofen dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah jika dikonsumsi dalam jumlah
yang tidak tepat (Stine and Lewis 2016).
Acetaminophen adalah salah satu analgesik yang paling umum digunakan di Amerika Serikat
dan dilaporkan sebagai penyebab paling umum gagal hati akut di negara ini (Clark et al.
2012).
Toksisitas Acetaminophen dapat disebabkan karena overdosis akut atau dari dosis
berlebihan yang berulang. Overdosis asetaminofen adalah penyebab umum hepatotoksisitas
yang diinduksi obat pada anak-anak dan orang dewasa.
Dosis toksik asetaminofen pada dewasa adalah 8-10 g/hari, sedangkan pada anak adalah
200-250 mg/kgBB.
CARA SESEORANG MENGALAMI KERACUNAN OBAT
ASETAMINOFENA
Beberapa penelitian telah membuktikan NAC efektif dalam Akan tetapi, jika pilihan terapi sudah tidak dapat dilakukan lagi,
pengobatan keracunan asetaminofen. Studi awal yang dilakukan transplantasi hati adalah satusatunya pilihan untuk meningkatkan
terhadap hewan menunjukkan kemampuan NAC untuk kelangsungan hidup pasien dengan AILI (Yan et al. 2018). Don't
menurunkan risiko atau mencegah hepatotoksisitas (Sin et al. 2017) forget to have fun!
PENATALAKSANAAN KERACUNAN ASETAMINOFEN
SECARA DEKONTAMINASI
Sebelum di Rumah Sakit, dapat diberikan karbon aktif atau sirup ipekak
untuk menginduksi muntah pada anak-anak dengan waktu paparan 30
menit.
Di Rumah Sakit, pemberian karbon aktif, jika terjadi penurunan
kesadaran karbon aktif diberikan melalui pipa nasogastrik. Jika dipilih
pemberian metionin sebagai antidotum untuk menstimulasi glutation,
karbon aktif tidak boleh diberikan karena akan mengikat dan
menghambat metionin.
PENATALAKSANAAN
KERACUNAN PADA OBAT ANTI
INFLAMASI NON STEROID (OAINS)
OAINS
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) adalah obat yang paling sering digunakan untuk
penatalaksanaan nyeri, khususnya nyeri reumatik.
Kebanyakan OAINS strukturnya asam organik dengan pKa yang rendah sehingga obat ini
akan terakumulasi pada daerah yang mengalami inflamasi.
OAINS dimetabolisme di hati dan metabolit inaktif dikeluarkan lewat empedu dan urin.
OAINS diabsorpsi di traktus gastrointestinal dan 90% obat akan berikatan dengan protein
plasma, bilamana protein plasma mengalami saturasi dengan obat, konsentrasi obat yang
aktif meningkat dengan cepat dibandingkan total kosentrasi obat.
OAINS mempunyai kemampuan untuk menghambat sintesis prostaglandin sehingga OAINS
mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan antipiretika.
Terdapat dua isoform prostaglandin yang dikenal sebagai COX-1 dan COX-2.
Isoform COX-2 ekpresinya meningkat pada keadaan inflamasi, sedangkan COX-1 yang
konstitutif bersifat mempertahankan mukosa lambung dan trombosit dalam keadaan yang
utuh.
KERACUNAN OAINS
Pemakaian OAINS mempunyai risiko terjadinya efek samping yang tidak diinginkan, seperti:
Efek samping OAINS pada saluran cerna yang paling ringan berupa keluhan nyeri epigastrium atau dispepsi.
Keluhan nyeri epigastrium kadang-kadang disertai erosi mukosa
Terjadinya efek samping gastrointestinal merupakan komplikasi yang terbanyak hal ini karena OAINS pada
gastrointestinal mempunyai efek secara langsung yang mana secara alamiah obat ini merupakan bahan
asam dan juga efek secara sistemik yang menghambat sekresi mukus, bikarbonat dan prostaglandin. Efek
samping penggunaan OAINS pada gastro intestinal yang terbanyak berturut-turut adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas, ulkus atau perforasi dan obstruksi serta dispepsia, sedangkan komplikasi yang
agak jarang ulkus dan striktur pada usus halus.
Prostaglandin ginjal berperan sangat penting untuk pengaturan garam dan air dan mempertahankan aliran
darah ginjal. Pengaruh OAINS pada ginjal adalah dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit dan
kerusakan fungsi ginjal berupa nefritis interstisialis atau nekrosis papilaris. Terjadinya retensi air dan garam
maka dapat menimbulkan terjadi edema dan atau kenaikkan tekanan darah selama penggunaan OAINS.
Pengaruh pada kardiovaskular akibat hambatan COX biasanya dihubungkan dengan pemakaian OAINS yang
bersifat COX-2 spesifik. Peran prostaglandin pada sistem kardiovaskular yang fisiologik sebenarnya sangat
komplek, enzim COX-1 yang diekpresikan pada trombosit memacu tromboksan A2 sehingga agregasi
trombosit berjalan normal, sedangkan COX-2 yang memacu prostasiklin (bersifat anti trombogenik) akan
menghambat adesi dan agregasi dari trombosit. Oleh karena itu hambatan terhadap COX-2 akan
menyebabkan produksi prostasiklin menurun sehingga sifat anti trombogeniknya menurun sehingga
cardiovascular event meningkat.
CARA SESEORANG MENGALAMI KERACUNAN OAINS
Mekanisme utama terjadinya tukak lambung dan duodenum dikaitkan dengan pemblokiran
sintesis prostaglandin (PG) oleh NSAID. Penurunan sintesis GHG menyebabkan penurunan
sintesis mukus dan bikarbonat, yang merupakan pelindung utama mukosa lambung terhadap
faktor agresif sari lambung. saat mengonsumsi NSAID, tingkat prostasiklin dan oksida nitrat
menurun, yang berdampak buruk pada sirkulasi darah di submukosa saluran pencernaan dan
menciptakan risiko tambahan kerusakan pada selaput lendir lambung dan duodenum. Perubahan
keseimbangan media pelindung dan agresif perut menyebabkan pembentukan bisul dan
perkembangan komplikasi: perdarahan, perforasi, penetrasi.
GEJALA KERACUNAN OAINS
Terapi asidosis metabolik dengan infus sodium bikarbonat intravena. Pemberian infus di stop jika pH darah < 7,4
Ganti kekurangan cairan dan elektrolit akibat muntah dan hiperventilasi dengan cairan kristaloid intravena. Hati-hati
jangan sampai terjadi edema pulmonal
Terapi OAINS
sebaiknya diintegrasikan dengan terapi analgesia lain, terapi nutrisi, fisioterapi dan edukasi (skala A)
Hindari kombinasi OAINS karena tidak meningkatkan efek analgesia tetapi meningkatkan efek samping
PENATALAKSANAAN
KERACUNAN PADA OBAT
TEOFILINA
TEOFILIN
Pada kadar serum sekitar 10 pg/ml yang merupakan efek terapi, pada beberapa orang telah
timbul efek samping ringan seperti mual, kadang- kadang muntah atau sakit kepala. Pada
kadar di atas 15 pg/ml efek samping menjadi lebih berat, seperti takikardi. Sedangkan di atas
20 pg/ml dapat terjadi konvulsi (Sukasediati, 1988).
GEJALA KERACUNAN TEOFILIN
Pengobatan keracunan teofilin harus dimulai dengan cara-cara yang dirancang untuk merangsang
muntah (misalnya pemberian ipekak, jika penderita belum muntah) atau sonde.
Pemberian arang, dengan kemungkinan terbaik ialah dengan memberi jeda waktu sampai timbul
muntahan setelah pemberian ipekak.
Pemberian arang dianjurkan berulang dengan interval 2-3 jam
Pemberian Esmolol Infus 25-50 mcg/kg/min IV
PENATALAKSANAAN
KERACUNAN PADA OBAT
DIGITALIS
DIGITALIS
Digitalis merupakan salah stau golongan dari sekian banyak golongan obat yang
bepengaruh terhadap sistem kardiovaskular.
Digoksin merupakan salah satu obat dengan kadar terapi sempit
Digitalis adalah nama suatu golongan obat yang mempunyai efek khusus
terhadap otot jantung, yaitu memperkuat kontraksi otot jantung
CARA SESEORANG MENGALAMI KERACUNAN DIGITALIS
Keracunan pada digitalis biasanya disbebkan karena pemberian dosis awal yang besar, serta
pemberian ulang yang cepat.
Gangguan fungsi ginjal pada waktu pemakaian digitalis, karena digitalis ini diekskresi melalui
ginjal. Konsentrasi obat dalam serum akan meingkat bersamaan dengan menurunnya
ekskresi ginjal
Rasio terapi digitalis sangat sempit sehingga 5-20% dari penderita umumnya memperlihatkan
gejala toksik dengan manifestasi yang sukar dibedakan dengan tanda penyakit jantung.
GEJALA KERACUNAN DIGITALIS
Penatalaksanaan awal intoksikasi digoksin adalah pengenalan disritmia dan atau manifestasi kardiak
yang berhubungan dengan intoksikasi digoksin, serta penghentian digoksin.
Prinsip umum penatalaksanaan disritmia meliputi penilaian beratnya masalah dan penyebab terjadinya
toksisitas (misalnya, fungsi ginjal, dosis yang diberikan, obat yang diberikan bersamaan, dan apakah
dosis yang berlebihan sengaja atau tidak sengaja diberikan.
Kedua faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan, antara lain usia, riwayat penyakit, kronik
tidaknya intoksikasi digoksin, adanya penyakit jantung dan atau gangguan fungsi ginjal, dan yang paling
penting perubahan EKG. Ketiga, penilaian kondisi hemodinamik, meliputi EKG 12 lead dan monitor
jantung, begitu pula perawatan di ICU dan akses intravena. Keempat, pengukuran elektrolit secara
cepat, meliputi kalium dan kalsium, kreatinin, dan kadar digoksin
PENATALAKSANAAN KERACUNAN
PADA OBAT ANTIBIOTIKA
ANTIBIOTIKA
Antibiotika merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi
yang dapat menghambat pertumbuhan atau dapat membasmi mikroba jenis lain
dan merupakan segolongan senyawa, baik alami maupun sintesik.
Antibiotika bekerja dengan menghambat: metabolisme sel mikroba (saingan),
sintesis dinding sel mikroba, keutuhan membran sel mikroba, sintesis protein sel
mikroba dan sintesis asam nukleat sel mikroba
CARA SESEORANG MENGALAMI KERACUNAN ANTIBIOTIKA
Pemakaian antibiotika yang terus menerus dan tidak memperhatikan waktu henti
pemberian antibiotika (withdrawal time) dalam bidang peternakan akan menimbulkan
residu antibiotika dalam produk hewaniyang dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas,
resistensi dan kemungkinan keracunan (Yuningsih, 2005).
Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semuajenis antimikroba. Tetrasiklin dapat
mengganggu pertumbuhan tulang dan gigi. Dalam dosis besar obat ini bersifat
hepatotoksik.
GEJALA KERACUNAN ANTIBIOTIKS
2. Donita: Dipenatalaksanaan asetaminophen terdapat bahwa terapi sudah tidak dapat dilakukan lagi, transplantasi hati adalah satu-satunya pilihan untuk
meningkatkan kelangsungan hidup pasien dengan ALI, jadi apa maksud dari ALI?
jawab Annissa Maulani: Acute limb ischemia (ALI) merupakan suatu kondisi gawat darurat dimana terdapat sumbatan pembuluh darahpada anggota
tubuh yang menyebabkan kapasitas pertukaran oksigen jaringan turun secara drastis dalam waktu cepat. Kejadian iskemia ini dapat menyebabkan
kerusakan berbagai jaringan di daerah yang terdampak sampai ke bagian ujung terjauh anggota tubuh tersebut karena aliran darah tidak dapat berjalan
semestinya. Apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, ALI dapat menyebabkan diperlukannya amputasi anggota tubuh hingga mengakibatkan
kematian karena racun radikal bebas dari sel yang mati dapat mengganggu metabolisme tubuh.
3. Sri indah doanita : Sebutkan dan jelaskan terapi pada keracunan obat oains
jawab miftahuljannah : ~Terapi asidosis metabolik : dengan infus sodium bikarbonat intravena. Pemberian infus di stop jika pH darah < 7,4~Ganti
kekurangan cairan dan elektrolit akibat muntah dan hiperventilasi dengan cairan kristaloid intravena. Hati-hatijangan sampai terjadi edema
pulmonal~terapi analgesia lain : obat analgesia lainnya yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri juga~terapi nutrisi : bagian dari perawatan penyakit
dan kondisi klinis yang harus diperhatikan agar pemberian diet pasien harus sesuai dengan fungsi organ, kemudian harus dievaluasi. ~fisioterapi : atau
terapi fisik adalah pengobatan dan rehabilitasi fisik.
SOAL KELOMPOK 2: PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT: ASETAMINOFENA
- OAINS - TEOFILINA - DIGITALIS - ANTIBIOTIKA
a. 30 μ/mL
b. 20 μ/mL (jawaban)
c. 25 μ/mL
d. 35 μ/mL
e. 15 μ/mL
Terjadi pada 24-72 jam setelah minum dosis toksik, dengan merasakan mulai timbul nyeri perut
kanan atas. Pada fase berapakah gejala Keracunan obat asetaminofen tersebut?
a. Fase l
b. Fase ll (Jawaban)
c. Fase lll
d. Fase lV
A. 10-24
B 24-72
C.72-96 (Jawaban)
D. 96-100
E. 72-100
Pengenalan disritmia dan atau manifestasi kardiak merupakan penatalaksanaan keracunan pada
a. Digitalis (jawaban)
b. Antibiotik
c. Teoflin
d. Asetaminofen
e. OAINS
Pada gejala yang menimbulkan tanda seperti hipokalemia, alkalosis, hipoksia, hipokalsemia,
hipomagnesia, hipotirodisme, hiponatremia, dan katekolamin, merupakan gejala keracunan
pada
a. Asetaminofen
b. Digitalis (jawaban)
c. Teofilin
d. OAINS
e. antibiotika
a. OAINS
B. asetaminofen
c. teofilin (jawaban)
d. digitalis
e. antibiotika
Secara dekontaminasi sebelum kerumah sakit dapat diberikan karbon aktif yang dapat
menginduksi muntah pada anak2, berapa kah waktu paparan tersebut?
A. 10menit
B.20 menit
C. 30menit (jawaban)
D .35menit
E. 40 menit
Dibawah ini merupaka gejala keracunan OAINS, kecuali….
a. Sindrom dispepsia
b. Hematemesis
c. Ruam (jawaban)
d. Melena
e. Batuk
Penataan keracunan oains dengan terapi asidosis metabolik dengan infus sodium bikarbonat
intravena dengan pemberian infus distopkan jika pH darah kurang dari?
A. 7,4 (jawaban)
B. 8,4
C. 4,7
D. 4,8
E.. 4,9
A. <100 mg/kg
B. 140 mg/kg
E. 200-300 mg/kgBB
Pada kadar serum sekitar 10 pg/ml yang merupakan efek terapi, pada beberapa orang telah
timbul efek samping ringan seperti mual, kadang- kadang muntah atau sakit kepala. Pada kadar
di atas 15 pg/ml efek samping menjadi lebih berat, seperti takikardi. Sedangkan di atas 20 pg/ml
dapat terjadi konvulsi, merupakan cara seseorang mengalami….
a. Keracunan OAINS
b. Keracunan antibiotik
c. Keracunan digitalis
e. Keracunan asetaminofen
a. Sindrom dispepsia
b. Hematemesis
c. Melena
d. Semua benar
e. sindrom nefrotik
d. Semua benar
e. Tidak perlu melakukan pemeriksaan EKG dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan kadar
digoksin
Penatalaksanaan Keracunan Obat: Sedatif-Hipnotika,
Amfetamin dan golongan psikotropika
Tugas Toksikologi Kelompok 3:
Pendahuluan:
• Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat
(SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan
tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran,
keadaan anestesi, koma dan mati.
• Beberapa obat dalam golongan hipnotik dan sedatif, khususnya golongan
benzodiazepin diindikasikan juga sebagai pelemas otot, antiepilepsi, antiansietas
(anticemas), dan sebagai penginduksi anestesi (Gunawan, 2016).
Gejala:
• Gejala gejala abstinensi dapat terjadi pada penggunaan
berbagai golongan obat hipnotik-sedatif.
• Gejala–gejala ini dapat berupa lebih sukar tidur dibanding
sebelum penggunaan obat-obatan hipnotik-sedatif.
• Jika gejala ini terjadi, ada kecenderungan untuk
menggunakannya lagi karena mungkin dari sisi psikologis, si
pemakai akan merasakan rasa nyaman karena sifat obat
tersebut sehingga terjadilah ketergantungan fisik (Sholehah,
2013).
Penanganan intoksikasi hipnotika-
sedatif
2. Gelisah, agitasi
3. Gerakan berulang-ulang
4. Impulsif
6. Berkeringat
7. Paranoia
8. Pupil midriasis
9. Mudah tersinggung
Tatalaksana Keracunan Amfetamin
Menurut Triswara & Carolia, 2017, Tatalaksana khusus yang harus
dilakukan sesuai dengan gejala overdosis amfetamin yang
muncul.
AMARA ZAHARANI
BULAN PERMATA SARI
DEA ADILLA
DESTRI ANOM SARI
ELAN DEHARDIYANTI SIREGAR
GESTIA AGUSTINA
MELLY PUTRI
NINING SUNDARY
NURUL AULIA
SHERLY PUTRI ARSILA
TIARA UMA DEVISTA
DEFENISI
Keracunan atau intoksikasi adalah suatu Keracunan atau intoksikasi menurut
kejadian apabila substansi yang berasal WHO adalah kondisi yang mengikuti
dari alam ataupun buatan yang pada dosis masuknya suatu zat psikoaktif yang
tertentu dapat menyebabkan kerusakan menyebabkan gangguan kesadaran,
pada jaringan hidup yang bisa kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi,
menyebabkan cedera atau kematian. dan respon psikofisiologis. Menurut
BPOM pada tahun 2013, di Indonesia
Racun dapat memasuki jaringan hidup terjadi kasus keracunan nasional yang
melalui beberapa cara yaitu termakan, disebabkann oleh beberapa macam
terhirup, disuntikkan. Dengan berbagai penyebab yaitu binatang, tumbuhan, obat
macam penyebab dari keracunan misalnya tradisional, kosmetika, pestisida, kimia,
keracunan botolium, keracunan jamur, NAPZA, obat pemcemar lingkungan,
keracunan keracunan jengkol, keracunan makanan produk suplemen, minuman, dan
ikan laut, dan keracunan bahan kimia yang campuran. Dimana penyebab terseringnya
menimbulkan gejala-gejala seperti mual, ialahh keracunan obat obatan yang
muntah , wajah kemerahan (Raini, 2012). dikonsumsi oleh masyarakat
PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT
1) Paracetamol
Acetaminophen adalah salah satu analgesik yang paling umum digunakan di Amerika Serikat dan dilaporkan
sebagai penyebab paling umum gagal hati akut di negara ini(Clark et al. 2012). Telah dilaporkan bahwa ini
adalah salah satu produk farmasi paling umum yang menyebabkan kerusakan hati akibat obat
Toksisitas asetaminofen adalah penyebab paling umum kedua dari transplantasi hati di seluruh dunia dan paling
umum di AS. Ini bertanggung jawab atas 56.000 kunjungan gawat darurat, 2600 rawat inap, dan 500 kematian
per tahun di Amerika Serikat. Lima puluh persen di antaranya adalah overdosis yang tidak disengaja (Caparrotta,
Antoine, and Dear 2018).
a) Dosis
Dosis acetaminophen yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 650 mg sampai 1000 mg setiap 4 sampai 6
jam, tidak melebihi 4 gram / hari. Pada anak-anak, dosisnya 15 mg / kg setiap 6 jam, hingga 60 mg / kg / hari.
Toksisitas berkembang pada 7,5 g / hari menjadi 10 g / hari atau 140 mg / kg (Ye et al. 2018)
b) Penyebab Toksisitas Paracetamol
Acetaminophen adalah analgesik dan antipiretik yang aman dan efektif. Terlepas dari keamanannya, penggunaan
Acetaminophen yang tidak tepat dapat menyebabkan overdosis. Toksisitas Acetaminophen dapat disebabkan
karena overdosis akut atau dari dosis berlebihan yang berulang (konsumsi supratherapeutic berulang [RSTI]).
Toksisitas yang tidak disengaja juga dapat terjadi dari penggunaan bersamaan beberapa obat berbeda yang
masing-masing mengandung Acetaminophen. Kelompok Studi Kegagalan Hati Akut menemukan proporsi yang
hampir sama dari pasien dengan hepatotoksisitas Acetaminophen yang disebabkan oleh overdosis yang disengaja
versus yang tidak disengaja. Overdosis yang tidak disengaja sering disebabkan oleh repeated supratherapeutic
ingestion (RSTI)(Alhelail et al. 2011).
c) Mekanisme toksisitas
Pada dosis terapi, salah satu metabolit parasetamol bersifat hepatotoksik, didetoksifikasi oleh glutation
membentuk asam merkapturi yang bersifat non toksik dan diekskresikan melalui urin, tetapi pada dosis berlebih
produksi metabolit hepatotoksik meningkat melebihi kemampuan glutation untuk mendetoksifikasi, sehingga
metabolit tsb bereaksi dengan sel-sel hepar dan timbulah nekrosis sentrolobuler. Oleh karena itu pada
penanggulangan keracunan parasetamol terapi ditujukan untuk menstimulasi sintesa glutation. Dengan proses
yang sama parasetamol juga bersifat nefrotoksik.
d) Gambaran klinis
Gejala keracunan parasetamol dapat dibedakan atas 3 stadium :
Stadium I (0-24 jam) asimptomatis atau gangguan sistim pencernaan berupa mual, muntah, pucat,
berkeringat. Pada anak-anak lebih sering terjadi muntahmuntah tanpa berkeringat.
Stadium II (24-48 jam) Peningkatan SGOT-SGPT. Gejala sistim pencernaan menghilang dan muncul ikterus,
nyeri perut kanan atas, meningkatnya bilirubin dan waktu protombin. Terjadi pula gangguan faal ginjal
berupa oliguria, disuria, hematuria atau proteinuria.
Stadium III ( 72 - 96 jam ) Merupakan puncak gangguan faal hati, mual dan muntah muncul kembali, ikterus
dan terjadi penurunan kesadaran, ensefalopati hepatikum
Stadium IV ( 7- 10 hari) Terjadi proses penyembuhan, tetapi jika kerusakan hati luas dan progresif dapat
terjadi sepsis, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan kematian.
e) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya riwayat penggunaan obat
Uji kualitatif : sampel diambil dari urin, isi lambung atau residu di tempat kejadian. Caranya : 0,5 ml sampel
+ 0,5 ml HCl pekat, didihkan kemudian dinginkan ; tambahkan 1 ml larutan OKresol pada 0,2 ml hidrolisat,
tambahkan 2 ml larutan amonium hidroksida dan aduk 5 menit, hasil positip timbul warna biru dengan cepat.
Uji ini sangat sensitif.
Kuantitatif : Kadar dalam plasma diperiksa dalam 4 jam setelah paparan dan dapat dibuat normogram untuk
memperkirakan beratnya paparan. Pemeriksaan laboratorium : elektrolit, glukosa, BUN, kreatinin,
transaminase hati dan prothrombin time.
f) Penatalaksanaan
N-acetylcysteine adalah terapi yang digunakan untul toksisitas asetaminofen. Nacetylcysteine memiliki
persetujuan Federal and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan toksisitas acetaminophen yang berpotensi
hepatotoksik, dan efektif jika diberikan dalam waktu 8 jam setelah konsumsi (Chiew et al. 2018). Penggunaan
obat ini juga disetujui untuk digunakan dalam kondisi dengan sekresi lendir yang abnormal, kental atau tidak
teratur seperti pada kondisi pneumonia, bronkitis, trakeobronkitis, fibrosis kistik, pasien trakeostomi, komplikasi
paru pasca operasi, kondisi dada pasca trauma dan sebelum bronkoskopi diagnostik untuk membantu
penyumbatan lendir (Samuni et al. 2013)
Faktor penting dalam menilai efektifitas NAC adalah waktu mulai terapi dalam kaitannya dengan konsumsi.
Pasien yang overdosis akut dan mendapat terapi NAC yang dimulai dalam waktu 8 jam umumnya tidak
mengalami gagal hati atau terjadi kematian. Pasien yang secara kronis mendapat acetaminophen dengan dosis
berlebihan selama berjam-jam dan / atau mendapat terapi NAC yang dimulai lebih dari 8 jam setelah overdosis
akut memiliki insiden hepatotoksisitas sekitar 8-50%. Pemberian oral adalah rute yang umum pada terapi NAC
kecuali terdapat kontraindikasi (seperti aspirasi, atau muntah terus-menerus). Dosis awal yang biasa dianjurkan
adalah 140 mg / kg diikuti dalam 4 jam dengan dosis pemeliharaan 70 mg / kg secara oral setiap 4 jam. Dosis ini
biasanya direkomendasikan untuk dilanjutkan selama 72 jam; namun pengalaman klinis yang lebih baru
mendukung penyesuaian durasi terapi dengan kondisi klinis pasien (Mahmoudi et al. 2015).
PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT
2) OAINS (Salisilat / Asam Asetisalisilat / C9H8O4)
Salisilat termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid ( AINS). Mekanisme kerja adalah menghambat
sintesis Prostaglandin dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase pada pusat termoregulator di hipothalamus
dan perifer. Salisilat sudah digunakan lebih dari 100 tahun. Salisilat digunakan sebagai analgetik, antipiretik, anti
inflamasi, anti fungi.
a) Dosis
Pengobatan tunggal rata-rata : 10 mg/KBB.
Dosis lazim harian : 40 - 60 mg/KBB/hari.
Tablet aspirin mengandung 325 - 650 mg asam salisilat.
Pada dosis 150 - 200mg /KBB dapat terjadi Intoksikasi akut sedang, dan dosis 300-500 mg / KBB
akan menyebabkan intoksikasi berat. Intoksikasi kronik dapat terjadi pada pemberian dosis lebih
dari 100 mg/KBB selama 2 hari atau lebih.
b) Gejala-gejala intoksikasi salisilat
Perangsangan pusat pernafasan sehingga timbul hiperventilasi, respirasi alkalosis, asidosis metabolik dan
dehidrasi.
Terganggunya proses oksidasi fosforilasi intraseluler dan metabolisme glukosa dan asam lemak terganggu.
Perubahan integritas kapiler yang dapat menyebabkan terjadinya edem otak dan pulmonal .
Terganggunya fungsi platelet dan menyebabkan perpanjangan waktu protombin
c. Gejela Klinik
Intoksikasi akut : nausea dan vomitus yang timbul segera setelah termakan, diikuti dengan hiperpnea,
tinnitus, ketulian dan letargi. Gejala Intoksikasi berat : koma , kejang, hipoglikemi, hipertermi bahkan edema
pulmonal, perdarahan pulmonal, ARF, oliguria. Edema serebral dan pulmonal lebih sering terjadi pada
intoksikasi akut. Dapat terjadi kematian akibat kegagalan saraf pusat dan kolaps kardiovaskuler.
Intoksikasi kronik. Korban umumnya anak kecil dapat pula dewasa muda. Diagnosis sering terlewat karena
gejala tidak spesifik seperti bingung, dehidrasi dan metabolik asidosis menyeru-pai sepsis, pneumonia dan
gastroenteritis. Mortalitas dan morbiditas lebih tinggi daripada intoksikasi akut. Keracunan berat dapat
timbul pada kadar salisilat yang lebih rendah.
d) Penatalaksanaan
I. Keadaan darurat
Pertahankan jalan nafas dan respirasi, bila perlu oksigen.Pemeriksaan gas darah arteri dan X-ray untuk
memantau adanya edema pulmonal.
Tangani koma, kejang, edema pulmonal dan hipertermi jika terjadi
Terapi asidosis metabolik dengan infus sodium bikarbonat intravena. Pemberian infus di stop jika pH
darah < 7,4
Ganti kekurangan cairan dan elektrolit akibat muntah dan hiperventilasi dengan cairan kristaloid
intravena. Hati-hati jangan sampai terjadi edema pulmonal.
Monitor penderita asimptomatis minimum dalam 6 jam (atau lebih lama terutama jika disebabkan oleh
tablet salut enterik atau dosis besar). Penderita dengan gejala intoksikasi sebaiknya dimasukkan dalam
ICU.
II. Antidotum dan obat khusus Antidotum spesifik tidak ada. Dapat diberikan sodium bikarbonat
untuk mencegah terjadinya asidemia dan untuk meningkatkan eliminasi melalui ginjal.
III. Dekontaminasi Dekontaminasi tidak diperlukan pada penderita intoksikasi kronik.
Sebelum RS : beri karbon aktif (dewasa : 50-100 g; anak-anak 15-30 g / 1g/KBB), Ipekak (15 – 30 ml)
untuk menginduksi muntah, sebagai terapi awal pada anak-anak terutama diberikan dalam 30 menit setelah
paparan.
RS : beri karbon aktif dan katartik secara oral atau dengan gastric tube/lavage. Jika dosis <200-300 mg/KBB
dan telah diberi karbon aktif tidak perlu dilakukan bilas lambung.
PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT
3) Digitalis
adalah nama suatu golongan obat yang men punyai efek khusus terhadap otot jantung, yaitu memper kuat
kontraksi otot jantung. Digitalis merupakan salah satu golongan dari sekian banyak golongan obat yang
berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler. Semua obat yang tergolong dalam digitalis mempunyai struktur
dasar yang sama dan berupa glikosida meskipun sumbernya ber beda-beda.
a) Penyebab
Keracunan ini biasanya terjadi karena :
Pemberian dosis awal yang besar serta pemberian ulang yang cepat.
Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar.
Gangguan fungsi ginjal pada waktu pema kaian digitalis, karena digitalis ini diekskresi
melalui ginjal. Konsentrasi obat dalam serum akan meningkat bersamaan dengan
menurunnya ekskresi ginjal.
b) Dosis
62.5-250 mcg melalui mulut (per oral), 1 kali sehari.
c) Gejala
Kegagalan terapi digoksin bergantung pada konsentrasi plasma, keracunan digoksin juga dapat terjadi
yang ditandai dengan pasien mual muntah setelah pemakaian digoksin sehingga hal tersebut akan
mencegah timbulnya efek terapeutik. konsentrasi maksimum (Cmax) digoksin dalam tubuh umumnya
sebesar 8-12 mcg/KgBB keberhasilan terpi digoksin sangat tergantung pada konsentrasi plasma, 3 oleh
karena itu diperlukan pemantauan dan evaluasi penggunnaan digoksin pada pasien gagal jantung agar
penggunaannya tepat dan rasional sehingga tercapai efek terapi yang diinginkan (Shargel, 2005).
d) Diagnosis
Menegakkan diagnosis keracunan digitalis berdasarkan kombinasi paparan terhadap zat digoxin, gejala
klinis dan juga gambaran EKG pada pasien. Peningkatan kadar digoxin biasanya disertai dengan gejala
gangguan irama jantung (arrhytmia), saluran cerna (anorexia, mual dan muntah) serta gejala sistem
syaraf (kebingungan, kelemahan dan delirium). Gambaran EKG tidak khas dan dapat menyebabkan
arritmia. Serta gambarna pemeriksaan elektrolit akan menunjukan hiperkalemia yang menentukan
prognosis pada pasien. Toksisitas kronis lebih sulit didiagnosis dan peningkatan kadar digoxin seringkali
tidak signifikan.
e) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang efektif berdasarkan pada prinsip umum yaitu penatalaksanaan meliputi penilaian
beratnya masalah dan penyebab terjadinya toksisitas (misalnya, fungsi ginjal, dosis yang diberikan, obat
yang diberikan bersamaan, dan apakah dosis yang berlebihan sengaja atau tidak sengaja diberikan.
Intoksikasi didefinisikan sebagai peningkatan kadar digoksin serum ≥ 2 mg/ml disertai dengan
perubahan EKG tipikal intoksikasi dan minimal satu gejala non-kardiak. Jika terjadi intoksisitas pada
penggunaan obat digoksin cukup dilakukan monitoring dan menurunkan dosis penggunaan sampai
kadar dalam plasma berkurang
PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT
4) Antibiotik
Antibiotik adalah obat yang dikenal, baik oleh kalangan medis, maupun masyarakat. Sayangnya, hampir semuanya
mengenal antibiotik secara salah, dan ini terbukti bahwa antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan secara
salah (misused). Masalah inappropriate use of Antibiotic Editorial merupakan masalah irrational prescribing yang paling
besar di dunia, dari dahulu sampai sekarang, di rumah sakit maupun di komunitas (Almasdy D. 2013). Penggunaan
antibiotik yang tidak rasional mampu menyebabkan resistensi sehingga menimbulkan toksisitas maupun kematian.
a) Penyebab
Awal mulanya antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit infeksi pada manusia, namun selanjutnya digunakan pula
dalam bidang kedokteran hewan, pertanian dan budi daya perairan. Penggunaannya yang luas mengakibatkan tekanan
selektif yang kuat, dan konsisten sehingga menyebabkan bakteri resisten akan bertahan dan menyebar. Penggunaan
antibiotik yang tidak rasional mampu menyebabkan resistensi sehingga menimbulkan toksisitas maupun kematian.
(MacDougall C. 2005)
b) Gejala
Gejala resistensi antibiotik antara lain adalah ketidakmampuan antibiotik tertentu untuk membunuh
bakteri penyebab penyakit. Ini dapat menyebabkan sembuhnya atau berkurangnya keluhan terkait
penyakit tersebut.terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan
dosis normal atau kadar hambat minimalnya. (Almasdy D. 2013).
e) Penatalaksanaan
Penegakan diagnosis infeksi. Hal ini bisa dikerjakan secara klinis berdasarkan kriteria diagnosa ataupun
pemeriksaanpemeriksaan tambahan lain yang diperlukan. Gejala panas sama sekali bukan kriteria untuk
diagnosis adanya infeksi.
Kemungkinan kuman penyebabnya, dipertimbangkan dengan perkiraan ilmiah berdasarkan pengalaman
setempat yang layak dipercaya atau epidemiologi setempat atau dari informasi-informasi ilmiah lain. Apakah
antibiotika benar-benar diperlukan? Sebagian infeksi mungkin tidak memerlukan terapi antibiotika misalnya
infeksi virus saluran pernafasan atas, keracunan makanan karena kontaminasi kumankuman enterik.
Jika diperlukan antibiotika, pemilihan antibiotika yang sesuai berdasarkan spektrum antikuman, sifat
farmakokinetika, ada tidaknya kontra indikasi pada pasien,ada tidaknya interaksi yang merugikan, bukti akan
adanya manfaat klinik dari masingmasing antibiotika untuk infeksi yang bersangkutan berdasarkan informasi
ilmiah yang layak dipercaya.
Penentuan dosis, cara pemberian, lama pemberian berdasarkan sifat-sifat kinetika masing-masing antibiotika
dan fungsi fisiologis sistem tubuh (misalnya fungsi ginjal, fungsi hepar dan lain-lain). Perlu dipertimbangkan
dengan cermat pemberian antibiotika misalnya pada ibu hamil dan menyusui, anak-anak, dan orang tua.
TERIMAKASIH
TOKSIKOLOGI
KELOMPOK 2
SILAHKAN KERJAKAN KUIS/POST TEST
BERIKUT:
https://s.id/14XVb
SOAL QUIS
1. Dosis Toksisitas Paracetamol berkembang dari....
a. 5 g/ hari menjadi 6 g/hari
b. 6,6 g/ hari menjadi 8 g/ hari
c. 7,7 g/ hari menjadi 9 g/ hari
d. 7,5 g/ hari menjadi 10 g/ hari
e. 8 g/ hari menjadi 11 g/hari
Jawaban : D
4. Diagnosis gejala tidak spesifik seperti bingung, dehidrasi dan metabolik asidosis
menyerupai sepsis, pneumonia dan gastroenteritis merupakan gejala klinis intoksikasi salisilat
....
a. Intoksikasi akut
b. Intoksikasi kronik
c. Intoksikasi ringan
d. Intoksikasi sedang
Jawaban : B
5. Dibawah ini Faktor penting dalam menilai efektifitas NAC adalah ?
a. waktu mulai terapi dalam kaitannya dengan konsumsi.
b. waktu mulai NAC yang singkat
c. NAC intravena direkomendasikan dalam situasi di mana pasien tidak dapat mentolerir
pemberian oral NAC atau mengalami gagal hati fulminan.
d. waktu mulai terapi panjange. semua benar
Jawaban :A
8. suatu golongan obat yang mempunyai efek khusus terhadap otot jantung, yaitu memper
kuat kontraksi otot jantung, pernyataan berikut termasuk dalam golongan obat…
a. Acetaminophen
b. OAINS
c. Digitalis
d. asam asetilsalisilat
e. Antibiotik
jawaban : C
9. Dosis obat digitalis yang benar di bawah ini adalah…
a. 62.5-250 mcg
b. 70.5-300 mcg
c. 40 - 150 mcg
d. 90 - 350 mcg
e. 75 - 100 mcgj
jawaban : A
10. Bagaimana rute pemberian obat yang umum pada terapi N-acetylcysteine (NAC)......
a. Parenteral
b. Rektal
c. Lokal
d. Oral
e. Semua benar
Jawaban : D
11.Obat yang tergolong dalam digitalis pada sistem pelaksaanaan keracunan obat .ada
beberapa penyebab keracunan pada golongan ini yaitu ?
a. Pemberian dosis awal yang besar serta pemberian ulang yang cepat.
b. Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar.
c. Gangguan fungsi ginjal pada waktu pema kaian digitalis, karena digitalis ini diekskresi
melalui ginjal. Konsentrasi obat dalam serum akan meningkat bersamaan dengan
menurunnya ekskresi ginjal.
d. semua benar
e. a dan b benar
Jawaban : d (semua benar)
TOKSIKOLOGI
PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT:
ASETAMINOFENA - OAINS - TEOFILINA -
DIGITALIS - ANTIBIOTIKA
KELOMPOK 2: - MALSA YULIA SARI
- ANISA AULIA ABAS - MIFTAHUL JANNAH
- ANNISSA MAULANI - PITRIA RAHMA W
- ATIKA PUTRI - RANDY FADILAH M
- ISNA ALMAULIA - YOGI ERAL TANTIO
- MAISARAH - ZULIKHO AULIA
PENATALAKSANAAN KERACUNAN PADA
OBAT ASETAMINOFEN
ASETAMINOFENA
Acetaminophen adalah obat antiinflamasi non steroid (NSAID). Mekanismenya dengan
menghambat siklooksigenase (COX) di otak secara selektif, hal ini biasa digunakan untuk
mengobati demam dan nyeri, dapat juga sebagai penghambat sintesis prostaglandin di sistem
saraf pusat (SSP).
Acetaminophen langsung bekerja di hipotalamus menghasilkan efek antipiretik. (Mossanen
and Tacke 2015).
Asetaminofen diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. kadar puncak plasma
dicapai dalam waktu 30-60 menit, waktu paruh antara 1-3 jam dan relatif tidak dipengaruhi
oleh fungsi ginjal.
Asetaminofen relatif didistribusikan secara merata ke seluruh jaringan tubuh. sekitar 25%
asetaminofen terikat oleh protein plasma.
Metabolisme oleh hati dan diubahh menjadi asetaminofen sukfat (60%) dan glukoronida
(35%) yang secara farmakologik tidak aktif.
Auatu metbolit minor sebagai produk dari hidroksilasi tetapi sangat aktif (N-asetil-
pbenzokuinoneimine/NAPQI) penting pada dosis besar karena bersifat toksik terhadap hepar
dan ginjal.
Aebagian besar (90%-100%) asetaminofen diekskresikan lewat ginjal dalam bentuk
metabolitnya. hanya sebagian kecil (3%-5%) yang diekskresikan dalam bentuk utuh.
Dosis lazim asetaminofen yang dianjurkan adalah 325 mg-1000 mg. Dosis sehati tidak boleh
lebih dari 4000 mg.
KERACUNAN ASETAMINOFEN
Meskipun asetaminofen memiliki profil keamanan yang baik pada tingkat terapeutik,
asetaminofen dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah jika dikonsumsi dalam jumlah
yang tidak tepat (Stine and Lewis 2016).
Acetaminophen adalah salah satu analgesik yang paling umum digunakan di Amerika Serikat
dan dilaporkan sebagai penyebab paling umum gagal hati akut di negara ini (Clark et al.
2012).
Toksisitas Acetaminophen dapat disebabkan karena overdosis akut atau dari dosis
berlebihan yang berulang. Overdosis asetaminofen adalah penyebab umum hepatotoksisitas
yang diinduksi obat pada anak-anak dan orang dewasa.
Dosis toksik asetaminofen pada dewasa adalah 8-10 g/hari, sedangkan pada anak adalah
200-250 mg/kgBB.
CARA SESEORANG MENGALAMI KERACUNAN OBAT
ASETAMINOFENA
Beberapa penelitian telah membuktikan NAC efektif dalam Akan tetapi, jika pilihan terapi sudah tidak dapat dilakukan lagi,
pengobatan keracunan asetaminofen. Studi awal yang dilakukan transplantasi hati adalah satusatunya pilihan untuk meningkatkan
terhadap hewan menunjukkan kemampuan NAC untuk kelangsungan hidup pasien dengan AILI (Yan et al. 2018). Don't
menurunkan risiko atau mencegah hepatotoksisitas (Sin et al. 2017) forget to have fun!
PENATALAKSANAAN KERACUNAN ASETAMINOFEN
SECARA DEKONTAMINASI
Sebelum di Rumah Sakit, dapat diberikan karbon aktif atau sirup ipekak
untuk menginduksi muntah pada anak-anak dengan waktu paparan 30
menit.
Di Rumah Sakit, pemberian karbon aktif, jika terjadi penurunan
kesadaran karbon aktif diberikan melalui pipa nasogastrik. Jika dipilih
pemberian metionin sebagai antidotum untuk menstimulasi glutation,
karbon aktif tidak boleh diberikan karena akan mengikat dan
menghambat metionin.
PENATALAKSANAAN
KERACUNAN PADA OBAT ANTI
INFLAMASI NON STEROID (OAINS)
OAINS
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) adalah obat yang paling sering digunakan untuk
penatalaksanaan nyeri, khususnya nyeri reumatik.
Kebanyakan OAINS strukturnya asam organik dengan pKa yang rendah sehingga obat ini
akan terakumulasi pada daerah yang mengalami inflamasi.
OAINS dimetabolisme di hati dan metabolit inaktif dikeluarkan lewat empedu dan urin.
OAINS diabsorpsi di traktus gastrointestinal dan 90% obat akan berikatan dengan protein
plasma, bilamana protein plasma mengalami saturasi dengan obat, konsentrasi obat yang
aktif meningkat dengan cepat dibandingkan total kosentrasi obat.
OAINS mempunyai kemampuan untuk menghambat sintesis prostaglandin sehingga OAINS
mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan antipiretika.
Terdapat dua isoform prostaglandin yang dikenal sebagai COX-1 dan COX-2.
Isoform COX-2 ekpresinya meningkat pada keadaan inflamasi, sedangkan COX-1 yang
konstitutif bersifat mempertahankan mukosa lambung dan trombosit dalam keadaan yang
utuh.
KERACUNAN OAINS
Pemakaian OAINS mempunyai risiko terjadinya efek samping yang tidak diinginkan, seperti:
Efek samping OAINS pada saluran cerna yang paling ringan berupa keluhan nyeri epigastrium atau dispepsi.
Keluhan nyeri epigastrium kadang-kadang disertai erosi mukosa
Terjadinya efek samping gastrointestinal merupakan komplikasi yang terbanyak hal ini karena OAINS pada
gastrointestinal mempunyai efek secara langsung yang mana secara alamiah obat ini merupakan bahan
asam dan juga efek secara sistemik yang menghambat sekresi mukus, bikarbonat dan prostaglandin. Efek
samping penggunaan OAINS pada gastro intestinal yang terbanyak berturut-turut adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas, ulkus atau perforasi dan obstruksi serta dispepsia, sedangkan komplikasi yang
agak jarang ulkus dan striktur pada usus halus.
Prostaglandin ginjal berperan sangat penting untuk pengaturan garam dan air dan mempertahankan aliran
darah ginjal. Pengaruh OAINS pada ginjal adalah dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit dan
kerusakan fungsi ginjal berupa nefritis interstisialis atau nekrosis papilaris. Terjadinya retensi air dan garam
maka dapat menimbulkan terjadi edema dan atau kenaikkan tekanan darah selama penggunaan OAINS.
Pengaruh pada kardiovaskular akibat hambatan COX biasanya dihubungkan dengan pemakaian OAINS yang
bersifat COX-2 spesifik. Peran prostaglandin pada sistem kardiovaskular yang fisiologik sebenarnya sangat
komplek, enzim COX-1 yang diekpresikan pada trombosit memacu tromboksan A2 sehingga agregasi
trombosit berjalan normal, sedangkan COX-2 yang memacu prostasiklin (bersifat anti trombogenik) akan
menghambat adesi dan agregasi dari trombosit. Oleh karena itu hambatan terhadap COX-2 akan
menyebabkan produksi prostasiklin menurun sehingga sifat anti trombogeniknya menurun sehingga
cardiovascular event meningkat.
CARA SESEORANG MENGALAMI KERACUNAN OAINS
Mekanisme utama terjadinya tukak lambung dan duodenum dikaitkan dengan pemblokiran
sintesis prostaglandin (PG) oleh NSAID. Penurunan sintesis GHG menyebabkan penurunan
sintesis mukus dan bikarbonat, yang merupakan pelindung utama mukosa lambung terhadap
faktor agresif sari lambung. saat mengonsumsi NSAID, tingkat prostasiklin dan oksida nitrat
menurun, yang berdampak buruk pada sirkulasi darah di submukosa saluran pencernaan dan
menciptakan risiko tambahan kerusakan pada selaput lendir lambung dan duodenum. Perubahan
keseimbangan media pelindung dan agresif perut menyebabkan pembentukan bisul dan
perkembangan komplikasi: perdarahan, perforasi, penetrasi.
GEJALA KERACUNAN OAINS
Terapi asidosis metabolik dengan infus sodium bikarbonat intravena. Pemberian infus di stop jika pH darah < 7,4
Ganti kekurangan cairan dan elektrolit akibat muntah dan hiperventilasi dengan cairan kristaloid intravena. Hati-hati
jangan sampai terjadi edema pulmonal
Terapi OAINS
sebaiknya diintegrasikan dengan terapi analgesia lain, terapi nutrisi, fisioterapi dan edukasi (skala A)
Hindari kombinasi OAINS karena tidak meningkatkan efek analgesia tetapi meningkatkan efek samping
PENATALAKSANAAN
KERACUNAN PADA OBAT
TEOFILINA
TEOFILIN
Pada kadar serum sekitar 10 pg/ml yang merupakan efek terapi, pada beberapa orang telah
timbul efek samping ringan seperti mual, kadang- kadang muntah atau sakit kepala. Pada
kadar di atas 15 pg/ml efek samping menjadi lebih berat, seperti takikardi. Sedangkan di atas
20 pg/ml dapat terjadi konvulsi (Sukasediati, 1988).
GEJALA KERACUNAN TEOFILIN
Pengobatan keracunan teofilin harus dimulai dengan cara-cara yang dirancang untuk merangsang
muntah (misalnya pemberian ipekak, jika penderita belum muntah) atau sonde.
Pemberian arang, dengan kemungkinan terbaik ialah dengan memberi jeda waktu sampai timbul
muntahan setelah pemberian ipekak.
Pemberian arang dianjurkan berulang dengan interval 2-3 jam
Pemberian Esmolol Infus 25-50 mcg/kg/min IV
PENATALAKSANAAN
KERACUNAN PADA OBAT
DIGITALIS
DIGITALIS
Digitalis merupakan salah stau golongan dari sekian banyak golongan obat yang
bepengaruh terhadap sistem kardiovaskular.
Digoksin merupakan salah satu obat dengan kadar terapi sempit
Digitalis adalah nama suatu golongan obat yang mempunyai efek khusus
terhadap otot jantung, yaitu memperkuat kontraksi otot jantung
CARA SESEORANG MENGALAMI KERACUNAN DIGITALIS
Keracunan pada digitalis biasanya disbebkan karena pemberian dosis awal yang besar, serta
pemberian ulang yang cepat.
Gangguan fungsi ginjal pada waktu pemakaian digitalis, karena digitalis ini diekskresi melalui
ginjal. Konsentrasi obat dalam serum akan meingkat bersamaan dengan menurunnya
ekskresi ginjal
Rasio terapi digitalis sangat sempit sehingga 5-20% dari penderita umumnya memperlihatkan
gejala toksik dengan manifestasi yang sukar dibedakan dengan tanda penyakit jantung.
GEJALA KERACUNAN DIGITALIS
Penatalaksanaan awal intoksikasi digoksin adalah pengenalan disritmia dan atau manifestasi kardiak
yang berhubungan dengan intoksikasi digoksin, serta penghentian digoksin.
Prinsip umum penatalaksanaan disritmia meliputi penilaian beratnya masalah dan penyebab terjadinya
toksisitas (misalnya, fungsi ginjal, dosis yang diberikan, obat yang diberikan bersamaan, dan apakah
dosis yang berlebihan sengaja atau tidak sengaja diberikan.
Kedua faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan, antara lain usia, riwayat penyakit, kronik
tidaknya intoksikasi digoksin, adanya penyakit jantung dan atau gangguan fungsi ginjal, dan yang paling
penting perubahan EKG. Ketiga, penilaian kondisi hemodinamik, meliputi EKG 12 lead dan monitor
jantung, begitu pula perawatan di ICU dan akses intravena. Keempat, pengukuran elektrolit secara
cepat, meliputi kalium dan kalsium, kreatinin, dan kadar digoksin
PENATALAKSANAAN KERACUNAN
PADA OBAT ANTIBIOTIKA
ANTIBIOTIKA
Antibiotika merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi
yang dapat menghambat pertumbuhan atau dapat membasmi mikroba jenis lain
dan merupakan segolongan senyawa, baik alami maupun sintesik.
Antibiotika bekerja dengan menghambat: metabolisme sel mikroba (saingan),
sintesis dinding sel mikroba, keutuhan membran sel mikroba, sintesis protein sel
mikroba dan sintesis asam nukleat sel mikroba
CARA SESEORANG MENGALAMI KERACUNAN ANTIBIOTIKA
Pemakaian antibiotika yang terus menerus dan tidak memperhatikan waktu henti
pemberian antibiotika (withdrawal time) dalam bidang peternakan akan menimbulkan
residu antibiotika dalam produk hewaniyang dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas,
resistensi dan kemungkinan keracunan (Yuningsih, 2005).
Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semuajenis antimikroba. Tetrasiklin dapat
mengganggu pertumbuhan tulang dan gigi. Dalam dosis besar obat ini bersifat
hepatotoksik.
GEJALA KERACUNAN ANTIBIOTIKS
2. Donita: Dipenatalaksanaan asetaminophen terdapat bahwa terapi sudah tidak dapat dilakukan lagi, transplantasi hati adalah satu-satunya pilihan untuk
meningkatkan kelangsungan hidup pasien dengan ALI, jadi apa maksud dari ALI?
jawab Annissa Maulani: Acute limb ischemia (ALI) merupakan suatu kondisi gawat darurat dimana terdapat sumbatan pembuluh darahpada anggota
tubuh yang menyebabkan kapasitas pertukaran oksigen jaringan turun secara drastis dalam waktu cepat. Kejadian iskemia ini dapat menyebabkan
kerusakan berbagai jaringan di daerah yang terdampak sampai ke bagian ujung terjauh anggota tubuh tersebut karena aliran darah tidak dapat berjalan
semestinya. Apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, ALI dapat menyebabkan diperlukannya amputasi anggota tubuh hingga mengakibatkan
kematian karena racun radikal bebas dari sel yang mati dapat mengganggu metabolisme tubuh.
3. Sri indah doanita : Sebutkan dan jelaskan terapi pada keracunan obat oains
jawab miftahuljannah : ~Terapi asidosis metabolik : dengan infus sodium bikarbonat intravena. Pemberian infus di stop jika pH darah < 7,4~Ganti
kekurangan cairan dan elektrolit akibat muntah dan hiperventilasi dengan cairan kristaloid intravena. Hati-hatijangan sampai terjadi edema
pulmonal~terapi analgesia lain : obat analgesia lainnya yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri juga~terapi nutrisi : bagian dari perawatan penyakit
dan kondisi klinis yang harus diperhatikan agar pemberian diet pasien harus sesuai dengan fungsi organ, kemudian harus dievaluasi. ~fisioterapi : atau
terapi fisik adalah pengobatan dan rehabilitasi fisik.
SOAL KELOMPOK 2: PENATALAKSANAAN KERACUNAN OBAT: ASETAMINOFENA
- OAINS - TEOFILINA - DIGITALIS - ANTIBIOTIKA
a. 30 μ/mL
b. 20 μ/mL (jawaban)
c. 25 μ/mL
d. 35 μ/mL
e. 15 μ/mL
Terjadi pada 24-72 jam setelah minum dosis toksik, dengan merasakan mulai timbul nyeri perut
kanan atas. Pada fase berapakah gejala Keracunan obat asetaminofen tersebut?
a. Fase l
b. Fase ll (Jawaban)
c. Fase lll
d. Fase lV
A. 10-24
B 24-72
C.72-96 (Jawaban)
D. 96-100
E. 72-100
Pengenalan disritmia dan atau manifestasi kardiak merupakan penatalaksanaan keracunan pada
a. Digitalis (jawaban)
b. Antibiotik
c. Teoflin
d. Asetaminofen
e. OAINS
Pada gejala yang menimbulkan tanda seperti hipokalemia, alkalosis, hipoksia, hipokalsemia,
hipomagnesia, hipotirodisme, hiponatremia, dan katekolamin, merupakan gejala keracunan
pada
a. Asetaminofen
b. Digitalis (jawaban)
c. Teofilin
d. OAINS
e. antibiotika
a. OAINS
B. asetaminofen
c. teofilin (jawaban)
d. digitalis
e. antibiotika
Secara dekontaminasi sebelum kerumah sakit dapat diberikan karbon aktif yang dapat
menginduksi muntah pada anak2, berapa kah waktu paparan tersebut?
A. 10menit
B.20 menit
C. 30menit (jawaban)
D .35menit
E. 40 menit
Dibawah ini merupaka gejala keracunan OAINS, kecuali….
a. Sindrom dispepsia
b. Hematemesis
c. Ruam (jawaban)
d. Melena
e. Batuk
Penataan keracunan oains dengan terapi asidosis metabolik dengan infus sodium bikarbonat
intravena dengan pemberian infus distopkan jika pH darah kurang dari?
A. 7,4 (jawaban)
B. 8,4
C. 4,7
D. 4,8
E.. 4,9
A. <100 mg/kg
B. 140 mg/kg
E. 200-300 mg/kgBB
Pada kadar serum sekitar 10 pg/ml yang merupakan efek terapi, pada beberapa orang telah
timbul efek samping ringan seperti mual, kadang- kadang muntah atau sakit kepala. Pada kadar
di atas 15 pg/ml efek samping menjadi lebih berat, seperti takikardi. Sedangkan di atas 20 pg/ml
dapat terjadi konvulsi, merupakan cara seseorang mengalami….
a. Keracunan OAINS
b. Keracunan antibiotik
c. Keracunan digitalis
e. Keracunan asetaminofen
a. Sindrom dispepsia
b. Hematemesis
c. Melena
d. Semua benar
e. sindrom nefrotik
d. Semua benar
e. Tidak perlu melakukan pemeriksaan EKG dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan kadar
digoksin
Penatalaksanaan Keracunan
Obat Narkotika
Kelompok 4:
Mustika purnama sari
Nurul annisa
Sofia nurlistia m
Dayang
Deva
Mellyana
Sarah
Jelita
Mutia
Ami
Weni
Keracunan
• Keracunan (Intoksikasi), yaitu gejala yang timbul akibat pemakaian narkoba
dalam jumlah yang cukup berpengaruh pada tubuh dan perilakunya.
Gejalanya bergantung jenis, jumlah, dan cara penggunaan.
• Pada keracunan, yang pertama kali penting untuk diperhatikan adalah
identifikasi keracunan dan pengobatan atau pertolongan pertama. pada
peristiwa keracunan atau kecelakaan yang disebabkan oleh bahan-bahan
kimia beracun atau bahan-bahan racun/toksis lainnya, yang mula-mula harus
dilakukan ialah mengenali (mengidentifikasi) bahan-bahan yang diduga
menjadi penyebab keracunan.
• Bahan-bahan racun dapat mengakibatkan berbagai efek pada tubuh.
Pengaruh bahan bahan beracun pada tubuh dapat mengakibatkan gangguan
antara lain:
1. Mempengaruhi sistem sirkulasi darah
a.Jaringan darah (pembuluh darah), menimbulkan shock disebabkan
berkurangnya aliran darah (vasogenic shock) dan berkurangnya volume, darah
pada jaringan sel-sel otak disebabkan adanya penyempitan pembuluh-.
pembuluh darah.
Lanjutan
b. Jantung merendahkan tekanan/denyut jantung (hypotentie cardiac) terlalu
banyak darah mengalir ke jantung atau terlalu banyak darah dalam jantung
(kongesti jantung).
c. Irama detak jantung tidak teratur (cardiac arrhytrnias).
d. Jantung mendadak berhenti (cardiac arrest).
4. Kodein
Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih
lemah daripada heroin dan potensinya untuk menimbulkan
ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan
jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.
5. Demerol
Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan
atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak
berwarna.
Pemeriksaan Toksikologi Narkotika
• 1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang cepat harus dilakukan dengan penekanan pada daerah yang paling mungkin
memberikan petunjuk ke arah diagnosis toksikologi, termasuk tanda vital, mata dan mutut, kulit,
abdomen dan sistem saraf.
1. Tanda-tanda vital
Evaluasi dengan teliti tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan dan suhu tubuh)
merupakan hal yang esensial dalam kedaruratan toksikologi. Hipertensi dan takikardia adalah khas
pada obat-obat amfetamin, kokain, fensiklidin, nikotin dan antimuskarinik. Hipotensi dan bradikardia,
merupakan gambaran karakteristik dari narkotika, kionidin, sedatif-hipnotik dan beta bloker.
Takikardia dan hipotensi sering terjadi dengan antidepresan trisiklik, fenotiazin dan teofihin.
Pernapasan yang cepat adalah khas pada amfetamin dan simpatomimetik lainnya, salisilat, karbon
monoksida dan toksin lain yang menghasilkan asidosis metabolik. Hipertermia dapat disebabkan
karena obat-obat simpatomimetik, antimuskarinik. salisilat dan obat-obat yang menimbulkan kejang
atau kekakuan otot. Hipotermia dapat disebabkan oleh obat narkotik, fenotiazin dan obat sedatif,
terutama jika disertai dengan pemaparan pada lingkungan yang dingin atau infus intravena pada
suhu kamar.
Lanjutan
2. Mata
Konstriksi pupil (miosis) adalah khas untuk keracunan narkotika, klonidin, fenotiazin, insektisida organofosfat
dan penghambat kolinesterase lainnya, serta kornea yang dalatasi akibat obat sedatif. Dilatasi pupil (midriasis)
umumnya terdapat pada amfetamin, kokain, LSD, atropin dan obat antirnuskarinik lain. Nistagmus horizontal
dicirikan pada keracunan dengan fenitoin, alkohol, barbiturat dan obat seclatit lain. Adanya nistagmus
horizontal dan vertikal memberi kesan yang kuat keracunan fensiklidin. Ptosis dan oftalmoplegia merupakan
gambaran karakteristik dari botulinum.
3. Mulut
Mulut dapat memperlihatkan tanda-tanda luka bakar akibat zat-zat korosif atau jelaga dan inhalasi asap. Bau
yang khas dan alkohol, pelarut hidrokarbon, Paraldehid, atau amonia mungkin perlu dicatat. Keracunan
dengan sianida dapat dikenali oleh beberapa pemeiriksa sebagai bau seperti bitter almonds. Arsen dan
organofosfat telah dilaporkan menghasilkan bau seperti bau bawang putih.
4. Kulit
Kulit sering tampak merah, panas dan kering pada keracunan dengan atropin dan antim, muskarinik lain.
Keringat yang herlebihan ditemukan pada keracunan dengan organofosfat, nikotin dan obat-obat
simpatomimetik. Sianosis dapat disehabkan oleh hipoksemia atau methemoglohinemia. Ikterus dapat
memberi kesan adanya nekrosis hati akilat keracunan asetaminofen atau jamur A manila phailoides.
Lanjutan
5. Abdomen
Pemeriksaan abdomen dapat menunjukkan ileus, yang khas pada keracunan dengan antimuskarinik, narkotik
dan obat sedatif. Bunyi usus yang hiperaktif, kram perut dan diare adalah umum terjadi pada keracunan
dengan organofosfat, besi, arsen, teofihin dan A. phalloides.
6. Sistem saraf
Pemeriksaan neurologik yang teliti adalah esensial. Kejang fokal atau defisit motorik lebih menggambarkan
lesi struktural (seperti perdarahan intrakranial akibat trauma) daripada ensefalopati toksik atau metabolik.
Nistagmus, disartria dan ataksia adalah khas pada keracunan fenitoin, alkohol, barbiturat dan keracunan
sedatif lainnya. Kekakuan dan hiperaktivitas otot umum ditemukan pada metakualon, haloperidol, fensiklidin
(PCP) dan obat-obat simpatomimetik. Kejang sering disebabkan oleh antidepresan trisiktik, teotilin, isoniazid
dan fenotiazin. Koma ringan tanpa refleks dan bahkan EEG isoelektrik mungkin terlihat pada koma yang
dalam karena obat narkotika dan sedatif-hipnotik dan mungkin menyerupai kematian otak.
• 2. Sindrom Toksik
Berdasarkan pemeriksaan Fisik awal, diagnosis tentatif jenis keracunan dapat dimungkinkan.
Pe
Dicantumkanalam tabel daftar karakteristik dari beberapa sindrom keracunan yang penting
Naloxone merupakan salah satu obat untuk melawan keracunan narkotika atau disebut opiat antagonis.
Obat lain untuk melawan pengaruh morfin atau heroin adalah nalorphine, levallophan, cyclazocine,
tetapirisikonya cukup berbahaya. Naloxone dapat membantu dengan cepat kalau diberikan dalam
bentuk suntikan. Pemberian dalam bentuk suntikan naloxone HCl (Narcan, Nokoba) yang dimulai
dengan dosis 0,4mg/dl, dapat memperbaiki keadaan gangguan pernapasan. Pemberian sebaiknya
langsung masuk pembuluh darah balik atau intravena. Setelah disuntik, diperhatikan keadaan
pernapasannya. Jika belum membaik, setelah diobservasi dalam 3–5 menit dapat diulangi lagi
ditambah satu ampul lagi sampai efeknya tercapai dengan respons perbaikan kesadaran, hilangnya
depresi pernapasan, dan dilatasi pupil. Naloxone merupakan opioi dant agonis spesifik; dosis awal 1-2
mg secara IV,IM, atau injeksi subkutan. Dosis yang lebih besar mungkin diperlukan untuk membalikkan
efek over dosis akibat propoxyphene, kodein, atau turunan fentanil. Durasi tindakan (2-3jam) mungkin
jauh lebih pendek dar ikeberadaan opioid antagonis.
Penatalaksanaan keracuaan/ penanganannya
Jawab : Hipersalivasi (air ludah yang berlebihan), gangguan gastrointestinal (mual muntah) dan mata (miosis).
Kuis
1.) Berapa tahapan pada keracunan morfin?
a. 1
b. 2
c. 4
d. 3
Jawaban : D
2.) Gejala yang timbul akibat pemakaian narkoba dalam jumlah yang cukup berpengaruh pada tubuh dan perilakunya.
Gejalanya bergantung jenis, jumlah dan cara penggunaan, merupakan pengertian dari?
a. Keracunan (Intoksikasi)
b. Narkotika
c. Candu
d. Heroin
Jawaban : A
3.) Opium obat, codein, petidin, fenobarbital, termasuk contoh narkotika golongan?
a. Golongan I
b. Golongan II
c. Golongan III
d. Golongan IV
Jawaban : C
Lanjutan
4.) Dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam (Gejala ini selalu ada), termasuk keracunan
morfin tahap?
a. Tahap 1
b. Tahap 2, tahap stupor
c. Tahap 3, tahap koma
d. Tahap 4
Jawaban : B
Nadya Sifa Elfiyani A 100.00 / 100 Nadya Sifa Elfiyani A 90.00 / 100
Nia Nurmala Sari A 100.00 / 100 Sherly Putri Arsila A 90.00 / 100
Atyka Putri Wisni A 80.00 / 100 Riandini puspita dewi A 100.00 / 100
Kelompok 4
1. ANISA FITRI A.
2. ANJANI AWJAYANTI
3. AQILA RIFDA JONANG
4. FEBRIA ANDINI
5. MAYANG APRILIANI
6. RIZKA NURJANNAH
7. SARAH WULANDARI
8. SUCI APRILIA
Keracunan
Menurut WHO, keracunan adalah kondisi yang mengikuti masuknya
suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi,
persepsi, perilaku, fungsi, dan respon psikofisiologis. Sumber lain
menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat
kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam
tubuh bahkan sampai dapat menyebabkan kematian.
Pada keracunan, sangat penting untuk mengidentifikasi keracunan dan
pengobatan atau pertolongan pertama. pada peristiwa keracunan atau
kecelakaan yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia beracun atau bahan-
bahan racun/toksis lainnya, yang mula-mula harus dilakukan ialah mengenali
(mengidentifikasi) bahan-bahan yang diduga menjadi penyebab keracunan.
Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah,
sintetis, maupun semi sintetis yang menimbulkan efek
penurunan kesadaran, halusinasi, serta daya rangsang.
2. Heroin
Heroin adalah semi sintetik opioid yang disintesa dari morphin
yang merupakan derivate dari opium. Pada kadar yang lebih
rendah dikenal dengan sebutan putaw. Karakteristik dari
heroin dapat berupa bubuk putih, bubuk coklat dan blacktar.
Cara pemakaian heroin dapat di Injeksi, dihirup atau dihisap.
Efek heroin pada dosis normal
• Euforia -> timbul pada pemakaian 3-4 kali
• Menghilangkan nyeri -> daya analgetiknya 100x morfin
• Kolinergik -> merangsang system parasimpatik ->
depresi pernapasa, denyut jantung melemah, tekanan
darah turun, menekan libido, mulut kering, mual muntah,
konstipasi
Gejala Keracunan pada heroin
• Kesadaran menurun,
• Frekuensi pernafasan rendah 2-4 kali semenit
• Pupil mengecil, hipotensi, bradikardi
• Kulit muka kemerahan secara tidak merata
• Suhu badan rendah (hipotermia) dan kulit terasa dingin
• Bicara menjadi kaku
• Bradikardi
• Edema paru
• Kejang, kram perut
• Kematian biasa nya terjadi disebabkan oleh depresi
pernafasan
Pemeriksaan Keracunan
• Urine
Pemeriksaan ini untuk mengetahui zat yang dipakai oleh
penderita. Urine yang digunakan tidak lebih dari 24 jam setelah
pemakaian zat terakhir.
• Rambut
• Bekas-bekas suntikan
• Rajah yang bertujuan menutupi bekas bekas suntikan
• Pembesaran kelenjar getah bening setempat
• Kelainan paru dan kelainan hati
Penatalaksanaan Keracunan
● Perbaiki dan pertahankan jalan nafas
● Berikan oksigen
● Pemberian naloxone injeksi, dosis awal 0,4-2,0 mg IV
(anak-anak 0,01 mg/kgBB)
● Menggunakan arang aktif -> dilakukan dalam waktu 1 jam
pertama sebagai GI dekontamentasi, jika pasien
mengkonsumsi secara oral
Golongan 1 Narkotika
3. Ganja
Ganja adalah tumbuhan budidaya penghasil serat,
namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada
bijinya yaitu THC(delta-9-tetrahidrokanabinol) yang dapat
membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang
berkepanjangan tanpa sebab). Tanaman ganja biasanya dibuat
menjadi rokok marijuana.
Tаnаmаn Gаnjа dapat terbagi dalam tiga jenis, yаitu cа
nnаbis sаtivа, cаnnаbis indicа, dаn cаnnаbis ruderаlis.
Keracunan dapat terjadi melalui mulut, inhalasi asap, dan jarnag
sekali melalui suntikan yang mengandung THC
Gejala keracunanan ganja:
Golongan obat penenang atau sedatif yang dapat digunakan dalam pengobatan
gangguan kecemasan, serangan panik, kaku otot, insomnia, kejang, status
epileptikus, atau sindrom putus alkohol
Obat ini juga sering digunakan sebagai obat penenang sebelum operasi.
Benzodiazepine bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas gamma-aminobutyric
acid (GABA).
GABA merupakan neurotransmitter yang berfungsi untuk mengurangi keaktifan
dari sel saraf yang ada di otak, sehingga menimbulkan efek lebih tenang.
KERACUNAN
BENZETIDIN
Adapun gejala-gejala over dosis adalah pusing, bingung, mengantuk,cemas
dan agitasi. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan pemeriksaan tanda vital,
danpemeriksaan fungsi cardiorespirasi dan neurologi. Pada over dosis
benzodiazepine saja(isolated benzodiazepine overdose) dapat muncul sebagai
coma dengan tanda vital yangnormal (Mantooth, 2013). Temuan pada
pemeriksaan fisik dapat berupa (Holstege, 2012):-Depresi napas yang
bermanifestasi sebagai hipoventilasi, apneu, sumbatan jalan napasdapat terjadi.
Depresi system saraf pusat yang bermanifestasi sebagai mengantuk, somnolen,
ataxia,nistagmus dan atau koma dapat terjadi; -Manifestasi kardiovaskular yang
dapat berupa hipotensi, takikardia, aritmia jantungyang diinduksi hipoksia juga
dapat terjadi.
Golongan III Narkotika
1. Opium
Opium adalah Narkotika yang dibuat dari zat psikoaktif yang
terkandung dalam tanaman Poppy (Papaver somniferum).
Secara alamiah tanaman Poppy memproduksi zat psikoaktif
alami untuk membuat mabuk dan mengusir hewan liar yang
ingin memakannya.
Opium memiliki efek menenangkan dan analgesik (narkotika).
Pada saat yang sama opium, opium akan memicu perasaan
bahagia, perasaan terbebaskan dari kenyataan.
Gejala
keracunan
RelaksasiOpium
• Euforia
•
• Analgesia
• Keracunan timbal
Golongan III Narkotika
2. Codein
● Kodein adalah sejenis obat batuk yang digunakan oleh
dokter, namun dapat menyebabkan ketergantungan/efek
adiksi sehingga peredarannya dibatasi dan diawasi secara
ketat. Kodein adalah alkaloid alamiah yang ditemukan
dalam opium/ sekitar 0,3-3,0%.
Gejala Klinis :
● Mual muntah
● Pusing
● Kulit dingin
● Pupil miosis
● Pernafasan dangkal sampai koma
Tindakan :
● Beri Nalokson 0,4 mg IV tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1
mg/Kg BB)
● Obat terpilih nalokson (dosis maksimal 10 mg), karena
tidak mendepresi pernafasan, memperbaiki kesadaran,
hanya punya efek samping emetik. Karenanya pada
penderita koma tindakan preventif untuk aspirasi harus
disiapkan.
Penatalaksanaan
1. Mencegah/menghentikan penyerapan racun:
a. Racun melalui mulut (ditelan/tertelan):
- Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu,telor
mentah atau norit)
- Kosongkan lambung (efektif) bila racun tertelan sebelum 4
jam dengan cara :
- Dimuntahkan :
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan) atau pemberian air garam atau sirup ipekak
Kontraindikasi : Cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan z
at korosif (asam/basa kuat,minyak tanah,bensin,kesadaran
menurun dan penderita kejang
- Bilas lambung :
• Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah
• Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit,
natrium bikarbonat 5% atau asam asetat 5%
• Pembilasan sampai 20x, rata rata volume 250℃
Kontraindikasi : keracunan zat korosif dan
kejang
• Bilas Usus besar : bilas dengan pencahar, klisma
(air sabun atau gliserin)
2. Diagnosis
• Diagnosis keracunan merkuri dapat ditegakkan dengan anamnesis untuk mengetahui
riwayat pajanan dan pemeriksaan fisik sesuai efek yang ditimbulkan.
• Pemeriksaan foto rontgen Abdomen bila merkuri tertelan lebih dari 2 jam.
3)Penatalaksanaan
• Dekontaminasi:
• Cuci lambung jika kurang dari 2 jam untuk merkuri organik dan an organik. Dapat
ditambahkan susu atau putih telur dalam cairan cuci lambung. Jika merkuri
teridentifikasi dalam usus besar (lebih dari 2 jam) dilakukan irigasi usus.
• Khelasi:
o Dengan Meso-2,3-dimercaptosuccinic acid (DMSA) untuk semua bentuk
keracunan merkuri.
o Dengan Dimercaprol (BAL) atau d-Penicillamine untuk keracunan merkuri
anorganik dan elemental.
o Hati-hati pada pasien dengan ganguan fungsi ginjal.
4) Prognosis
Pada keracunan akut < 2 jam bila ditangani dengan tepat prognosisnya baik.
b. Keracunan kronik
1) Efek Terhadap Kesehatan
• Keracunan kronik dapat terjadi akibat pajanan melalui inhalasi atau ingesti dan
diperberat melalui absorpsi kulit. Gejala timbul beberapa minggu-tahun setelah
pajanan.
• Pajanan rendah akan menimbulkan gejala patoneurologik/patopsikologik,
berupa tremor, gangguan kepribadian, parkinsonism, demensia dan kelainan
gusi.
• Pada pajanan tinggi akan menyebabkan gangguan pada mulut (stomatitis),
neuropati perifer, ginjal, gastroenteritis dan sistem respirasi.
2) Diagnosis
• Diagnosis keracunan merkuri dapat ditegakkan dengan anamnesis untuk mengetahui riwayat pajanan
clan pemeriksaan fisik sesuai efek yang ditimbulkan.
• Pemeriksaan penunjang untuk melihat kadar merkuri dalam darah.
o Normal adalah < 10 pg/It
o Absorpsi meningkat, bila > 50 pg/It
o Tanda bahaya, bila > 100 pg/It
o Pindahkan dari pajanan, bila > 200 pg/It
o Timbul gejala keracunan, bila > 300 pg/It
3)Penatalaksanaan.
• Metalik elemen pakai DMSA atau penisilamine.
• Keracunan merkuri organik dengan BAL.
• Hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, Defisiensi G6PD.
4) Prognosis
Pada keracunan akut > 2 jam dan Keracunan kronis prognosisnya buruk oleh karena dapat terjadi cacat
hingga kematian.
5) Pencegahan
• Mengganti alat-alat medis yang menggunakan merkuri dengan alat - alat edis non merkuri.
• Menggunakan masker dengan catridge yang sesuai.
2. PENATALAKSANAAN KERACUNAN TIMAH
a. Terapi Kelasi
Dalam kasus keracunan timah yang parah akan dilakukan suatu prosedur yang
dikenal sebagai terapi kelasi. Pengobatan ini dilakukan melalui obat minum
dengan tujuan mengikatkan senyawa timah yang telah menumpuk di tubuh.
Timah tersebut kemudian dikeluarkan melalui urine. Jenis khelator yang biasa
digunakan pada keracunan timah adalah Asam Dimerkaptosuksinat (DMSA).
c. Tindak Lanjut
Pada kasus keracunan akut, pasien tanpa gejala dengan paparan minimal, seperti karena
arsenik anorganik dosis rendah, mungkin tidak memerlukan tindak lanjut jangka
panjang.
• Pasien dengan paparan arsenik minimal, hasil pemeriksaan normal dan tidak
menunjukkan gejala keracunan dapat dipulangkan setelah observasi 6–8 jam. Dokter
perlu menginformasikan pasien untuk segera ke unit gawat darurat (UGD) jika
muncul gejala nyeri abdomen, diare, muntah, berdebar-debar, sesak napas, batuk,
atau wheezing.
• Jadwalkan evaluasi tindak lanjut pada pasien yang selamat dari paparan arsenik berat
untuk mengevaluasi beberapa hal, antara lain fungsi neurologis, sistem
kardiovaskular, ginjal, paru-paru, hematologi, dan fungsi hepar. Pada lesi kornea,
lakukan pemeriksaan ulang dalam 24 jam.
• Keracunan kronik yang terjadi pada anak-anak membutuhkan pemantauan jangka
panjang. Paparan di awal kehidupan mungkin tidak bermanifestasi selama beberapa
tahun pertama dan baru terlihat pada usia dewasa.
4. PENATALAKSANAAN KERACUNAN KADMIUM
• Cd memiliki kemampuan untuk terakumulasi. Keracunan yang disebabkan oleh
cadmium dapat bersifat akut dan kronis. Penatalaksanaan intoksikasi akut dan
kronis hanya secara simptomatis. Bila terinhalasi, harus segera dipindahkan ke
tempat yang bersih, berventilasi, dan tidak terkontaminasi. Kemudian diberikan
oksigen 100%. Pasien harus dimonitor terhadap gejala edema paru dan
dilakukan ventilasi mekanik, serta positive end expiratory pressure bila perlu.
Hidrasi harus cukup dan diberikan juga cairan intravena.
• Penggunaan terapi khelasi dengan CaNa2EDTA dapat dilakukan jika diperlukan
dan harus dilakukan secara dini. Calcium disodium edetate dapat meningkatkan
eliminasi Cd urin bila diberikan sebelum lebih banyak metallothionein disintesis.
Perlu waktu 24 – 48 jam bagi metallothionein tubuh untuk berespons terhadap
kenaikan kadar Cd. Bila sudah terbentuk kompleks CdMT, pemberian terapi
khelasi sudah tidak efektif karena tidak cukup kuat untuk melepaskannya.
Monitor fungsi ginjal dilakukan dengan ketat. Tidak dianjurkan pemberian
Dimercaprol karena akan memperberat toksisitas renal dengan meningkatkan
transpor Cd ke ginjal.
• Bila ada bukti toksisitas kronis, harus dihindarkan dari pajanan termasuk juga
dari rokok. Kasus dengan keluhan sistem respirasi harus dirawat untuk
diobservasi. Terapi khelasi tidak memberikan hasil yang signifikan.20 Bila ada
gangguan pada tulang atau kehilangan kalsium, diberikan kalsium dan vitamin
D 100.000 IU/hari per oral selama 10 hari. Pemberian dapat diulang setelah
interval 10 hari. Dapat juga ditambahkan 300.000 IU vitamin D2 atau D3
sampai 8 kali per tahun.
5. PENATALAKSANAAN KERACUNAN KARBON M0NOKSIDA
a. Perawatan Sebelum Tiba Di Rumah Sakit
Memindahkan pasien dari paparan gas CO dan memberikan terapi oksigen
dengan masker nonrebreathing adalah hal yang penting. Intubasi diperlukan pada
pasien dengan penurunan kesadaran dan untuk proteksi jalan nafas.
Kecurigaan terhadap peningkatan kadar HbCO diperlukan pada semua pasien
korban kebakaran dan inhalasi asa. Pemeriksaan dini darah dapat memberikan korelasi
yang lebih akurat antara kadar HbCO dan status klinis pasien. Walaupun begitu jangan
tunda pemberian oksigen untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Jika mungkin
perkirakan berapa lama pasien mengalami paparan gas CO. Keracunan CO tidak hanya
menjadi penyebab ter sering kematian pasien sebelum sampai di rumah sakit, tetapi
juga menjadi penyebab utama dari kecacatan.
2. Jenis khelator yang biasa digunakan pada terapi kelasi keracunan timah
adalah?
a. EDTA
b. DMSA
c. BAL
d. DMPS
e. HBO
JAWABAN BENAR : B
3. Apa saja penatalaksanaan pada keracunan merkuri kronik?
a. Dengan metalik elemen pakai DMSA atau penicillamine
b. Dengan Meso-2,3-DMSA untuk semua bentuk keracunan merkuri
c. Dengan dimercaprol (BAL) atau d-penicillamine
d. Dengan cuci lambung
e. Semua benar
JAWABAN BENAR : A
4. Berapa racemic epinephrine aerosol yang diberikan pada anak anak dengan
suara nafas stridor?
a. 3,25% sebanyak 0,25-0,75 Ml
b. 5,35% sebanyak 0,2-0,8 mL
c. 2,25% sebanyak 0,25-0,75 mL
d. 1,10% sebanyak 1 mL
e. 5% sebanyak 3-5 mL
JAWABAN BENAR : C
5. Dimerkaprol (British Anti-Lewisite/BAL) Adalah agen khelasi yang tersedia
di Indonesia diberikan secara?
a. Intravena
b. Intramuskular
c. Oral
d. Semua salah
e. Semua benar
JABAWAN BENAR : B
6. Biasanya setelah 3-4 hari, kelenjar saliva bengkak, ginggivitis dan timbul
garis merkuri, juga gejala gastroenteritis dan nephritis merupakan
penatalaksanaan keracunan?
a. Merkuri
b. Timah
c. Arsen
d. Kadmium
e. Karbon monoksida
JAWABAN BENAR: A
7. Dalam kasus keracunan apa terapi kelasi digunakan
a. Keracunan kadmium
b. Keracunan arsen
c. Keracunan timah
d. Keracunan Timah yang parah
e. Semua salah
JAWABAN BENAR : D
10. Berapa Nacl yang digunakan pada pemberian cairan dan elektrolit pada
penatalaksanaan keracunan arsen?
a. anak-anak 0,9% 20ml/kg ; dewasa 0,9% 1000ml/jam
b. anak-anak 0,8% 10ml/kg ; dewasa 0,9% 1000ml/jam
c. anak-anak 0,9% 20ml/kg ; dewasa 0,1% 1000ml/jam
d. anak-anak 0,9% 5ml/kg ; dewasa 0,9% 500ml/jam
e. anak-anak 0,5% 20ml/kg ; dewasa 0,9% 1000ml/jam
JAWABAN BENAR : A
TOKSIKOLOGI
Penatalaksanaan keracunan logam berat dan gas ;
Merkuri, timah, arsen dan kadmium dll. –
Karbonmonoksida
KELOMPOK 5
ANNISA AULIA 1948201009
ARI DAS WINANDA 1948201017
CICI ADELIA 1948201025
DINA ULTARI 1948201035
KHAIRIYAH SARI 1948201056
MUNASYA PIBRA MAWANA 1948201071
NOVIKA INDRIANI 1948201080
NOVITA 1948201081
NUR ADNI WULANDARI 1948201082
SUNDA KASWATI 1948201125
SUCI AULIA SANTRI 1948201121
Logam Berat
Logam berat adalah zat dengan konduktivitas tinggi listrik, kelenturan, dan kilau, yang
secara sukarela kehilangan trons pemilu mereka untuk membentuk kation. Distribusi
logam di atmosfer dipantau oleh sifat dari logam yang diberikan dan oleh berbagai faktor
lingkungan (Khlif & Hamza- Chaffai, 2010).Logam berat tergolong kriteria yang sama
dengan logam lainnya. Hal yang membedakan adalah pengaruh yang dihasilkan saat logam
berat berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup. Contoh ketika unsur logam
besi atau Fe masuk ke dalam tubuh, walaupun dengan kadar berlebihan, seringkali tidak
menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Karena sejatinya unsur besi (Fe) diperlukan
dalam darah untuk mengikat oksigen. Lain hal dengan unsur logam berat, baik itu logam
berat beracun yang dipentingkan seperti tembaga atau Cu, bila masuk kedalam tubuh
dengan kadar yang berlebih akan menimbulkan dampak negatif terhadap fungsi
fisiologitubuh. Ketika unsur logam berat beracun seperti hidragyrum(Hg) atau disebut air
raksa, masuk kedalam tubuh organisme hidup maka dapat dipastikan organisme tersebut
akan langsung keracunan (Palar, 1994).
Logam berat yang nonesensial (elemen mikro) tidak mempunyai fungsi didalam tubuh
manusia, dan bahkan sangat berbahaya hingga dapat menyebabkan keracunan (toksik) pada
manusia diantaranya: timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As) dan cadmium (Cd). Logam berat
merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi ataupun
dihancurkan dan merupakan zat yang berbahaya karena dapat terjadi bioakumulasi.
Bioakumulasi adalah peningkatan konsentrasi zat kimia dalam tubuh mahluk hidup dalam
waktu yang cukup lama, dibandingkan dengan konsentrasi zat kimia yang terdapat di alam”
(Yudo, 2006).Dapat disebutkan bahwa semua logam berat dapat menjadi racun yang meracuni
tubuh makhluk hidup. Misalnya logam air raksa (Hg), kadmium (Cd), timah (Pb), dan khrom
(Cr). Sebagian dari logam-logam berat tersebut tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup dalam
kadar yang sangat sedikit. Logam yang diperlukan tersebut dinamakan logam atau mineral
esensial tubuh. Beberapa nama logam-logam berat esensial adalah tembaga (Cu), seng (Zn),
dan nikel (Ni) (Yatim dkk, 1979).
Sutamihardja (2006) menyatakan bahwa mekanisme toksisitas logam
berat di dalam tubuh organisme dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kategori yaitu:
1.Logam berat dapat memblokir dan menghalangi kerja gugus
biomolekul esensialuntukproses-prosesmetabolisme;
2. Logam berat dapat menggantikan ion-ion logam eensial yang
terdapat dalam molekulterkait;
3. Logam berat dapat mengadakan modifikasi atau perubahan bentuk
(konformasi) dari gugus aktif yang dimiliki biomolekul.
JENIS JENIS LOGAM BERAT
Arsen
Arsen merupakan satu unsur paling beracun dan dijumpai dalam tanah, air dan udara. Secara alami
arsen dihasilkan dari letusan gunung vukanik yang dapat melepaskan sekitar 3000 ton setiap tahun.
Meskipun demikian aktivitas manusialah yang diduga bertanggung jawab atas pelepasan arsen lebih
dari 80.000 ton tiap tahun karena pembakaran bahan bakar dari fosil dan berbagai kegiatan industri.
Arsen banyak ditemukan di dalam air tanah, terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk tereduksi, ter-
bentuk dalam kondisi anaerobik, sering disebut arsenit. Arsenat adalah bentuk teroksidasi yang
terjadi pada kondisi aerobik, (Titin, 2010).Kontaminasi arsenik telah terjadi sebagai akibat dari kedua
proses geologi alam dan kegiatan manusia. Sumber antropogenik arsenik termasuk manusia kegiatan
seperti penambangan dan pengolahan bijih. Proses peleburan, baik kuno dan yang baru-baru, dapat
melepaskan jenis sumber dapat mempengaruhi kualitas air permukaan melalui tanah ejeksi dan
limpasan. Cara lain kontaminasi air tanah adalah melalui sumber geologi seperti mineral arsenik.
Jenis ketiga sumber yang sedimen dan meta-sedimen tidur batuan (Smedley & Kinniburgh, 2002).
JENIS JENIS LOGAM BERAT
Merkuri
Merkuri hadir di sebagian besar makanan dan
minuman di kisaran < 1 sampai 50 mg/kg. Dalam
makanan laut sering terlihat di tingkat yang lebih tinggi.
Merkuri organik dapat dengan mudah menyerap
seluruh biomembranes dan karena mereka lipofilik di
alam, merkuri hadir dalam konsentrasi yang lebih tinggi
di sebagian besar spesies ikan berlemak dan dalam hati
ikan ramping (Reilly, 2007).
JENIS JENIS LOGAM BERAT
Kadmium
Kadmium adalah produk sampingan dari produksi seng. Tanah dan batuan, termasuk batu
bara dan mineral pupuk, mengandung beberapa jumlah cadmium. Kadmium dan
senyawanya diklasifikasikan sebagai karsinogen bagi manusia oleh Badan Internasional
untuk Penelitian Kanker (Henson & Chedrese, 2004). Kadmium dapat menyebabkan
intoksikasi baik yang akut dan kronis (Chakraborty et al.,2013).Kadmium sangat beracun
ke ginjal dan terakumulasi dalam sel tubulus proksimal dalam konsentrasi yang lebih tinggi.
Kadmium dapat menyebabkan mineralisasi tulang baik melalui kerusakan tulang atau
gangguan fungsi ginjal. Studi pada manusia dan hewan telah menunjukkan bahwa
osteoporosis (kerusakan tulang) adalah efek penting dari paparan kadmium bersama
dengan gangguan dalam metabolisme kalsium, pembentukan batu ginjal dan hiperkalsiuria
(Arao, 2006).
SUMBER KONTAMINASI
sumber utama kontaminan logam berat sesungguhnya berasal dari udara dan air yang
mencemari tanah. Selanjutnya semua tanaman yang tumbuh di atas tanah yang telah tercemar
akan mengakumulasikan logam-logam tersebut pada semua bagian (akar, batang, daun dan
buah).Ternak akan memanen logam-logam berat yang ada pada tanaman dan menumpuknya
pada dagingnya. Lalu manusia yang termasuk kelompok omnivore (pemakan segalanya), akan
tercemar logam tersebut dari empat unsur utama, yaitu udara yang dihirup saat bernafas, air
minum, tanaman (sayuaran dan buah- buahan), serta ternak (berupa daging, telur, dan susu)
Kandungan alamiah logam pada lingkungan dapat berubah-ubah, tergantung pada kadar
pencemaran oleh ulah manusia atau perubahan alam, seperti erosi. Kandungan logam
tersebut dapat meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian, dan perindustrian
yang banyak mengandung logam berat masuk ke lingkungan.
Penyebab utama logam berat menjadi bahan
pencemar berbahaya adalah karena sifatnya yang
tidak dapat dihancurkan (nondegradable) oleh
organisme hidup yang ada di lingkungan.
Akibatnya, logam-logam tersebut terakumulasi
ke lingkungan, terutama mengendap di dasar
perairan membentuk senyawa kompleks
bersama bahan organik dan anorganik secara
adsorbsi dan kombinasi
DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Didalam tubuh, kadmium diangkut ke hati oleh darah. Selanjutnya akan membentuk
ikatan dengan protein dan diangkut keginjal. dan terakumulasi diginjal, jika terkontaminasi
akan mengganggu fungsi ginjal dan kerusakan ginjal dampak lainnya adalah diare, sakit
perut dan muntah- muntah,keretakan tulang, kegagalan reproduktif bahkan ketidak
suburan/kemandulan, Kerusakan sistem syaraf pusat, kerusakan sistem imunitas,gangguan
psikologis,kerusakan DNA atau kanker
GEJALA
Setelah sampai di rumah sakit, orang tersebut harus diberikan oksigen 100
persen. Keracunan ringan biasanya hanya diobati dengan oksigen. Sedangkan,
keracunan karbon monoksida yang parah mungkin mengharuskan orang tersebut
masuk ke dalam ruangan bertekanan tinggi untuk membantu memaksa oksigen
masuk ke dalam tubuh.
SARAN
2. Unsur yang memiliki densitas lebih dari 5 gr/cm3, merupakan unsur dari...
a. Hg
b. Asam
c. Logam ringan
d. Logam berat
3. Jenis logam berat yang sebagian besar hadir dimakanan dan minuman dikisaran <
1 sampai 50mg/kg adalah
a. Arsen
b. Merkuri
c. Kadmium
d. Zn4
4. Dampak kontaminasi merkuri terhadap kesehatan, kecuali!
a. Gangguan sistem syaraf
b. Reaksi alergi
c. Tremor/gemetaran
d. Nafsu makan
6. Apa contoh ketika unsur logam besi atau Fe masuk ke dalam tubuh, walaupun dengan kadar
berlebihan?
a. Seringkali tidak menimbulkan dampak negatif bagi tubuh
b. dapat menyebabkan keracunan (toksik) pada manusia
c. dapat menjadi racun yang meracuni tubuh makhluk hidup
d. akan menimbulkan dampak negatif terhadap fungsi fisiologitubuh
7. jika terkontaminasi akan mengganggu fungsi ginjal dan kerusakan ginjal dampak lainnya adalah
diare, sakit perut dan muntah- muntah,keretakan tulang, kegagalan reproduktif bahkan ketidak
suburan/kemandulan, Kerusakan sistem syaraf pusat, kerusakan sistem imunitas,gangguan
psikologis,kerusakan DNA atau kanker, merupakan dampak dari?
a. Kontaminasi Merkuri
b. Kontaminasi kadmium
c. Kontaminasi arsen
d. Semua benar
10. gejala awal yang timbul akibat kondisi dimana seseorang mengalami keracunan karbon
monoksida adalah.. kecuali
a. sakit kepala
b. Pusing
c. pingsan
d. mual dan muntah
THANKYOU!
KELOMPOK 6
AGUSTINA
A L M A WA H Y U N I
D H I A FA K H I R A
DIANA RESKY
E F R I YA N T I
OKSI APRILIANI
MELFI RUSSADI
L I V I A N U R U L N UA H DA
S H E I L A I N DA H O K TA
S I T I J U R M AW I N D A
SATRIANI
T I T I N O L DA A N N I S A
VINI ADETIANI
PENATALAKSANAAN
KERACUNAN BAHAN-
BAHAN YANG DIGUNAKAN
DALAM RUMAH
TANGGA,BISA
ULAR,SERANGGA DLL
P E N G E R T I A N
R A C U N A DA L A H Z A T A T A U S E N YAWA
YANG MASUK KE DALAM TUBUH
DENGAN BERBAGAI CARA YANG
M E N G H A M B A T R E S P O N S PA DA S I S T E M
B I O L O G I S DA N DA PA T M E N Y E B A B K A N
G A N G G UA N K E S E H ATA N , P E N YA K I T ,
BAHKAN KEMATIAN
J E N I S - J E N I S K E R AC U N A N
A. K E R AC U N A N PA DA S I S T E M P E N C E R N A A N
1. KERACUNAN BAHAN KIMIA
2. MANIFESTASI KLINIS
3. PA T O F I S I O L O G I
B. K E R AC U N A N M A K A N A N
C I R I - C I R I M A K A N A N B E R AC U N YA I T U S E BAG A I
BERIKUT:
WA R N A L E B I H T E R A N G D I S E B A B K A N P E N G G U N A A N
P E WA R N A
LIH AT DAN SEN T U H M AKAN AN T ER SEBU T , J IKA
T ER LALU LEM BU T DAN GU R IH BISA SAJA
M E N G G U N A K A N P E N Y E DA P R A S A YA N G
BERLEBIHAN
SAAT M EM BELI IKAN ATAU DAGIN G C OBA C EK
A PA K A H M E N G G U N A K A N F O R M A L I N A T AU T I DA K .
LANJUTAN…..
K E R AC U N A N S I R K U L A S I
1 . G I G I TA N U L A R DA N S E R A N G G A
2 . ) . L A B A - L A B A J A N D A ( W I D O W ) YA N G
B E R WA R N A H I T A M
3. KALAJENGKING
4 . S E R A N G A N L A B A H , T AW O N , A T A U
SEMUT API
K E R AC U N A N G A S
1 . K A R B O N M O N O K S I DA
2. MANIFESTASI KLINIS
TERIMAKASIH
TOKSIKOLOGI
PENATALAKSANAAN KERACUNAN BAHAN-
BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM
RUMAH TANGGA, BISA ULAR, SERANGGA,
LABA-LABA, DLL
KELOMPOK 6
Text Title
BISA
.
SERANGGA
ULAR LABA-LABA
1
2 3
BISA ULAR
GEJALA
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air
liur . Bisa tersebut bersifat:
• Eurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. • Myotoksin: mengakibatkan rabdomiolisis yang saling berhubungan
Berakibat fatal karena paralyse otot lurik. Manifestasi dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan
klinis kemampuan otot pernafasan, kardiovaskuler kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel sel otot.
yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai
dengan koma • Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan
kerusakan otot jantung.
• Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara
fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan • Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat psikoaktif Amin
koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. lainnya yang berakibat terganggunya kardiovaskuler.
Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah
merah karena toksin. Manifestasi klinis luka bekas • Enzim-enzim: termasuk hialuronidase sebagai zat aktif pada
gigitan yang terus berdarah, hematom pada tiap penyebaran bisa.
suntikan im hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal
ginjal.
PENATALAKSANAAN BISA ULAR:
Antidote
Penanganan syok Pasang balut pressure bandage lebar dari bagian bawah ke
atas termasuk pada bagian gigitan secepat mungkin dari
Selalu mengasumsikan bahwa semua gigitan ular dapat mengancam kejadian gigitan.
kehidupan. Jangan lepaskan celana atau pakaian di tempat kegiatan
Bila melakukan triage kasus gigitan ular maka selalu dimasukkan01ke karena pergerakan pada tempat kegiatan memperbesar
dalam kategori emergency peluang meluasnya racun ke peredaran darah.
Pasang IV Line pada semua kasus Balutan harus seketat seperti pada kejadian terkilir.
Berhati-hati ketika memilih lokasi pemasangan IV Line atau Korban harus menghindari gerakan yang tidak diperlukan.
pengambilan sampel darah pada kasus koagulopati yang bertujuan Perluas balutan selebar mungkin.
untuk mencegah pendarahan. Khususnya pada 02 pembuluh darah Setelah pembalutan pertama melakukan pembidaian
bellavia jugular femur dengan meletakkan bidai yang panjangnya menutupi 2
Hindari melakukan penyuntikan intramuskular jika memungkinkan sendi dari tungkai yang terkena gigitan.
terjadinya koagulopati Rekatkan dengan pembalutan dengan stabil. Jangan
Lakukan pemeriksaan wholde blood clotting Time (WBCT) biarkan korban berjalan.
Jika terjadi gangguan pada pernafasan akibat paralisis, persiapkan
untuk intubasi dan pemasangan ventilator eksternal.
SERANGGA DAN LABA-LABA
GEJALA DAN REAKSI
Insect bites adalah gigitan atau sengatan serangga titik insect bites
adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau
mengikuti seorang. Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan
oleh gigitan atau serangan serangga antaranya adalah:
Terkejut (syok) di mana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak
mendapatkan pasokan darah yang cukup untuk organ-organ penting
(vital) , batuk, dasahan, sesak nafas karena merasa sakit di dalam mulut
atau kerongkongan atau tenggorokan, bengkak di bibir lidah, telinga, 2. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari
kelopak mata, telapak tangan telapak kaki dan selaput lendir pusing dan serangga.
kacau mual, diare, dan nyeri pada perut terasa gatal dan bintik-bintik Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut
merah dan bengkak. misalnya:
Laba-laba janda atau widow yang berwarna hitam.
Laba-laba pertapa (reclus) yang berwarna coklat.
Laba-laba gembel (Hobo)
Kalajengking
Gambar jenis laba-laba dan kalajengking
Your name
3. Myotoksin mengakibatkan....
A. Saraf Perifer atau parentral
B. Serat -serat otot jantung
C. Rabdomiolisis yg saling berhubungan dengan mhaemitoksin
D. Semua salah
Jawaban: C
SOAL KUIS
4. Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung merupakan akibat yang disebabkan oleh...
A. Eurotoksin
B. Myotoksin
C. Cytotoksin
D. Kardiotoksin
Jawaban: D
5. Serangga yang menyebabkan reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga yaitu...
A. Kalajengking
B. Laba-laba gembel (holo)
C. Laba-laba pertapa (reclus) yang berwarna coklat
D. Semua benar
Jawaban: D