Anda di halaman 1dari 22

KONSEP DAN

PENATALAKSANAAN
KERACUNAN PESTISIDA
Kelompok 3
DISUSUN OLEH:
1. Safa Tri Wulandari
(222310101058)
2. Khairunnisa Maharani
(222310101136)
Latar Belakang
Bagi para petani hortikultura di Indonesia tingkatan produksi
pemeliharaan tanaman hortikultura yang baik dapat menentukan
keberhasilan usaha, maka dari itu segala sesuatu yang bersifat
menurunkan produktivitas pertanian harus dicegah dan ditekan
serendah mungkin.
Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang dapat
menghambat produktivitas pertanian. Oleh sebab itu, sebagai salah satu
upaya melindungi tanaman dari serangan hama yaitu dengan
pemanfaatan bahan kimia pestisida untuk mengendalikan hama. .
Namun disisi lain dari kegunaan pestisida terdapat juga dampak buruk
yang timbul dari penggunaan secara berlebihan dan tidak terkendali,
dampak buruk tersebut dapat terjadi pada manusia, hewan, mikroba,
maupun lingkungan sekitar penggunaan pestisida.
Pengertian Pestisida

Pestisida merupakan zat kimia yang


digunakan untuk membasmi Selain untuk membasmi hama,
organisme yang merugikan dan tidak pestisida juga merupakan bahan
dikehendaki keberadaannya. Secara beracun yang mempunyai potensi
sederhana pestisida memiliki arti menyebabkan adanya dampak negatif
sebagai pembasmi atau pembunuh terhadap lingkungan dan
hama seperti tungau atau serangga, keanekaragaman hayati yang
tumbuhan liar, jamur yang kemudian mengakibatkan resistensi,
menyebabkan tanaman rusak, bakteri, resurjensi, dan juga dapat.memicu
virus nematode, ataupun hewan- munculnya hama baru
hewan lain yang dianggap merugikan (Kementerian Pertanian, 2019).
(Mayasari and Silaban, 2019).
Klasifikasi Pestisida

GOLONGAN PESTISIDA BERDASARKAN SASARAN

1. Akarisida 10. Pedukulisida


2. Algasida 11. Nematisida
3. Bakterisida 12. Picisida
4. Alvesida 13. Termisida
5. Fungisida 14. Predisida
6. Molsuskisida 15. Rodentisida
7. Herbisida 16. Larvasida
8. Insektisida 17. Silvisida
9. Ovisida

Nasution, L. (2022) Buku Ajar Pestisida dan Teknik Aplikasi.


GOLONGAN PESTISIDA BERDASARKAN STRUKTUR
KIMIANYA

ORGANOFOSFAT

Organofosfat mempunyai persistensi yang terbatas dalam lingkungan,


larut dalam air, tidak mengalami bioakumulasi, dan tidak menalami
biomagnifikasi dalam rantai makanan. Senyawa organofosfat bekerja
sebagai pestisida dengan cara menghambat kerja enzim AChE atau enzim
acetylcholinesterase yang berguna untuk proses transmisi rangsangan
saraf. Dengan adanya hambatan dari enzim ini mengakibatkan proses
hidrolisis asetilkolin dan asam asetat menjadi terganggu. Contoh
insektisida organofosfat adalah Paration, Malation, Diazinon, Triklorfon,
Diklorvos dan lainnya (Handoyo, 2019).
Organoklorin
Organoklorin juga merupakan golongan insektisida yang merupakan derivate etana
berklor, siklodien dan heksakloro sikloheksan, serta merupakan insektisida yang dapat
bertahan lama di alam. Toksisitas organoklorin biasanya bekerja dengan cara
menstimulasi sistem saraf sentral. Organoklorin menganggu membran neuron dan
mengakibatkan hipereksitabilitas atau biasa disebut rangsangan saraf yang sangat besar
dari sistem saraf. Golongan organo
klorin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (Handoyo, 2019):

b. Moderately Toxic Organochlorines (kurang beracun)


a. Highly Toxic Organochlorines (sangat beracun) ·Chlordane
·Aldrin ·Lindane
·Dieldrin ·DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane)
·Endosulfan ·Mirex
·Endrin ·Heptachlor
·Toxaphene
·Kepone
KARBAMAT
Karbamat biasanya digunakan untuk membasmi hama pada
tanaman pangan dan buah-buahan, seperti padi, jagung,
jeruk, ubi jalar, kacang-kacangan, dan tembakau. Contoh
insektisida karbamat yang sering digunakan yaitu
karbofuran, karbaril, dan aldicarb yang merupakan
neurotoksin dan penghambat kuat enzim AchE. Karbamat
diterapkan untuk mengendalikan serangga dengan
mengikat sisi aktif asetilkolinesterase melalui karbamilasi
dan menyebabkan penghambatan metabolisme
neurotransmitter di sistem saraf dan menyebabkan
kematian. Kebanyakan karbamat seddikit larut dalam air,
namun mudah larut dalam pelarut organik sehingga
memberikan berbagai tingkat kelarutan lipid.

Arsil, M., L. Lismaini, dan M. Ginting. 2022. Pengelolaan Hama Terpadu. (n.p.): Yayasan Kita Menulis.
Gejala Keracunan Pestisida

Keracunan pestisida
khususnya pada golongan
insektisida yang sering
digunakan merupakan
kondisi saat racun serangga
tidak disengaja tertelan,
terhirup, atau terserap kulit.

National Institute of Health. MedlinePlus (2021). Insecticide Poisoning. Diakses pada 20 Maret 2023. https://medlineplus.gov/ency/article/002832.htm
Upaya Pencegahan
Untuk mengurangi risiko terjadinya keracunan pestisida, ada 3 strategi
pencegahan yaitu (Mutia and Oktarlina, 2020):
1. Strategi Primer: 2. Strategi Sekunder 3. Pencegahan Tersier
Memakai APD (Alat Pencegahan keracunan Pencegahan ini berubungan
Pelindung Diri) sekunder merupakan dengan diagnosis dan
Memperhatikan Arah Angin tindakan yang dilakukan pengobatan korban yang tidak
Memperhatikan Dosis ketika telah terjadi paparan dapat ditangani sampai
Penggunaan atau pertolongan pertama pemulihan penuh, guna
Penyimpanan Pestisida untuk mencegah terjadinya mencegah kematian atau
Pembuangan Pestisida keracunan atau adanya cacat pemanen.
mengembalikan kesehatan
sebelumnya.
PENGOBATAN KERACUNAN
PESTISIDA

Setiap kasus keracunan, tindakan untuk pengobatan yang


diambil harus disesuaikan dengan cara pemaparannya
(Panduan Masyarakat Untuk Kesehatan Lingkungan, 2021)
Bila Pestisida Terkena Kulit
1. Segera ganti pakaian dan pisahkan pakaian terkena
pestisida dengan pakaian lain, segera cuci bagian yang
terkena pestisida dengan sabun dan air dingin.
2. Jika kulit melepuh karena pestisida segera cuci bagian kulit
yang terkena dengan air dingin, jangan lepaskan apapun
yang menempel pada luka tersebut, jangan oleskan salep
ataupun minyak, jangan memecah dan mengelupas kulit
yang melepuh, tutup kulit yang terkena dengan kasa steril.
3. Jika rasa sakit tidak hilang, segera cari bantuan pengobatan
dengan membawa kemasan pestisida untuk mengetahui
informasi pada jenis pestisida yang digunakan. Hal tersebut
dilakukan untuk memberikan pengobatan yang tepat.
Bila Pestisida Tertelan
1. Apabila seseorang yang menelan pestisida tidak sadarkan
diri, maka segera baringkan dalam posisi miring dan
pastikan korban tetap bernapas.
2. Jika korban berhenti bernapas maka segera berikan
bantuan napas dari mulut ke mulut dengan menggunakan
masker saku, sepotong kain, atau kantong plastik agar tidak
tertular paparan pestisida.
3. Cari tau kemasan pestisida untuk mencari informasi yang
menjelaskan apakah boleh dimuntahkan atau tidak. Ada
beberapa bahan kimia yang tidak boleh dimuntahkan
karena dapat memperburuk kondisi korban
4. Bila pada label dibolehkan untuk dimuntahkan, berikan segelas air
garam dan 2 sendok makan daun-daunan yang beraroma kuat (seledri,
kemangi, dll) dengan 1 atau 2 gelas air hangat. Ajak korban terus bergerak
agar mempermudah muntah, dan jika sudah dimuntahkan berikan arang
aktif yang dicampur air hangat.
5. Untuk memperlambat penyebaran racun, berikan 1 butir telur atau
segelas susu sapi murni.
6. Jika seorang menelan pestisida dan tidak merasakan sakit perut hebat,
maka dapat meminum sorbitol atau magnesium hidroksida. Obat ini
akan menyebabkan diare yang bisa mengeluarkan racun dalam tubuh.
7. Jika pada label diperintahkan untuk menggunakan atropin saat
keracunan atau pada pestisida terdapat kandungan cholinesterase
inhibitor maka bisa gunakan atropin sesuai petunjuk. Atropin hanya
digunakan pada keracunan organofosfat dan karbamat.
Bila Pestisida Terhirup

1. Tinggalkan segera tempat yang udaranya terpapar


pestisida, terutama pada ruangan tertutup.
2. Hiruplah udara segar dan longgarkan pakaian untuk
memudahkan bernapas.
3. Duduk dengan posisi kepala diangkat dan bahu ditegakkan.
4. Bila korban tidak sadarkan diri, maka miringkan dan awasi
agar korban tetap bernapas lancar.
5. Bila korban nafasnya terhenti, lakukan pernafasan mulut ke
mulut dan carilah pertolongan medis.
Contoh Kasus
Seorang pasien bernama Tn. P berusia 74 tahun dilarikan ke rumah sakit dalam
keadaan tidak sadar. Keluarga pasien menduga bahwa pasien hendak melakukan
percobaan bunuh diri dengan ditemukannya botol “Primicarb” berlabel tangan
yang dipegang oleh pasien saat ditemukan tak sadarkan diri di gudang miliknya,
dimana primicarb ini merupakan pestisida jenis karbamat. Saat datang di UGD,
pasien mengalami bradikardia (30x per menit), hipotensi (tekanan darah sistolik
60 mmHg) serta adanya aspirasi. Selain beberapa masalah tersebut, ditemukan
juga muntahan berwarna biru pada mulut pasien serta pada saluran pernapasan
tercium bau menyengat seperti bawang putih.
PENANGANAN KASUS
Setelah pasien diberi anestesi menggunakan fentanil dan propofol, dokter segera
melakukan intubasi dan ventilasi mekanis pada pasien untuk melindungi jalan
napas dan menghindari aspirasi. Untuk mengatasi bradikardia dan hipotensi,
pasien diberikan atropin dan epinefrin. Setelah dokter melakukan prosedur bilas
lambung, pasien juga diberikan arang aktif dengan gastroskopi.
Kesimpulan

Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan petani untuk


membasmi hama. Pestisida dibagi menjadi beberapa golongan, dan
pestisida yang sering digunakan untuk membasmi hama yaitu
organoklorin, organofosfat, dan karbamat. Mesti sering digunakan,
kandungannya pun bisa membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan apabila tidak bijaksana dalam penggunaanya. Ketika terjadi
keracunan pestisida segera cari bantuan medis dan tidak
diperbolehkan memberikan obat-obatan seperti sedatif (obat tidur),
morfin, barbiturat, phenothiazine, aminophylline, atau obat lain yang
dapat menghambat dan mempersulit pernapasan.
Saran

Dalam penggunaan pestisida haruslah bijaksana untuk


meminimalisir adanya dampak negatif dari pestisida. Petani
sebagai pengguna pestisida sebaiknya menggunakan APD
dan memiliki pemahaman penuh dengan dosis pestisida,
serta menyimpan pestisida ditempat yang aman dan jauh
dari jangkauan anak-anak.
Daftar Pustaka
Kementerian Pertanian (2019) ‘Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Pendaftaran Pestisida’, Menteri Pertanian Republik
Indonesia, pp. 1–147.
Mayasari, D. and Silaban, I. (2019) ‘Pengaruh Pajanan
Organofosfat terhadap Kenaikan Tekanan Darah pada
Petani’, Jurnal Agromedicine, 6(1), pp. 186-193.
Availableat:http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/ag
ro/art cle/view/2272.
Mutia, V. and Oktarlina, R. Z. (2020) ‘Keracunan Pestisida
Kronik Pada Petani’, JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kedokteran Indonesia, 7(2), pp. 130–139. doi:
10.53366/jimki.v7i2.53.
Nasution, L. (2022) Buku Ajar Pestisida dan Teknik Aplikasi.
Keman, S. 2020. Pengantar Toksikologi Lingkungan. (n.p.): Airlangga University Press.
Susanto, B. H., Wahyuni, I. D. and Tani, K. (2021) ‘Edukasi Perilaku Petani
penyemprotan pestisida dalam pengaplikasian di lapangan kelompok tani’, Media
Husada Journal of Community Servic, 1(1), pp. 12–18. Available at:
https://ojs.widyagamahusada.ac.id.
Handoyo, K. 2019. Amankah Makanan Anda?. Bhuana Ilmu Populer.
Adinsyah, N. S. 2022. BAHAYA LIMBAH DI SEKITAR KITA. (n.p.): CV MEDIA EDUKASI
CREATIVE
National Institute of Health. MedlinePlus (2021). Insecticide Poisoning. Diakses pada
20 Maret 2023. https://medlineplus.gov/ency/article/002832.htm
Arsil, M., L. Lismaini, dan M. Ginting. 2022. Pengelolaan Hama Terpadu. (n.p.): Yayasan
Kita Menulis.
Rahmiyah, M., U. Wildaniyah, dan Arsi. 2021. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman. (n.p.): Yayasan Kita Menulis.
Panduan Masyarakat Untuk Kesehatan Lingkungan. (2021). (n.p.):
Michosan Center Indonesia.
Yuslianti, O. (2022). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kasus
Keracunan Pestisida. Universitas Jember
Oktaviani, R., & Pawenang, E. T. (2020). Risiko Gejala Keracunan
Pestisida pada Petani Greenhouse. HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development), 4(2), 178-188
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai