TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Pestisida
a. Mujoko (2000) menyatakan bahwa pestisida secara harfiah berarti pet
killing agent atau bahan pembunuh hama. Kemudian batasan
operasional pestisida berkembang menjadi semua bahan yang
digunakan untuk membunuh, mencegah, dan mengusir hama atau
bahan yang digunakan untuk merangsang, mengatur, dan
mengendalikan tumbuhan.
b. Wudianto (2008), istilah pestisida merupakan terjemahan dari
pesticide yang berasal dari bahasa latin, pestis dan caedo, yang dapat
diterjemahkan secara bebas menjadi racun untuk mengendalikan jasad
pengganggu. Istilah jasad pengganggu pada tanaman sering disebut
organisme pengganggu tanaman.
c. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor
07/Permentan/SR.140/2/2007 tentang Syarat dan Tata Cara
Pendaftaran Pestisida, pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan
jasad renik dan virus yang digunakan untuk :
1) Memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian
tanaman, atau hasil-hasil pertanian;
2) Memberantas rerumputan;
3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak
diinginkan;
4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-
bagian tanaman, tidak termasuk pupuk;
5) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan
dan ternak;
6) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad
renik dalam rumah tangga, bangunan, dan alat-alat pengangkutan;
7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah, atau air.
2. Manfaat Pestisida
Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan
manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida
merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk
melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari
kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh
sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai
dewa penyelamat yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida,
petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad
pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun
gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari
waktu ke waktu meningkat dengan pesat.
Di Indonesia, di samping perusahaan perkebunan, petani yang
paling banyak menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani
sayuran, petani tanaman pangan dan petani tanaman hortikultura buah-
buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit melepaskan diri dari
ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida
dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi
keberhasilan berproduksi.
3. Klasifikasi Pestisida
a. Berdasarkan bahan kimia yang terkandung di dalamnya, maka
pestisida digolongkan menjadi 3 bagian yaitu :
1) Organochlorine, contohnya : DDT, lindane, dieldrin, aldrin.
Pestisida golongan organochlorine sangat ampuh untuk membunuh
hama, tetapi sifatnya sangat persisten dalam tubuh makhluk hidup
maupun lingkungan.
2) Organophospate, contohnya : dichlorovos, disulfoton, diazinon,
malathion. Organophospate jauh lebih tinggi toksisitasnya, tetapi
tidak bersifat persisten, tetapi termasuk pestisida yang bertahan
lama dalam tubuh (Murphy et al., 2002).
3) Carbamat, contohnya : propoxur (baygon), bux, carbaryl (sevin),
mexa carbamate (zectran).
b. Berdasarkan atas sifat pestisida dapat digolongkan menjadi :
1) Bentuk padat.
2) Bentuk cair.
3) Bentuk asap (aerosol).
4) Bentuk gas (fumigan).
c. Berdasarkan organ targetnya/ sasarannya dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Insektisida berfungsi untuk membunuh atau mengendalikan
serangga.
2) Herbisida berfungsi untuk membunuh gulma.
3) Fungisida berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
4) Algasida berfungsi untuk membunuh alga.
5) Rodentisida berfungsi untuk membunuh binatang pengerat.
6) Akarisida berfungsi untuk membunuh tungau atau kutu.
7) Bakterisida berfungsi untuk membunuh atau melawan bakteri.
8) Moluskisida berfungsi untuk membunuh siput.
d. Berdasarkan cara kerja atau efek keracunannya dapat digolongkan
sebagai berikut:
1) Racun kontak adalah membunuh sasarannya bila pestisida
mengenai kulit hewan sasarannya.
2) Racun perut adalah membunuh sasarannya bila pestisida tersebut
termakan oleh hewan yang bersangkutan.
3) Fumigan adalah senyawa kimia yang membunuh sasarannya
melalui saluran pernafasan.
4) Racun sistemik adalah pestisida dapat diisap oleh tanaman, tetapi
tidak merugikan tanaman itu sendiri di dalam batas waktu tertentu
dapat membunuh serangga yang menghisap atau memakan
tanaman tersebut.
6. Keracunan Pestisida
Keracunan pestisida adalah masuknya bahan-bahan kimia ke
dalam tubuh manusia melalui kontak langsung, inhalasi, ingesti dan
absorpsi sehingga menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Penggunaan
pestisida dapat mengkontaminasi pengguna secara langsung sehingga
mengakibatkan keracunan.
Dalam hal ini keracunan dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu:
a. Keracunan akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit
ringan, badan terasa sakit dan diare.
b. Keracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang
perut, sulit bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut
nadi meningkat, pingsan.
c. Keracunan kronis, lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan
menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan
yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya:
iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta
gangguan saraf, hati, ginjal dan pernafasan.
Ada 4 macam pekerjaan yang dapat menimbulkan kontaminasi
dalam penggunaan pestisida yakni :
a. Membawa, menyimpan dan memindahkan konsentrat pestisida
(produk pestisida yang belum diencerkan).
b. Mencampur pestisida sebelum diaplikasikan atau disemprotkan.
c. Mengaplikasikan atau menyemprotkan pestisida.
d. Mencuci alat-alat aplikasi sesudah aplikasi selesai.
Di antara keempat pekerjaan tersebut di atas yang paling sering
menimbulkan kontaminasi adalah pekerjaan mengaplikasikan, terutama
menyemprotkan pestisida. Namun yang paling berbahaya adalah
pekerjaan mencampur pestisida. Saat mencampur, kita bekerja dengan
konsentrat (pestisida dengan kadar tinggi), sedang saat menyemprot kita
bekerja dengan pestisida yang sudah diencerkan.
8. Patofisiologi
Pestisida masuk ke dalam tubuh melalui beberapa cara, pertama
absorpsi melalui kulit berlangsung terus selama pestisida masih ada di
kulit. Kedua melalui mulut (tertelan) karena kecelakaan, kecerobohan
atau sengaja (bunuh diri) akan mengakibatkan keracunan berat hingga
mengakibatkan kematian. Ketiga melalui pernafasan dapat berupa bubuk,
droplet atau uap dapat meyebabkan kerusakan serius pada hidung,
tenggorokan jika terhisap cukup banyak. Pestisida meracuni tubuh
manusia dengan mekanisme kerja sebagai berikut:
a. Mempengaruhi kerja enzim/hormon. Enzim dan hormon terdiri dari
protein komplek yang dalam kerjanya perlu adanya activator atau
cofaktor yang biasanya berupa vitamin. Bahan racun yang masuk ke
dalam tubuh dapat menonaktifkan aktivator sehingga enzim atau
hormon tidak dapat bekerja atau langsung non aktif. Pestisida masuk
dan berinteraksi dengan sel sehingga akan menghambat atau
mempengaruhi kerja sel, contohnya gas CO menghambat hemoglobin
dalam mengikat atau membawa oksigen.
b. Merusak jaringan sehingga timbul histamine dan serotine. Ini akan
menimbulkan reaksi alergi, juga kadang-kadang akan terjadi senyawa
baru yang lebih beracun.
c. Fungsi detoksikasi hati (hepar). Pestisida yang masuk ketubuh akan
mengalami proses detoksikasi (dinetralisasi) di dalam hati oleh fungsi
hati (hepar). Senyawa racun ini akan diubah menjadi senyawa lain
yang sifatnya tidak lagi beracun terhadap tubuh.
B. Kerangka Pikiran
Aktivitas Petani
Paparan Pestisida
Program PERMATA
Keracunan Pestisida