Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pencemaran lingkungan adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia maupun proses alam. Akibatnya, kualitas lingkungan
menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran dapat timbul sebagai akibat perbuatan manusia ataupun


disebabkan oleh alam misalnya ( gunung meletus, banjir, dan lainnya. ). Ilmu
lingkungan biasanya membahas pencemaran yang disebabkan perbuatan manusia
yang sulit untuk dicegah, pencemaran tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat
dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan
meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya
agar tidak mencemari lingkungan.

Dengan meningkatnya pembangunan nasional dan juga terjadinya


peningkatan industrialisasi, diperlukan sarana-sarana yang mendukung lancarnya
proses industrialisasi tersebut, yaitu dengan meningkatkan sektor pertanian,
kondisi sektor pertanian di Indonesia di masa mendatang banyak yang akan
diarahkan untuk kepentingan agroindustri. Salah satu bentuknya akan mengarah
pada pola pertanian yang makin monokultur, baik itu pada pertanian daratan
maupun akuakultur.

Sarana-sarana yang mendukung peningkatan hasil di bidang pertanian ini


adalah alat alat pertanian, pupuk, bahan bahan kimia yang termasuk didalamnya
adalah pestisida. Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk
kimia sangat umum digunakan dalam usaha mempertahankan hasil pertanian di
sawah khususnya. Dengan maksud untuk melindungi persawahan dari hama,
gulma dan untuk menambahakan unsur-unsur kimia yang dibutuhkan padi secara
cepat.
Karena hama hanya didefinisikan dalam kaitannya dengan kerugian
ekonomi yang mereupakan konsep abstrak buatan manusia yang tidak memiliki
arti ekologis sama sekali (Desmukh, 1992)) dan gulma merupakan tumbuhan yang
salah tempat, suatu tumbuhan yang mengganggu (interfering) kehendak manusia
yang menggunakan lahan dan bernilai negatif sehingga harus di berantas
(Hardjosuwarno, 2001). Pengendalian hasil tanam yang dilakukan petani ini
merupakan upaya untuk menjaga kestabilan hasil panen untuk pemenuhan
kebutuhan manusia.

Menurut (Susanto, 2000)bahwa pertumbuhan manusia (kelompok) akan


menyebabkan sumberdaya makin terbatas. Sehingga padi atau beras sampai
sekarang masih berperan sebagai pangan utama (khususnya Indonesia) dan
bahkan sebagai perekonomian sebagian besar penduduk pedesaan. Petani
cenderung melakukan usaha apa saja yang bisa mendongkrak hasil pertaniaannya,
termasuk menggunakan pupuk kimia (sintetis) dan pestisida sintesis untuk
mengurangi kerugian akibat hama padi dan herbisida untuk mengurangi
persaingan interspesies antar padi dengan gulma sawah.

Selain berbahaya bagi kesehatan manusia, pestisida dapat mempunyai


dampak buruk bagi lingkungan. Pestisida yang ditemukan dalam berbagai
medium lingkungan hanya sedikit sekali, namun kadar ini mungkin akan lebih
tinggi bila pestisida terus bertahan di lingkungan disebut residu (Afryanto,
2008)Pencemaran yang disebabkan oleh pestisida tidak saja pada lingkungan
pertanian namun juga membahayakan kehidupan manusia dan hewan dimana
residu pestisida terakumulasi pada produk produk pertanian dan pada perairan.
Bagaimana cara untuk meningkatkan produksi pertanian disamping itu juga
menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat
penggunaan pestisida yang dapat mengganggu stabilitas lingkungan pertanian.

Untuk itu perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan yang
aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan peranan
pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit, dan
gulma.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pestisida?

2. Bagaimana dampak penggunaan pestisida?

3. Apa saja yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengatasi dampak


dari pencemaran pestisida terhadap lingkungan.

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu pestisida

2. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari penggunaan


pestisida

3. Untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan pestisida yang


benar agar tidak merusak lingkungan

D. Manfaat Penulisan

Hasil dari penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan
pertimbangan bagi semua pihak atau pembaca

Diharapkan bagi masyarakat terkhususnya para petani bisa memanfaatkan


informasi yang ada dalam karya ilmiah ini.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Pestisida

Pengertian mengenai pestisida di Indonesia mengacu pada Peraturan


Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa
pestisida ialah zat kimia maupun bahan jasad renik maupun virus yang digunakan
untuk mencegah hama penyakit yang berpotensi merusak tanaman dan
mengganggu hasil pertanian. Tidak hanya hama saja, pestisida pun mampu
memberantas tanaman pengganggu atau gulma.Selain itu, pestisida memiliki
fungsi untuk mengatur maupun merangsang tumbuhnya tanaman. Pestisida
berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari kata caedo
berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh
hama. Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan
untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai hama.

Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama,


baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida telah secara luas digunakan untuk
tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian.
Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan
berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata
banyak menimbulkan keracunan pada orang (Kementan, 2007). Pengertian
pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 adalah semua zat
kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak


tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
2. Memberantas rerumputan
3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan
4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan
atau ternak
5. Memberantas atau mencegah hama-hama air
6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air.

Kematian yang disebabkan oleh keracunan pestisida jarang dilaporkan,


hanya beberapa saja yang dipublikasikan terutama karena disalahgunakan (untuk
bunuh diri). Dewasa ini bermacam-macam jenis pestisida telah diproduksi dengan
usaha mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan berkurangnya daya
toksisitas pada manusia, tetapi sangat toksik pada serangga.

Gambar 1. Macam-Macam Pestisida


Sumber : Tanah karya

Pestisida juga bisa mencegah hama-hama air selain hama darat dan
binatang pengganggu seperti ular. Termasuk memberantas binatang yang
menyebabkan penyakit pada manusia. Kemudian untuk jenis pestisida yang dijual
di pasaran resmi memang cukup banyak. Hal ini dikarenakan pestisida memiliki
fungsi mencegah penyakit tanaman yang berbeda-beda. (Lia, 2014)

a) Berdasarkan Fungsi/Sasaran Penggunaannya


- Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas
serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida
juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah,
perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan
semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil
fosfat, diazinon, dll.
- Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah
pertumbuhan jamur/cendawan seperti bercak daun, karat daun,
busuk daun, dan cacar daun. Contohn: tembaga oksiklorida,
tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium
dikromat.
- Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau
virus. Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang
digunakan untuk membunuh virus CVPD yang menyerang
tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu
tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera
diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai
dengan dosis tertentu.
- Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas
hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya
diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan
beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena
dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contoh :
Warangan.
- Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas
hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya
menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya
digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat
dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum
musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat
memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan
nama DD, Vapam, dan Dazomet.
- Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi
tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan,
eceng gondok, dll. Contoh: ammonium sulfonat dan
pentaklorofenol.
b) Berdasarkan Bahan Aktifnya
- Pestisida organik (Organic pesticide)
Pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yang berasal
dari bagian tanaman atau binatang, misal: neem oil yang berasal
dari pohon mimba (neem).
- Pestisida elemen (Elemental pesticide)
Pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti sulfur.
- Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide)
Pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.

c) Berdasarkan Cara Kerjanya


- Pestisida sistemik (Systemic Pesticide)
Adalah pestisida yang diserap dan dialirkan ke seluruh bagian
tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang
memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram.
Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar
pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari
serangan hama. Contoh : Neem oil.
- Pestisida kontak langsung (Contact pesticide)
Adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan
langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang
berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan
jenis pestisida ini. Sebagian besar pestisida kimia termasuk ke
dalam jenis ini.
Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari
penggunaannya untuk mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya.
Pestisida tidak saja membawa dampak yang positif terhadap peningkatan produk
pertanian, tapi juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya.
Pengarahan dan penggunaan yang lebih tepat kepada para penggunaan dalam hal
pemberian dosis, waktu aplikasi, cara kerja yang aman, akan mengurangi
ketidakefisienan penggunaan pestisida pada lingkungan dan mengurangi sekecil
mungkin pencemaran yang terjadi.

B. Lingkungan

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik


lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari
lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukan lingkungan. Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia
disebut juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk
sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian
seseorang.
Membahas tentang manusia berarti membahas tentang kehidupan sosial
dan budayanya, tentang tatanan nilai-nilai, peradaban, kebudayaan, lingkungan,
sumber alam, dan segala aspek yang menyangkut manusia dan lingkungannya
secara menyeluruh. Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala
fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami
kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta terkait
serta berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal
balik baik itu positis maupun negatif. (Jayus, 2014)
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan
fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik
adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban,
cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa
seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri). Ilmu
yang mempelajari lingkungan adalah ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu
lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi. (Lingkungan, 2020).
Semua makhluk hidup yang ada di bumi, melakukan hubungan dengan
sesama makhluk hidup maupun dengan lingkungannya. Lingkungan alam terdiri
atas benda mati dan makhluk hidup. Lingkungan alam merupakan sumber
penghidupan bagi makhluk hidup, karena alam menyediakan semua kebutuhan
makhluk hidup.Benda mati dan makhluk hidup saling memengaruhi antara satu
dengan yang lainnya. Bahkan, antarkeduanya saling berkaitan. Salah satu bentuk
hubungan antara benda mati dan makhluk hidup adalah jenis tanah, suhu, dan
curah hujan di suatu tempat dapat memengaruhi jenis tanaman yang tumbuh dan
hewan yang berkembang di daerah tersebut. (Suci, 2015)
Hubungan antara manusia dan lingkungan alam dapat dikelompokkan
menjadi dua. Pertama hubungan yang membuat manusia harus dapat
menyesuaikan diri dengan alam. Kedua adalah hubungan yang membuat manusia
dapat memanfaatkan alam sekitarnya. Salah satu cara manusia untuk
menyesuaikan diri dengan alam, adalah dengan mempelajari peristiwa alam yang
ada di lingkungannya. Para petani harus menyesuaikan waktu tanam dengan
musim hujan agar tanamannya dapat tumbuh dengan baik. Para nelayan memilih
waktu untuk berlayar menyesuaikan dengan keadaan cuaca agar terhindar dari
bencana dan memperoleh tangkapan ikan yang banyak. (Suci, 2015)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak
langsung.
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
makhluk hidup, seperti manusia hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. 2)
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia
yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai
makhluk sosial. 3) Unsur fisik (abiotik) yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri
dari benda-benda tidak hidup, seperti, tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu : Bentuk kerusakan lingkungan hidup akibat
peristiwa alam dan karena faktor manusia antara lain : Terjadinya pencemaran
(pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan
industri, atau terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem
pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak
pengrusakan hutan.
Lingkungan hidup sebagai bagian yang mutlak dari kehidupan manusia
memiliki tiga unsur penting yaitu Unsur hayati (biotik), Unsur Sosial budaya, dan
Unsur Fisik (abiotik). Urgensi lingkungan hidup bagi kehidupan manusia dapat
sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan, tempat beraktivitas dan sebagai
tempat hiburan. Tetapi semuanya itu tidak dapat di lakukan jika lingkungan itu
rusak, baik faktor dari alam maupun faktor dari manusia sendiri. Untuk itu kita
harus melakukan berbagai upaya agar lingkungan kita bersih dan layak di tempati.
Diharapkan peran serta berbagai pihak untuk melestarikan lingkungan sekitar,
agar kita dapat memiliki lingkungan yang bersih dan layak untuk di tempati.
(Lingkungan Hidup, 2015)

C. Penanggulangan Pencemaran Pestisida

Pencemaran dari residu pestisida sangat membahayakan bagi lingkungan


dan kesehatan, sehingga perlu adannya pengedalian dan pembatasan dari
penggunaan pestisida tersebut serta mengurangi pencemaran yang diakibatkan
oleh residu pestisida.
Kebijakan global pembatasan penggunaan pestisida sintetik yang
mengarah pada pemasyarakatan teknologi bersih ( Clean Technology ) yatu
pembatasan penggunaan pestisida sintetik untuk penangan produk-produk
pertanian terutama komoditi andalan untuk eksport, dalam hal ini berbagai upaya
dilakukan untuk mengatasi dampak negatif pestisida dan mencegah pencemaran
lebih berlanjut lagi. (Jayanti, 2009)

Gambar 2. Cara penggunaan pestisida


Sumber : Agroindonesia

Beberapa hasil penelitian, menyebutkan bahwa bahan-bahan kimia


pertanian dari penggunaan pestisida, memang membuat produksi pertanian
meningkat, membuat pertanian lebih efisien. Tapi, pada aplikasinya, penggunaan
pestisida di bidang pertanian hanya sekitar 20% yang tepat sasaran, sisanya jatuh
mencemari tanah dan lingkungan, bahkan membahayakan manusia. Apalagi
penggunaan pestisida secara berlebihan, tanpa panduan dan takaran/dosis terjadi
hampir berlaku umum. (Genagraris, 2020)

Ada beberapa upaya yang mampu menanggulangi dampak penggunaan


pestisida. Ada yang bersifat korektif, sementara beberapa yang lainnya bersifat
preventif.

o Peraturan dan Pengarahan Kepada Para Pengguna

Peraturan dan cara-cara penggunaan pestisida dan pengarahan kepada para


pengguna perlu dilakukan, karena banyak dari pada pengguna yang tidak
mengetahui bahaya dan dampak negatif pestisida terutama bila digunakan pada
konsentrasi yang tinggi, waktu penggunaan dan jenis pestisida yang digunakan.
Kesalahan dalam pemakaian dan penggunaan pestisida akan menyebabkan
pembuangan residu pestisida yang tinggi pada lingkungan pertanian sehingga
akan menganggu keseimbangan lingkungan dan mungkin organisme yang akan
dikendalikan menjadi resisten dan bertambah jumlah populasinya. Untuk
melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya
kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka
peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 1973.

Standar keamanan untuk pengaplikasian pestisida dan pengarahan untuk


penggunaan yang aman dari pestisida, seperti cara pelarutan, jumlah (konsentrasi),
frekuensi dan periode dari aplikasi, ditentukan oleh aturan untuk meyakinkan
bahwa tingkat residu tidak melebihi dari standar yang telah ditetapkan. Keamanan
dari produk-produk pertanian dapat dijamin bila bahan-bahan kimia pertanian
diaplikasikan berdasarkan standar keamanan untuk penggunaan pestisida.

o Penggunaan Pestisida dengan Memperhatikan Kondisi Lingkungan

Untuk menghindari terjadinya pencemaran udara oleh adanya pestisida


maka pada saat penggunaan pestisida, pengguna harus memperhatikan beberapa
hal yang mampu mempengaruhi pendispersian polutan tersebut di udara. Faktor
lingkungan seperti temperatur, kecepatan dan arah angin, dan kelembaban udara
sangat berperan dalam mempercepat dan atau meringakan proses terjadinya
pencemaran.

o Pengendalian Hayati Menggunakan Biokontrol

Peningkatan pembangunan pertanian diarahkan pada sistem pertanian


berkelanjutan, dimana makna dari “berkelanjutan” adalah mengelola sumber daya
yang ada sehingga dapat digunakan secara berkesinambungan serta
meminimalisasi dampak negatif yang timbul. Dengan adanya pertanian
berkelanjutan, maka penggunaan pestisida dapat secara teliti dan bertanggung
jawab.
Dalam pertanian berkelanjutan, petani harus belajar dan meninggalkan
metode produksi yang memakai banyak bahan kimia. Memakai cara rotasi tanam,
menanam kacangan dan rumput untuk mengisi persediaan N, merawat tanah
dengan pupuk dan kompos, serta mendaur ulang bahan organik. Pendekatan ini
akan melindungi tanah dan mencegah pencemaran dan pencucian pupuk/bahan
kimia dari tanah ke aliran sungai. Dengan semakin ketatnya peraturan pemakaian
bahan kimia, pengendalian hayati atau biokontrol merupakan salah satu strategi
untuk mengatasi dampak pencemaran lingkungan akibat pemakaian bahan kimia
untuk proteksi pertanian.

Pengendalian suatu penyakit melalui biokontrol membutuhkan


pengetahuan detail tentang interaksi patogen inang dan antara patogen dengan
mikroba-mikroba sekitarnya. Pengetahuan ini sangat penting karena prinsip
biokontrol adalah pengendalian dan bukan pemberantasan patogen. Keberhasilan
suatu biokontrol ditentukan oleh kemampuan hidup agen biokontrol tersebut
dalam lingkungannya.

Salah satu agensia pengendalian hayati yang efektif yaitu jamur


Trichoderma spp yang mempu menangkal pengaruh negatif jamur patogen pada
tanaman kedelai (tanaman inang). Species Trichoderma harzianum dan
Trichoderma viridae dapat mengendalikan aktifitas jamur patogen Rhizoctonia
solanii yang memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berkecambah biji
kedelai dan pertumbuhan biomassa tanaman.

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa Mikorhiza sp. juga mampu


menanggulangi efek negatif patogen berupa bakteri penyakit darah pada pisang.
Pengendalian hayati sangat erat hubungannya dengan pemanfaatan sistem
ketahanan tanaman terhadap patogen penyebab penyakit. Ini juga berhubungan
dengan mekanisme reaksi biokimia di dalam jaringan tanaman tersebut.

o Metode Bioremediasi Sebagai Tindakan Perbaikan

Sebagai tindakan korektif bagi lahan yang telah tercemar oleh residu
pestisida, saat ini juga banyak dikembangkan metode “Bioremediasi”.
“Bioremediasi” dikenal sebagai usaha perbaikan tanah dan air permukaan dari
residu pestisida atau senyawa rekalsitran lainnya dengan menggunakan jasa
mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan berasal dari tanah namun
karena jumlahnya masih terbatas sehingga masih perlu pengkayaan serta
pengaktifan yang tergantung pada tingkat rekalsitran senyawa yang dirombak.

Selain itu, pengarahan penggunaan pestisida yang lebih tepat kepada para
penggunaan dalam hal pemberian dosis, waktu aplikasi, cara kerja yang aman,
akan mengurangi ketidakefisienan penggunaan pestisida pada lingkungan dan
mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi.Upaya mengembangan
obat pertanian untuk OPT yang efektif dan ramah lingkungan juga perlu
digalakkan, sehingga banyak alternatif bagi pengguna. Di masa kini dan masa
yang akan datang, diharapkan penggunaan pestisida akan berkurang. Untuk
menghindari terjadinya pencemaran udara oleh adanya pestisida maka pada saat
penggunaan pestisida, pengguna harus memperhatikan beberapa hal yang mampu
mempengaruhi pendispersian polutan tersebut di udara. Faktor lingkungan seperti
temperatur, kecepatan dan arah angin, dan kelembaban udara sangat berperan
dalam mempercepat dan atau meringakan proses terjadinya pencemaran. (Dzabili,
2012)

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalag pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian secara bolistik, dan deskriptif dalam
bentuk kata kata dan Bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah. (Moleong, 2007)
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Karena terkait
langsug dengan gejala-gejala yang muncul disekitar lingkungan manusia
terorganisasir dalam satuan pendidikan formal. Penelitian yang menggunakan
pendekatan fenomenalogis berusaha untuk memahami makna peristiwa serta
interaksi pada orang orang dalam situasi tertentu. Pendekatan ini menghendaki
adanya sejumlah asumsi yang berlainan dengan cara yang digunakan untuk
mendekati perilaku orang atau makhluk hidup dengan maksud menemukan
“fakta” atau “penyebab”. (Moleong, 2007)
Penelitian fenomenalogi bermula dari diam. Keadaaan diam merupkan
upaya menangkap apa yang dipelajari dengan menekankan pada aspek-aspek
subjektif dari perilaku manusia. Fenomenalogis berusaha bias masuk ke dalam
dunia konseptual subjenya agar dapat memahami bagaimana dana pa makna yang
disusun subjek tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. (Moleong, 2007)).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian dilahan pertanian semangka di Desa Kedung Rejo Kecamatan
Megaluh Kabupaten Jombang dan dilakukan pada bulan Agustus – September

2007.

C. Alat Dan Bahan


Dalam penelitian ini digunakan penelitian secara objek (pengamatan)
maka tidak dibutuhkan alat dan bahan hanya dibutuhkan responden dari Desa
Kedung Rejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang ini dilakukan pengujian
kusioner oleh 10 responden yang bukan terdiri dari 5 orang mahasiswa/i fakultas
farmasi dan 5 orang dari mahasiswa/i bukan fakultas farmasi.
D. Variabel Penelitian
 Variabel Dependen

variabel yang disebabkan/ dipengaruhi oleh adanya variabel bebas/ variabel


independen. Karena itulah variabel dependen sering disebut dengan variabel
terkait. Besarnya perubahan pada variable ini tergantung dari besaran variable
bebas/ Independen. Variable Independen akan memberi peluang kepada
perubahan variabel terkait/ dependen yaitu sebesar koefisien (besaran) perubahan
dalam variabel independen. Maksudnya, setiap kali terjadi perubahan sekian
satuan pada variabel independen, maka diharapkan akan mengakibatkan
perubahan variabel dependen sekian satuan juga. Variabel dependen dalam
penilitian “Pengaruh bahan kimia terhadap penggunaan pestisida lingkungan”
adalah pestisida lingkungan.

 Variabel Independen

Variabel Independen adalah variable yang bebas, stimulus, predictor, eksougen


atau antecendent, yaitu variabel yang mempengaruhi/ menjadi penyebab
berubahnya/ timbulnya variabel dependen atau variable terkait. Variabel
Independen merupakan variabel penelitian yang memengaruhi, yaitu faktor-faktor
yang diukur, dimanipulasi/ dipilih oleh seorang peneliti untuk
menetapkan/menentukan hubungan antara fenomena yang sedang diamati.
Variabel independen dalam penelitian “Pengaruh bahan kimia terhadap
penggunaan pestisida lingkungan” adalah bahan kimia.

 Variabel kontrol

variabel kontrol, yaitu variabel yang dikendalikan secara konstan sehingga


hubungan variabel bebas pada variabel terikat tidak berpengaruh pada faktor luar.
Dari variabel ini dapat dikatakan bahwa nilai dan hasil dari variabel kontrol yaitu
nyata tidak terkait oleh media manapun. Mengontrol variabel adalah bagian
penting dari desain eksperimental. Variabel kontrol merujuk pada variabel atau
faktor yang berkontribusi yang diperbaiki atau dihilangkan untuk mengidentifikasi
dengan jelas hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Variabel control dalam penelitian “Pengaruh bahan kimia terhadap penggunaan
pestisida lingkungan” adalah dosis penggunaan pestisida.

E. Prosedur Penelitian
 Prasurvei responden

Prasurvei atau observasi awal dilakukan pada tempat penelitian. Lokasi penelitian
adalah daerah pertanian semangka di Desa Kedung Rejo Kecamatan Megaluh
Kabupaten Jombang. Data sekunder mengenai luas lahan, jumlah penduduk dan
karakteristik penduduk diperoleh dari kantor Kecamatan setempat dan informasi
dari Dinas Pertanian Kabupaten Jombang. Kemudian dilakukan observasi
terhadap batas wilayah daerah tersebut dan mengenai jam kerja responden di
sawah, jam istirahat dan kapan responden menggunakan pestisida.

 Pembuatan kuisioner

Pembuatan dan isi kuisioner berdasarkan atas permasalahan penelitian yang


hendak diteliti. Pertanyaan disusun dan dikelompokkan berdasarkan atas variabel-
variabel penelitian yang ingin diketahui dan kemudian dilakukan uji coba.

 Uji validitas

Validitas yang digunakan pada kuisioner penelitian ini untuk memenuhi


persyaratan suatu alat ukur penelitian adalah validitas muka dan validitas isi.
Validitas muka adalah kesahihan yang menyangkut kemampuan model
pertanyaan dalam suatu instrumen (kuesioner atau daftar pertanyaan) untuk
merefleksikan variabel yang hendak diukur, dan untuk dapat ditafsirkan
responden dengan benar. Validitas isi adalah kesahihan yang menyangkut
kemampuan instrumen meliput semua substansi variabel yang hendak diukur.
Pengujian validitas dilakukan dengan penilaian untuk validitas muka ditentukan
oleh keputusan terbaik peneliti dengan mengingat masalah penelitian. Validitas isi
biasanya tidak cukup ditentukan oleh peneliti, tetapi membutuhkan penilaian
panel para pakar untuk memutuskan sejauh mana instrumen pengukuran
memenuhi standar yang seharusnya. Dalam penelitian ini pengujian validitas
dilakukan berdasarkan pertimbangan dan keputusan terbaik dari dosen
pembimbing yang merupakan para ahli/pakar sehingga kuisioner ini telah
memenuhi standar sebagai instrumen pengukuran dalam mengidentifikasi masalah
dan keterangan-keterangan empiris yang diteliti dalam penelitian ini (Machfoedz,
2007)Selain itu pengujian kuisioner juga dilakukan pada 10 responden yang
bukan dari responden yang akan diteliti terdiri dari 5 orang dari mahasiswa/i
Fakultas Farmasi dan 5 orang dari mahasiswa/i bukan dari Fakultas Farmasi,
kemudian dilihat hasilnya apakah sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti. Uji
ini dilakukan untuk melihat apakah kuisioner yang dibuat khususnya tata
bahasanya mudah dipahami sehingga nantinya responden tidak mengalami
kesulitan dalam mengisi kuisioner (Prawitasari, 1998)

 Teknik pengambilan sampel

Penelitian ini menggunakan teknik non random probability dengan purposive


sampling. Dalam penelitian ini, jumlah responden minimal yaitu 96 orang,
dihitung berdasarkan rumus (Nawawi, 2005):

2
Z .P.Q
N=
d2

N: ukuran cuplikan terkecil

Z: koefisien keterendahan (reability coeficient) yang besarnya

ditentukan oleh tingkat kepercayaan yaitu 95% sehingga Z = 1,96

PQ : variasi atau keanekaragaman individu di populasi, PQ maksimal

bila P = Q = 0,5

d: batas kesalahan maksimal yang ditoleransi, yaitu 10%, Karen menurut


tabel yang dikutip dari (Pogoso, de, & guerrero, 1978) batas kesalahan
yang dapat digunakan pada penelitian ini dengan jumlah populasi yang
tidak diketahui adalah 10%. Jadi ukuran cuplikan terkecil :
2
1.96 .0,5 . 0,5
N= 2 96 subjek
0,1

 Penyebaran kuisioner

Kuisioner disebarkan pada masa penanaman semangka dimulai di daerah ini.


Kuisioner dibagikan pada para pekerja baik pria maupun wanita yang telah
menggunakan pestisida pada tanaman semangka dalam jangka waktu maksimal 3
hari setelah penggunaan pestisida. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa
responden tidak lupa dengan apa yang terjadi selama penggunaan pestisida
sehingga jawaban yang diberikan sesuai dengan kontek penggunaan pestisida
yang dilakukan responden. Setelah kuisioner dibagikan responden diperkenankan
untuk mengisi langsung ditempat dan setelah diisi langsung dikembalikan kepada
peneliti. Dalam penyebaran kuisioner ini peneliti juga melakukan wawancara
dengan responden untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang variabel-
variabel yang diteliti, bahkan sebagian besar responden kuisionernya dilakukan
dalam bentuk wawancara oleh peneliti sendiri. (Siska, 2008)

 Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif yang disajikan dalam
bentuk persentase (%) dan digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik untuk
mengetahui distribusi frekuensi pengaruh kesehatan pekerja. (Siska, 2008)

Pengetahuan responden sangat penting dalam penggunaan pestisida secara


benar. Menurut (Notoatmodjo, 2003)), pengetahuan/kognitif merupakan dominan
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

1) Penggunaan dosis pestisida oleh responden


Penggunaan pestisida sesuai dosis yang tepat sangat dianjurkan, karena
penggunaan dosis yang berlebih akan membunuh musuh alam yang seharusnya
dilindungi dan dapat membuat sasaran akan menjadi cepat resisten. Sebaliknya
dengan dosis yang rendah tidak akan diperoleh hasil karena tidak tepat sasaran.
Dosis juga merupakan faktor penentu terjadinya gangguan kesehatan akibat
pestisida terhadap pengguna. Semakin besar dosis yang digunakan maka semakin
besar bahan racun tersebut kontak dengan pengguna dan semakin besar risiko
pengguna terkena dampak dari pestisida.Dari 100 responden yang diteliti
diperoleh persentase 87% responden menggunakan dosis sesuai dengan petunjuk
yang dicantumkan dalam label pada kemasan. Sebesar 13% tidak menggunakan
pestisida sesuai dosis yang dianjurkan. Terdapat 1 responden yang menggunakan
dosis lebih rendah dari yang dicantumkan dalam kemasan dan 12 responden
menggunakan pestisida dengan dosis lebih tinggi. (Siska, 2008)

2) Frekuensi penggunaan pestisida

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% responden menggunakan


pestisida 1 kali dalam sehari, 30% responden menggunakan pestisida 2 kali dalam
sehari, dan 1% responden menggunakan pestisida lebih dari 3 kali dalam sehari.
Dalam menyemprot/penggunaan pestisida dalam sehari jangka wakru yang
dibutuhkan responden berdasarkan hasil penelitian dari 100 responden adalah 1%
responden menyemprot kurang dari 1 jam, 6% responden menyemprot selama 1
jam, 20% responden menyemprot selama 2 jam dan 73% responden menyemprot
pestisida selama lebih dari 2 jam. (Siska, 2008)

3) Penggunaan pestisida

Penggunaan pestisida oleh responden dapat di kelompokkan berdasarkan


pemakaiannya secara tunggal atau campuran dan berdasarkan jenis pestisidanya.
Dari hasil penelitian diperoleh persentase penggunaan pestisida. Sebesar 59%
responden menggunakan pestisida dengan di campur

lebih dari 1 pestisida bahkan beberapa responden mencampur pestisida dengan zat
pengatur tumbuh atau pupuk tanaman. Hal ini menurut responden dikarenakan
hama yang menyerang tanaman semangka lebih dari 1 jenis sehingga untuk sekali
penyemprotan digunakan lebih dari 1 pestisida agar diperoleh hasil yang menurut
mereka memuaskan. Selain itu dengan dicampur dapat mengurangi tenaga dan
waktu penyemprotan. Sedangkan 41% responden menggunakan pestisida secara
tunggal. Jenis pestisida yang digunakan oleh responden di Desa Kedung Rejo di
peroleh dari merek pestisida yang digunakan, kemudian oleh peneliti dilakukan
penelusuran tiap kemasan untuk mengetahui jenis pestisida tersebut. Selain itu
diperoleh juga berdasarkan hasil wawancara mengenai organisme target atau
hama yang dibasmi. Hal ini dikarenakan tidak semua pengguna mengetahui
jenispestisida yang mereka gunakan. (Siska, 2008)

Menyangkut jenis pestisida yang digunakan baik dengan di campur


maupun tunggal, sebanyak 64 responden (48,12%) menggunakan insektisida,
responden yang menggunakan fungisida sebanyak 50 responden (37,59%) dan 19
responden (14,29%) menggunakan pestisida jenis herbisida. Berdasarkan hasil
penelitian ini juga 100% responden menggunakan pestisida sintetik yaitu pestisida
yang diperoleh dari sintesis senyawa-senyawa kimia. Selain itu dilihat dari hasil
penelitian ini sebagian besar responden menggunakan pestisida tidak hanya
berdasar pada hama yang saat itu menyerang tetapi juga dicampur dengan
pestisida lain dengan alasan sebagai pencegahan. (Siska, 2008)

Penggunaan pestisida yang tidak tepat ini dapat menyebabkan tingginya


risiko dampak pestisida pada pekerja maupun lingkungan. Berdasarkan jenis
pestisida, insektisida yang paling banyak digunakan responden. Insektisida terdiri
dari beberapa golongan dengan mekanisme aksi yang berbeda. Golongan
organoklorin dan piretroid lebih banyak digunakan, namun ditinjau dari campuran
pestisida yang digunakan responden, golongan organofosfat dan karbamat tidak
jauh berbeda banyaknya dengan golongan organoklorin dan piretroid (dapat
dilihat pada lampiran 5). Hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan, bahwa alasan
Dinas Kesehatan Jombang melakukan penelitan secara eksperimental dengan
mengukur kadar asetilkolinesterese, dikarenakan golongan pestisida organofosfat
dan karbamat memiliki mekanisme aksi menghambat enzim asetilkolinesterse
sehingga dapat dijadikan parameter terjadinya keracunan pestisida organofosfat
dan karbamat (Siska, 2008).

F. Diagram Alir Lokasi penelitian adalah


Prasurvei daerah pertanian semangka di
Responden Desa Kedung Rejo Kecamatan
Megaluh Kabupaten Jombang

Pembuatan Berdasarkan atas permasla-


kuisioner han penelitian yang hendak
diteliti

Dilakukan untuk melihat


Desa Kedung Rejo Uji validitas apakah kuisioner yang dibuat
Kecamatan Megaluh khususnya tata bahasanya
Kabupaten Jombang. mudah dipahami

Teknik Penelitian ini menggunakan


pengambilan teknik non random probability
sampel dengan purposive sampling

Kuisioner disebarkan pada masa


Prasurvei penanaman semangka untuk
Responden memastikan bahwa responden
tidak lupa dengan apa yang
terjadi selama penggunaan
pestisida

Data yang diperoleh dianalisis


dengan metode deskriptif
Analisis data yang disajikan dalam bentuk
persentase (%)

Anda mungkin juga menyukai