BAB I
PENDAHULUAN
Racun merupakan salah satu senjata pembunuh mahluk hidup yang sudah
sangat tua, setua kehidupan manusia. Racun menjadi favorit untuk melenyapkan
nyawa mahluk hidup karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak
jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan
manusia untuk kesejahteraan hidupnnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti
dicampur minyak dan air untuk melarutkannya, juga ada yang menggunakan
formulasi dust, atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, juga bahan
yang bersifat sinergis lainnya untuk penambah daya racun (Afryanto, 2008).
sektor pertanian. Kondisi pertanian di Indonesia saat ini banyak yang diarahkan
untuk kepentingan agroindustri. Salah satu bentuknya akan mengarah pada pola
2
pertanian yang makin monokultur, baik itu pada pertanian darat maupun
tidak dikenal atau menjadi masalah sebelumnya akan menjadi kendala bagi
mendukung agar dapat dicapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal
(Anonymous, 2011).
aturan, selain dosis yang digunakan melebihi takaran, petani juga sering
pertanian dalam hal ini pestisida dapat membahayakan kehidupan manusia dan
pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan yang aman dari
pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan peranan pestisida
dengan Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) telah menarik dan
Pestisida yang biasa dipakai dalam pengendalaian hama dan penyakit pada
tanaman Kubis oleh petani adalah Azodrin dengan dosis 2 Cc/l, Benlate 2 gr/l.
pada petani yang dapat dilakukan dengan jalan memeriksa aktifitas kholinesterase
faktor dari dalam tubuh (internal) dan dari luar tubuh (eksternal) (Anonymous
2011).
Afryanto (2008) menyatakan faktor dari dalam tubuh antara lain umur,
jenis kelamin, genetik, status gizi, kadar hemoglobin, tingkat pengetahuan dan
status kesehatan. Sedangkan faktor dari luar tubuh mempunyai peranan yang
besar. Faktor tersebut antara lain banyaknya jenis pestisida yang digunakan, jenis
4
Tintometer Kit, tingkat keracunan adalah sebagai berikut : 75% - 100 % kategori
medium lingkungan hanya sedikit sekali, namun kadar ini mungkin akan lebih
tinggi bila pestisida terus bertahan di lingkungan (residu). Pestisida dapat bertahan
lama pada lingkungan karena mempunyai waktu paruh yang lama seperti jenis
waktu paruh DDT, lebih dari 10 tahun, sedangkan dieldrin, 20 tahun. Dalam
tanah, waktu paruh DDT sekitar 40 tahun. Bahkan, DDT (0,2 ppm) masih
ditemukan dalam sampel lemak pada binatang Antartika. Cacing tanah dapat
menimbun DDT dari tanah hingga 14 kali dari kadar DDT tanah itu sendiri,
5
sedangkan tiram dapat menimbun DDT 10 hingga 70.000 kali dari kadar DDT air
laut. Sedangkan pada manusia sebagai rantai makanan terakhir tidak mempunyai
batas yang jelas, pada orang Eropa kadar DDT dalam sel lemak rata-rata 0,2 ppm
petani Propinsi Jawa Tengah Tahun 1999 dari 240 orang yang diperiksa
2,5%, keracunan sedang 8,75%, keracunan ringan 55,26% dan normal 32,5%,
Kubis, kol, kobis, atau kobis bulat adalah nama yang diberikan untuk
tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica
ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut
krop, kop atau kepala (capitata berarti "berkepala"). Kubis berasal dari Eropa
Selatan dan Eropa Barat dan, walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan
6
arkeologi yang kuat, dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B.
terutama suhu mirip dengan tempat asalnya. Namun dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat terutama di bidang genetika pada awal abad ke-20 telah
(Permadi, dkk. 1993). Nama "kubis" diambil dari bahasa Perancis, chou cabus
(harafiah berarti "kubis kepala"), yang diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa
yang tinggal di Hindia-Belanda. Nama "kol" diambil dari bahasa Belanda kool
(Wikipedia, 2011).
mengemukakan dari 1.000 petani, tak lebih dari 10 petani yang telah menerapkan
pola pemakaian pestisida secara benar. Kerugian dari perilaku buruk ini bukan
tanaman yang resisten. Namun, dari segi biaya produksi, penanaman Kubis yang
berlebihan harus diperhatikan, AIPTI itu mencontohkan dengan apa yang tengah
Tengah. Di desa itu, dalam dua musim tanam belakangan ini. Penggunaan
merupakan batas residu pada tanaman kubis. Hal ini dikarenakan adanya petani
pestisida tanpa memperhatikan nilai ambang ekonomi hama, dosis anjuran dan
Petani dalam mengatasi hama pada tanaman Kubis apabila berbagai merek
pestisida telah dicoba dan tidak mampu membasmi hama, petani di kecamatan
mencampur pestisida satu dengan pestisida lain tanpa mengetahui efektivitas dan
dampak yang ditimbulkan. Bahkan ada yang mencampur pestisida dengan minyak
Cabe adalah jenis tanaman yang termasuk genus Capsicum, yang pada
diantaranya untuk sambal, acar, bumbu masak, lalab, untuk bahan obat-obatan,
dan sebagainya (Pracaya, 1995). Sebenarnya cabe bukan tanaman asli Indonesia,
walaupun hampir setiap hari penduduk Indonesia makan dengan cabe. Cabe
berasal dari Mexico, Peru, dan Bolivia, tetapi sekrang sudah tersebar di seluruh
Dunia.
bijinya ke Spanyol pada tahun 1993, yang kemudian banyak ditanam di Eropa.
Cabe yang ditanam di Amerika Serikat sekarang ini berasal dari Eropa, padahal
Cabe berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Cabe yang sekarang ini banyak
8
termasuk marga (genus) Capsicum yang mempunyai lebih dari 100 jenis (spesies).
Jenis cabe yang banyak dibudidayakan adalah cabe besar dan cabe rawit (kecil)
(Pracaya, 1995).
Insektisida nabati terdapat pada bahan-bahan nabati seperti buah, daun, batang
nabati adalah cabai rawit. Cabai rawit mengandung senyawa capsaicin, ascorbic
golongan terpenoid yang berfungsi sebagai sumber aromatik dan rasa pada cabai
rawit.
Aroma ini disebabkan oleh fraksi minyak esensial. Minyak tersebut merupakan
metabolit sekunder yang kaya akan senyawa dengan struktur isopren. Mereka
fungi, virus, dan protozoa. Contoh terpenoid adalah artemisin, yang telah
digunakan oleh WHO sebagai antimalaria. Senyawa terpenoid pada cabai rawit,
adalah ikut terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik (Rohman
Naim, 2004). Data hasil penelitian Tyas Ekowati Prasetyoningsih (1987) yang
9
adalah spesies dari candida yang menyebabkan infeksi pada membran mukosa
Dengan adanya senyawa capsaicin pada Cabe (Capsicum sp.) serta belum
adanya data penelitian lebih lanjut pada mortalitas ulat daun jenis Spodoptera
Mortalitas Ulat Spodoptera litura Pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.)
Organik”
1.3 Tujuan
insektisida alami.
litura.
Spodoptera litura.
Sp.) dalam penelitian ini dibatasi sebesar 20%, 30%, 40%, 50%,
menit.
penelitian ini ulat dikatakan mati apabila ulat tidak dapat bergerak
d. Spodoptera litura atau ulat grayak merupakan salah satu jenis hama
menggagalkan panen.