Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
perkembangan dan pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan
pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian. Pestisida secara umum digolongkan
kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya. Insektisida, herbisida,
fungsida dan nematosida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman
yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang lain digunakan untuk mengendalikan
hama dari tikus dan siput. Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida
dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan
pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk
organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan
residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai
makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin.
Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang
efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion,
Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh jasad
pengganggu tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu, pestisida berperan
sebagai salah satu komponen pengendalian, yang mana harus sejalan dengan komponen
pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan
aman bagi lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang
menerapkan berbagai teknologi, seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan
pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa perubahan
pada ekosistem yang sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad
penganggu. Cara lain untuk mengatasi jasad penganggu selain menggunakan pestisida
kadang-kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat
dilakukan pada kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu melawan
jasad penganggu dan berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil.
Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah menjadi dilema yang sangat
menarik untuk dikaji. Berpihak pada upaya pemenuhan kebutuhan produksi pangan
sejalan dengan peningkatan perumbuhan penduduk Indonesia, maka pada konteks

pemenuhan kuantitas produksi pertanian khususnya produk hortikultura pestisida sudah


tidak dapat lagi dikesampingkan dalam sistem budidaya pertaniannya. Mengingat
penciptaan social culture yang telah tercipta sedemikian rupa oleh pemerintah tahun
1980-an dengan subsidi biaya penggunaan pestisida dan pendewaan pestisida sebagai
penyelamat produksi dan investasi petani. Hingga saat ini ketergantungan petani
terhadap pestisida semakin tinggi untuk menghasilkan kuantitas dan cosmetic
appearance produk, hal ini disebabkan oleh kesimbangan ekologis yang sudah tidak
sempurna (populasi hama tinggi musuh alami semakin punah).
Di pihak lain penggunaan pestisida membawa bencana yang sangat hebat
terhadap kesehatan petani dan konsumen akibat mengkonsumsi produk hortikultura
yang mengandung residu pestisida. Menurut WHO setiap setengah juta kasus pestisida
terhadap manusia, 5000 diakhiri dengan kematian. Dampak lain yang tidak kalah
pentingnya adalah timbulkan pencemaran air, tanah dan udara yang dapat mengganggu
sistem kehidupan organisme lainnya di biosfer ini.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui
dampak/pengaruh penggunaan pestisida terhadap manusia dan lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/PERMENTAN/SR.140/2/2007
mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta

virus yang digunakan untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama tanaman,


bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian. 2) Memberantas rerumputan. 3)
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan. 4)
Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian bagian tanaman, tidak
termasuk pupuk. 5). Memberantas atau mencegah hamahama luar pada hewan-hewan
piaraan dan ternak. 6). Memberantas dan mencegah hama-hama air; 7). Memberantas
atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan
dan alat-alat pengangkutan; 8). Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air. Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh
hama, baik insekta, jamur maupun gulma, Sehingga pestisida dikelompokkan menjadi :
Insektisida (pembunuh insekta), Fungisida (pembunuh jamur), dan Herbisida (pembunuh
tanaman pengganggu/gulma). Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan
memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga
digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, kepinding, kecoa dan berbagai
serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak
menimbulkan keracunan pada orang.
B.Kandungan Pestisida
1) Organofosfat
Lebih dari 50.000 komponen organofosfat telah disynthesis dan diuji untuk
aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500 jenis saja
dewasa ini. Semua produk organofosfat tersebut berefek toksik bila tertelan, dimana
hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh serangga. Beberapa
jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya fisostigmin, edroprium
dan neostigmin yang digunakan utuk aktivitas kholinomimetik (efek seperti asetyl
kholin). Obat tersebut digunakan untuk pengobatan gangguan neuromuskuler
seperti myastinea gravis. Fisostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan
toksisitas ingesti dari substansi antikholinergik (mis: trisyklik anti depressant,
atrophin dan sebagainya). Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus
juga berefek langsung untuk mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi
tekanan intraokuler pada bola mata.
a) Struktur Komponen Organofosfat
Organophosphat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II. Bahan
tersebut digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada
awal synthesisnya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP),
parathion, sarin dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi juga

cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang terus dan ditemukan


komponen yang poten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap orang (mis:
malathion), tetapi masih sangat toksik terhadap insekta.

struktur komponen organofosfat

b) Mekanisme Toksisitas Organosphosfat


Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya
dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah
sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg
untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa. Organofosfat menghambat
aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah
dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin
menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah
asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik
pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala
keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

Acetylcholine Receptors

Penghambatan kerja enzim terjadi karena organofosfat melakukan fosforilasi enzim


tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.

Tabel Nilai LD50 Insektisida Organofosfat

c. Gejala Keracunan
Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat
bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh
stimulasi.saraf pusat maupun perifer.
Tabel. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat
Efek
1. Muskarinik

2. nikotinik

3. sistem saraf
pusat

Gejala
-

Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree


(SLUD)
Kejang perut
Nausea dan vomitus
Bradicardia
Miosis
Berkeringat
Pegal-pegal, lemah
Tremor
Paralysis
Dyspnea
Tachicardia
Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
Sakit kepala
Emosi tidak stabil
Bicara terbata-bata
Kelemahan umum
Convulsi
Depresi respirasi dan gangguan jantung
Koma

Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena
terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam
darah meningkat pada mata dan otot polos.
Penatalaksanaan Penanganan Kasus Keracunan Organofosfat
Seperti bahan kimia beracun lainnya, organofosfat dapat meracuni orang dengan
beberapa cara: melalui kulit dan mata, melalui mulut (dengan menelan), atau melalui
udara (dengan bernapas). Setiap kasus keracunan, tindakan yang diambil untuk orang
yang terpapar berbeda tergantung cara pemaparan.
a) Bila kulit terkena organofosfat
Kebanyakan keracunan organofosfat terjadi akibat terserapnya organofosfat
melalui kulit. Hal ini terjadi ketika organofosfat dituang dan tumpah, atau terciprat
ketika campuran organofosfat diaduk sebelum disemprotkan, atau ketika Anda
menyentuh tanaman yang baru saja disemprot. Organofosfat juga dapat menyentuh
kulit melalui pakaian atau ketika Anda mencuci pakaian yang terkena organofosfat.
Kulit yang ruam dan iritasi adalah gejala awal terjadinya keracunan melalui kulit.
Mengingat bahwa gejala kulit tersebut bisa terjadi karena hal-hal lain, seperti reaksi
terhadap tanaman tertentu, gigitan serangga, infeksi, atau alergi, maka sulit untuk
mengetahui apakah gejala yang timbul ini akibat organofosfat atau reaksi terhadap
hal lain.
Bicarakanlah dengan pekerja lainnya untuk mengetahui apakah mereka mengalami
reaksi yang serupa saat bekerja dengan tanaman pangan yang sama. Jika Anda
bekerja dengan organofosfat dan mengalami ruam kulit, lebih baik segera ditangani
seolah-olah gejala tersebut disebabkan oleh organofosfat.
Perawatan
Jika tubuh Anda atau orang lain terkena organofosfat: Organofosfat dapat melekat di
kulit, rambut dan pakaian walaupun Anda tidak dapat melihat atau menciumnya.
Cucilah dengan sabun setiap kali selesai menggunakan organofosfat.
Cepat ganti pakaian yang terkena percikan organofosfat.
Segera cuci bagian tubuh yang terkena organofosfat dengan sabun dan air dingin.
Jika organofosfat masuk ke mata, cucilah mata dengan air bersih selama 15 menit.
Jika kulit Anda melepuh akibat organofosfat:
Bersihkan dengan air dingin.

Jangan lepaskan apa pun yang menempel di luka tersebut.


Jangan oleskan salep, minyak, atau mentega.
Jangan pecahkan kulit yang melepuh.Jangan lepaskan kulit yang terkelupas.
Tutup kulit yang melepuh dengan kasa steril, jika ada.
Jika rasa sakit tidak hilang, segera cari bantuan pengobatan! Bawalah wadah
organofosfat atau informasi nama organofosfat yang digunakan. Hal ini perlu untuk
memberikan pengobatan yang tepat.
b) Bila organofosfat tertelan
Organofosfat dapat tertelan jika seseorang makan, minum, atau merokok di
kebun sambil bekerja dengan organofosfat, atau meminum air yang sudah
terkontaminasi oleh organofosfat. Anak-anak dapat memakan atau meminum
organofosfat terutama jika organofosfat disimpan dalam wadah yang juga digunakan
untuk menyimpan makanan, atau dibiarkan di tempat terbuka atau di tempat yang
rendah, mudah terjangkau oleh anak-anak.
Perawatan
Bila seseorang menelan organofosfat
Bila orang tersebut tidak sadar, baringkan dalam posisi miring dan pastikan ia tetap
bernapas.
Bila orang tersebut tidak bernapas, cepat berikan bantuan pernapasan dari mulut ke
mulut. Memberi pernapasan bantuan dari mulut ke mulut dapat membuat Anda
terpapar organofosfat juga, jadi gunakan masker saku, sepotong kain, atau kantong
plastik tipis yang tengahnya sudah dilubangi sebelum Anda memberi pernapasan
bantuan dari mulut ke mulut.
Cari kemasan organofosfatnya dan segera baca label atau informasi yang tertera.
Label ini akan menjelaskan apakah Anda harus membuatnya memuntahkan racunnya
atau tidak.
Bila orang tersebut dapat minum, berikan banyak air bersih untuk diminum.
Carilah pertolongan medis. Jika mungkin, bawalah selalu label atau nama
organofosfat agar mendapat pertolongan yang paling tepat.
Jangan sampai muntah bila label melarang muntah. Bila Anda menelan organofosfat
yang mengandung bensin, minyak tanah, xylene, atau cairan lain yang mengandung
bahan bakar, jangan pernah muntah karena akan memperburuk kondisi. Disamping
itu, jangan biarkan orang tersebut muntah bila ia tidak sadarkan diri, bingung, atau
tubuhnya gemetar.

Bila Anda yakin label menyatakan boleh dimuntahkan, berikan orang tersebut: segelas
air garam atau 2 sendok makan tumbukkan daun-daunan beraroma keras (seperti
seledri, kemangi, atau daun-daunan lokal lainnya) dengan 1 atau 2 gelas air hangat.
Ajak penderita bergerak terus; ini akan membantu muntah lebih cepat. Setelah
muntah, berikan arang aktif atau arang bubuk. Hal ini akan membantu menyerap sisa
racun yang masih ada di dalam perut.
Campurkan cangkir arang aktif atau 1 sendok makan arang bubuk dengan air
hangat dalam gelas besar. Arang bubuk dibuat dari kayu yang dibakar, atau bahkan
dari roti bakar atau tortilla (roti tipis dari jagung, biasa dimakan orang Mexico)
bakar. Arang aktif lebih baik daripada arang bubuk, namun arang bubuk juga dapat
dipakai. JANGAN gunakan arang briket karena beracun!!
Setelah orang tersebut muntah, atau bahkan bila ia tidak muntah, Anda dapat
memperlambat penyebaran racun dalam perjalanan ke dokter dengan
memberikannya minuman: 1 butir putih telur, atau segelas susu sapi murni. Minum
susu tidak mencegah keracunan organofosfat namun dapat memperlambat
penyebaran racun.
Jika seseorang menelan organofosfat dan tidak mengalami sakit perut hebat, mereka
dapat minum sorbitol atau magnesium hidroksida (campuran air dengan
magnesium hidroksida yang menghasilkan cairan berwarna putih susu). Obat ini
akan menyebabkan diare yang mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
Kapan menggunakan atropin
Atropin adalah obat untuk mengatasi keracunan dari jenis organofosfat tertentu yang
disebut organofosfat dan karbamat. Jika label pada kemasan menyatakan agar
menggunakan atropin, atau jika dikatakan bahwa organofosfat itu merupakan
cholinesterase inhibitor (suatu bahan kimia yang menghentikan proses ensim
kholinesterase), gunakan atropin sesuai petunjuk. Jika label tidak menganjurkan
penggunaan atropin, jangan gunakan.
Atropin hanya digunakan untuk keracunan organofosfat atau karbamat. Atropin
TIDAK dapat mencegah keracunan tetapi hanya menunda dampak keracunan.
Atropin sebaiknya tidak digunakan sebelum penyemprotan.
PENTING: Jangan memberikan obat-obat ini untuk masalah keracunan
organofosfat: obat tidur (sedatif), morfin, barbiturat, phenothiazine, aminophylline,
atau obat lain yang memperlambat atau mempersulit pernapasan karena akan
membuat orang tersebut berhenti bernapas.
c) Bila Organofosfat Terhirup

Bila organofosfat dilepas ke udara, kita menghirupnya melalui hidung dan


mulut. Begitu masuk ke paru-paru, dengan cepat organofosfat masuk ke dalam darah
dan menyebar racun ke seluruh tubuh.
Beberapa organofosfat tidak berbau sehingga sulit diketahui keberadaannya di udara.
Umumnya bentuk organofosfat yang menyebar di udara adalah fumigan (pengasap),
aerosol, pengabut, bom asap, pest strips (organofosfat yang dilekat pada potongan
kertas), penyemprot, dan residu dari penyemprotan. Anda dapat pula menghirup debu
organofosfat di tempat penyimpanan, atau saat sedang digunakan di dalam ruangan
tertutup seperti rumah kaca, atau ketika sedang diangkut ke lahan pertanian.
Debu yang mengandung organofosfat di udara dapat menyebar dan mengotori
wilayah yang jauh dari tempat dimana bahan ini digunakan. Dengan demikian debu
organofosfat mudah masuk ke dalam rumah-rumah. Bila Anda merasa telah
menghirup organofosfat, segeralah menjauh dari organofosfat! Jangan tunggu
sampai kondisi memburuk.

Perawatan Jika Anda atau orang lain menghirup organofosfat:


Tinggalkan segera daerah di mana ia menghirup racun, terutama jika dalam ruangan
tertutup.
Hiruplah udara segar. Longgarkan pakaian untuk memudahkan bernapas.
Duduk dengan posisi kepala diangkat dan bahu ditegakkan.
Bila orang tersebut tidak sadarkan diri, baringkan dalam posisi miring dan awasi
agar ia dapat bernapas dengan lancar.
Bila orang tersebut tidak bernapas, segera lakukan pernapasan dari mulut ke mulut
Carilah pertolongan medis. Bawa serta label informasi atau nama organofosfatnya.
Jika ragu-ragu, segeralah keluar!
Gejala klinis :
1.
SLUDGE : salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, gejala GI tract dan emesis
2.
Miosis
3. Bronchokonstriksi dengan sekresi berlebihan, anak tampak sesak dan banyak
mengeluarkan lendir dan mulut berbusa dan bau organofosfat yang tertelan ( bawang
putih/garlic)

4.
Bradikardia sampai AV block
5.
Lain-lain : hiperglikemia,fasikulasi,kejang,penurunan kesadaran sampai koma.
6.
Depressi pusat pernafasan dan sistem kardiovaskular
Penatalaksanaan :
1.
Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dan siram
dengan air yang mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi sampai 6 jam.
2.
Lakukan kumbah lambung,pemberian norit dan cathartic
3. Atropinisasi
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor muscarinik,
tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik. Pada usia < 12 th pemberian atropin
diberikan dengan dosis 0,05 mg/kg BB IV pelan-2 dilanjutkan dengan 0,02
-0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit sampai
atropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila :

Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan

Pupil dilatasi

Mukosa mulut kering

Heart rate meningkat


Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan respon
penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis
penderita,atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara bertahap.
Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa t erjadi gagal nafas karena atropin
tidak mempunyai pengaruh terhadap efek nikotinik ( Kelumpuhan otot )
organofosfat.
4.
Pralidoxim
Bekerja sebagai reaktivator dari cholin esterase pada neuromuscular junction dan
tidak mempengaruhi fungsi CNS karena tidak dapat melewati blood brain barrier.
Diberikan sesudah atropinisasi dan harus dalam < 36 jam paparan. Dosis pada anak <
12 tahun 25 - 50 mg/kgBB IV,diulangi sesudah 1 2 jam,kemudian diberikan setiap
6 - 12 jam bila gejala masih ada.
5.
Tidak boleh diberi morphine ( depressi pernafasan ), methylxanthine
( menurunkan ambang kejang ), loop diuretic.
6.
Pemberian oksigen kalau ada distres nafas,kalau perlu dengan pernafasan
buatan.
7.

Pengobatan supportif :
Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV.
Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.

2. Karbamat
Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini daya
toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi
sangat efektif untuk membunuh insekta.

Tabel 2.5. Struktur Karbamat Insektisida


Nama
Physostigmine

Struktur

Carbaryl
Temik

Struktur karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara alamia dalam kacang


Calabar (calabar bean). Bentuk carbaryl telah secara luas dipakai sebagai insektisida
dengan komponen aktifnya adalah SevineR. Mekanisme toksisitas dari karbamate
adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim ACHE dihambat dan mengalam
karbamilasi.
.

Organokhlorin
Organokhlorin atau disebut Chlorinated hydrocarbon terdiri dari beberapa
kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan
pertama kali disinthesis adalah Dichloro-diphenyltrichloroethan atau disebut DDT.
Tabel 2.6. Klasifikasi insektisida organokhlorin
Kelompok
Cyclodienes

Aldrin,

Komponen
Chlordan,

Dieldrin,

Heptachlor, Endrin. Toxaphen, Kepon,


Hexachlorocyclohexan
Derivat Chlorinated-ethan

Mirex
Lindane
DDT

Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, walaupun komponen


kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya pengaruh
toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf
motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas tersebut. Dilain
pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah nyata. Bila
seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan keracunan, hal
tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk manusia adalah
300-500 mg/Kg. DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi

penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan


sampai sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada
intoksikasi DDT adalah sebagai berikut:
o
o
o
o
o
o
o
o

Nausea, vomitus
Paresthesis pada lidah, bibir dan muka
Iritabilitas
Tremor
Convulsi
Koma
Kegagalan pernafasan
Kematian

Insektisida organoklorin dikelompokkan menjadi tiga golongan berikut:


1. DDT dan analognya, misalnya BHC, dicofol, Klorobenzilat, TDE dan
metoxychlor.
2. Senyawa siklodien, misalnya aldrin, dieldrin, endrin, endusulfan dan heptaklor
3. Terpena berklor, misalnya toksafen Organoklorin Secara kimia tergolong
insektisida yang toksisitas relatif rendah akan
tetapi mampu bertahan lama dalam lingkungan. Racun ini bersifat mengganggu
susunan syaraf dan larut dalam lemak. Contoh insektisida ini pada tahun 1874
ditemukan DDT (Dikloro Difenil Tri Kloroetana) oleh Zeidler seorang sarjana kimia
dari Jerman. Pada tahun 1973 diketahui bahwa DDT ini ternyata sangat
membahayakan bagi kehidupan maupun lingkungan, karena meninggalkan residu
yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan.
DDT sangat stabil baik di air, di tanah, dalam jaringan tanaman dan hewan. DDT
merupakan racun non sistemik, racun kontak dan racun perut serta sangat persisten di
lingkungan. LD50 terhadap tikus 113-118, mencit 150-300, kelinci
300, anjing 500-700, dan kambing > 1000 mg/kg berat badan sedangkan NOEL 35
mg/orang/hari (sekitar 0,5 mg/kg berat badan). Karena sifatnya yang lipofilik, DDT
dan senyawa hasil pecahannya cenderung terakumulasi lewat rantai makanan dalam
lemak tubuh dan lingkungan.(Panut, 2008) Aldrin, dieldrin dan endrin ditemukan
pada tahun 1949 dan dikenal dengan julukan The Drins ketiganya termasuk
siklodien organoklorin yang tidak banyak atau tidak digunakan. Dikofol ditemukan
pada tahun 1956 merupakan akarisida kontak , non sistemik dan digunakan untuk
mengendalikan tungau dari genus-genus panonychus, tetranychus dan brevipalpus

pada berbagai tanaman.LD50 oral (tikus) sebesar 578 mg/kg 595 mg/kg; LD50
dermal > 5.000mg/kg;LC50 inhalasi >5 mg/l udara;NOEL 5 mg/kg/hari; ADI
0,002 mg/kg bb dan DT50 selama 60-100 hari. Endosulfan ditemukan pada tahun
1956 bersifat non sistemik serta bertindak sebagai racun kontak dan racun perut.
Efektif mengendalikan serangga dan tungau. LD50 oralsebesar 70 mg/kg; LD50
dermal > 4000 mg/kg; LC50 inhalasi 0,0345 mg/l udara; NOEL 15 mg/kg diet; ADI
0,006 mg/kb bb. Gamma HCH ditemukan pada tahun 1942, dengan nama kimianya
hexachlorocyclohexane atau biasa disebut lindan. LD50 oral (tikus) 88-270 mg/kg
LD50 dermal 900-1000 mg/kg;LC inhalasi >1,56 mg/l udara ; NOEL (tikus) 25
mg/kg/hari; ADI 0,001 mg/kg/bb. (Panut,2008;Sartono,2002)
3. SIFAT DAN CARA KERJA ORGANOKLORIN
Pada aplikasinya organoklorin bersifat non sistemik yaitu tidak diserap oleh jaringan
tanaman tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman disebut dengan insektisida
kontak. Disamping itu organoklorin juga sebagai racun kontak, insektisida yang
masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit dan ditranformasikan ke bagian tubuh
serangga tempat insektisida aktif bekerja (susunan saraf). Racun lambung atau racun
perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk
kedalam organ pencernaannya. Racun inhalasi merupakan insektisida yang bekerja
lewat sistem pernapasan.Racun pernapasan adalah insektisida yang mematikan
serangga karena mengganggu kerja organ pernapasan (misalnya menghentikan kerja
otot yang mengatur pernapasan)sehingga serangga mati akibat tidak bisa bernapas.
(Panut 2008)
4. TOKSIKOLOGI PESTISIDA ORGANOKLORIN
Toksisitas/daya racun adalah sifat bawaan pestisida yang menggambarkan potensi
pestisida untuk menimbulkan kematian langsung pada hewan dan manusia.
Berdasarkan Toksisitasnya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Sangat toksik ,aldrin, endosulfan, dieldrin.
2. Toksik sederhana,Clordane, DDT,lindane, heptaklor.
3. Kurang toksik Benzane hexacloride (BHC).
Bahan pencemar senyawa organoklorin jenis PCBs
Polikhorobiphenil (PCB) adalah suatu senyawa suatu senyawa organoklorin yang
mempunyai sifat racun yang sama dengan peptisida dan mempunyai sifat yang
persisten atau sukar di pecah dialam di alam. Seperti halnya peptisida dan PCB ,

poliaromatik hidrokarbon merupakan polusi yang dapat memberikan efek yang


negative terhadap suatu perairan dengan kata lain akan mempengaruhi kualitas air
suatu perairan. Ciri-ciri PCBs sebagai berikut; dapat berbentuk cairan atau padat,
tidak berwarna dan kuning muda. Disamping itu PCBs mudah menguap dan
mungkin hadir sebagai uap air di udara dan tidak diketahui bau maupun rasanya.
PCBs yang masuk ke lingkungan adalah dalam bentuk gabungan komponen individu
chlorinated biphenyl, yang dikenal sebagai congenercongener artinya sama dengan
tidak murni
1). Kategori toksisitas
Label pestisida memuat kata-kata simbol yang tertulis dengan huruf tebal dan besar
yang berfungsi sebagi informasi
a. Kategori I
Katakata kuncinya ialah Berbahaya Racun dengan simbol tengkorak dengan
gambar tulang bersilang dimuat pada label bagi semua jenis pestisida yang sangat
beracun. Semua jenis pestisida yang tergolong dalam jenis ini mempunyai LD 50
yang aktif dengan kisaran antara 0-50 mg perkg berat badan.
b. Kategori II
Kata-kata kuncinya adalah Awas Beracun digunakan untuk senyawa pestisida
Prosiding Seminar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian
MDGs di Indonesia 12 April 2011 190 yang mempunyai kelas toksisitas
pertengahan, dengan daya racun LD 50 oral yang akut mempunyai kisaran antara 50500 mg per kg berat badan.
c. Kategori III
Kata-kata kuncinya adalah Hati-Hati yang termasuk dalam kategori ini ialah
semua pestisida yang daya racunnya rendah dengan LD 50 akut melalui mulut
berkisar antara 500-5000 mg per kg berat badan.(Anshari,2010; Panut 2008,
Priyanto,2007;A.Adiwisastra,1985) Keracunan DDT tidak saja disebabkan oleh daya
toksis DDT itu sendiri tetapi larutan yang dipakai seperti minyak tanah dapat
menyebabkan lebih beratnya tingkat keracunan. Tanda tanda keracunan
organoklorin: keracunan pada dosis rendah, si penderita merasa pusing pusing, mual,
sakit kepala, tidak dapat berkonsentrasi secara sempurna. Pada keracunan dosis yang
tinggi dapat kejang-kejang, muntah dan dapat terjadi hambatan pernafasan.
2).Toksisitas terhadap susunan saraf
Organoklorin merangsang sistem saraf dan menyebabkan parestesia, peka terhadap

perangsangan, iritabilitas, terganggunya keseimbangan, tremor, dan kejang-kejang.


Beberapa zat kimia ini menginduksi fasilitasi dan hipereksitasi pada taut sinaps dan
taut neuromuskuler yang mengakibatkan pelucutan berulang pada neuron pusat,
neuron sensorik, dan neuron motorik. Organofosfat dan karbamat menghambat
AChE. Biasanya neurotransmiter ACh dilepaskan pada sinaps itu. Sekali impuls saraf
disalurkan, ACh yang dilepas dihidrolisis oleh AChE menjadi asam asetat dan kolin
di tempat itu. Sewaktu terpajan OP dan karbamat, AChE dihambat sehingga terjadi
akumulasi ACh. ACh yang ditimbun dalam SSP akan menginduksi tremor,
inkoordinasi, kejang-kejang, dll. Dalam sistem saraf autonom akumulasi ini akan
menyebabkan diare, urinasi tanpa sadar, bronkokonstriksi, miosis, dll. Akumulasinya
pada taut neuromuskuler akan mengakibatkan kontraksi otot yang diikuti dengan
kelemahan, hilangnya refleks, dan paralisis. Penghambatan AChE yang diinduksi
oleh karbamat dapat pulih dengan mudah, sedangkan pajanan berikutnya terhadap
senyawa OP biasanya lebih sulit pulih.
3). Karsinogenisitas
Organofosfat umumnya tidak bersifat karsinogenik, kecuali senyawa yang
mengandung halogen, misalnya tetraklorinvos. Karbamat sendiri juga tidak bersifat
karsinogenik. Tetapi bila ada asam nitrit, karbaril terbukti dapat membentuk
nitrosokarbaril yang bersifat karsinogenik. Organoklorin yang diuji semuanya telah
terbukti menginduksi hepatoma pada mencit.
4). Teratogenisitas dan Efek pada Fungsi Reproduksi
Pada akhir tahun 1960-an, muncul berbagai artikel yang melaporkan berbagai jenis
efek teratogen dan efek reproduksi akibat karbaril pada anjing. Penelitian pada tikus
yang diberi karbaril tidak membuktikan adanya efek pada berbagai fungsi reproduksi
dan tidak ada teratogen. Pestisida lain yang dilaporkan mempunyai efek teratogen
ialah fungisida ditiokarbamat.
5). Efek buruk lain
Efek khusus karbaril pada ginjal dilaporkan terjadi pada sekelompok sukarelawan
manusia yang diberi karbaril dengan dosis 0,12 mg/kg setiap hari selama 6 minggu.
Parakuat menyebabkan edema paru-paru, perdarahan, dan fibrosis setelah
penghirupan atau termakan, tetapi herbisida yang berkaitan erat, yaitu dikuat, tidak
menunjukkan efek tersebut. Reaksi hipersensitivitas terhadap piretrum telah
dilaporkan. Bentuk yang paling umum adalah dermatitis kontak. Asma juga telah
dilaporkan. Organoklorin bersifat hepatotoksik, menginduksi pembesaran hati dan

nekrosis sentrolobuler. Zat ini juga merupakan penginduksi monooksigenase


mikrosom, sehingga dapat mempengaruhi toksisitas zat kimia lain. Beberapa
organofosfat, karbamat, organoklorin, fungisid ditiokarbamat, dan herbisid
mengubah berbagai fungsi imun. Contohnya malation, metilparation, karbaril, DDT,
parakuat, dan dikuat telah terbukti dapat menekan pembentukan antibodi,
mengganggu fagositosis leukosit, dan mengurangi pusat germinal pada limpa, timus
dan kelenjar limfa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan-bahan racun pestisida masuk ke dalam tubuh organisme (jasad hidup)
berbeda-beda menurut situasi paparan. Mekanisme masuknya racun pertisida tersebut
dapat melalui melalui kulit luar, mulut dan saluran makanan, serta melalui saluran
pernapasan. Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori atau terserap
langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak (polar).
2. Bahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh atau
mempengaruhi organ tertentu yang mungkin berkaitan dengan sifat bahan kimia atau
berhubungan dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh atau disebut juga organ
sasaran. Efek racun bahan kimia atas organ-organ tertentu dan sistem tubuh, seperti :
paru-paru dan sistem pernafasan, hati, ginjal dan saluran kencing, sistem syaraf,
darah dan sumsum tulang, jantung dan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler),
kulit, sistem reproduksi, sistem yang lain.
B. Saran
Untuk pemakaian pestisida pada pertanian agar dipertimbangkan dengan
dampak yang terjadi terutama pada pencemaran lingkungan dan bahaya pada manusia
pemakaianya, untuk itu perlu adanya scening pemeriksaan kolinestrase pada petani
penguna pestisida dan pemeriksaan kualitas lingkungan secara piriodik.

Anda mungkin juga menyukai