PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
perkembangan dan pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan
pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian. Pestisida secara umum digolongkan
kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya. Insektisida, herbisida,
fungsida dan nematosida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman
yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang lain digunakan untuk mengendalikan
hama dari tikus dan siput. Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida
dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan
pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk
organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan
residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai
makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin.
Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang
efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion,
Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh jasad
pengganggu tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu, pestisida berperan
sebagai salah satu komponen pengendalian, yang mana harus sejalan dengan komponen
pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan
aman bagi lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang
menerapkan berbagai teknologi, seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan
pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa perubahan
pada ekosistem yang sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad
penganggu. Cara lain untuk mengatasi jasad penganggu selain menggunakan pestisida
kadang-kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat
dilakukan pada kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu melawan
jasad penganggu dan berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil.
Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah menjadi dilema yang sangat
menarik untuk dikaji. Berpihak pada upaya pemenuhan kebutuhan produksi pangan
sejalan dengan peningkatan perumbuhan penduduk Indonesia, maka pada konteks
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/PERMENTAN/SR.140/2/2007
mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta
Acetylcholine Receptors
c. Gejala Keracunan
Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat
bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh
stimulasi.saraf pusat maupun perifer.
Tabel. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat
Efek
1. Muskarinik
2. nikotinik
3. sistem saraf
pusat
Gejala
-
Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena
terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam
darah meningkat pada mata dan otot polos.
Penatalaksanaan Penanganan Kasus Keracunan Organofosfat
Seperti bahan kimia beracun lainnya, organofosfat dapat meracuni orang dengan
beberapa cara: melalui kulit dan mata, melalui mulut (dengan menelan), atau melalui
udara (dengan bernapas). Setiap kasus keracunan, tindakan yang diambil untuk orang
yang terpapar berbeda tergantung cara pemaparan.
a) Bila kulit terkena organofosfat
Kebanyakan keracunan organofosfat terjadi akibat terserapnya organofosfat
melalui kulit. Hal ini terjadi ketika organofosfat dituang dan tumpah, atau terciprat
ketika campuran organofosfat diaduk sebelum disemprotkan, atau ketika Anda
menyentuh tanaman yang baru saja disemprot. Organofosfat juga dapat menyentuh
kulit melalui pakaian atau ketika Anda mencuci pakaian yang terkena organofosfat.
Kulit yang ruam dan iritasi adalah gejala awal terjadinya keracunan melalui kulit.
Mengingat bahwa gejala kulit tersebut bisa terjadi karena hal-hal lain, seperti reaksi
terhadap tanaman tertentu, gigitan serangga, infeksi, atau alergi, maka sulit untuk
mengetahui apakah gejala yang timbul ini akibat organofosfat atau reaksi terhadap
hal lain.
Bicarakanlah dengan pekerja lainnya untuk mengetahui apakah mereka mengalami
reaksi yang serupa saat bekerja dengan tanaman pangan yang sama. Jika Anda
bekerja dengan organofosfat dan mengalami ruam kulit, lebih baik segera ditangani
seolah-olah gejala tersebut disebabkan oleh organofosfat.
Perawatan
Jika tubuh Anda atau orang lain terkena organofosfat: Organofosfat dapat melekat di
kulit, rambut dan pakaian walaupun Anda tidak dapat melihat atau menciumnya.
Cucilah dengan sabun setiap kali selesai menggunakan organofosfat.
Cepat ganti pakaian yang terkena percikan organofosfat.
Segera cuci bagian tubuh yang terkena organofosfat dengan sabun dan air dingin.
Jika organofosfat masuk ke mata, cucilah mata dengan air bersih selama 15 menit.
Jika kulit Anda melepuh akibat organofosfat:
Bersihkan dengan air dingin.
Bila Anda yakin label menyatakan boleh dimuntahkan, berikan orang tersebut: segelas
air garam atau 2 sendok makan tumbukkan daun-daunan beraroma keras (seperti
seledri, kemangi, atau daun-daunan lokal lainnya) dengan 1 atau 2 gelas air hangat.
Ajak penderita bergerak terus; ini akan membantu muntah lebih cepat. Setelah
muntah, berikan arang aktif atau arang bubuk. Hal ini akan membantu menyerap sisa
racun yang masih ada di dalam perut.
Campurkan cangkir arang aktif atau 1 sendok makan arang bubuk dengan air
hangat dalam gelas besar. Arang bubuk dibuat dari kayu yang dibakar, atau bahkan
dari roti bakar atau tortilla (roti tipis dari jagung, biasa dimakan orang Mexico)
bakar. Arang aktif lebih baik daripada arang bubuk, namun arang bubuk juga dapat
dipakai. JANGAN gunakan arang briket karena beracun!!
Setelah orang tersebut muntah, atau bahkan bila ia tidak muntah, Anda dapat
memperlambat penyebaran racun dalam perjalanan ke dokter dengan
memberikannya minuman: 1 butir putih telur, atau segelas susu sapi murni. Minum
susu tidak mencegah keracunan organofosfat namun dapat memperlambat
penyebaran racun.
Jika seseorang menelan organofosfat dan tidak mengalami sakit perut hebat, mereka
dapat minum sorbitol atau magnesium hidroksida (campuran air dengan
magnesium hidroksida yang menghasilkan cairan berwarna putih susu). Obat ini
akan menyebabkan diare yang mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
Kapan menggunakan atropin
Atropin adalah obat untuk mengatasi keracunan dari jenis organofosfat tertentu yang
disebut organofosfat dan karbamat. Jika label pada kemasan menyatakan agar
menggunakan atropin, atau jika dikatakan bahwa organofosfat itu merupakan
cholinesterase inhibitor (suatu bahan kimia yang menghentikan proses ensim
kholinesterase), gunakan atropin sesuai petunjuk. Jika label tidak menganjurkan
penggunaan atropin, jangan gunakan.
Atropin hanya digunakan untuk keracunan organofosfat atau karbamat. Atropin
TIDAK dapat mencegah keracunan tetapi hanya menunda dampak keracunan.
Atropin sebaiknya tidak digunakan sebelum penyemprotan.
PENTING: Jangan memberikan obat-obat ini untuk masalah keracunan
organofosfat: obat tidur (sedatif), morfin, barbiturat, phenothiazine, aminophylline,
atau obat lain yang memperlambat atau mempersulit pernapasan karena akan
membuat orang tersebut berhenti bernapas.
c) Bila Organofosfat Terhirup
4.
Bradikardia sampai AV block
5.
Lain-lain : hiperglikemia,fasikulasi,kejang,penurunan kesadaran sampai koma.
6.
Depressi pusat pernafasan dan sistem kardiovaskular
Penatalaksanaan :
1.
Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dan siram
dengan air yang mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi sampai 6 jam.
2.
Lakukan kumbah lambung,pemberian norit dan cathartic
3. Atropinisasi
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor muscarinik,
tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik. Pada usia < 12 th pemberian atropin
diberikan dengan dosis 0,05 mg/kg BB IV pelan-2 dilanjutkan dengan 0,02
-0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit sampai
atropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila :
Pupil dilatasi
Pengobatan supportif :
Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV.
Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.
2. Karbamat
Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini daya
toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi
sangat efektif untuk membunuh insekta.
Struktur
Carbaryl
Temik
Organokhlorin
Organokhlorin atau disebut Chlorinated hydrocarbon terdiri dari beberapa
kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan
pertama kali disinthesis adalah Dichloro-diphenyltrichloroethan atau disebut DDT.
Tabel 2.6. Klasifikasi insektisida organokhlorin
Kelompok
Cyclodienes
Aldrin,
Komponen
Chlordan,
Dieldrin,
Mirex
Lindane
DDT
Nausea, vomitus
Paresthesis pada lidah, bibir dan muka
Iritabilitas
Tremor
Convulsi
Koma
Kegagalan pernafasan
Kematian
pada berbagai tanaman.LD50 oral (tikus) sebesar 578 mg/kg 595 mg/kg; LD50
dermal > 5.000mg/kg;LC50 inhalasi >5 mg/l udara;NOEL 5 mg/kg/hari; ADI
0,002 mg/kg bb dan DT50 selama 60-100 hari. Endosulfan ditemukan pada tahun
1956 bersifat non sistemik serta bertindak sebagai racun kontak dan racun perut.
Efektif mengendalikan serangga dan tungau. LD50 oralsebesar 70 mg/kg; LD50
dermal > 4000 mg/kg; LC50 inhalasi 0,0345 mg/l udara; NOEL 15 mg/kg diet; ADI
0,006 mg/kb bb. Gamma HCH ditemukan pada tahun 1942, dengan nama kimianya
hexachlorocyclohexane atau biasa disebut lindan. LD50 oral (tikus) 88-270 mg/kg
LD50 dermal 900-1000 mg/kg;LC inhalasi >1,56 mg/l udara ; NOEL (tikus) 25
mg/kg/hari; ADI 0,001 mg/kg/bb. (Panut,2008;Sartono,2002)
3. SIFAT DAN CARA KERJA ORGANOKLORIN
Pada aplikasinya organoklorin bersifat non sistemik yaitu tidak diserap oleh jaringan
tanaman tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman disebut dengan insektisida
kontak. Disamping itu organoklorin juga sebagai racun kontak, insektisida yang
masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit dan ditranformasikan ke bagian tubuh
serangga tempat insektisida aktif bekerja (susunan saraf). Racun lambung atau racun
perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk
kedalam organ pencernaannya. Racun inhalasi merupakan insektisida yang bekerja
lewat sistem pernapasan.Racun pernapasan adalah insektisida yang mematikan
serangga karena mengganggu kerja organ pernapasan (misalnya menghentikan kerja
otot yang mengatur pernapasan)sehingga serangga mati akibat tidak bisa bernapas.
(Panut 2008)
4. TOKSIKOLOGI PESTISIDA ORGANOKLORIN
Toksisitas/daya racun adalah sifat bawaan pestisida yang menggambarkan potensi
pestisida untuk menimbulkan kematian langsung pada hewan dan manusia.
Berdasarkan Toksisitasnya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Sangat toksik ,aldrin, endosulfan, dieldrin.
2. Toksik sederhana,Clordane, DDT,lindane, heptaklor.
3. Kurang toksik Benzane hexacloride (BHC).
Bahan pencemar senyawa organoklorin jenis PCBs
Polikhorobiphenil (PCB) adalah suatu senyawa suatu senyawa organoklorin yang
mempunyai sifat racun yang sama dengan peptisida dan mempunyai sifat yang
persisten atau sukar di pecah dialam di alam. Seperti halnya peptisida dan PCB ,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan-bahan racun pestisida masuk ke dalam tubuh organisme (jasad hidup)
berbeda-beda menurut situasi paparan. Mekanisme masuknya racun pertisida tersebut
dapat melalui melalui kulit luar, mulut dan saluran makanan, serta melalui saluran
pernapasan. Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori atau terserap
langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak (polar).
2. Bahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh atau
mempengaruhi organ tertentu yang mungkin berkaitan dengan sifat bahan kimia atau
berhubungan dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh atau disebut juga organ
sasaran. Efek racun bahan kimia atas organ-organ tertentu dan sistem tubuh, seperti :
paru-paru dan sistem pernafasan, hati, ginjal dan saluran kencing, sistem syaraf,
darah dan sumsum tulang, jantung dan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler),
kulit, sistem reproduksi, sistem yang lain.
B. Saran
Untuk pemakaian pestisida pada pertanian agar dipertimbangkan dengan
dampak yang terjadi terutama pada pencemaran lingkungan dan bahaya pada manusia
pemakaianya, untuk itu perlu adanya scening pemeriksaan kolinestrase pada petani
penguna pestisida dan pemeriksaan kualitas lingkungan secara piriodik.