Anda di halaman 1dari 46

PLENO NYERI TELINGA

SISTEM INDERA KHUSUS


PLENO MODUL NYERI TELINGA
SISTEM INDERA KHUSUS
KELOMPOK 3
KELOMPOK 3
MUHAMMAD NUR ALAMSYAH RAJAB
BUNGA DHIAZ ANGGRAINI

PLENOTIARA
NYERI TELINGA
PUTRI RAMLI
ANDI NURUL KHAERIZZA SAFITRI
SRY MULYA NUR FATIMAH
ALFIANA NOVIANTY YAZIR
SISTEM INDERA KHUSUS
WAODE NURUL AINUN ASGAF
SITTI AISYAH NURRAMADHANI AMRAN
NURUL JANAH
MUFLIHANA SYAFAR MUSLIMIN
SKENARIO 1
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan
keluhan anaknya selalu mengeluh kesakitan pada telinga kanannya. Ibunya
menginformasikan sejak 1 bulan yang lalu anaknya harus berkali-kali
dipanggil baru menoleh. Anaknya juga menderita batuk pilek sejak
beberapa pekan lalu. Dan mulai demam sejak tadi malam. Dari pemfis
didapatkan Membran timpani kanan bulging dan hiperemis, membran
timpani kiri intak
KATA SULIT
1. Bulging : menonjol
2. Hiperemis : suatu keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan di
dalam pembuluh darah atau keadaan yang disertai dengan
meningkatnya volume darah dalam pembuluh darah yang melebar.
3. Intak : utuh

KATA KUNCI
1. Laki-laki
2. Usia 6 tahun
3. Nyeri telinga sebelah kanan
4. Penurunan pendengaran sejak 1 bulan yang lalu
5. Batuk pilek beberapa pekan lalu
6. Demam sejak tadi malam
7. Membran timpani kanan bulging dan hiperemis
LEARNING OUTCOME
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan struktur anatomi, histologi,
dan fisiologi pendengaran
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme pendengaran
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi nyeri telinga
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dan faktor risiko
nyeri telinga
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi nyeri telinga
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patomekanisme nyeri
telinga
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hubungan gejala utama
dengan gejala penyerta terkait skenario
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan langkah penegakan
diagnosis nyeri telinga secara umum.
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis banding terkait
skenario
10. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan integrasi keislaman terkait
skenario
PROBLEM TREE
ANATOMI TELINGA

Auris (telinga) memiliki tiga bagian :


1. Auris externa : Auricula, meatus acusticus externus, Membran
tympani.
2. Auris Media : Ruang berisi udara dan dilapisi membrana
mucosa, serta tulang malleus, incus, dan stapes.
3. Labyrinthus osseus terdiri dari vestibulum, tiga canalis
semicircularis ossus, dan cochlea.

Drake, R. L., & dkk. (2016). Gray's Basic Anatomy:Anatomy of the Human Body. Jakarta: Elsevier
Drake, R. L., & dkk. (2016). Gray's Basic Anatomy:Anatomy of the Human Body. Jakarta: Elsevier
Drake, R. L., & dkk. (2016).
Gray's Basic
Anatomy:Anatomy of the
Human Body. Jakarta:
Elsevier
HISTOLOGI TELINGA
TELINGA LUAR
1. Aurikula
 Tulang rawan elastis
 Diliputi kulit tipis berambut
 Mempunyai kelenjar lemak dan keringat
 Bagian lobulus tidak ada tulang rawan, hanya jaringan ikat dan
lemak
2. Meatus akustikus eksternus
 Panjang 2,5 – 3,5 cm
 1/3 luar adalah tulang rawan
 2/3 dalam adalah tulang
 Liang tidak lurus, arahnya keatas, kebelakang, lalu kebawah
 Bagian luar ditumbuhi rambut, jika infeksi terjadi selulitis
 Mempunyai kelenjar seruminosa, sifat apokrin, sekret
menghasilkan serumen.
Anthony, L., & Mescher. (2014). Buku Histologi Dasar Janqueira. Jakarta: EGC
Mikroskopis Meatus Akustikus Eksternus

GLANDULA SEBACEA
GLANDULA
CERUMINOSA

KARTILAGO
HIALIN

Anthony, L., & Mescher. (2014). Buku Histologi Dasar Janqueira. Jakarta: EGC
3. Membrana Tympani
 Menutupi ujung bagian dalam liang telinga
 Menjadi dinding lateral telinga tengah
 Terdiri dari 3 lapisan :
Kulit, lanjutan epidermis liang telinga (epitel
berlapis gepeng)
Serat kolagen dan elastis berjalan radier dan
sirkuler
Lanjutan mukosa dan kavum tympani (epitel
berlapis kubus)

Anthony, L., & Mescher. (2014). Buku Histologi Dasar Janqueira. Jakarta: EGC
TELINGA TENGAH
 Kavum tympani terdapat 3 tulang : malleus, incus,
stapes
 Dua lubang :
Oval window (fenestra vestibuli)
Round window (fenestra koklea)
 membrana mukosa, epitel selapis gepeng
 Terdapat otot : M. tensor tympani dan M.stapedius
 Serabut saraf korda tympani
 Tuba eustachius

Anthony, L., & Mescher. (2014). Buku Histologi Dasar Janqueira. Jakarta: EGC
TELINGA DALAM
 Terdiri atas :
1. Labirin tulang
2. Labirin membranaseus
Labirin Tulang :
 Dinding tulang
 Isi perilimphe
 Didalamnya mengapung labirin membranaseus
 Dilapisi epitel selapis gepeng
 Terdiri atas : koklea, Vestibulum, Kanalis semisirkularis
Labirin Membranaseus :
 Terletak dalam labirin tulang
 Dinding membran
 Bentuk identik dengan labirin tulang, tapi lebih kecil dan terpisah
oleh cairan perilimphe
 Isinya endolimphe
 Terdiri dari : duktus koklearis, utrikulus dan sakulus, dan duktus
semisirkularis
Anthony, L., & Mescher. (2014). Buku Histologi Dasar Janqueira. Jakarta: EGC
KOKLEA
 Mengandung alat pendengaran
 Bentuk seperti siput dgn 2,5 lingkaran
 Sumbu tengah disebut modiolus
 Pada apek terdapa lubang kecil disebut Helikotrema
 Terdiri dari 2 ruangan :
 Skala Vestibuli (bagian atas)
 Skala Tympani (bagian bawah)
Didalam skala vestibuli akan mengapung ruangan Skala Media
(labirin membranaseus) yang berisi cairan endolimph.
 Skala Media (Duktus Koklearis= labirin membranaseus koklea)
Batas-batas :
Atas , membrana Vestibularis (Reissner)
Lateral , ligamentum spirale, strie vaskularis yg mhasilkan
endolimph
Bawah , membrana basilaris, dari jaringan ikat mengalami
modifikasi menjadi limbus spirale, pada limbus melekat membran
tektoria
Anthony, L., & Mescher. (2014). Buku Histologi Dasar Janqueira. Jakarta: EGC
ORGAN CORTI
 Suatu struktur epitel mengisi duktus koklearis
 Terletak diatas membran basilaris
 Dibentuk oleh sel pilar (tongkat)
 Fungsi : reseptor getaran yg diinduksi oleh gelombang
suara
 Bagian luar dan dalam ada sel rambut yaitu : sel rambut
luar tdd 1 baris, sel rambut dalam tdd 3-4 baris
 Serabut saraf (n.auditorius) berhubungan dgn sel rambut
ini
 Ada struktur terapung pada endolimphe disebut
membrana tektoria, yaitu mulai dari lamina spiralis dekat
membrana Reissner
Anthony, L., & Mescher. (2014). Buku Histologi Dasar Janqueira. Jakarta: EGC
VESTIBULUM
Mengandung alat keseimbangan
Tempat bermuara kanalis semisirkularis
Didalamnya labirin membranaseus di sakulus dan utrikulus
Sakulus dan utrikulus :
Berhubungan melalui duktus endolimphatikus
Isinya endolimph
Dilapisi epitel selapis gepeng
Masing2 memp. Makula (bag. alat keseimbangan)

Anthony, L., & Mescher. (2014). Buku Histologi Dasar Janqueira. Jakarta: EGC
FISIOLOGI PENDENGARAN
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara
adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara
yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena
penjarangan (rarefaction) molekul tersebut. Setiap alat yang mampu
menghasilkan pola gangguan molekul udara seperti itu adalah sumber
suara. Suatu contoh sederhana adalah garpu tala.
a. Konduksi mekanis
b. Konduksi di cairan
c. Transduksi
d. Transduksi elektrik

- Sherwood, L. (2016). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC


- Indro, S., & dkk. (2012). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
- Arhtur, C., & John, E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
MEKANISME PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. -> menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah ->
diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui
membrana Reissner yang mendorong endolimfe, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan tektoria. ->
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut -> menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut, -> potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nukleus auditorius -> sampai ke korteks pendengaran (area
39-40) di lobus temporalis.

Soepardi, A. e., & dkk. (2012). Buku ajar ilmu kesehatan Teliga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: FK UI
DEFINISI NYERI TELINGA

Nyeri telinga yang dikenal dengan otalgia, adalah


keadaan timbulnya keluhan nyeri pada telinga. Rasa
nyeri yang dirasakan tidak selalu disebabkan dari
penyakit telinga itu sendiri (primer), melainkan dapat juga
berasal dari tempat atau organ lain (sekunder) yang rasa
nyerinya dihantarkan ke telinga (nyeri alih atau referred
pain).

Kim, D., Cheang, P., & Dover , S. (2009). Clinical Microbiology Disinfection. Jurnal Laryngol Otol
ETIOLOGI NYERI TELINGA
Nyeri telinga sendiri dapat merupakan nyeri telinga primer atau yang
berasal dari telinga sendiri, dan sekunder yang merupakan nyeri
alih. Penyebab nyeri telinga dibagi menjadi penyebab primer dan
sekunder, adalah:
• Penyebab primer (umum) :
Otalgia yang disebabkan karena penyakit di dalam
telinga sendiri
mis: otitis eksterna, barotrauma akibat disfungsi tuba
eustachius.
• Penyebab sekunder (nyeri alih atau referred pain) 1 :
Otalgia yang disebabkan karena referred pain (penjalaran
nyeri) dari tempat lain (karena persarafan telinga berasal
dari nervus ke V, VIII, IX, X dan pleksus servikalis (c1- c3).
mis: ginggivitis, tonsilitis akut.

Neilan, R. (2010). Otolaryngology-Head & Neck Surgery. P.Med Clin North Am.
FAKTOR RISIKO NYERI TELINGA

 prematuritas dan BBLR ( Bayi Berat Lahir Rendah)


 implan koklea
 penyakit neuromuskular
 status sosial ekonomi yang rendah
 jenis kelamin : pada laki-laki
 paparan polutan

Thomas, J. (2014). Clinical Microbiology Disinfection. NBL I.


KLASIFIKASI NYERI TELINGA
1. Nyeri yang berasal dari telinga luar
Dapat disebabkan oleh gangguan seperti masuknya benda
asing (manik-manik, biji-bijian, serangga, tertinggal kapas), mengorek
telinga terlalu keras dengan berbagai benda pengorek telinga, bahkan
hanya dengan jari, atau akibat kotoran telinga yang mengeras.
2. Nyeri yang berasal dari telinga tengah
Biasanya di sebabkan oleh proses peradangan yang disebut
dengan otitis media ataudisebabkan oleh gangguan pada tuba
eustachius.
3. Nyeri yang berasal dari tempat lain (nyeri alih atau referred pain)
Telinga dipersyarafi oleh berbagai nervus diantaranya V, VII, IX
dan X yang masing-masing juga mempersyarafi organ lainnya.
Akibatnya apabila timbul sakit pada organ lain yang memiliki syaraf
sama dengan syaraf di telinga, maka rasa nyeri di tempat tersebut akan
dihantarkan melalui percabangan syaraf tersebut ketelinga (referred
pain). Earwood, J. S., & dkk. (2018). Ear Pain : Diagnosing Common and UNcommon Causes. American
Family Phisician.
PATOFISIOLOGI NYERI TELINGA

Saat bakteri atau virus masuk ke telinga maka dapat


menyebabkan terjadinya infeksi, sehingga membentuk folikel
diliang telinga , dan datangnya antibodi untuk melawan
patogen sehingga terjadi akumulasi bakteri atau virus
(patogen) yang mengendap yang dapat menekan tulang 2/3
dalam telinga maka terjadi nyeri telinga.

Soepardi, A. e., & dkk. (2012). Buku ajar ilmu kesehatan Teliga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: FK UI
HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN KELUHAN PENYERTA
Batuk dan Pilek Demam Bulging dan Penurunan
Ketika telinga mengalami Adanya pengeluaran Pendengaran
infeksi maka akan terjadi Infeksi pada telinga tengah akan
mediator yang sebagai
proses inflamasi yang akan menyebabkan terjadinya proses
menyebabkan terjadinya
respon imun yang inflamasi dan terjadinya respon
respon imun. Pengeluaran disebabkan oleh inflamasi imun. Respon imun berupa
mediator seperti histamin pada telinga dapat makrofag akan akan
akan menyebabkan menyebabkan demam. menyebabkan terbentuknya pus
terjadinya hipersekresi Mediator seperti yang berlebih. Pus yang
kelenjar mukosa. Mukosa dihasilkan akan bertumpuk di
prostaglandin akan
telinga tengah berhubungan kavum timpani sehingga terjadi
meningkatkan set poin di penonjolan pada membran
dengan mukosa saluran
pernapasan. Histamin juga
hipotalamus. Kemudian timpani (bulging). Selain itu,
menyebabkan sel goblet terjadi peningkatan membran timpani dan ossikulus
mengalami hipersekresi produksi panas dan sulit bergerak. Kemudian akan
mukus. Kemudian terjadi penurunan pengeluaran terjadi gangguan penghantaran
batuk sebagai respon tubuh getaran suara, sehingga akan
panas dan terjadi demam.
dan terjadi pilek. (Husni, mengalami gangguan
(Abbas, dkk., 2017) pendengaran atau penurunan
2011)
pendengaran. (Pramuditya, 2019)
LANGKAH PENEGAKAN DIAGNOSIS NYERI TELINGA
SECARA UMUM
A. Anamnesis
 Menanyakan keluhan utama
 Gejala-gejala yang ada (onset, lokasi, periode, waktu, frekuensi,
keparahannya, sifat, faktor yang memperberat, faktor yang
membuat kambuh, terapi yang sudah diterima, dan hasil
terapinya)
 Stimulus iatrotropik : seberapa besar pasien terganggu oleh
penyakitnya dan catat kronologi gejala
 Penyakit penyerta yang berhubungan, tanyakan tanda dan gejala
1) Telinga : tinnitus, vertigo, pusing, rasa penuh, kunang-kunang,
drainase, gatal, nyeri, perdarahan
Harel, G., & Frank, E. (2011). Ilmu THT Esensial. Jakarta: EGC
2) Hidung : kongesti atau obstruksi, perdarahan, gejala gigi, disfagi, odinofagi,
perubahan sensasi kecap, nyeri sewaktu membuka mulut atau mengunyah,
bau napas, suara serak, perubahan suara, batuk
3) Leher : massa, nyeri, pembatasan gerak
4) Nyeri Telinga
a) Tentukan sifat nyeri ?
b) Apakah merupakan masalah berulang? jika demikian, berapa sering
terjadi?
c) Apakah nyeri hanya pada telinga ataukah nyeri menyebar atau berasal
dari tempat lain?
d) Adakah yang mencetuskan nyeri, misalnya mengunyah, mengigit, batuk
dan menelan?
e) Adakah gejala-gejala kepala dan leher lainnya?
 Riwayat lain yang terkait : riwayat medis sebelumnya, riwayat keluarga,
riwayat sosial, riwayat pengobatan, dan penilaian psikologis.
Harel, G., & Frank, E. (2011). Ilmu THT Esensial. Jakarta: EGC
B. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi telinga dapat tanpa kelainan atau ditemukan adanya kemerahan,
bengkak maupun serumen ditemukan pada liang telinga dapat juga ditemukan
membran timpani kemerahan dan bulging dengan menggunakan otoskop dan lampu
kepala. Palpasi telinga didapatkan adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit ataupun
nyeri tarik.
C. Pemeriksaan Penunjang
 Tes Fungsi : Tes Valsava dan Toynbee
 Tes Pendengaran : Tes bisik, Tes garpu tala (Schwabach, Rinne, Weber)
 Tes lainnya dapat dilakukan CT scan kepala, audiogram, pemeriksaan sitology,
nasopharynges copy, laringos copy, dan endoscopy.
Harel, G., & Frank, E. (2011). Ilmu THT Esensial. Jakarta: EGC
DIAGNOSIS BANDING

Otitis Media Akut


Definisi
Otitis Media Akut merupakan peradangan tengah
yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu
kurang dari 3 minggu) yang disertai dengan gejala lokal
dan sistemik.

- Umar, Sakina. “Pravelensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut Pada Anak-Anak di Kotamadya Jakarta Timur”. Jakarta:Universitas
Indonesia, 2012.
- William dkk. Otitis Media Supuratif Akut Di Poliklinik THT-KL BLU RSU. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal eBiomedik Vol.1 No.1 (Maret 2016)
- Tanto, Chris dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta : Media Aesclapius. 2014
Epidemiologi
Prevalensi OMA di tiap-tiap negara bervariasi,
berkisar antara 2,3 - 20%. Berbagai studi epidemiologi di
Amerika Serikat (AS), dilaporkan prevalensi terjadinya
OMA sekitar 17-20% pada 2 tahun kehidupan. Studi
epidemiologi untuk OMA di negara-negara berkembang
sangat jarang. Prevalensi OMA pada anak-anak yang
berumur kurang dari 16 tahun pada tahun 2014 sebesar
0,8%. Prevalensi OMA pada anak-anak di bawah 12
tahun pada tahun 2015 sebesar 11,8 %.
- Umar, Sakina. “Pravelensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut Pada Anak-Anak di Kotamadya Jakarta Timur”. Jakarta:Universitas
Indonesia, 2012.
- William dkk. Otitis Media Supuratif Akut Di Poliklinik THT-KL BLU RSU. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal eBiomedik Vol.1 No.1 (Maret 2016)
- Tanto, Chris dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta : Media Aesclapius. 2014
Etiologi Faktor Risiko
1. Faktor pertahanan 1) Intrinsik
• Predisposisi genetik
tubuh terganggu • Kelainan kraniofasial
2. Obstruksi tuba • Usia
eusthachius Sindrom Down
3. Infeksi saluran • Bayi dan anak lebih mudah
pernafasan atas • Kelainan sistem imun mengalami OM
• Iimunokompromais
4. Bakteri piogeik • Jenis kelamin : laki-laki > perempuan
• Ras tertentu : seperti kulit putih Amerika dan
Kanada
• Kelainan anatomi
• Palatoksis : insersio tensor veli palatini di
palatum mole tidak ada sehingga sulit membuka
tuba dengan adekuat saat proses mengunyah

- Umar, Sakina. “Pravelensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut Pada Anak-Anak di Kotamadya Jakarta Timur”. Jakarta:Universitas
Indonesia, 2012.
- William dkk. Otitis Media Supuratif Akut Di Poliklinik THT-KL BLU RSU. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal eBiomedik Vol.1 No.1 (Maret 2016)
- Tanto, Chris dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta : Media Aesclapius. 2014
2) Ekstrinsik
- Kurang/tidak memperoleh ASI
- Riwayat infeksi saluran napas atas
- Penyakit hidung dan atau sinus
- Pajanan asap rokok
Manifestasi Klinis
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan
hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat
yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran
timani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi
dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah
hebat.
- Umar, Sakina. “Pravelensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut Pada Anak-Anak di Kotamadya Jakarta Timur”. Jakarta:Universitas Indonesia, 2012.
- William dkk. Otitis Media Supuratif Akut Di Poliklinik THT-KL BLU RSU. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal eBiomedik Vol.1 No.1 (Maret 2016)
- Tanto, Chris dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta : Media Aesclapius. 2014
Penegakan Diagnosis
• Anamnesis : riwayat onset cepat, riwayat demam, infeksi saluran
nafas atas
• Pemfis : otore, otalgia (tarikan telinga)
• Pemeriksaan penunjang : otoskop (membran timpani yang menonjol
atau bulging, hiperemis, penurunan mobilitas), timpanometri dan
atau reflektometri akustik.
Penatalaksanaan
a. Antibiotik empirik :
• Penisilin intramuskullar
• Ampisisilin 50-100 mg/kgBB per hari terbagi 4 dosis
• Amoksisilin 40 mg/kgBB
• Kombinasi eritromisin 40mg/kgBB per hari dengan sulfisoksazol
120mg/kgBB per hari terbagi 4 dosis, dll
• Antipiretik, Analgesik
• Dekeongestane
• Miringotomi (tidak dilakukan jika antibiotik sudah adekuat)
Umar, Sakina. “Pravelensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut Pada Anak-Anak di Kotamadya Jakarta Timur”. Jakarta:Universitas
Indonesia, 2012
Pencegahan
- Pemberian ASI sedikitnya dalam tiga bulan pertama (edukasi
kepada pasien ibu yang baru melahirkan untuk menyusui
bayinya secara ekskluif dalam tiga bulan pertama)
- Mempraktikkan higiene dan sanitasi yang baik dan benar,
seperti cuci tangan dan membersihkan mainan anak secara
teratur dengan tujuan mengurangi risiko terkena infeksi
pernapasan atas dan lainnya
- Hindari merokok, bebaskan lingkungan anak dan keluarga
dari asap rokok, atau polusi udara
- Hindari anak dari terkena penyakit infeksi pernapasan atas,
misalnya dengan memberi diri dan anak imunisasi influenza,
atau pneumokokal
Umar, Sakina. “Pravelensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut Pada Anak-Anak di Kotamadya Jakarta Timur”. Jakarta:Universitas
Indonesia, 2012
Miringitis Bullosa
Definisi
• suatu miringitis akut yang ditandai oleh adanya pembentukan bulla pada
membran timpani.
• miringitis bulosa adalah bentuk perandangan virus yang jarang dalam
telinga yang menyertai selesma dan influenza.
Etiologi
Insiden tertinggi dari miringitis bulosa disebabkan oleh Mycoplasma
pneumoniae. Untuk Mycoplasma pneumoniae tidak ada perubahan pada
stadium akut dan stadium penyembuhan, dan ditemukan beberapa virus
pada saluran pernapasan. Akut miringitis bulosa dapat juga sebagai akibat
dari infeksi seperti Streptococcus pneumonia, atau infeksi virus seperti
influenza, herpes zoster dan lain – lain.
Balleger, J. (2010). Peradangan Akut Tengan dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. Jakarta: EGC
Manifestasi Klinis
• Tiba-tiba mengalami sakit telinga yang parah (otalgia)
• Pada kebanyakan pasien nyeri mereda dalam satu/dua hari, namun
beberapa keluhan biasanya dirasakan selama 3-4 hari.
• Otoskopi menunjukkan suatu membran timpani meradang dengan
satu/lebih bulla. Bulla ini penuh dengan cairan bening, agak kuning atau
perdarahan.
• Bulla yang muncul paling sering pada sisi posterior atau posteroinferior
membran timpani /pada dinding kanalis posterior. Bulla ini tampaknya
hanya melibatkan lapisan subepitel dari membran timpani. Myringitis
bulosa sering terdeteksi hanya unilateral sedangkan di beberapa
penelitian proporsi infeksi bilateral tersebut telah 11-33%.

Balleger, J. (2010). Peradangan Akut Tengan dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. Jakarta: EGC
Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
a) Nyeri pada daerah telinga yang onsetnya 2-3 hari terakhir sebab bulla terbentuk
pada area yang kaya akan persarafan pada epitel terluar membran timpani
b) Gangguan pendengaran
c) Riwayat demam serta kemungkinan riwayat trauma pada saluran telinga akibat
membersihkan telinga, atau pun akibat penetrasi benda asing
d) Adanya riwayat penyakit saluran pernafasan dan gangguan telinga sebelumnya juga
perlu ditanyakan.
2. Pemfis
Pemeriksaan yang penting untuk mendiagnosis miringitis bulosa adalah otoskopi.
a. Terdapat tanda-tanda inflamasi pada membran timpani, seperti warna membran
terlihat lebih merah, serta tampak mengalami deformasi, dan refleks cahaya
memendek atau bahkan menghilang sama sekali.
b. Karakteristik dari miringitis bulosa adalah adanya bulla pada membran
c. Pada beberapa kasus dapat ditemukan nyeri ketika pinna ditarik
Balleger, J. (2010). Peradangan Akut Tengan dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. Jakarta: EGC
d. Pneumatik otoskopi, dengan pemeriksaan ini kita dapat menentukan apakah
miringitis bulosa sudah menyebabkan perforasi.
Pemeriksaan lain:
a. Pada pemeriksaan kelenjar, terdapat limfadenopati servikal posterior.
b. Pada pemeriksaan pendengaran dapat ditemukan adanya penurunan
pendengaran.
c. Tympanometri: pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan bukti adanya
cairan di belakang membran timpani. Sehingga kita dapat mengetahui adanya
otitis media yang menyertai miringitis bulosa.
d. Tympanoparasintesis: pemeriksaan ini dilakukan untuk kultur dan identifikasi
agen penyebab miringitis bulosa.
Penatalaksanaan
1. Prosedur penatalaksanaan miringitis
2. Myringitomi atau insisi bulla
3. Medikamentosa
Balleger, J. (2010). Peradangan Akut Tengan dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. Jakarta: EGC
Otitis Media Supuratuf Kronik
Definisi
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga
tengah dengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga
terus menerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening
atau berupa nanah.

Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi
sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang
jelek. Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak
yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat,
apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.

Soepardi, A. e., & dkk. (2012). Buku ajar ilmu kesehatan Teliga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: FK UI
Dugdale, A. (2014). Management of chronic suppurative otitis media. Medical Journal Of Australia.
Etiologi
Penyebab OMSK antara lain
1. Lingkungan.
2. Genetik.
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi.
5. Infeksi saluran nafas atas.
6. Autoimun.
7. Alergi.
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Manifestasi klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
2. Gangguan Pendengaran
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
4. Vertigo
Soepardi, A. e., & dkk. (2012). Buku ajar ilmu kesehatan Teliga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: FK UI
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna antara lain (Adams & dkk,
1997):
1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular.
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari
kavum timpani.
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom).
4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
Penegakan Diagnosis
• Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati
tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural,
beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas (Soepardi & dkk, 2012).

Soepardi, A. e., & dkk. (2012). Buku ajar ilmu kesehatan Teliga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: FK UI
• Pemeriksaan Radiologi
1. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini
berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen
2. Proyeksi Mayer atau Owen
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang
pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah
mengenai struktur-struktur tersebut.
3. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran.
4. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.
Soepardi, A. e., & dkk. (2012). Buku ajar ilmu kesehatan Teliga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: FK UI
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas (Soepardi & dkk, 2012):
1. Konservatif
2. Operasi bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau
kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara
lain (Soepardi & dkk, 2012):
a) Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy).
b) Mastoidektomi radikal.
c) Mastoidektomi radikal dengan modifikasi.
d) Miringoplasti.
e) Timpanoplasti.
f) Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)
Soepardi, A. e., & dkk. (2012). Buku ajar ilmu kesehatan Teliga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: FK UI
TABEL DIAGNOSIS BANDING
INTEGRASI KEISLAMAN

An-nahl:78

ُ‫ار‬
َ ‫ص‬َُ ‫س ْم َُع َو ْاْل َ ْب‬
َ ‫ل لَ هك هُم ال‬ َ َُ‫ل ت َ ْعلَ همون‬
َُ َ‫ش ْيئًا َو َجع‬ َُ ‫ون أ ه َم َهاتِ هك ُْم‬
ُِ ‫ط‬ ُْ ‫ّللاه أ َ ْخ َر َج هك ُْم ِم‬
‫ن به ه‬ َُ ‫َو‬
َُ‫َو ْاْل َ ْف ِئ َدُة َ ُۙ لَعَلَ هك ُْم تَ ْش هك هرون‬

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam


keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur"
Al-A'raf :179

‫ْص هُرونَُ ِب َها‬ِ ‫ل يهب‬َُ ُ‫ل َي ْفقَ ههونَُ ِب َها َولَ هه ُْم أَ ْعيهن‬
َُ ُ‫س ُۙ لَ هه ُْم قهُلهوب‬ ِ ْ ‫ن َو‬
ُ ِ ‫اْل ْن‬ ً ‫َولَقَ ُْد َذ َرأْنَا ِل َج َهنَ َُم َك ِث‬
ُِ ‫يرا ِمنَُ ْال ِج‬
َُ ‫ضلُ ُۙ أهو َٰلَ ِئ‬
َُ‫ك هه هُم ْالغَا ِفلهون‬ َ َ‫ل هه ُْم أ‬ َُ ‫ۙ أهو َٰلَ ِئ‬
ُِ ‫ك َك ْاْل َ ْن َع‬
ُْ ‫ام َب‬ ُ ‫ل َي ْس َمعهونَُ ِب َها‬َُ ُ‫َولَ هه ُْم آ َذان‬

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)


kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai
telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."

Anda mungkin juga menyukai