PERSEPSI
KASUS 1: OTITIS MEDIA
Salma Deciliawati (1510711054)
1. Pengertian Otitis Media
2. Prevalensi Otitis Media
Muhammad F, Rahardjo S.P, Pieter N.A.L. Otitis Media Prevalence In Primary School Children In Makassar.
The Indonesian Journal of Medical Science. Department of Oto-Rhino-Laringology Lead and Neck
Medical Faculty Hasanuddin University Wahidin Sudirohusodo Hospital. Makassar. 2010.
Prevalensi Otitis Media
Di Amerika Serikat, otitis media terdiagnosis lebih dari 5 juta kali setiap ta
hunnya.
Kamaludin D, Boesoirie T.S, Soeseno B, Purwanto B. Pengaruh Pemakaian Pipa Nasogastrik pada Kejadian Otitis Media Efusi.
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok - Bedah Kepala dan Leher.
Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran-Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bandung. MKB. 2011;43(1):428
Di dunia, Insidensi puncak terjadi pada anakanak berusia 18-20 bulan
(Donaldson, 2014).
Sebanyak 6080% bayi mempunyai satu kali episode otitis media akut
ketika berumur satu tahun dan lebih dari 90% anakanak setidaknya pe
rnah menderita otitis media satu kali ketika berumur dua tahun (Hughes
& Pensak, 2007; Albert & Skolnik, 2008; Waseem, 2014).
Menurut WHO, pada tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%) penduduk d
unia yang pernah menderita otitis media akut disertai gangguan pende
ngaran, 75 sampai 140 juta terdapat di Asia Tenggara (Supari, 2006).
Sakina U, Ratna D.R, Ronny S, Harim P, Muchtarudin M. Prevalensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut pada Anak-Anak di Kotamadya Jakarta Timur.
Departemen Ilmu Penyakit THT-Kepala Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. RS Dr Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 2013.
MANIFESTASI KLINIS
FREDIKUS WENEHEN
MANIFESTASI KLINIS
Pendengaran terganggu
Pada anak kecil dan bayi mual, muntah, diare dan demam
Gendang telinga mengalami peradangan
Keluarnya cairan yang mengandung darah
Membran timpani merah
Nyeri telinga
Anoreksia
Limfadenopati servikal anterior
Batuk
Pilek
Klasifikasi
1. Stadium oklusi tuba eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambar
an retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan ne
gatif di dalam telinga tengah, akibat absorbsi udara. Kadan
g-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kel
ainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terj
adi , tapi tidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar dibedak
an dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus
atau alergi .
2. Stadium hiperemis (stadium pre-supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh
darah yang melebar di membran timpani tampak
hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentu
k mungkin masih bersifat eksudat yang serosa seh
ingga sukar terlihat.
3. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan h
ancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat pu
rulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani me
nonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi da
n suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga semakin berta
mbah berat.
4. Stadium perfrorasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemb
erian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi, maka d
apat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar m
engalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadi
nya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan menur
un dan anak dapat tertidur dengan nyenyak.
5. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran tim
pani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi,
maka sekretnya akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan t
ubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi wa
laupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi
menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul.
OMA dapat tibul gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila s
ekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
KOMPLIKASI
Gangguan Pendengaran
Mastoiditis, Infeksi menyebar sampai ke tulang mastoid
Meningitis, infeksi menyebar ke selaput otak
Labirinitis, infeksi yang menyebar ke labirin (struktur halu
s yang berada jauh di dalam telinga)
Abses otak, terjadi pembengkakan yang berisi nanah di o
tak
Kelumpuhan wajah
Perforasi membran timpani
Hidrosefalus otitis
1. Otoscope adalah perangkat pemeriksaan teling
a yang memiliki cahaya dan juga lensa pembes
ar pada ujungnya sehingga dapat melihat bagia
n dalam telinga hingga telinga tengah.
Dalam memegang otoskop ada 2 cara yaitu :
1) Seperti memegang pensil, ibu jari dan jari t
elunjuk memegang otoskop dan jari manis
dan jari kelinking menepel pada wajah pasi
en
2) Seperti memegang pistol, yang menempel
pada wajah pasien adalah bagian belakang
dari jari telunjuk.
2. Timpanometri merupakan suatu metode pemeriksaan fungsi telinga
tengah yang aman dan cepat pada anak-anak maupun orang dewas
a, dimana tekanan udara didalam liang telinga luar diubah untuk m
engukur nilai imitans akustik pada permukaan lateral membran tim
pani (Shahnaz & Bork, 2008).
Data normal timpanometri diukur berdasarkan tiga
parameter yaitu:
1) Puncak timpanogram dikompensasi (peak Ytm)
Peak Ytm dalam satuan mmho,menunjukkan kea
daan di telinga tengah. Efusi telinga tengah dap
at menurunkan peak Ytm dan juga TW menjadi l
ebih lebar.
2) Volume liang telinga luar (Vea)
Nilai Vea dapat menggambarkan bila terdapat p
erforasi di membran timpani yaitu Vea menjadi l
ebih besar dari normal.
3) Kelebaran timpanogram (TW)
TW dinyatakan dalam decaPascal (daPa)
3. Otoskop pneumatic merupakan alat pemeriksaan bagi melihat m
obilitas membran timpani pasienterhadap tekanan yang diberikan
. Membrane timpani normal akan bergerak apabila diberitekanan.
Membrane timpani yang tidak bergerak dapat disebabkan oleh a
kumulasi cairan didalam telinga tengah, perforasi atau timpanoskl
erosis.
4. Radiologi
Pemerikasaan radiologi mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik,
lebih kecil dengan pneumatisasi leb ih sedikit dibandingkan mastoid yan
g satunya atau yang normal.
Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :
1) Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid
dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karen
a memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mas
toid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli be
dah untuk menghindari dura atau sinus lateral.
2) Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga ten
gah. Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik seh
ingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai strukt
ur-struktur.
1) Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petr
osus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna,
vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan ant
rum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adany
a pembesaran akibat kolesteatom.
2) Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehi
ngga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik.
Penatalaksanaan non far
makologi
SUMBER :
BARE & SMELTZER,2002,KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH EDISI 8,JAKARTA, EGC
Penatalaksanaan farmakologi Otiti
s Media
Citra restu m
1510711014
Stadium Oklusi
diberikan tetes hidung HCl efedrin 0,5%
dalam larutan fisiologis untuk anak den
gan usia kurang dari 12 tahun atau HCl
efedrin 1% untuk anak berusia lebih dari
12 tahun.
2. Timpanoplasti
Tujuan operasi ialah untuk menyembuh
kan penyakit serta memperbaiki pendengara
n. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilaku
kan dua tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12
bulan.
3. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined
approach tympanoplasty).
Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta mem
perbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidekt
omi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior ling teli
nga).
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavu
m timpani, dikerjakan melalui dua jalan (combined approa
ch) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan
melakukan timpanotomi posterior