Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

Dosen Pembimbing:
Ns. Siti aminah, M. kep

Disusun oleh:
Yusrizal Pamungkas

D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh perios
teum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 2000).
Otitis media akut (OMA) merupakan suatu infeksi akut pada mukosa telinga te
ngah yang diikuti dengan pembentukan nanah (mukopus). Otitis media akut paling b
anyak terjadi karena penyebaran infeksi lewat tuba Eustachius (rinogen), karena infe
ksi saluran pernafasan atas mukosa tuba Eustachius edema sehingga fungsinya terga
nggu. Keadaan inilah yang mempermudah masuknya kuman ke telinga tengah (Ruk
mini Sri, 2000).
Otitis media akut atau infeksi telinga tengah banyak dijumpai dimasyarakat, p
enyakit ini sangat berkaitan erat dengan infeksi saluran pernapasan atas. Oleh karena
itu otitis media banyak ditemukan pada bayi dan anak. Hal ini disebabkan karena pa
da kelompok usia tersebut sangat rentan terhadap infeksi saluran pernapasan atas, se
hingga pertahanan tubuh terganggu dan merupakaan masalah kesehatan yang utama.
Karena lebih sering ditemukan pada bayi dan anak-anak (Soepardi Efiaty Arsyad da
n Nurbaiti Iskandar, 2001).
Otitis media terjadi karena terjadi sumbatan tuba Eustachius. Karena fungsi tu
ba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga ter
ganggu., sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan (So
epardi Efiaty Arsyad dan Nurbaiti Iskandar,2007).
Otitis media akut (OMA) merupakan suatu infeksi akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah yang paling banyak terjadi karena penyebaran infeksi lew
at tuba Eustachius (rinogen), karena infeksi saluran pernafasan atas mukosa tuba Eus
tachius edema sehingga fungsinya terganggu dan penyakit ini sering terjadi pada bay
i dan anak anak.
2. Etiologi

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media.
Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan
invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupak
an salah satu faktor penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah ba
kteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), St
aphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae (38%), Pneumococcus, Strep
tococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis. Virus atau bakteri dari tenggorokan b
isa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustakius atau kadang juga melalui aliran d
arah. Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam
telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfun
gsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan
atas, inflamasi jaringan disekitarnya (sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik
(rhinitis alergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemu
ngkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tu
ba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
3. Patofisiologi

Otitis media terjadi akibat disfungsi tuba eustasius. Tuba tersebut, yang mengh
ubungkan telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan datar yang men
cegah organisme dari rongga faring memasuki telinga tengah. Lubang tersebut mem
ungkinkan terjadinya drainase sekret yang dihasilkan oleh mukosa telinga tengah da
n memungkinkan terjadinya keseimbangan antara telinga tengah dan lingkungan luar.
Drainase yang terganggu menyebabkan retensi sekret di dalam telinga tengah. Udar
a, tidak dapat ke luar melalui tuba yang tersumbat, sehingga diserap ke dalam sirkula
si yang menyebabkan tekanan negatif di dalam telinga tengah. Jika tuba tersebut terb
uka, perbedaan tekanan ini menyebabkan bakteri masuk ke ruang telinga tengah, tem
pat organisme cepat berproliferasi dan menembus mukosa (Wong et al 2008, h.944).
4. Manifestasi Klinis

Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.

a.Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.
b. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.

c.Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai 39,5oC,
gelisah, susah tidur, kejang.

d. Gendang telinga berwarna merah karena mengalami peradangan.


e.Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak y
ang belum dapat bicara.

f. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jerni
h dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).

g. Pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran dan
rasa penuh dalam telinga.

h. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, su
hu tubuh turun, dan anak tertidur tenang.
5. Komplikasi

Komplikasi menurut Sowden dan Cecily 2002, h. 372 ialah :


a. Ruptur membran timpani dengan otorea
b. Tuli konduktif jangka pendek
c. Tuli permanen atau jangka panjang
d. Meningitis
e. Mastoiditis
f. Abses otak
g. Kolesteatoma yang didapat (sakus telinga tengah terisi epitel atau keratin)

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Muscari 2005, h.220 ialah:


a. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani.
b. Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membran timpani). Uji sensitivitas dan
kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret telinga.
c. Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap kehilanga
n pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.
7. Penatalaksanaan

Berdasarkan gejalanya, OMA (Otitis Media Akut) dapat dibagi menjadi 5, yaitu:

a) Stadium oklusi tuba eustachius

Tanda adanya obstruksi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membaran timpa
ni akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, akibat obstruksi uda
ra. Kadang-kadang membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau b
erwarna keruh pucat. Efusi muungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat di deteksi. S
tadium ini sukar di bedakan dengan otitis media serosa yang di sebabkan karena v
irus atau alergi.

b) Stadium hiperemis

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar pada membrane ti
mpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Secret yang
telah terbentuk mungkin masih bersifat uksudat yang serosa sehingga sukar terlih
at.

c) Stadium supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfici
al, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani, menyebabkan me
mbran timpani menonjol ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien sanga
t sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga hebat apabila tekanan
nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pa
da kapilerkapiler, serta timbul trimboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis m
ukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai daera
h yang lebih lembek dan berwarna kekuningan di tempat ini akan terjadi rupture.
Bila tidak dilakukan membrane timpani pada stadium ini, maka kemungkinan me
mbrane timpani akan rupture dan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan mela
kukan insisi membrane timpani luka insisi akan menutup kembali sedangkan apab
ila terjadi rupture, maka lubang telinga rupture tidak mudah menutup kembali.

d) Stadium perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambat pemberian antibiotic atau virulensi kuma
n yang tinggi maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar dari
telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi t
enang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.

e) Stadium resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan lah
an akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka secret akan berkurang,
dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah mak
a resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMS
K bila perforasi menetap dengan skret yang keluar terus menerus atau hilang timb
ul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila secret me
netap di cavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
8. Pathway
B. K

nsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Pasien: Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerja
an, alamat.

2) Riwayat Penyakit Sekarang: Riwayat adanya kelainan nyeri pada telinga, peng
gunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga.

3) Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang berulang, riwaya
t alergi, riwayat OMA berkurang, riwayat penggunaan obat( sterptomisin, salis
ilat, kuirin, gentamisin ), riwayat operasi.

4) Riwayat penyakit keluarga: Apakah keluarga klien pernah mengalami penyakit


telinga, sebab dimungkinkan OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid y
ang dikaitkan sebagai faktor genetic.

b. Pengkajian Persistem

1)Suhu meningkat, keluarnya otore


2)Nadi meningkat
3)Nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, vertigo, pusing, refl
eks kejut

4)Nausea vomiting
5)Malaise, alergi
c. Pengkajian Psikososial
1) Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
2) Aktivitas terbatas
3) Takut menghadapi tindakan pembedahan
d. Pemeriksaan Diagnostic

1) Tes audiometri: pendengaran menurun


2) Xray: terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan mastoid
e. Pemeriksaan pendengaran
Tes suara bisikan, tes garputala

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan trauma, respon inflamasi, edema, dan pembengkakan
karena bakteri atau jamur.
b. Perubahan persepsi / sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga te
ngah atau kerusakan di syaraf pendengaran
c. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, ny
eri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah o
perasi.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi menge
nai penyakitnya
e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut yang Pain Control Pain Management
berhubungan Comfort level
1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan trauma, Setelah dilakukan tindakan
secara komprehensif
respon inflamasi, keperawatan selama 1 x 15
termasuk lokasi,
edema, dan menit, klien mengungkapkan
karakteristik, durasi,
nyeri berkurang dengan kriteria
pembengkakan frekuensi, kualitas dan faktor
karena bakteri hasil : Presipitasi
1. Mengenali gejala-gejala 2. Observasi reaksi non verbal
atau jamur.
nyeri dari ketidaknyamanan
2. Menyatakan nyeri sudah 3. Gunakan teknik komunikasi
terkontrol terapeutik untuk mengetahui
3. Mampu melaporkan
pengalaman nyeri pasien
kepuasan dengan tingkatan 4. Bantu pasien dan keluarga
mandiri untuk mencari dan
4. Mampu mengekspresikan
menemukan dukungan
kepuasan dengan kontrol 5. Kontrol lingkungan yang
nyeri dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
6. Kurangi faktor presipitasi
7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
8. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
9. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
10. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
11. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
12. Tingkatkan istirahat
2 Gangguan Kompensasi Tingkah Laku Communication Enhancement
persepsi sensori Pendengaran : Hearing Deficit
pendengaran Setelah dilakukan tindakan 1. Bersihkan serumen dengan
berhubungan keperawatan selama 1 x 15 irigasi, suntion, spoeling atau
dengan obstruksi, menit, gangguan persepsi instrumentasi
2. Kurangi kegaduhan
infeksi di telinga sensori pendengaran teratasi
lingkungan.
tengah atau dengan kriteria hasil :
3. Ajari klien untuk
kerusakan di 1. Pasien bisa mendengar menggunakan tanda non
1. pasien menunjukkan tidak kecemasan
j. Bantu pasien mengenal
cemas, terbuka, menunjukan
situasi yang menimbulkan
prilaku tidak gelisah
kecemasan
k. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
l. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

4. Defisiensi Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process


Kowledge : health Behavior
Pengetahuan 1. Berikan penilaian tentang
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan tingkat pengetahuan pasien
keperawatan selama 1 x 15
dengan kurangnya tentang proses penyakit yang
menit, diharapkan pengetahuan
pajanan informasi spesifik
klien meningkat dengan kriteria
2. Jelaskan patofisiologi dari
mengenai
hasil :
penyakit dan bagaimana hal
penyakitnya
1. Klien dan keluarga
ini berhubungan dengan
menyatakan pemahaman
anatomi dan fisiologi,
tentang penyakit, kondisi,
dengan cara yang tepat.
prognosis dan program 3. Gambarkan tanda dan gejala
pengobatan yang biasa muncul pada
2. Klien dan keluarga mampu
penyakit, dengan cara yang
melaksanakan prosedur yang
tepat
dijelaskan secara benar 4. Gambarkan proses penyakit,
3. Klien dan keluarga mampu
dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa 5. Identifikasi kemungkinan
yang dijelaskan perawat/tim penyebab, dengna cara yang
kesehatan lainnya tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
5 Gangguan rasa Relaxation control Relaxation Therapy
Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien untuk
nyaman
keperawatan selama 1 x 15 bernapas dalam ketika
berhubungan
menit, gangguan rasa nyaman merasa tidak nyaman
dengan gejala
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan klien untuk
terkait penyakit 1. Klien tidak mengeluh lemas beristirahat
2. Klien tidak mengeluh pusing Environmental Management :
3. Klien dapat meningkatkan
Comfort
ADL 1. Kaji ketidaknyaman yang
dirasakan klien
2. Berikan posisi yang nyaman

Anda mungkin juga menyukai