SENSORI
KASUS OTITIS
Oleh
Kelompok III(3):
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Otitis media adalah suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa telingah
tengah,tubaeustachius,antrum mastoid,dan sel-sel mastoid.otitis media terbagi atas otitis media
supuratif dan nonsupuratif.dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis.otitis media
akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif.selain itu terdapat juga jenis otitis media
spesifik yaitu media tuberkulosa,otitis media sifilitik,dan otitis media adhesive.(Ghanie 2010)
Otitis media dapat terjadi akibat terganggunya tuba eusthacius, dimana paling sering
disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernafasan atas dan diperparah oleh infeksi sekunder
oleh bakteri (Shaikh dan Hoberman, 2010; Cunningham dkk., 2012).Otitis Media Akut (OMA)
merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung kurang dari tiga minggu.yang
dimaksud dengan telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran
timpani dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius.
Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu terjadi secara mendadak, di lanjutkan efusi
telinga tengah yang dapat berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme,
dan akhirnya muncul tanda inflamasi akut, antara lain otalgia, iritabilitas, dan demam. Otitis
Media Akut (OMA) adalah salah satu komplikasi Infeksi Saluran Pernapasan Atas ( ISPA) yang
paling sering pada anak. Tetapi baru-baru ini, pengaruh virus pernapasan juga ditekankan
sebagai agen penyebab OMA. Telah diketahui bahwa anakanak dengan infeksi Respiratory
Syncytial Virus (RSV) sering berkomplikasi menjadi OMA.
Telinga tengah adalah organyang biasanya dalam keadaan steril. Bila terdapat infeksi
bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran
bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu- bulu halus yang dimiliki oleh
tuba eustachii. OMA terjadi akibat tidak berfungsinya sistem pelindung tadi. Sumbatan atau
peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media. Pada anak-anak,
semakin sering terserang ISPA, kemungkinan terjadinya OMA juga semakin besar. Dan pada
bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba eustachii pendek, lebar, dan letaknya agak
horizontal.Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang cukup berkaitan dengan
terjadinya OMA. Kasus OMA secara umum banyak terjadi pada anak- anak dibandingkan
kalangan usia lainnya. Kondisi demikian terjadi karena faktor anatomis, dimana pada fase
perkembangan telinga tengah saat usia anak-anak, tuba Eustachius memang memiliki posisi yang
lebih horizontal dengan drainase yang minimal dibandingkan dengan usia lebih dewasa. Hal
inilah yang membuat kecenderungan terjadinya OMA pada usia anak-anak lebih besar dan lebih
ekstrim dibandingkan usia dewasa. Otitis media akut adalah salah satu penyakit tersering pada
anak-anak, terhitung sekitar satu dari empat dari semua peresepan obat untuk anak-anak di
bawah 10 tahun di US. Meski otitis media akut sering sembuh dengan sendirinya dalam 4-7 hari
tanpa memakai antibiotik (self limiting), tapi kondisi ini dapat mempengaruhi intelektual anak &
kemampuan berbahasa, begitu juga dengan prestasinya di sekolah (Cheong dan Hussain, 2012).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otitis adalah Infeksi saluran telinga meliputi infeksi saluran telinga luar (otitis
eksternal),saluran tengah (otitis media),mastoid(mastoiditis) dan telinga bagian dalam
(labiringthis).otitis media,suatu inflamasi telingah tengah berhubungan dengan efusi telinga
tengah,yang merupakan penumpukan cairan di telingah tengah.(Rahajoe,2012).atau dalam
sebutan sehari-hari di sebut “congek”.
2.Prevalensi
Prevalensi terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 1 tahun sekitar 62 %,
sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83 %. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75%
anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah
dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya 25 % anak mengalami
minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun (Abidin,2009). Selama lebih dari 20tahun
terakhir, insiden OMA meningkat 68 % di Finlandia, sementara OMA berulang meningkat
39 % di Amerika. OMA terjadi pada 2 kelompok umur berbeda, lebih sering pada kelompok
yang lebih muda (0 sampai 5 tahun) dibandingkan pada kelompok yang lebih tua (5 sampai
11 tahun). Pada umur 6 bulan, sekitar 25 % dari semua anak mendapat 1 atau lebih episode
OMA. Pada umur 1 tahun, gambaran ini meningkat menjadi 62 %; pada umur 3 tahun,
menjadi 81 %; dan pada umur 5 tahun, menjadi 91 %. Setelah umur 7 tahun, insiden
menurun (Aziz, 2007).
Di Indonesia sendiri, belum ada data akurat yang mencantumkan angka nasional yang
ditemukan untuk menunjukkan angka kejadian, insidensi, maupun prevalensi OMA.
Suheryanto menyatakan bahwa OMA merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam
praktek sehari-hari, bahkan di poliklinik THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada tahun
1995 dan tahun 1996, OMA menduduki peringkat enam dari sepuluh besar penyakit
terbanyak dan pada tahun 1997 menduduki peringkat lima, sedangkan di poliklinik THT
RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 1995 menduduki peringkat dua (Suheryanto,
2000).
Factor lain: Perforasi membrane timpani bisa akibat trauma akibat ledakan, pukulan, dan
kesalahan dalam penggunaan pengorek kuping sampaimenyebabkan luka dan pecahnya
membrane timpani (gendang telinga), sehingga bakteri mudah masuk ke dalam telinga tengah.
Disebabkan karena infeksi berulang otitis media akut yang menyebabkan patologi
jaringan permanen (ireversibel) dan perforasi persisten pada membrane timpani.infeksi kronis
pada telinga tengah menyebabkan kerusakan membrane timpani yang dapat menghancurkan
osikel,dan dapat mengenai mastoid.
4.Manifestasi Klinis
Gejala beragam berdasarkan tingkat keparahan infeksi; biasanya bersifat unilateral pada
orang dewasa dan pada anak kecil dan bayi dapat mual,muntah,diare dan demam,gelisah
susah tidur,kejang dan memegang telinga yang sakit.gendang telinga mengalami
peradangan yang menonjol dan keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu
berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah jika gendang telinga robek.
Nyeri di dalam dan di sekitar telinga (otalgia) mungkin intens dan hanya akan redasetelah
perforasi spontan gendang telinga atau setelah miringotomi.
Demam ; drainase dari telinga,kehilangan pendengaran
Membrane timpani mengalami eritema dan sering kali menonjol
Kehilangan pendengaran konduktif di sebabkan oleh eksudat di dalam telinga tengah.
Bahkan jika kondisi menjadi subakut (3 minggu sampai 3 bulan)di sertai dengan rabas
purulent,ketulian permanen jarang terjadi
Gejala mungkin minimal dengan tingkat ketulian yang bervariasi dan otarea
(rabas),berbau busuk yang persisten atau intermiten.
Pasien mungkin merasakan nyeri jika terdapat mastoditas akut;ketika mastoiditas
terjadi,area pasca auricular menjadi kenyal;eritema dan edema dapat terjadi
Kolesteatoma(kantung yang berisi kulit yang mengalami degenerasi dan materi sebasea)
mungkin dimanifestasikan sebagai massa putih di belakang membrane timpani yang
terlihat melaui otoskop.jika tidak diobati,kolesteatoma akan terus tumbuh
menghancurkan struktur tulang temporal ,kemungkinan menyebabkan kerusakan pada
saraf fasial dank anal horizontal serta hancurnya struktur lain di sekitarnya pemeriksaan
auditori sering kali menunjukkan tuli konduktif atau campuran.
5.Patofisiologi
a.otitis media akut
Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Bakteri yang umum
ditemukan sebagai organisme penyebab adalah bakteri Streptococcus pnemoniae, Hemophylus
influenza, dan Moraxella catarrhalis.Paling sering terjadi disfungsi tuba eustachii seperti
obstruksi. yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), inflamasi jaringan
sekitarnya(eg: sinusitis,hipertropi adenoid), adenoid), atau reaksi alergi (eg: Bakteri tersebut
menyebar ke telinga tengah yangnormalnya steril melewati tuba eustachii sehingga dan terjadi
disfungsi tuba eustachii.Kita ketahui bahwatuba eustachii merupakan penghubung daerah
nasofaring di rongga mulut dengan ronggs telinga yang fungsihnya adalah Menjaga
keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan Menjaga keseimbangan tekanan udara di
dalam telinga dan menyesuaikan dengan tekanan udara di luar.Juga Sebagai sawar kuman yang
mungkin akan masuk ke dalam Sebagai sawar kuman yang mungkin akan masuk ke dalam
telinga tengah.
Karena, fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman Karena fungsi tuba
eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu,
sehingga bakteri menyebar ke ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga bakteri
menyebar kedalam telinga tengah dan terjadi infeksi respon inflamasi yang ditandai dengan
pembengkakan dan kemerahan di sekitar tuba eustachii dengan pembengkakan dan kemerahan di
sekitar tuba eustachii menyebabkan tuba eustachii semakin tersumbat, lalu sel-sel darah beraksi
melawan bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri Sebagai hasilnya terbentuklah
eksudat purulen (nanah) dalam telinga tengah.
Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius Selain itu pembengkakan
jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di
telinga tengah terkumpul di belakang lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul
di belakang membrane timpani (gendang telinga). Jika lendir dan nanah bertambah membrane
timpani (gendang telinga).
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat dapat terganggu karena
terganggu karena gendang telinga dan tulang- tulang kecil penghubung gendang telinga dengan
organ pendengaran di telinga dalam tidak bergerak bebas.dan juga menyebabkan perforasi pada
membran timpani akibat tekanan yang berlebihan.
Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak-anak, karena tuba eustachii pada anak-
anak relative luas, lurus dan pendek. sehingga radang hidung dan tenggorokan lebih lekas
mencapai telinga tengah dan menyebar ke tuba eustachii sehingga menyebabkan otitis media
akut.
Otitis media kronik disebabkan karena episode berulang otitis mediaakut. Sering
berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani.infeksi kronik telinga tengah tak
hanya mengakibatkan kerusakan membran timpani tetapi juga hampir selalu melibatkan mastoid
dan juga mengakibatkan.pembentukan kolesteatoma, yang merupakan yang merupakan
pertumbuhan kulit pertumbuhan kulit ke ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar membran
timpani ke telinga tengah.Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantong luar, yang
akan berisi kulit yang yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekatke struktur
telinga tengah dan mastoid.bila tidak ditangani kolesteatoma dapat tumbuh terus dan
menyebabkan paralisis nervus fasialis, kehilangan pendengaran sensorineural/ gangguan
keseimbangan dan abses otak.Selain itu akibat dari kolesteatoma yang tumbuh terus menerus,
semakin membesar dapat menekan jaringan tulang sekitar sehingga menyebabkan destruksi
osikulus (tulang-tulang telinga).
6.Komplikasi
7.Pemeriksaan penunjang
8.Penatalaksanaan
Dengan terapi antibiotic spectrum luas sejak dini dan tepat ,otitis media dapat hilang
tanpa menyisahkan sekuela yang serius.jika terdapat drainase sediaan anti biotik dapat
diresepkan.
Hasil akhir bergantung pada efektivitax terapi (dosis antibiotic oral yang diresepkan dan
durasi terapi).virulensi bakteria dan status fisik pasien.
Miringtomi(timpanotomi),jika kasus otitis media ringan ditangani secara efektif tindakan
miringtomi mungkin tidak di perlukan.jika miringtomi di lakukan akan di buat insisi
menuju membrane timpani untuk meredakan gejala dan mengalirkan cairan seosa atau
cairan purulent dari telinga tengah.prosedur yang tidak terasa nyeri biasanya di lakukan
kurang dari 15 menit .jika episode otitis media akut terjadi kembali dan tidak aada
kontraindikasi,slang ventilasi atau slang penyeimbang tekanan dapat di masukkan.
9.Upaya pencegahan
A.PENGKAJIAN
1.Identitas klien
2.Riwayat Kesehatan
mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang
sama .ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan
riwayat alergi pada keluarga.
3.pemeriksaan Fisik
Kepala
Lakukan inpeksi,palpasi,perkusi dan didaerah telinga dengan menggunakan senter
ataupun alat-alat lainnya apakah ada cairan yang keluar dari telinga bau,warna
dan jumlah, apakah ada tanda-tanda radang .
Kaji adanya nyeri pada telinga
Leher,kaji adanya pembesaran limfe di daerah leher
Dada/thorax
Jantung
Perut/abdomen
Genitourinaria
Ektremitas
Sistem integument
Sistem neurologi
Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada
perbedaan komsumsi dietnya
Eliminasi
Kaji miksi dan defikasi klien
Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk
berkomunikasidengan orang lain karena ada gangguan pada telinga nya sehingga
ia kurang mendengar atau kurang nyambung tentang apa yang di bicarakan orang
lain.
c.pemeriksaan diagnostic
f.tes berbisik
1.nyeri akut berhubungan dengan infeksi/perdangan di tandai dengan mengelu nyeri bersikap
protektif dan gelisah.
4.ansietas berhubungan dengan krisis situsional di tandai dengan merasa khawatir dan cemas atas
masalah yang akan di hadapi penurunan pendengaran dan lain-lain.
5.defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di tandai dengan perilaku
pemeriksaan yang tidak tepat di tangani
C.INTERVENSI
a.nyeri akut berhubungan dengan inflamasi di tandai dengan tampak meringis dan gelisah
Intervensi :
2.terapeutik :berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri seperti teknik
imajinasi terbimbing,dan lain-lain,control lingkungan yang memperberat rasa nyeri,fasilitasi
istirahat tidur. Dan pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
3.Edukasi: ajarkan dan jelaskan pada keluarga penyebab,periode dan pemicu nyeri,jelaskan
strategi meredakan nyeri,anjurkan menggunakan analgetik secara tepat dan ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
1.klien akan mengalami peningkatan persepsi sensori pendengaran sampai pada tingkat
fungsional.
Tujuan : mampu merasakan stimulasi dari suara,raba aroma dan gambar visual
3.komunikasi jelas.
b.Terapeutik : gunakan bahasa sederhana,gunakan bahasa isyarat jika perlu,verivikasi apa yang
dikatakan dan di tulisa pasien,fasilitasi alat bantu pendengaran,pertahankan kontak mata saat
berbicara dengan pasien,hindari kebisingan saat berkomunikasi,lakukan irigasi telinga jika perlu
dan pertahankan kebersihan telinga.
d.kalobarasi : dengan dokter dan keluarga tentang cara berkomunikasi dengan pasien.
4.ansietas berhubungan dengan krisis situsional di tandai dengan merasa khawatir dan cemas atas
masalah yang akan di hadapi penurunan pendengaran dan lain-lain
5.defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di tandai dengan perilaku
pemeriksaan yang tidak tepat di tangani
Intervensi:
a.observasi: Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit dan
pengobatan yg akan dilakukan untuk anaknya
c.Edukasi: ajarkan pada keluarga teknik koping yg dibutuhkan dalam mengatasi perkembangan
anak
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Otitis adalah Infeksi saluran telinga meliputi infeksi saluran telinga luar (otitis
eksternal),saluran tengah (otitis media),mastoid(mastoiditis) dan telinga bagian dalam
(labiringthis).Otitis media akut Penyebab utama : bakteri Streptococcus pnemoniae, Hemophylus
bakteri Streptococcus pnemoniae, Hemophylus influenza, dan Moraxella catarrhalis.Otitis media
kronik Disebabkan karena infeksi berulang otitis media akut yang menyebabkan patologi
jaringan permanen (ireversibel) dan perforasi persisten pada membrane timpani.Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang lendir yang dihasilkan sel-sel di
telinga tengah terkumpul di belakang membrane timpani (gendang telinga).
Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak-anak, karena tuba eustachii pada anak-
anak relative luas, lurus dan pendek.
B.SARAN
Di harapkan bagi masyarakat, agar segera ke pelayanan kesehatan jika gejala OMSK (keluar
cairan dari liang telinga,gangguan pendengaran,vertigo,nyeri telinga, perforasi mimbran
timbani ), untuk tatalaksana sehingga penyakit tidak berlanjut menimbulkan komplikasi.dan bagi
peneliti dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan desain cohort study,untuk mencari
hubungan kausatif yang lebih kuat antara kolesteatom dsn komplikasi OMSK.perlu dilakukan
penelitian lebih spesifik terutama terkait perbedaan karakteristik dari ada tidaknya kolesteatom
pada OMSK.
DAFTAR PUSTAKA