Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSEPSI

SENSORI
KASUS OTITIS

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok/Individu

Mata Kuliah KMB III

Dosen Pengampuh: Kurnia Harli

Oleh

Kelompok III(3):

TUTI FAJRIANTI Nim : B0218319

PUTRI AYANDARI Nim : B0218304

MUHAMMAD SALIM FAHMI Nim :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Otitis media adalah suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa telingah
tengah,tubaeustachius,antrum mastoid,dan sel-sel mastoid.otitis media terbagi atas otitis media
supuratif dan nonsupuratif.dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis.otitis media
akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif.selain itu terdapat juga jenis otitis media
spesifik yaitu media tuberkulosa,otitis media sifilitik,dan otitis media adhesive.(Ghanie 2010)

Otitis media dapat terjadi akibat terganggunya tuba eusthacius, dimana paling sering
disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernafasan atas dan diperparah oleh infeksi sekunder
oleh bakteri (Shaikh dan Hoberman, 2010; Cunningham dkk., 2012).Otitis Media Akut (OMA)
merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung kurang dari tiga minggu.yang
dimaksud dengan telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran
timpani dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius.
Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu terjadi secara mendadak, di lanjutkan efusi
telinga tengah yang dapat berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme,
dan akhirnya muncul tanda inflamasi akut, antara lain otalgia, iritabilitas, dan demam. Otitis
Media Akut (OMA) adalah salah satu komplikasi Infeksi Saluran Pernapasan Atas ( ISPA) yang
paling sering pada anak. Tetapi baru-baru ini, pengaruh virus pernapasan juga ditekankan
sebagai agen penyebab OMA. Telah diketahui bahwa anakanak dengan infeksi Respiratory
Syncytial Virus (RSV) sering berkomplikasi menjadi OMA.

Telinga tengah adalah organyang biasanya dalam keadaan steril. Bila terdapat infeksi
bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran
bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu- bulu halus yang dimiliki oleh
tuba eustachii. OMA terjadi akibat tidak berfungsinya sistem pelindung tadi. Sumbatan atau
peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media. Pada anak-anak,
semakin sering terserang ISPA, kemungkinan terjadinya OMA juga semakin besar. Dan pada
bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba eustachii pendek, lebar, dan letaknya agak
horizontal.Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang cukup berkaitan dengan
terjadinya OMA. Kasus OMA secara umum banyak terjadi pada anak- anak dibandingkan
kalangan usia lainnya. Kondisi demikian terjadi karena faktor anatomis, dimana pada fase
perkembangan telinga tengah saat usia anak-anak, tuba Eustachius memang memiliki posisi yang
lebih horizontal dengan drainase yang minimal dibandingkan dengan usia lebih dewasa. Hal
inilah yang membuat kecenderungan terjadinya OMA pada usia anak-anak lebih besar dan lebih
ekstrim dibandingkan usia dewasa. Otitis media akut adalah salah satu penyakit tersering pada
anak-anak, terhitung sekitar satu dari empat dari semua peresepan obat untuk anak-anak di
bawah 10 tahun di US. Meski otitis media akut sering sembuh dengan sendirinya dalam 4-7 hari
tanpa memakai antibiotik (self limiting), tapi kondisi ini dapat mempengaruhi intelektual anak &
kemampuan berbahasa, begitu juga dengan prestasinya di sekolah (Cheong dan Hussain, 2012).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.KONSEP DASAR TEORI

1.Definisi Penyakit otitis

Otitis adalah Infeksi saluran telinga meliputi infeksi saluran telinga luar (otitis
eksternal),saluran tengah (otitis media),mastoid(mastoiditis) dan telinga bagian dalam
(labiringthis).otitis media,suatu inflamasi telingah tengah berhubungan dengan efusi telinga
tengah,yang merupakan penumpukan cairan di telingah tengah.(Rahajoe,2012).atau dalam
sebutan sehari-hari di sebut “congek”.

Klasifikasi otitis media (Efiaty,2007)

a. Otitis media akut terjadi karena fakto pertahanan tubuh terganggu


b. Otitis media sub akut
c. Otitis media kronik terjadi infeksi dengan peforasi membrane timpani dan secret yang
keluar dari telinga yang terus menerus atau hilang timbul.secret mungkin encer atau
kental,bening berupa nanah.otitis media akut menjadi otitis media kronik apabila proses
infeksi lebih dari 2 bulan.

2.Prevalensi

Prevalensi terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 1 tahun sekitar 62 %,
sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83 %. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75%
anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah
dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya 25 % anak mengalami
minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun (Abidin,2009). Selama lebih dari 20tahun
terakhir, insiden OMA meningkat 68 % di Finlandia, sementara OMA berulang meningkat
39 % di Amerika. OMA terjadi pada 2 kelompok umur berbeda, lebih sering pada kelompok
yang lebih muda (0 sampai 5 tahun) dibandingkan pada kelompok yang lebih tua (5 sampai
11 tahun). Pada umur 6 bulan, sekitar 25 % dari semua anak mendapat 1 atau lebih episode
OMA. Pada umur 1 tahun, gambaran ini meningkat menjadi 62 %; pada umur 3 tahun,
menjadi 81 %; dan pada umur 5 tahun, menjadi 91 %. Setelah umur 7 tahun, insiden
menurun (Aziz, 2007).

Di Indonesia sendiri, belum ada data akurat yang mencantumkan angka nasional yang
ditemukan untuk menunjukkan angka kejadian, insidensi, maupun prevalensi OMA.
Suheryanto menyatakan bahwa OMA merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam
praktek sehari-hari, bahkan di poliklinik THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada tahun
1995 dan tahun 1996, OMA menduduki peringkat enam dari sepuluh besar penyakit
terbanyak dan pada tahun 1997 menduduki peringkat lima, sedangkan di poliklinik THT
RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 1995 menduduki peringkat dua (Suheryanto,
2000).

3.Etiologi penyakit otitis

a.Otitis media akut :

Otitis media akut Penyebab utama : bakteri Streptococcus pnemoniae, Hemophylus


bakteri Streptococcus pnemoniae, Hemophylus influenza, dan Moraxella catarrhalis. Yang
memasuki telinga tengah setelah tuba eustasius mengalami disfungsi akibat obstruksi yang di
sebabkan oleh infeksi pernapasan ata,inflamasi jaringan sekitar (rinosinusitas,hipertrofi
adenoid)atau reaksi alergi.bakteri dapat memasuki tuba eustasius dari sekresi yang
terkontaminasi di dalam nasofaring dan telinga tengah akibat perforasi membrane
timpani.gangguan ini paling sering terjadi pada anak-anak.karena tuba eustachii pada anak-
anak relative luas, lurus dan pendek sehingga radang hidungdan tenggorokan tenggorokan lebih
lekas mencapai telinga tengah.

Factor lain: Perforasi membrane timpani bisa akibat trauma akibat ledakan, pukulan, dan
kesalahan dalam penggunaan pengorek kuping sampaimenyebabkan luka dan pecahnya
membrane timpani (gendang telinga), sehingga bakteri mudah masuk ke dalam telinga tengah.

  b.Otitis media kronik 

Disebabkan karena infeksi berulang otitis media akut yang menyebabkan patologi
jaringan permanen (ireversibel) dan perforasi persisten pada membrane timpani.infeksi kronis
pada telinga tengah menyebabkan kerusakan membrane timpani yang dapat menghancurkan
osikel,dan dapat mengenai mastoid.

4.Manifestasi Klinis

a.otitis media akut

 Gejala beragam berdasarkan tingkat keparahan infeksi; biasanya bersifat unilateral pada
orang dewasa dan pada anak kecil dan bayi dapat mual,muntah,diare dan demam,gelisah
susah tidur,kejang dan memegang telinga yang sakit.gendang telinga mengalami
peradangan yang menonjol dan keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu
berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah jika gendang telinga robek.
 Nyeri di dalam dan di sekitar telinga (otalgia) mungkin intens dan hanya akan redasetelah
perforasi spontan gendang telinga atau setelah miringotomi.
 Demam ; drainase dari telinga,kehilangan pendengaran
 Membrane timpani mengalami eritema dan sering kali menonjol
 Kehilangan pendengaran konduktif di sebabkan oleh eksudat di dalam telinga tengah.
 Bahkan jika kondisi menjadi subakut (3 minggu sampai 3 bulan)di sertai dengan rabas
purulent,ketulian permanen jarang terjadi

b.otitis media kronik

 Gejala mungkin minimal dengan tingkat ketulian yang bervariasi dan otarea
(rabas),berbau busuk yang persisten atau intermiten.
 Pasien mungkin merasakan nyeri jika terdapat mastoditas akut;ketika mastoiditas
terjadi,area pasca auricular menjadi kenyal;eritema dan edema dapat terjadi
 Kolesteatoma(kantung yang berisi kulit yang mengalami degenerasi dan materi sebasea)
mungkin dimanifestasikan sebagai massa putih di belakang membrane timpani yang
terlihat melaui otoskop.jika tidak diobati,kolesteatoma akan terus tumbuh
menghancurkan struktur tulang temporal ,kemungkinan menyebabkan kerusakan pada
saraf fasial dank anal horizontal serta hancurnya struktur lain di sekitarnya pemeriksaan
auditori sering kali menunjukkan tuli konduktif atau campuran.

5.Patofisiologi
a.otitis media akut

Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Bakteri yang umum
ditemukan sebagai organisme penyebab adalah bakteri Streptococcus pnemoniae, Hemophylus
influenza, dan Moraxella catarrhalis.Paling sering terjadi disfungsi tuba eustachii seperti
obstruksi. yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), inflamasi jaringan  
sekitarnya(eg: sinusitis,hipertropi adenoid), adenoid), atau reaksi alergi (eg: Bakteri tersebut
menyebar ke telinga tengah yangnormalnya steril melewati tuba eustachii sehingga dan terjadi
disfungsi tuba eustachii.Kita ketahui bahwatuba eustachii merupakan penghubung daerah
nasofaring di rongga mulut dengan ronggs telinga yang fungsihnya adalah Menjaga
keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan Menjaga keseimbangan tekanan udara di
dalam telinga dan menyesuaikan dengan tekanan udara di luar.Juga Sebagai sawar kuman yang
mungkin akan masuk ke dalam Sebagai sawar kuman yang mungkin akan masuk ke dalam
telinga tengah.

Karena, fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman Karena fungsi tuba
eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu,
sehingga bakteri menyebar ke ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga bakteri
menyebar kedalam telinga tengah dan terjadi infeksi respon inflamasi yang ditandai dengan
pembengkakan dan kemerahan di sekitar tuba eustachii dengan pembengkakan dan kemerahan di
sekitar tuba eustachii menyebabkan tuba eustachii semakin tersumbat, lalu sel-sel darah beraksi
melawan bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri Sebagai hasilnya terbentuklah
eksudat purulen (nanah) dalam telinga tengah.

Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius Selain itu pembengkakan
jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di
telinga tengah terkumpul di belakang lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul
di belakang membrane timpani (gendang telinga). Jika lendir dan nanah bertambah membrane
timpani (gendang telinga).

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat dapat terganggu karena
terganggu karena gendang telinga dan tulang- tulang kecil penghubung gendang telinga dengan
organ pendengaran di telinga dalam tidak bergerak bebas.dan juga menyebabkan perforasi pada
membran timpani akibat tekanan yang berlebihan.

Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak-anak, karena tuba eustachii pada anak-
anak relative luas, lurus dan pendek. sehingga radang hidung dan tenggorokan lebih lekas
mencapai telinga tengah dan menyebar ke tuba eustachii sehingga menyebabkan otitis media
akut.

b.otitis media kronik

Otitis media kronik disebabkan karena episode berulang otitis mediaakut. Sering
berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani.infeksi kronik telinga tengah tak
hanya mengakibatkan kerusakan membran timpani tetapi juga hampir selalu melibatkan mastoid
dan juga mengakibatkan.pembentukan kolesteatoma, yang merupakan yang merupakan
pertumbuhan kulit pertumbuhan kulit ke ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar membran
timpani ke telinga tengah.Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantong luar, yang
akan berisi kulit yang yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekatke struktur
telinga tengah dan mastoid.bila tidak ditangani kolesteatoma dapat tumbuh terus dan
menyebabkan paralisis nervus fasialis, kehilangan pendengaran sensorineural/ gangguan
keseimbangan dan abses otak.Selain itu akibat dari kolesteatoma yang tumbuh terus menerus,
semakin membesar dapat menekan jaringan tulang sekitar sehingga menyebabkan destruksi
osikulus (tulang-tulang telinga).

6.Komplikasi

a. Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis).


b. Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
c. Tuli Tuli
d. Peradangan pada selaput otak (meningitis).
e. Abses otak.

7.Pemeriksaan penunjang

a. a.Pemeriksaan dengan atoskop (alat untuk memeriksa liang-liang gendang Pemeriksaan


dengan atoskop (alat untuk memeriksa liang-liang gendangtelinga dengan jelas)
b. Melihat ada tidaknya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang
telinga menjadi kemerahan / agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga
c. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga
yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon gendang telinga terhadap
perubahan tekanan udara.Dengan tujuan : untuk melihat berkurangnya atau tidak ada
sama sekali gerakan gendang telinga.
d. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekuatan membran timpani.
e. Kultur dan dan uji sensitifitas dilakukan timpano sintesis (aspirasi jarum dari dilakukan
timpano sintesis (aspirasi jarum daritelinga tengah melalui membran timpani)

8.Penatalaksanaan

a.otitis media akut :

 Dengan terapi antibiotic spectrum luas sejak dini dan tepat ,otitis media dapat hilang
tanpa menyisahkan sekuela yang serius.jika terdapat drainase sediaan anti biotik dapat
diresepkan.
 Hasil akhir bergantung pada efektivitax terapi (dosis antibiotic oral yang diresepkan dan
durasi terapi).virulensi bakteria dan status fisik pasien.
 Miringtomi(timpanotomi),jika kasus otitis media ringan ditangani secara efektif tindakan
miringtomi mungkin tidak di perlukan.jika miringtomi di lakukan akan di buat insisi
menuju membrane timpani untuk meredakan gejala dan mengalirkan cairan seosa atau
cairan purulent dari telinga tengah.prosedur yang tidak terasa nyeri biasanya di lakukan
kurang dari 15 menit .jika episode otitis media akut terjadi kembali dan tidak aada
kontraindikasi,slang ventilasi atau slang penyeimbang tekanan dapat di masukkan.

b.otitis media kronik :


 Pengisapan dan pembersihan telinga yang cermat dapat di lakukan d bawah panduan
mikroskop.
 Antibiotic tetes di masukkan atau antibiotic serbuk di gunakan untuk mengatasi rabas
purulent
 Prosedur timpanoplasti (miringplasti dan jenis yang lebih ektensif) dapat di lakukan
untuk mencegah infeksi berulang,mengembalikan fungsih telinga tengah,menutup
perforasi,dan memperbaiki pendengaran.
 Osikuloptasi mungkin di lakukan untuk merekontruksi tulang telinga tengah guna
mengembalikan fungsih pendengaran.
 Mastoidektomi dapat di lakukan untuk mengeluarkan kolesteatoma,membuka akses ke
struktur yang mengalami penyakit,dan membuat telinga tetap kering(tidak terinfeksi) dan
sehat.

9.Upaya pencegahan

a. Pencegahan terjadinya ISPA pada anak-anak dan bayi


b. Pemberian asi selama 6 bulan
c. Hindari memasukkan apapun kedalam telinga
d. Liang telinga dapat bersih dengan sendirinya sehingga tidak perlu di bersihkan
dengan katenbuds.
e. Bila ada kotoran berbentuk berlebih konsultasikan dengan dokter spesialid THT
f. Jagalah telinga tetap kering
g. Hindari penerbangan saat menderita infeksi telinga.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN OTITIS MEDIA

A.PENGKAJIAN

1.Identitas klien

2.Riwayat Kesehatan

a.riwayat kesehatan dahulu

Apakah ada kebiasaan berenang,apakah pernah mengalami gangguan


pendengaran (kapan,berapa lama,pengobatan apa yang di lakukan,bagaimana
kebiasaan membersihkan telinga,keadaan lingkungan tenang,daerah
industry,polusi).apakah riwayat pada anggota keluarga

b.riwayat kesehatan sekarang

kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat anamnesa,seperti


penjabaran dari riwayat adannya kelainan nyeri yang dirasakan.

c.riwayat kesehatan keluarga

mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang
sama .ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan
riwayat alergi pada keluarga.

3.pemeriksaan Fisik

a.keadaan umum klien

 Kepala
Lakukan inpeksi,palpasi,perkusi dan didaerah telinga dengan menggunakan senter
ataupun alat-alat lainnya apakah ada cairan yang keluar dari telinga bau,warna
dan jumlah, apakah ada tanda-tanda radang .
 Kaji adanya nyeri pada telinga
 Leher,kaji adanya pembesaran limfe di daerah leher
 Dada/thorax
 Jantung
 Perut/abdomen
 Genitourinaria
 Ektremitas
 Sistem integument
 Sistem neurologi

b.data pola kebiasaan sehari-hari

 Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada
perbedaan komsumsi dietnya
 Eliminasi
Kaji miksi dan defikasi klien
 Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk
berkomunikasidengan orang lain karena ada gangguan pada telinga nya sehingga
ia kurang mendengar atau kurang nyambung tentang apa yang di bicarakan orang
lain.

c.pemeriksaan diagnostic

d.tes audiometri : AC Menurun

e.x-ray terhadap kondisi patologi

f.tes berbisik

g.tes garpu tala


B.DIAGNOSA

1.nyeri akut berhubungan dengan infeksi/perdangan di tandai dengan mengelu nyeri bersikap
protektif dan gelisah.

2.gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran di tandai dengan


kerusakan syaraf di telinga

3.gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya efek pendengaran di tandai


dengan sulit memahami komunikasi .

4.ansietas berhubungan dengan krisis situsional di tandai dengan merasa khawatir dan cemas atas
masalah yang akan di hadapi penurunan pendengaran dan lain-lain.

5.defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di tandai dengan perilaku
pemeriksaan yang tidak tepat di tangani

C.INTERVENSI

a.nyeri akut berhubungan dengan inflamasi di tandai dengan tampak meringis dan gelisah

Tujuan : kontrol nyeri,

Dengan kriteria hasil :

Mampu mengontrol nyeri

-Manejemen nyeri (berkurang )

-Menyatakan rasa nyaman dengan terapi

Intervensi :

1.Observasi : identikasi nyeri secara menyeluruh (karakteristik,lokasi dan frekuensi


nyeri),identifikasi respon nyeri non verbal,dan identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri,monitor efek samping penggunaan analgetik dan terapi komplementer yang
sudang di berikan

2.terapeutik :berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri seperti teknik
imajinasi terbimbing,dan lain-lain,control lingkungan yang memperberat rasa nyeri,fasilitasi
istirahat tidur. Dan pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.

3.Edukasi: ajarkan dan jelaskan pada keluarga penyebab,periode dan pemicu nyeri,jelaskan
strategi meredakan nyeri,anjurkan menggunakan analgetik secara tepat dan ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

4.kalaborasi: dengan dokter pemberian analgetik

b.gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran di tandai dengan


kerusakan syaraf di telinga

Tujuan: persepsi sensori baik

Dengan kriteria hasil :

1.klien akan mengalami peningkatan persepsi sensori pendengaran sampai pada tingkat
fungsional.

a.observasi : periksa status mental,status sensori dan tingkat kenyamanan(misalnya


nyeri,kelelahan),identifikasi faktor resiko delirium dan tipe delirium dan monitor status
neurologis dan tingkat delirium

b.terapeutik : diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori( misalnya bising),batasi


stimulasi lingkungan (misalnya cahaya ,suara dan aktivitas),jadwalkan aktivitas harian dan waktu
istirahat,sediakan jam dan kalender yang mudah terbaca .dan berikan informasi baru secara
perlahan,sedikit demi sedikit,diulang-ulang.

c.edukasi : ajarkan keluarga cara meminimalisi stimulus( misalnya mengatur pencahayaan


ruangan,mengurangi kebisingan dan membatasi kunjungan) dan anjurkan penggunaan alat bantu
sensorik seperti alat bantu dengar.

d.kalaborasi :dengan keluarga dalam meminimalkan prosedur/tindakan,kalaborasikan dengan


dokter pemberian obat yang mempengaruhi persepsi stimulus.

3.gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran di tandai dengan


sulit memahami komunikasi

Tujuan : mampu merasakan stimulasi dari suara,raba aroma dan gambar visual

Dengan kriteria hasil :

1.ketajaman pendengaran meningkat


2.memahami kalimat/cerita/symbol meningkat

3.komunikasi jelas.

a.observasi :periksa kemampuan pendengaran,identifikasi metode komunikasi yang disukai


pasien (misal: lisan,tulisan,gerakan bibir ,bahasa isyarat.

b.Terapeutik : gunakan bahasa sederhana,gunakan bahasa isyarat jika perlu,verivikasi apa yang
dikatakan dan di tulisa pasien,fasilitasi alat bantu pendengaran,pertahankan kontak mata saat
berbicara dengan pasien,hindari kebisingan saat berkomunikasi,lakukan irigasi telinga jika perlu
dan pertahankan kebersihan telinga.

c.edukasi : anjurkan menyampaikan pesan dengan isyarat,dan ajarkan membersihkan serumen


dengan tepat.

d.kalobarasi : dengan dokter dan keluarga tentang cara berkomunikasi dengan pasien.

4.ansietas berhubungan dengan krisis situsional di tandai dengan merasa khawatir dan cemas atas
masalah yang akan di hadapi penurunan pendengaran dan lain-lain

Tujuan: Rasa cemas dapat terkontrol (berkurang/hilang)

Dengan kriteria hasil:

1.klien mampu mengungkapkan kekhawatirannya

2.klien tidak gelisah dan tegang

3.Tanda-tanda vitalnya normal.

1.observasi : identifikasi saat tingkat ansietas berubah( misalnya kondisi,waktu dan


stressor),monitor tanda-tanda ansietas

2.Terapeutik : ciptakan terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan,temani pasien untuk


mengurangi kecemasan,jika memungkinkan dengarkan dengan penuh perhatian,motivasi
mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan dan diskusikan perencanaan yang realistis
tentang peristiwa yang akan datang.
3.edukasi : jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin di alami,informasikan secara
factual mengenai diagnosis,pengobatan dan prognosis,anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien,anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi dan latih teknik relaksasi

4.kalaborasi : dengan dokter pemberian obat antiansietas,jika perlu.

5.defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di tandai dengan perilaku
pemeriksaan yang tidak tepat di tangani

Tujuan: Pengetahuan proses penyakit

Dengan kriteria hasil:

- keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,dan program pengobatan.

- keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

Intervensi:

a.observasi: Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit dan
pengobatan yg akan dilakukan untuk anaknya

b.Kalaborasi: dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan promosi kesehatan.

c.Edukasi: ajarkan pada keluarga teknik koping yg dibutuhkan dalam mengatasi perkembangan
anak
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Otitis adalah Infeksi saluran telinga meliputi infeksi saluran telinga luar (otitis
eksternal),saluran tengah (otitis media),mastoid(mastoiditis) dan telinga bagian dalam
(labiringthis).Otitis media akut Penyebab utama : bakteri Streptococcus pnemoniae, Hemophylus
bakteri Streptococcus pnemoniae, Hemophylus influenza, dan Moraxella catarrhalis.Otitis media
kronik Disebabkan karena infeksi berulang otitis media akut yang menyebabkan patologi
jaringan permanen (ireversibel) dan perforasi persisten pada membrane timpani.Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang lendir yang dihasilkan sel-sel di
telinga tengah terkumpul di belakang membrane timpani (gendang telinga).

Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak-anak, karena tuba eustachii pada anak-
anak relative luas, lurus dan pendek.

B.SARAN

Di harapkan bagi masyarakat, agar segera ke pelayanan kesehatan jika gejala OMSK (keluar
cairan dari liang telinga,gangguan pendengaran,vertigo,nyeri telinga, perforasi mimbran
timbani ), untuk tatalaksana sehingga penyakit tidak berlanjut menimbulkan komplikasi.dan bagi
peneliti dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan desain cohort study,untuk mencari
hubungan kausatif yang lebih kuat antara kolesteatom dsn komplikasi OMSK.perlu dilakukan
penelitian lebih spesifik terutama terkait perbedaan karakteristik dari ada tidaknya kolesteatom
pada OMSK.

DAFTAR PUSTAKA

1.Amin Huda Nurarif, S. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2 . Jogjakarta: Percetakan Medication Publishing
Jogjakarta.
2.Tim pokja SDKI DPP.PPNI(2017),Standar diagnosis keperawatan definisi dan indicator
diagnostic edisi 1,cetakan III(Revisi .dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional
Indonesia ,jakartan selatan
3.Tim pokja SIKI DPP.PPNI (2018).Standar intervensi keperawatan Indonesia definisi dan
tindakan keperawatan edisi 1,Cetakan II,Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional
Indonesia,Jakarta selatan
4.Tim pokja SIKI DPP.PPNI (2019) standar .Luaran keperawatan Indonesia definisi dan
kriteria hasil keperawatan edisi 1,Cetakan II,Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional
Indonesia,Jakarta selatan
5.Brunner dan Suddert (2013).Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12 Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai