Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUCOMA

DI SUSUN

KELOMPOK 6 :

Bayu Stiaji (21142019001)

Endang Setiawati (21142019029)

Yuni Ameliana (21142019006)

Dosen Pembimbing :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA

PALEMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GLAUCOMA”. Makalah ini

disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Medical

Bedah (KMB III) Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bina Husada Palembang.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah ikut serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Semoga Tuhan meridhoi segala usaha kita. Amin.

Palembang, Maret 2022

Penulis

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .......................................................................................... 1

B. Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ................................................................................................. 3

B. Klasifikasi ................................................................................................. 4

C. Etiologi...................................................................................................... 6

D. Patofisiologi............................................................................................... 6

E. Pathway .................................................................................................... 8

F. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 8

G. Penatalaksanaan......................................................................................... 9

H. Pencegahan................................................................................................ 11

I. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................. 11

J. Komplikasi ................................................................................................. 11

BAB III ASKEP TEORI

A. Pengkajian ............................................................................................... 13
B. Diagnosis ................................................................................................. 15
C. Rencana ................................................................................................... 16
D. Implementasi ........................................................................................... 18
E. Evaluasi ................................................................................................... 18

iii
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ 20

B. Saran.......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 21

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap
ditandai oleh peningkatan tekanan intraokular, degenerasi papil saraf optik dan
hilangnya lapang pandang yang khas. Diagnostik pasti glaukoma baru dapat dibuat
bila peningkatan tekanan intraokular telah memberikan kerusakan pada papil saraf
optik. Salah satu atau semua tanda-tanda klinik dapat ditemukan pada pemeriksaan
(Ilyas, 2019).
Pada dekade terakhir, prevalensi glaukoma meningkat dengan cepat seiring
dengan pertumbuhan populasi penduduk dan pertambahan usia mereka. Pada tahun
2010, jumlah penderita glaukoma mencapai 60,5 juta individu. Kejadian glaukoma
secara global diperkirakan mencapai angkat 76 juta di tahun 2020 dan 111,8 juta di
tahun 2040. Sebanyak 2,78% gangguan penglihatan di dunia disebabkan oleh
glaukoma. Dalam kasus kebutaan, glaukoma menjadi penyebab kedua terbesar setelah
katarak di dunia (Infodatin, 2019).
Laporan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sebanyak
2,78% gangguan penglihatan di dunia disebabkan oleh glaukoma. Dalam kasus
kebutaan, glaukoma menjadi penyebab kedua terbesar setelah katarak di dunia.
Jumlah penderita glaukoma mayoritas berada di Asia Selatan dan Asia Timur.
Sedangkan pada negara-negara dengan pendapatan tinggi (high income) jumlah
penderita glaukoma cenderung lebih sedikit. Penderita Glaukoma di dunia terdapat
285 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan, 39 juta diantaranya
mengalami kebutaan. Glaukoma menyebabkan gangguan penglihatan sebanyak 2%
dan kebutaan sebanyak 8%. Pada tahun 2020 diperkirakan penderita glaukoma di
seluruh dunia akan meningkat sebanyak 76 juta dengan proporsi terbanyak terdapat di
wilayah Asia dan Afrika.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum :
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur
sistem persepsi sensori dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang
glaukoma dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit glukoma.
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui definisi dari glaukoma. 

1
b. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
c. Untuk mengetahui etiologi glaukoma.
d. Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis glaukoma.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis glaukoma.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis
yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO). (Indriana, 2012 : 146).
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya
tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan bola mata ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam bola mata
dan tekanan yang tinggi dalam bola mata bisa merusak jaringan – jaringan syaraf
halus yang ada di retina dan di belakang bola mata. (Amin Huda, 2015 : 36)
Jadi Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara produksi dengan pembuangan cairan pada bola mata
sehinga meningkatkan tekanan intraokuler (TIO) ditandai dengan pupil penderita
berwarna hijau kebiruan.
ANATOMI/FISIOLOGI

Bagian– bagian mata :
1. Sclera adalah pembungkus yang kuat dan fibrus. Sclera
membentuk putih mata dan bersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela
membrane yang bening. Yaitu kornea, sclera melindungi struktur matayang sangat
halus, serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
2. Koroid atau lapisan tengah berisis pembuluh darah, yang merupakan ranting– ranting
arteria oftalmika, cabang dari arteria karotis internal.Lapisan caskuler ini membentuk
iris yang berlubang ditengah nya, atauyang disebut pupil (manik) mata.

3
3. Retina adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri dari atas sejumpalhlapisan serabut,
yaitu sel – sel saraf, batang– batang, dan kerucut.Semuanya termasuk dalam kontruksi
retina, yang merupakan jaringansaraf halus yang mengantar implus saraf dari luar
menuju diskus optic,yang merupakan titik tempat saraf optic meningalkan biji mata.
4. Kornea adalah bagian depan yang transpran dan tersambung dengansclera yang putih
dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapalapisan. Lapisan tepi adalah
epiteolium berlapis yang bersambungdengan kinjungtiva.
5. Bilik anterior (kamera okuli anterior), yang terletak antara kornea daniris.
6. Iris adalah tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaput koroid. Iris
berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau
otot polos. Kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok yang
lain melebarkan ukuran pupil itu.
7. Pupil adalah bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris,
tempat cahaya masuk guna mencapai retina.
8. Bilik posterior (kamera okuli posterior) terletak diantara iris dan lensa.Baik bilik
anterior maupun bilik posterior disi dengan akeous tumor.
9. Akueus tumor. Cairan ini berasal dari korpus siliare dan diserat kembalikedalam
aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagi
saluran schelemm.
10. Lensa adalah sebuah benda transparan bikonviekks ( cembung depan– belakang) yang
terdiri atas beberapa lapisan.
Fungsi mata. Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima
rangsangan berkas – berkas cahaya paa retina, lantas dengan
perantara serabut nervus optikus megalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada
otak untuk ditafsirkan.

B. Klasifikasi Glaukoma

Klasifikasi dari glaukoma menurut Ilyas (2014) sebagai berikut :

1. Glaukoma Primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu


timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang
sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam
keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia

4
tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ),
yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang disebut
sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran
schleem, dan saluran yang berdekatan.

Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada,
kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup / sudut semu (akut)

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang
anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel
ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlem.
Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan
cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang
timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang
berat, penglihatan kabur. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, tidak segera
ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata


lain atau trauma didalam bola mata, yang menyebabkan penyempitan
sudut/peningkatan volume cairan dari dalam mata. Misalnya glaukoma sekunder
oleh karena hifema, laksasi/sub laksasi lensa, katarak instrumen, oklusio pupil,
pasca bedah intra okuler.
3. Glaukoma Kongenital

Glaukoma Kongenital adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi


dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05 %) manifestasi
klinik biasanya adanya pembesaran mata (bulfamos), lakrimasi.
4. Glaukoma absolut

Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/ terbuka)


dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan

5
gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata
dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan
dengan rasa sakit sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris,
keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan
siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata
telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

C. Etiologi
Penyebab dari Glaukoma (Sidarta Ilyas, 2004 dalam Nanda Nic Noc Jilid 2) :
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
2. Berkurangnya pengeuaran cairan mata di daerah sudut bilik mata / dicelah pupil
Glaukoma terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara proses produksi dan
ekskresi/aliran keluar aqueous humor. Beberapa faktor resiko yang dapat
memicu terjadinya glaukoma adalah tekanan darah yang tinggi, diabetes
melitus, miopia, ras kulit hitam, pertambahan usia dan pasca bedah.
a. Tekanan Intra Okuli
Sejumlah faktor yang dapat berhubungan dengan timbulnya glaukoma sudut
terbuka primer adalah tekanan bola mata. Nilai batas normal tekanan bola
mata dalam populasi berkisar antara 10–21 mmHg.
b. Umur
Faktor bertambahnya umur memunyai peluang lebih besar untuk menderita
glaukoma sudut terbuka primer
c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan glaukoma dapat menjadi peluang besar seseorang
menderita glaukoma.
d. Ras
Sebuah hipotesa menyatakan bahwa ras merupakan faktor resiko terjadinya
glaukoma sudut terbuka primer berdasarkan data pada orang berkulit hitam
memunyai prevalensi tiga kali lebih besar untuk menderita glaukoma sudut
terbuka primer dibandingkan yang berkulit putih.
D. Patofisiologi

6
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada penyakit glaukoma disebabkan
oleh penipisan lapisan serabut saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya
akson di nervus optikus yang diakibatkan oleh kematian sel ganglion retina, sehingga
terjadi penyempitan lapangan pandang. Ada dua teori mengenai mekanisme
kerusakan serabut saraf oleh peningkatan tekanan intraokular, pertama peningkatan
tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada akson nervus optikus.
Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat
berkurangnya aliran darah pada papil nervi optici (Salmon, 2009).
Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul
penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa
faktor :
1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut
saraf pada papil saraf optik.
2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga
terjadi penggaungan pada papil saraf optik.
3. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan
serabut saraf optic

7
E. Pathway

TIO Meningkat
Glaukoma
Pembedahan
Hambatan Aliran
Serat saraf optik terdesak
Aquos Rusaknya
Humor sel jaringan

Gangguan lapangan pandang Nyeri Trabeculectomy

- Nyeri
Gangguan persepsi sensori visual Interpretasi salah Cemas - Resiko infeksi

Kurangnya pengetahuanResiko cidera

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis glaukoma menurut Tamsuri (2010) meliputi :

a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)

b. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu

c. Mual, muntah, berkeringat

d. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar

e. Visus menurun

f. Edema kornea

g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka)

h. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya

i. TIO meningkat

Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul

8
penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa
faktor :
1) Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas
serabut saraf pada papil saraf optik.
2) Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik
yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata.
Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah
sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.
3) Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum
jelas.
4) Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut
saraf optik.
G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Laser trabeculoplasty
Tindakan ini dilakukan dengan local anastesi untuk membuat lubang
dijaringan trabekular untuk membuka sudut, untuk mempermudah aliran
keluar aquos humor. Komplikasi bedah laser ditandai dengan sakit kepala yang
tidak berkurang dengan asetaminofen dan atau disertai mual, nyeri dahi, dan
atau perubahan tajam penglihatan.
b. Operasi filtrasi
Jenis ini meliputi trefinasi, sklerektomi atau sklerostomi dengan membuat
saluran dari ruang anterior ke luar subkonjungtiva.
c. Laser irodotomy atau iridectomy perifer
Kedua prosedur ini mengurangi tekanan dengan mengeluarkan bagian iris
untuk membangun kembali outflow aquos humor.
d. Cyclocryotherapy
Tindakan ini secara pemanen merusak sel dalam badan silier dan
menurunkan produksi aquos humor.
2. Non medis
a. Supresi pembentukan humor akuos
Penghambat adrenergic beta adalah obat yang paling luas digunakan untuk
terapi glaukoma. Obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasikan
dengan obat lain. Preparat yang tersedia sekarang yaitu timolol maleat

9
0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan
0,5%, dan metipranolol 0,3%.
1) Apraklonidin adalah suatu agonis adrenergik α2 baru yang
menurunkan pembentukan humor akuos tanpa efek pada aliran keluar.
2) Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetazolamid adalah yang paling
banyak digunakan, tetapi terdapat alternatif lain yaitu diklorfenamid dan
metazolamid. Digunakan untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal
tidak memberi hasil memuaskan dan glaukoma akut dimana tekanan
intraokuler yang sangat tinggi yang perlu segera di kontrol. Obat ini mampu
menekan pembentukan humor akuos sebesar 40-60%.
3) Brimonidine adalah agonis alpha adrenergik yang terutama
menurunkan produksi humor akuos dan yang kedua untuk
meningkatkan aliran keluar humor akuos.
b. Fasilitasi Aliran keluar humor akuos.
1) Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akuos
dengan bekerja pada jalinan trabekular meshwork melalui kontraksi otot
siliaris. Obat pilihan adalah pilokaprin, larutan0,5-6% yang diteteskan
beberapa kali sehari, atau gel 4% yang diteteskan sebelum tidur.
2) Analog prostaglandin meningkatkan sekresi uveoskleralc.
c. Penurunan volume korpus vitreum.
Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik
sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum. Selain itu terjaid penurunan
produksi humor akuos. Obat yang paling sering digunakan adalah Gliserin
(gliserol) oral.
d. Miotik, midriatik dan sikloplegik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut
tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil
penting dalam pengobatan penutupan sudut akibat iris bombe karena sinemia
posterior. Apabila penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran lensa ke
anterior, sikloplegik (siklopentolat dan atropin) dapat digunakan untuk
melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan aparatus zonularis
dalam usaha untuk menarik lensa kebelakang
H. Pencegahan

10
1. Banyak konsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan pemeriksaan
kesehatan mata ke dokter secara rutin.
2. Istirahat yang cukup dengan memejamkan mata
3. Pola hidup tenang menurunkan respon emosi terhadap stress, mencegah
perubahan okuler yang mendorong iris ke depan.
4. Gunakan obat tetes mata yang diresepkan dokter secara teratur.
5. Gunakanlah pelindung mata. Cedera mata yang serius dapat menyebabkan
glaukoma.

I. Pemeriksaan diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor
pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi: Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskop:Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glaukoma.
e. Tes Provokatif:digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED : Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : Memastikan Aterosklerosisi,PAK.
i. Tes Toleransi Glukosa : Menentukan adanya DM.

J. Komplikasi
1. Glaukoma Kronis
Penatalaksaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan glaukoma yang lebih
parah
2. Sinekia Anterior

11
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan
trabecular (sinekia anterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel
sudut kamera anterior dan menghambat aliran aqueous humor keluar
3. Katarak
Pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi,maka akan terjadi
permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan lensa
4. Kerusakan saraf optikus
Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi
tekanan mata akan semakin berat kerusakan saraf yang terjadi
5. Kebutaan
Kontrol tekanan intraocular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya
nervus optic dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan

BAB III

12
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
1. Riwayat atau adanya faktor risiko:
 Riwayat keluarga positif
 Umur penderita >40 tahun
 Riwayat penyakit mata: tumor mata, hemoragi intraokuler, uveitis
 Riwayat operasi mata
 Riwayat gangguan pengelihatan
 Penggunaan obat-obatan: antihistamin, kortikosteroid

2. Pemeriksaan fisik
 Melaporkan kehilangan pengelihatan perifer lambat
 Kaji ketajaman penglihatan snelen chart bila tersedia
 Awitan tiba-tiba dari nyeri berat pada mata sering disertai sakit kepala, mual dan
muntah
 Keluhan-keluhan sinar halo pelangi (bayangan disekitar mata), pengelihatan kabur
dan penurunan persepsi sinar.

3. Pemeriksaan Diagnostik
 Tonometri digunakan untuk pemeriksaan TIO, tonometri yang sering digunakan
adalah appalansi yang menggunakan lamp (celah lampu) dimana sebagian kecildaerah
kornea diratakan untuk mengimbangi beban alat ukur ysng mengukur tekanan, selain
itu ada juga metode langsung yang kurang akurat yang lebih murah, dan mudah
adalah schiotz tonometer dengan cara tonometer ditempatkan lansung diatas kornea
yang sebelumnya mata terlebih dahulu dianastesi.
 Gonioskopi digunakan untuk melihat secara langsung ruang anterior untuk
membedakan antara glaukoma sudut tertutut dengan glaukoma sudut terbuka
 Oftalmoskopi digunakan untuk melihat gambaran bagain mata secara langsung diskus
optik dan struktur mata internal

Penatalaksanaan Medik

 Tujuan farmakologik adalah untuk mempertahankan kontraksi pupil agar pengaliran

13
humor aqueous lebih baik dan produksi humor aqueous dapat dikurangi
 Pemberian obat diharapkan haruslah sesuai dengan anjuran
 Ada beberapa alternatif obat yang diberikan :

 Pilocarpine
Adalah obat miotik yang dipilih dalam pengobatan glaukoma sudut terbuka yang
biasanya diberikan dalam bentuk tetes mata atau dalam bentuk lain tetesan membram
(ocusert) yang biasanya diletakkan pada diatas / dibawah konjungtiva diberikan pada
malam hari agar efek miotik stabil pada pagi harinya dan efek bertahan sampai
seminggu, efek yang muncul biasanya seringkali menurunkan penglihatan selama 1 -2
jam dan dapat menyebabkan spasme mata yang sering pada orang-orang muda

Cont : pilocarpine, carbachol( carbecel) efek ialah merangsang reseptor kolinergik,


mengkontraksikan otot-otot iris untuk mengecilkan pupil da n menurukan tahanan
terhadap aliran humor aqueous juga mengkontraskan otot-otot ciliary untuk
meningkatkan akomodasi.

Kolonerasi inhibitor (miotik)

Physostigmine(eserine), Demecarium bromide(humorsol), isoflurophate(floropryt),


echothiopine iodide (phospoline iodede) yang mempunyai efek menghambat
penghancuran asetylchloholine yang berefek sebagai kolinergik tidak digunakan pada
glaukoma sudut tertutup(meningkatkan tahanan pupil)

 Agent penghambat beta adrenergik /adrenigic beta bloker


dapat digunakan secara mandiri atau kombinasi dengan obat-obat lainseperti
Betaxolol mempunyai keuntungan sedikit efek samping pada pulmonal. Penekanan
pada lakrimal selama satu menit dapat mencegah efek sisitemik yang cepat

cont : timolol meleate (timoptic), betaxolol hydrochloride (betoptic), levobunol


hydraochloride (betagan) yang berefek memblok impuls-impuls adrenergik
(sympathetik) yang secara normal menyebabkan mydriasis, mekanisme yang bisa
menurunkan IOP, tidak jelas.

 Agen osmotik

14
Yang biasanya diberikan pada keadaan yang akut yang berat dalam maksud
menurunkan IOP dengan menyerap cairan dari mata, bila osmotik oral tidakefektif
atau meyebabkan mual, manitol dapat diberikan secara intravenous

Contoh : glicerine, (glycerol, osmoglyn), mannitol (osmitrol), urea (ureaphil, urevert)


berefek meningkatkan osmolaritas plasma darah, meningkatkan aliran aqueous humor
keplasma

Cat” obat midriatik dan cycloplegik merupakan kontradiksi pada orang dengan
glaukoma karena dapat menyebabkan terbatasnya aliran humor aqueous humor.

 Agen adrenergik
seperti efinephryl borate(eppy), epinephrine hydrochloride (glaucon, epifrin),
epinephrine bitartrate(epitrate,mucocoll), dipivefrin (propine) berefek menurunkan
produksi humor aqueous dan meningkatkan aliran aqueous jangan menggunakan
untuk glaukoma sudut tertutup

 carbonik anhydrase inhibitor :


acetazolamide(diamox), ethoxzolamide(cardase), dichlorhenamide(daramide),
methazolamide (neptazane) berefek menghambat produksi humor aqueous

 terapi pembedahan
terapi pembedahan dilakukan apabila cara konservatif gagal untuk mengatur
peningkatan IOP antara lain iridotomy/iredektomy dengan membuang sebagian kecil
iris dan membuka saluran antara ruang posterior dan anteriordan biasanya kalau gagal
dapat dilakukan trabeculectomy dengan membuat pembukaan antara anterior dan
rongga subkojungtiva

B. Diagnose Keperawatan
1. Penurunan sensori-persepsi visual s.d. kerusakan serabut syaraf oleh karena
peningkatan TIO
2. Nyeri s.d peningkatan TIO
3. Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini s.d kurang
informasi tentang penyakit glaukoma.
4. Cemas s.d penurunan pengelihatan aktual.

15
5. Potensial injuri s.d penurunan lapang pandang
6. Ketidakmampuan dalam perawatan diri s.d.penurunan penglihatan
C. Rencana Keperawatan
Penurunan sensori pengelihatan s.d. kerusakan serabut syaraf karena peningkatan TIO

Ditandai:

Data subyektif:

 Menyatakan pengelihatan kabur


 Menyatakan adanya sambaran seperti kilat (halo)

Data obyektif:

 Visus menurun
 TIO meningkat

Kriteria Evaluasi

 Klien dapat meneteskan obat dengan benar


 Kooperatif dalam tindakan
 Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen
 Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji dan catat ketajaman pengelihatan 1. Menetukan kemampuan visual


2. Kaji deskripsi fungsional apa yang
dapat dilihat/tidak.
2. Memberikan keakuratan thd
pengelihatan dan perawatan.
 Sesuaikan lingkungan dengan 3. Meningkatkan self care dan
kemampuan pengelihatan: mengurangi ketergantung
 Orientasikan thd lingkungan. 4. Meningkatkan rangsangan pada waktu
 Letakan alat-alat yang sering kemampuan pengelihatan menurun.
dipakai dalam jangkuan

16
pengelihatan klien.
 Berikan pencahayaan yang cukup.
 Letakan alat-alat ditempat yang
tetap.
 Berikan bahan-bahan bacaan
dengan tulisan yang besar.
 Hindari pencahayaan yang
menyilaukan.

3. Gunakan jam yang ada bunyinya.


4. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang
dapat diterima klien.
5. Anjurkan pada alternatif bentuk
rangsangan seperti radio. TV.

Cemas berhubungan dengan penurunan penglihatan, kurangnya pengetahuan.

Ditandai:

Data subyektif:

 Menyatakan perasaan takut


 Sering menanyakan tentang penyakitnya
 Mengakui kurangnya pemahaman

Data obyektif:

 Suara gemetar
 Tampak gugup
 Nadi meningkat
 Berkeringat dingin

Kriteria evaluasi

17
 Berkurangnya perasaan gugup
 Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan
 Posisi tubuh rileks.

INTERVENSI RASIONAL

1. Hati-hati menyampaikan hilangnya 1. Kalau klien belum siap, akan


pengelihatan secara permanen menambah kecemasan.
2. Berikan kesempatan klien 2. Pengekspresikan perasaan membantu
mengekspresikan tentang kondisinya. klien mengidentifikasi sumber cemas.
3. Pertahankan kondisi yang rileks. 3. Rileks dapat menurunkan cemas.
4. Jelaskan tujuan setiap tindakan 4. Dengan penjelasan akan memberikan
5. Siapakn bel di tempat tidur dan informasi yang jelas.
intruksikan klien memberikan tanda 5. Dengan memberikan perhatian akan
bila mohon bantuan. menambah kepercayaan klien.
6. pertahankan kontrol nyeri yang efektif 6. Nyeri adalah sumber stress

D. Implementasi
Melaksanakan apa yang sudah di rencaakan di intervensi. Implementasi
Keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencegah tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respons pasien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Budiono dan Pertami, 2015).

E. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang di amati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap Intervensi (Budiono dan Pertami, 2015).

Evaluasi dilakukan dengan pendekatan pada SOAP yaitu sebagai berikut :

1. S (Subjektif)

18
Merupakan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
2. O (objektif)
Merupakan data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi secara
langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien stelah dilakukan tindakan
keperawatan.
3. A (assessment/analisa)
Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau
juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan
status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data Subjektif
dan Objektif.
4. P (Planning)
Merupakan intervensi keperawatan yang akan lanjutkan, hentikan, modifikasi,
atau tambahan dari intervensi yang telah ditentukan sebelumnya (Budiono dan
Pertami, 2015).

19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatantekanan
intra okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga mengakibatkankebutaan.
Glaukoma diklasifikasikan antara lain glaukoma primer, glaukomasekunder,
glaukoma kongenital dan glaukoma absolut. Penyebabnya tergantungdari klasifikasi
glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karenaaliran aquos humor
terhambat yang bisa meningkatkan TIO. Tanda dan gejalanyakornea suram, sakit
kepala, nyeri, lapang pandang menurun, dll. Komplikasi dari glaukoma adalah
kebutaan. Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan danobat-obatan.
B. Saran
Hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma secara cepatmelakukan
pemeriksaan dini agar glaukoma dapat ditangani

20
DAFTAR PUSTAKA

N Indriana. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC
Tamsuri Anas. 2012. Klien gangguan mata da penglihatan keperawatan medical
bedah.Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Huda Amin, Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan diagnose medis dan nanda
nic noc jilid 2. Jogjakarta : Mediaction
Ilyas, Sidarta. 2007. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi). Jakarta : Sagung SetoAmeliana,
Diana.2014.Glaukoma.
http://eprints.undip.ac.id/44546/3/Dina_Ameliana22010110120122-BAB_2_KTI.pdf.Diakses
pada 7 April 2022
Kamelia. 2018. Mengenal Penyakit Glaukoma: Etiologi, Patofisiologi, Terapi, dll
.http://klikfarmasi.com/artikel-ilmiah/glaukoma/Diakses pada 7 April 2022
Yanuar, Saputra. 2010. Glukoma. https://www.academia.edu/31628610/glukoma. Diakses
pada 7 April 2022
Yoso WI . LP Askep Glaukoma. https://www.academia.edu/30744242/LP_Askep_Glaukoma
Diakses pada 7 April 2022
Tueez,Nasha.2013.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kasus Glaukoma.
https://id.scribd.com/doc/122922455/Resume-Askep-Glaukoma-Nasikhatus-s Diakses pada
tanggal 7 April 2022
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-19550-BABI.Image.Marked.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai