Anda di halaman 1dari 16

Trauma

Inhalasi
Kelompok 9:
1. Ayu Lestari
2. Ade Irma Anggraeni
3. Adip M
4. Restunalia

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Bina Husada Palembang
Tahun 2022
Definisi
Trauma inhalasi atau cedera inhalasi merupakan
kerusakan pada saluran pernafasan yang
disebabkan karena menghirup gas berbahaya,
uap dan komponen partikel yang terdapat dalam
asap pembakaran.
Gas CO adalah penyebab utama dari kejadian
trauma inhalasi. Karbon monoksida ( CO ) adalah

Etiologi Dan faktor gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang
dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak
resiko sempurna dari material yang berbahan dasar
karbon seperti kayu, batu bara, bahan bakar
minyak dan zat-zat organik lainnya.
Manifestasi klinis
Luka Bakar Wajah Sputum karbon
Gejala pada saluran napas bagian bawah seperti
Edema dari orofaring takipnea, dyspnea, batuk, suara napas menurun,
wheezing, rhonki, retraksi
Suara serak
Sianosis
Stidor Asfiksia

Lesi mukosa atas


saluran napas
Trauma Inhalasi terjadi karena pernafasan menghirup asap
atau zat kimia dari hasil pembakaran yang menimbulkan angka
morbiditas dan mortalitas yang signifikan.
Trauma Inhalasi dapat menyebankan keracunan sistemik pada
tubuh. Lokasi dan keparahan trauma tergantung dari beberapa
faktor, termasuk sumber api, ukuran dan diameter partikel
yang ada dalam asap, lamanya kebakaran, dan kandungan gas-
gasnya.

Patofisiologi dan
fathway
1. Foto thorax

2. Laringoskopi dan
Bronkoskopi Fieroptik

3. Laboratorium

a) Pulse Oximetry Pemeriksaan


b) Analisa gas darah diagnostik
c) Elektrolit
d) Darah lengkap
1. Mempertahankan jalan napas 2. Oksigenasi
Mengidentifikasi pasien berisiko tinggi Yang terpenting kedua
untuk obstruksi jalan nafas bagian atas,
bersamaan dengan intervensi awal saat dalam penanganan pasien-
telah muncul gejala adalah salah satu pasien dengan trauma
prinsip penanganan pasien-pasien
inhalasi adalah mengatasi
dengan trauma inhalasi, khususnya
untuk mengurangi mortalitas. intoksikasi karbon
monoksida.

Penatalaksanaan
3. Bantuan ventilasi 3. Terapi antibiotik
Dalam beberapa tahun Penggunaan awal antibiotika pada
terakhir, bantuan ventilasi saat belum ada bukti jelas infeksi
tidak meningkatkan survival
untuk pasien-pasien luka
ataupun mengurangi kemungkinan
bakar mendapat paling terjadinya pneumonia, yang
banyak perhatian, dilihat dari dianggap sebagai komplikasi infeksi
jumlah penelitian yang tersering yang berkaitan dengan
trauma inhalasi.
dilakukan.
Pencegahan
• Periksa semua saluran rumah yang bukaanya menghadap ke luar rumah
(pemanas air dsb) setiap tahun untuk memastikan saluran pengeluaran
tidak tersumbat.
• Periksa sistem AC mobil saudara untuk memeriksa kebocoran yang
mungkin terjadi
• Periksa pemanas air, pastikan bukaanya sempurna dan saluran tidak
bocor.
• Jangan nyalakan mobil di dalam garasi yang tertutup rapat (Hadiyani, 2012)
Komplikasi

• Terhadap respirasi dapat berakibat • Komplikasi terhadap sistem saraf berupa


nistagmus, ataksia dan pada intoksikasi
Hipoksia jaringan dan seluler yang
akut yang berat dapat ditemukan edema
bersifat ringan sampai berat,
serebri hingga Hidrosefalus akut
• Komplikasi terhadap kardiovaskular
Komplikasi pada fungsi ginjal yaitu
dapat berupa iskemia miokard,
Rhabdomyolisis dan gagal ginjal akut, dan
edema pulmonal, aritmia dan
• Rhabdomyolisis dapat terjadi pada otot
sindrom miokardial.
(Soekamto,2008).
1. Airway
2. Breathing
3. Circulation
4. Disability
5. Exposure

Pengkajian
Pengkajian Head To Toe :
• Pengkajian kepala, leher, dan wajah
• Pengkajian dada
• Pengkajian abdomen dan pelvis
• ekstremitas
• Pemeriksaan penunjang
Analisa data
1. Bersihan jalan tidak efektif b.d. faktor
lingkungan, menghirup asap (karbon).

2. Pola napas tidak efektif b.d.


hiperventilasi.

Diagnosa
keperawatan
1 .Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. faktor lingkungan,
menghirup asap (karbon)
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam diharapkan jalan napas
klien efektif dengan kriteria hasil:
- Pernapasan reguler dan kecepatan napas teratur
- Batuk efektif, reflek menelan baik
- Tanda dan gejala napas tambahan tidak ada,wheezing(-)
- Tanda-tanda sekret bertahan tidak ada

Perencanaan
Mandiri :
- auskultasi bunyi napas, perhatikan bunyi napas abnormal Perencanaan
- monitoring pernapasan, perhatikan rasio inspirasi maupun ekspirasi.
- Berikan posisi semi fowler.
- observasi produksi sputum.
- Lakukan suction(jika perlu).
Kolaborasi :
- Berikan O2.
- Pemeriksaan laboratorium analisa gas darah.
Next...
2. Pola napas tidak efektif b.d. hiperventilasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pola napas klien
efektif dengan kriteria hasil :
- Pernapasan reguler dan kecepatannya teratur
- Pengembangan dada kanan dan kiri simetris
- Suara napas vesikuler kanan dan kiri
- AGD dalam batas normal PaO2 :80- 100 mmHg, Saturasi O2 > 95%, PaCO2 : 35-45 mmHg ,
PH : 7,35 – 7,45

Perencanaan
Mandiri :
- Obserrvasi frekuensi, kecepatan, kedalaman dan irama pernapasan
- Ovservasi penggunaan otot bantu pernapasan
- Perhatikan pengembangan dada simetris atau tidak
Kolaborasi :
- Berikan O2 sesuai kebutuhan pasien
- Intubasi bila pernafasan makin memburuk
- Pemasangan oro-pharingeal
- Pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Tindakan
evaluasi
- Pantau TTV klien dan observasi kesadaran klien.
(Dalam batas normal)
- Pantau kebutuhan napas klien. Hal yang dapat dilihat
antara lain napas klien tampak tenang dan baik, dan
tampak retraksi dada klien dalam bernapas dalam
keadaan normal.
- Pantau intake dan output cairan klien dengan melihat
derajat luka yang dialami oleh klien.
- Lakukan perawatan luka pada abdomen klien yang
mengalami luka bakar dan memperhatikan tanda-tanda
inflamasi/ infeksi.
Terima kasih
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai