Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DI SUSUN OLEH:

AUFIYAH NUR AZIZAH


(P07220121004)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SAMARINDA


POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia
di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
2. Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
b. Pembengkakan membran bronkus.
c. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asthma bronkhial.
a. Faktor predisposisi (genetik)
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahuibagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi (Pencetus )
1) Alergen
Dimana alergen dibagi menjadi tiga jenis , yaitu :
 Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
 Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti makanan dan obat-obatan.
 Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti : perhiasan,
logam dan jam tan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu
3) Stres
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti
5) Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
3. Tanda dan Gejala
Tanda daan gejala pada pasien asma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan
pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang
bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke
depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa
tingkatan penderita asma yaitu :
a. Tingkat I :
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul
bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi
bronkial di laboratorium.
b. Tingkat II :
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah
sembuh serangan.
c. Tingkat III :
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi
jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
d. Tingkat IV :
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan
fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
e. Tingkat V :
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.
Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan,
cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
4. Pathway
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam pada
gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis, chronic
persistent bronchitis, emphysema.
6. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes, (2008) pada prinsipnya penatalaksanaan asma dibagi
menjadi penatalaksanaan saat serangan asma dan penatalaksanaan asma jangka
panjang.
a. Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)
Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui oleh
pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di rumah dan
apabila tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan
harus cepat dan disesuaikan dengan derajat serangan. Penilaian beratnya serangan
berdasarkan riwayat serangan termasuk gejala, pemeriksaan fisik dan sebaiknya
pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat dan
cepat. Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah :
 Bronkodilator (ß2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)
 Kortikosteroid sistemik
b. Penatalaksanaan asma jangka panjang
Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan
mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan dengan
klasifikasi beratnya asma. Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi : Edukasi,
obat asma (pengontrol dan pelega); dan menjaga kebugaran.
1Edukasi yang diberikan mencakup :
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemerikasaan laboratorium
1) Pemeriksaan sputu
Adanya badan kreola adalah karakterestik untuk serangan asama yang berat,
karena hanya reaksi nebat yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa.
Sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Perwarnaan
gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur
dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
2) Pemeriksaan darah (analisa gas darah/AGD/Astrub)
 Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis.
 Peningkatan dari SGOT dan LDH
 Hiponatremia dan kadar leukosit diatas 15.000/mmᵌ dimana menandakan
terdapat suatu infeksi
3) Sel eosinofil
Dapat mencapai 1000-1500/mmᵌ, sedangkan hitungan sel eosinofil normal antara
100-200/mmᵌ
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
2) Pemeriksaan tes kulit
3) Scanning paru
4) Spirometer

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Airway
 Peningkatan sekresi pernafasan
 Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
 Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
 Menggunakan otot aksesoris pernafasan
 Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
 Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
 Sakit kepala
 Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
 Papiledema
 Urin output meurun
d. Dissability
 Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Rencana keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajement jalan nafas
efektif berhubungan tindakan asuhan Observasi
dengan hambatan keperawatan selama 1x24 1. Monitor pola napas
upaya napas jam diharapkan pola 2. Monitor bunyi napas tambahan
napas pasien membaik 3. Monitor
dengan kriteria hasil : sputum
1. Tidak terjadi dispnea Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan
2. Frekuensi pernapasan
napas
normal 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Tidak terdapat suara 3. Berikan minum hangat
tambahan 4. Lakukan fisioterapi dada, jika
4. Ventilasi semenit diperlukan
meningkat 5. Berikan oksigen/
5. Kapasitas vital nebulizer
meningkat Edukasi
6. Kedalaman nafas 1. Anjurkan asupan
membaik cairan 200ml/hari,
7. Pemanjangan fase jika tidak
ekspirasi menurun kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik

2. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajement Asma


tidak efektif tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 1x24 jam 1. Monitor frekuensi dan keadaan
dengan spasme jalan diharapkan bersihan jalan nafas
2. Monitor tanda dan gejala
napas napas pasien membaik
hipoksia
dengan kriteria hasil : 3. Monitor bunyi nafas tambahan
1. Batuk efektif Terapeutik
meningkat 1. Berikan posisi semifowler 30-45º
2. Produksi sputum Edukasi
menurun 1. Anjurkan meminimalkan ansietas
3. Mengi menurun yang dapat meningkatkan
4. Wheezing menurun kebutuhan oksigen
5. Gelisah menurun 2. Anjurkan bernafas lambat dan
6. Frekuensi nafas dalam
membaik 3. Ajarkan mengidentifikasi dan
7. Pola nafas membaik menghindari pemicu
3. Gangguan Setelah diberikan Pemantauan respirasi
pertukaran gas tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 1x24 jam 1. Monitor frekuensi, irama,
dengan diharapkan pertukaran gas kedalaman dan upaya nafas
2. Monitor pola nafas
ketidakseimbangan pasien membaik, dengan
3. Monitor kemampan batuk efektif
ventilasi-perfusi kriteria hasil : 4. Monitor adanya produksi sputum
1. Tingkat kesadaran 5. Monitor adanya sumbatan jalan
pasien meningkat nafas
2. Bunyi nafas 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
tambahan menurun paru
3. Gelisah menurun 7. Auskultasi bunyi nafas
4. Nafas cuping hidung 8. Monitor saturasi oksigen
menurun Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan tindakan asuhan Observasi
dengan keperawatan selama 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
ketidakseimbangan yang mengakibatkan kelelahan
1x24 jam diharapkan
antara suplai dan 2. Monitor kelelahan fisik dan
kebutuhan oksigen. intoleransi aktivitas emosional
pasien membaik dengan 3. Monitor pola dan jam tidur
kriteria hasil : 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
1. Kemudahan dalam selama melakukan aktivitas
melakukan Terapeutik
aktivitas 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
meningkat rendah stimulus
2. Dispnea 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
saat/setelah dan aktif
aktivitas menurun 3. Berikan fasilitas duduk disisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
3. Perasaan lemah
berjalan
menurun
4. Berikan aktivitas distraksi yang
4. Tekanan darah menenangkan
membaik Edukasi
5. Frekuensi napas 1. Anjurkan tirah baring
membaik 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat

Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/67878583/
LAPORAN_PENDAHULUAN_PADA_PASIEN_DENGAN_ASMA_BRONKIAL
https://www.studocu.com/id/document/poltekkes-kemenkes-palu/keperawatan/lp-asma-
lp-asma-sdki/40013490

Anda mungkin juga menyukai