Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri


bronkospasme periodik(kontraksi spasme pada saluran nafas).(iman
somantri, 2008).Angka kejadian penyakit alergi semakin meningkat
sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik
lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu
penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit Asma
Bronkial.

Asma Bronkial adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak


bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak
menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan
berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor
ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang
menjadi penyebab serangan. (Medlinux, 2008)

Asma Bronkial merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan


kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan
rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Pada SKRT
1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian
ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di
seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000
dan obstruksi paru 2/1000.
Pada 1997, terdapat 124 juta orang menderita Asma Bronkial atau
sekitar 2,1 % dari jumlah penduduk dunia. Pada tahun 2010, jumlah
tersebut diperkirakan akan meningkat dua kali lipat atau kurang lebih 221
juta orang.

1
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien Asma Bronkial dengan menggunakan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnose medis
asma bronchial di Instalasi Gawat Darurat.
2. Mampu membuat diagnose keperawatan menurut prioritas pada
pasien.
3. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnose medis asma bronchial di Instalasi Gawat Darurat.
4. Mampu menerapkan tindakan keperawatan pada pasien.
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan.

B. MANFAAT
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai masukan dan evaluasi dalam meningkatkan mutu
keperawatan secara umum dan khususnya di Instalasi Gawat Darurat.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan
terutama dalam bidang perawatan pasien Asma Bronkial dan sebagai
bahan bacaan untuk menambah wawasan tentang kualitas asuhan
keperawatan.

3. Bagi Peneliti
Mengetahui bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan Asma Bronkial.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN

Asma adalah penyakit peradangan saluran nafas dan obstruksi


aliran udara yang ditandai dengan adanya terjadinya tanda mengi, sesak
dada, sesak napas (dyspnea) dan batuk. Asma ditandai dengan kontraksi
spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas.
Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap
benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi
diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi
bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini
terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (Wilson, 2002).

Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang


dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama
pada jalan nafas). (Polaski : 2004).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang
dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black :
2007).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi
tertentu. (Smelzer Suzanne 2007).

3
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah
suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat
reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.

B. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial(suzanne 2001).
1. Faktor Predisposisi
 Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderit7ma penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor Presipitasi
 Alergi
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Seperti : Debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut.
Seperti : Makanan dan obat-obatan.
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Seperti : Perhiasan, logam dan jam tangan.

 Perubahan cuaca

4
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.

 Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

 Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

 Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat


Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu
alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya
kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada

5
bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi
mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan
penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan
menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi),
distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru,
gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien
dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula
adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi
dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma
intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang
tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress)
dapat memacu serangan asma.

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan
wheezing. Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada
penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-
otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping
hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan
terlihat meningkat (takipnu), otot bantu pernapasan ikut aktif, dan
penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti
dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik.
Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas,
karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2
darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi, karena
peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons
hipoksemia. (Medicafarma,2008)

6
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah :

1. Pneumotoraks,
2. Status asmatikus
3. Hipoksemia
4. Emfisema
5. Atelektasis,
6. Gagal nafas,
7. Bronkhitis, dan
8. Fraktur iga.

F. TERAPI DAN PENATALAKSANAAN


Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronkial :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan
asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

1. Pengobatan dengan obat-obatan


2. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
a. Oksigen 4-6 liter/menit.
b. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin
10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap
30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg
dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.

7
c. Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat
ini dalam 12 jam.
d. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon
segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam
serangan sangat berat.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 2O tahun
Status perkawinan :Belum Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Sapta Marga
Tanggal masuk RS : 24 Desember 2014
No. Register : 10-61-40
Ruangan/kamar : Instalasi Gawat Darurat
Tanggal pengkajian : 24 Desember 2014
Diagnosa medis : Asma Bronchial

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Syamsudin
Hubungan dengan pasien : Ayah
Pekerjaan : Pekebun
Alamat : Sapta Marga

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengeluh sesak dan nyeri dada sehari sebelum di bawa ke Rumah
Sakit.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Provocative / palliative
a. Apa penyebabnya

9
Kilen mengatakan karena terkena debu dan kelelahan saat
beraktivitas.

b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan


Klien mengatakan dengan pemberian O2 dapat mengurangi sesak
napas. O2 yang diberikan 3L terpasang melalui canula nasal.

2. Quantity / quality
a. Bagaimana dirasakan
Klien mengeluh tidak bisa bernapas.

b. Bagaimana dilihat
Ekspresi wajah klien tampak meringis dan nyeri dada (pasien
mengerut dada).

3. Region
a. Dimana lokasinya
Di daerah dada.

b. Apakah menyebar
Tidak

4. Savetity (menggunakan aktivitas)


Klien mengatakan bila beraktivitas berlebihan klien cepat sesak dan
penyakitnya kambuh.

5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)


Klien mengeluh sesak dan nyeri dada sehari sebelum di bawa ke RS.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Penyakit yang pernah dialami
Tidak ada

10
b. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
-

c. Pernah dirawat / dioperasi


Tidak pernah

d. Lamanya
-

e. Alergi
Ada terhadap makanan seafood (udang)

f. Imunisasi
BCG,DPT,Campak,Polio, dan Hepatitis B.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


a. Orang tua
Tidak ada yang menderita penyakit yang spesifik .

b. Saudara kandung
Tidak ada yang menderita penyakit yang spesifik.

c. Penyakit keturunan yang ada


Tidak ada

d. Anggota keluarga yang meninggal


Tidak ada
e. Penyebab meninggal
Tidak ada

f. Genogram

11
Ket : orang tua perempuan ket : orang tua laki-laki

Keterangan :
Laki-laki hidup

Perempuan hidup

Laki-laki meninggal

Perempuan meninggal

VI. RIWAYAT / KEADAAN PSIKOSOSIAL


a. Bahasa yang digunakan
Bahasa Indonesia.

b. Persepsi pasien tentang penyakitnya


Klien terlihat cemas dengan keadaan yang di alaminya sekarang.
c. Konsep diri :
1. Body image : klien tidak minder terhadap penyakitnya
2. Ideal diri : klien ingin cepat sembuh
3. Harga diri : klien merasa dibutuhkan dikeluarga

12
4. Peran diri : klien berperan sebagai anak ke empat dari
lima bersaudara
5. Personal identity :-

d. Keadaan emosi
Tidak stabil

e. Perhatian terhadap orang lain / lawan bicara


Baik

f. Hubungan dengan keluarga


Baik

g. Hubungan dengan orang lain


Baik

h. Kegemaran
Tidak ada

i. Mekanisme pertahanan diri


Kurang baik

VII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
Klien mengatakan sesak, nyeri dada, dan lemah
TB : 155 cm
BB : 48 kg

B. Tanda-Tanda Vital
Suhu tubuh : 37ºC
TD : 130/80 mmHg

13
Nadi : 86 x/i
RR : 18 x/i

C. Pemeriksaan
1. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum : anatomis dan simetris
b. Lubang hidung : bersih
c. Cuping hidung : kembang kempis saat asma
kambuh
d. Fungsi penciuman : kurang baik,jika bau
menyengat bisa trjadinya bersin
2. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : kering
b. Keadaan gusi dan gigi : peradangan (-), perdarahan (-), gigi
lengkap
D. Pemeriksaan Integumen
1. Kebersihan : baik
2. Kehangatan : tidak hangat
3. Warna : coklat tua
4. Turgor : baik
5. Kelembaban : tidak ada
6. Kelainan pada kulit : tidak ada

E. Pemeriksaan Thoraks Dan Dada


1. Inspeksi thoraks
a. Bentuk thoraks : simetris ka.ki
b. Pernafasan
- Frekuensi : 16 x/i
- Irama : tidak vnormal
c. Tanda kesulitan bernafas : ada sewaktu sesak

14
2. Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara : tidak ada getaran
b. Perkusi : tidak ada suara bising
c. Aukultasi
- Suara nafas : tidak baik
- Suara tambahan : suara wheezing
F. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15. E 4, M 6, V 5
2. Meningeal sign : -
3. Status mental
a. Kondisi emosi dan perasaan
Tidak stabil
b. Orientasi
Baik
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan)
Baik
d. Motivasi (kemauan)
Ada
e. Bahasa
Bahasa Indonesia

4. Nervus cranialis
a. Nervus Olfaktorius /N I/ Penciuman (hidung)
klien dapat mencium dengan baik

b. Nervus Optikus /N II/ Penglihatan (mata)


Klien tidak bisa melihat jarak jauh dengan jelas
c. Nervus Vestibulocochlearis /N VIII/ Acusticus (pendengaran)

15
fungsi pendengaran klien baik (klien menjawab pertanyaan.

d. Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus /N X/ Menelan


(tenggorokan)
klien sulit menelan karena adanya pembesaran thyroid
5. Fungsi motorik
a. Cara berjalan : normal
6. Fungsi sensorik
a. Identifikasi sentuhan ringan : normal
b. Test tajam tumpul : normal
c. Test panas dingin : normal
d. Test getaran : normal
e. Sreognosis test : normal

7. Refleks
a. Reflek bisep : baik
b. Reflek trisep : baik

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. Pola Tidur :
a. Sebelum sakit
 Waktu tidur : 21.00 wib
 Waktu bangun : 06.00 wib
 Masalah tidur : tidak ada
 Hal-hal yang mempengaruhi tidur : tidak ada
 Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada

b. Selama sakit
 Waktu tidur : 19.30 wib
 Waktu bangun : 07.30 wib

16
 Masalah tidur : sering terbangun saat
asma kambuh
 Hal-hal yang mempengaruhi tidur : karena penyakit
yang diderita
 Hal-hal yang mempermudah tidur : kesehatan dan
kenyamanan

B. Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
1. BAB
 Pola BAB : lancar
 Karakter feses
 Warna : kuning
 Konsistensi : tidak ada
 Bau : khas
 Penggunaan laksatif : tidak ada
 BAB terakhir :-
 Riwayat pendarahan : tidak ada

2. BAK
 Pola BAK : lancar
 Karakter urine : kuning muda
 Nyeri/kesulitan BAK : ada
 Inkontinentia : tidak ada
 Retensi : tidak ada
 Penggunaan diuretic : tidak ada
 Riwayat penyakit ginjal : tidak diketahui karena
belum dilakukan pemeriksaan

b) Selama sakit
1. BAB

17
 Pola BAB : kurang lancar
 Karakter feses
 Warna : kuning
 Bau : khas
 Penggunaan laksatif : tidak ada
 BAB terakhir : 2 hari yang lalu
 Riwayat pendarahan : tidak ada

2. BAK
 Pola BAK : lancar
 Karakter urine : kuning muda
 Nyeri/kesulitan BAK : ada
 Inkontinentia : tidak ada
 Retensi : tidak ada
 Penggunaan diuretic : tidak ada
 Riwayat penyakit ginjal : tidak diketahui karena
belum dilakukan pemeriksaan

C. Pola Makan Dan Minum


a. Sebelum sakit
1. Pola makan
 Diet (tipe) : tidak ada
 Jumlah/porsi : 1 porsi
 Pola diet : tidak ada
 Anoreksia : tidak ada
 Mual-muntah : tidak ada
 Nyeri uluhati : tidak ada
 Alergi makanan : ada
 BB biasa (sebelumnya) : 46 kg

18
2. Tanda objek
 BB sekarang : 43 kg
 TB : 160 cm
 Bentuk tubuh : normal

3. Waktu pemberian makanan : tidak tentu

4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : dapat

5. Pola minum
- Jumlah/porsi : 4 gelas/hari
- Kesulitan menelan : tidak ada

b. Selama sakit
1. Pola makan
 Diet (tipe) : tidak ada
 Jumlah/porsi : setengah porsi
 Pola diet : tidak ada
 Anoreksia : tidak ada
 Mual-muntah : ada
 Nyeri uluhati : ada
 Alergi makanan : ada
 BB biasa (sebelumnya) : 60 kg
2. Tanda objek
 BB sekarang : 47 kg
 TB : 160 cm
 Bentuk tubuh : normal

19
3. Waktu pemberian makanan : tidak tentu

4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : ada
- Kesulitan menelan : ada
- Tidak dapat makan sendiri : dapat

5. Pola minum
- Jumlah/porsi : 4-5 gelas/hari
- Kesulitan menelan : tidak ada

D. Kebersihan Diri / Personal Hygiene


a. Sebelum sakit
1. Pemeliharaan badan : baik
2. Pemeliharaan gigi dan malam : baik
3. Pemeliharaan kuku : baik

b. Selama sakit
1. Pemeliharaan badan : kurang baik
2. Pemeliharaan gigi dan malam : kurang baik
3. Pemeliharaan kuku : kurang baik

E. Pola Kegiatan / Aktivitas


a. Sebelum sakit
Lancar

b. Selama sakit
Tidak lancar

F. Kebiasaan Ibadah

20
a. Sebelum sakit
Rutin
b. Selama sakit
Terganggu

IX. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIC


a. Laboratorium
No Nilai Nilai rujukan

b. USG
Tidak ada pemeriksaan

c. EKG
Spirometri

d. Rongent
Ada

e. Lain-lain
Tidak ada pemeriksaan

X. PENATALAKSAAN DAN TERAPI

No Nama obat Dosis Efek samping Hari

21
1. IVFD NaCl 20 tetes/i - Setiap hari
2. Salbutamol 2 mg tab/3 dd cI - Setiap hari
3. Methylprednison 1 amp/8 j - Setiap hari
4. Ranitidin Amp/12 j - Setiap hari
5. Amp/drip dalam
Aminofilin - Setiap hari
NaCl 1 flash
6. Antasid syr 3 dd cI - Setiap hari
7. Nebule ventolin Fes/12 j - Hari kedua

XI. ANALISA DATA

No Analisa Data Penyebab Masalah

1. DS: klien mengeluh Obstruksi jalan napas - jalan napas tidak


sesak napas disebabkan terjadinya efektif
bronkospasme.
DO : klien tampak - penyempitan jalan
sesak disertai suara napas
wheezing

TD : 116/80 mmHg
Nadi : 104 x/m
RR : 16 x/m
- Pernapasan cuping
hidung (+)

- Pergerakan
diafragma pada thorax
cepat

2. DS : klien mengatakan Penurunan selera Perubahan nutrisi


makan karena kurang dari

22
tidak nafsu makan kospitalisa kebutuhan tubuh

DO : Klien tampak
lemah, porsi makanan
hanya habis ⅓ bagian

3. DS : pasien Gangguan suplai Kerusakan pertukaran


mengatakan sesak oksigen, kerusakan gas
napas, nyeri dada alveoli
DO: ekspresi wajah
tampak meringis,
keringat dingin, badan
lemas, O2 sebanyak 3
L

XII. PRIORITAS MASALAH


1. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi disebabkan
terjadinya bronkospasme.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan selera makan karena kospitalisasi.
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen dan kerusakanalveoli

23
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Asuhan keperawatan yang diberikan pada An.N dengan diagnosa medis asma
bronchial meliputi :
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi

2. Setelah dilakukan beberapa pengkajian didapatkan 3 diagnosa keperawatan


 Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi disebabkan
terjadinya bronkospasme.
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan selera makan karena kospitalisasi.
 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen,
kerusakan alveoli.

B. SARAN

Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, menambah
ilmu pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa, namun
penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca makalah askep Asma Bronlial ini demi perbaikan
makalah selanjutnya

24
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. 2005. PATOFISIOLOGI : konsep klinis proses-proses


penyakit. Jakarta : EGC.

Marilynn, Mary, & Alice. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Vol. 2. Edisi 8.
Jakarta : EGC

25

Anda mungkin juga menyukai