DISUSUN OLEH
PRODI KEPERAWATAN
BANDAR LAMPUNG
2024
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Faktor predisposisi
• Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga,
spora jamur, bakteri dan polusi
• Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga.
Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
• Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
• Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada
sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu
dijumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain :
silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat
dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.
1) Faktor pejamu
Faktor dari pasien meliputi jenis kelamin, ras, hiperresponsif saluran nafas, dan status gizi.
2) Faktor lingkungan
Alergen dalam rumah : tungau debu rumah, alergen hewan piaraan, alergen kecoa,
jamur.
Alergen luar : serbuk sari, jamur.
Pajanan pekerjaan : pekerja pabrik, awak angkutan.
Asap rokok : perokok pasif, perokok aktif.
Polusi udara : polutan luar rumah, polutan dalam rumah, ventilasi udara.
Infeksi saluran nafas : infeksi virus, infeksi bakteri, infeksi parasit. Status sosial
ekonomi rendah Obat-obatan.
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
Orsiprenalin (Alupent)
Fenoterol (berotec)
Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan
semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau
cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus
diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya
berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut,
dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang
lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya
penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke
dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat
minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
1) Pemeriksaan Penunjang :
a. Spirometri : untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan
sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan
adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan
diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita
tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
b. Pengukuran fungsi paru : Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari
bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
2) Pemeriksaan laboratorium meliputi
a. analisa gas darah : pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis Kadang pada darah terdapat peningkatan
dari SGOT dan LDH.Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi. Pada pemeriksaan
faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun
pada waktu bebas dari serangan.
b. sputum : Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
3) Pemeriksaan radiologi.
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Tn. D Usia 35 th, memiliki Riwayat Asma Bronkial dari ayahnya, sejak 4 th yang lalu, sering
muncul serangan asma berulang terlebih muncul jika kelelahan, stress dan udara dingin,
malam Tn. D dibawa keluarganya ke igd RS Sejahtera karana mengeluh sesak rr 30x/mnt,
batuk terus menerus, sputum produktif lengket dan sulit dikeluarkan, terdengar suara
Whezing dan Ronchi, pola nafas tidak teratur, dan sesak meningkat jika klien tidur terlentang,
sulit bicara dan gelisah, keadaan umum lemah, klien tampak pucat, akral dingin. TD 140/80
mmHg, Nadi 90x/mnt, s 37 C, RR 30x/mnt, CRT> dari 3 dtk
I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn.D
2. Usia : 35 Tahun
3. Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : Wirausaha
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Suku : Lampung
8. Bahasa Yang Digunakan : Bahasa Indonesia
9. Alamat Rumah : JL. Imam Bonjol No.19
10. Diagnosa Medis : Asma Bronkial
Tn. D mengatakan akhir akhir ini sering batuk terus menerus, terdapat dahak
ditenggorokannya yang susah untuk dikeluarkan, pasien juga mengatakan sesak
meningkat jika klien tidur terlentang, sulit bicara dan pasien mengatakan terasa
gelisah.
IV. Lingkungan
A. Rumah : Kebersihan rumah pasien terjaga, tinggal didaerah ramai karena tinggal
di kota
B. Pekerjaan : Tn.D seorang wirausaha otomotif sekaligus mekanik
V. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:
1. Pola nutrisi :
Frekwensi makan
Sebelum Sakit : 3x/Hari
Saat sakit : 3x/Hari
Nafsu makan : Baik
Sebelum Sakit : Baik, pasien makan 1 porsi dihabiskan
Saat sakit : Sedikit menurun, pasien makan 1 porsi dihabiskan
namun porsi makan berkurang.
Jenis makanan
Sebelum Sakit : Nasi, dan lauk pauk lainnya
Saat sakit : Nasi, dan lauk pauk lainnya
Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan : Tn.D tidak pemilih soal
makanan dan tidak memiliki riwayat alergi
Kebiasaan makan : Tidak ada kebiasan makan yang aneh
Perubahan berat badan 3 bulan terakhir: menurun sekitar 3 kg
2. Pola Cairan :
Sebelum Sakit : Kebutuhan cairan tercukupi karena pasien minum air putih 8
gelas/hari (8x200ml) = 1.600ml
Saat sakit : kebutuhan cairan pasien dibantu dengan pemasangan infus RL
(3 plabot dalam 1 hari, 3 x 500cc = 1.500 cc 20 Tpm) dan air putih 5 gelas/hari
(5x200 ml = 1.000ml)
B. Pola Eliminasi (sebelum dan saat sakit) :
1. BAK
Sebelum Sakit : Pasien BAK 5-7x/hari, dengan warna urine kuning jernih,
berbau khas urine tidak terpasang kateter dan tidak terdapat keluhan penyerta
apapun.
Saat Sakit : Pasien BAK 3-4x/hari, dengan warna urine kuning sedikit
pekat, berbau khas urine tidak terpasang kateter dan tidak terdapat keluhan
penyerta apapun.
2. BAB
Sebelum Sakit : Pasien BAB 2-3x/hari,dengan warna feses kuning,bau khas
Saat Sakit : Pasien BAB 1-2x/hari,dengan warna feses kuning,bau khas
2. Sistem Pendengaran
- Bentuk telinga : Simetris kanan dan kiri
- Kondisi telinga : bersih
- Fungsi pendengaran : baik
- Pemakaian alat Bantu : tidak menggunakan alat bantu
3. Sistem Wicara
- Kesulitan/gangguan wicara : kesulitan bicara
4. Sistem Pernafasan
- Jalan nafas : ada sumbatan
- Pernafasan : Sesak
- Bila sesak : ( Ya ) Setelah aktifitas
- Frekwensi : x/menit
- Irama : Tidak teratur
- Kedalaman : Dalam
- Suara nafas : terdengar suara Whezing dan Ronchi
- Batuk : Ya
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Sirkulasi Perifer
- Nadi : 90 x/menit
- Denyut : Kuat
b. Sirkulasi Jantung
- Kecepatan denyut apical : 96 x/menit
- Keluhan :( Ya ) Lelah
6. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut : Bersih
Kesulitan menelan : Tidak mengalami kesulitan menelan
Muntah : Tidak pernah muntah
Nyeri daerah perut : Tidak mengalami nyeri perut
Bising usus : 20x/menit
Asites : Tidak mengalami asites
Nyeri tekan : Tidak mengalami nyeri tekan
Nyeri lepas : Tidak mengalami nyeri lepas
Distensi abdomen : Tidak mengalami distensi abdomen
Colostomy : Tidak terpasang colostomy
7. Sistem Immunology
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak terdapat Pembesaran
kelenjar getah bening
8. Sistem Endokrin
Napas berbau keton : Tidak
Ganggren : Tidak terdapat ganggren
Exopthalmus : Tidak
Tremor : Tidak
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak
Tanda-tanda peningkatan kadar gula darah : Tidak ada
9. Sistem Urogenital
Distensi kandung kemih : Tidak mengalami distensi kandung
kemih
Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
Nyeri perkusi : Tidak terdapat nyeri perkusi
Penggunaan kateter : Tidak menggunakan kateter
Frekwensi BAK : 3-4x/hari
Keadaan genital : Bersih, tidak terdapat kelainan pada
genitalia pasien
10. Sistem Integumen
Keadaan rambut : Rambut berwarna hitam, rambut bersih tidak
terdapat ketombe.
Keadaan kuku : Kuku kuat, berwarna jernih,kuku bersih
Keadaan kulit : Kulit berwarna sawo matang, turgorkulit
elastis, tidak terdapat lesi.
Tanda-tanda radang pada kulit : Tidak terdapat tanda radang
Luka : Tidak terdapat luka
Dekubitus : Tidak terdapat dekubitus
Tanda – tanda perdarahan : Tidak terdapat tanda perdarahan
Data Objektif :
1. Pasien tampak sesak
2. Terdengar suara Whezing dan Ronchi
3. Pola nafas tidak teratur
4. Pasien Menggunaan otot bantu nafas
5. sulit bicara dan gelisah
6. keadaan umum lemah
7. klien tampak pucat
8. akral dingin
9. TD 140/80 mmHg, Nadi 90x/mnt, s 37 C, RR 30x/mnt, CRT> dari
3 dtk
ANALISA DATA
2.Pasien mengatakan
sering muncul serangan
asma berulang terlebih
muncul jika kelelahan,
stress dan udara dingin
malam
Do:
2.Terdengar suara
Whezing dan Ronchi
4.Pasien Menggunaan
otot bantu nafas
2.Pasien mengatakan
sesak jika tidur posisi
terlentang
Do:
2.Terdengar suara
Whezing dan Ronchi
4.Pasien Menggunaan
otot bantu nafas
2.Pasien mengatakan
sering muncul serangan
asma berulang terlebih
muncul jika kelelahan
Do:
Terapeutik
Edukasi
terkontraindikasi
Kolaborasi