Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

Mata Kuliah Keterampilan Terpadu

Dosen Pengampu: Ns. Pujiarto.M.Kep.,Sp.Kep.MB

DISUSUN OLEH

MUHAMAD RIZKY ALKAHFI


2128048
3B

PRODI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BHAKTI

BANDAR LAMPUNG

2024
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi Asma Bronkial


Menurut ( The American Thoracic Society ) Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil
dari pengobatan. (tanjung dudut,asma bronkial)

1.1.1 Etiologi Asma Bronkial


Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial.

a. Faktor predisposisi

• Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi

• Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga,
spora jamur, bakteri dan polusi

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan

3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

• Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga.
Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

• Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.

• Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

• Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

1.1.2 Patofisiologi Asma Bronkial


Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme
otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan
bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma
akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel
chest.

1.1.3 Manifestasi Klinis Asma Bronkial


Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada
saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga
ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.

Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada
sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu
dijumpai bersamaan.

Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain :
silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat
dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

1.1.4 Faktor Risiko Asma Bronkial


Diketahui bahwa serangan asma, kejadian asma, keparahan asma dan kematian karena asma
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut

1) Faktor pejamu

Faktor dari pasien meliputi jenis kelamin, ras, hiperresponsif saluran nafas, dan status gizi.

2) Faktor lingkungan

Faktor dari luar diri pasien yang meliputi:

 Alergen dalam rumah : tungau debu rumah, alergen hewan piaraan, alergen kecoa,
jamur.
 Alergen luar : serbuk sari, jamur.
 Pajanan pekerjaan : pekerja pabrik, awak angkutan.
 Asap rokok : perokok pasif, perokok aktif.
 Polusi udara : polutan luar rumah, polutan dalam rumah, ventilasi udara.
 Infeksi saluran nafas : infeksi virus, infeksi bakteri, infeksi parasit. Status sosial
ekonomi rendah Obat-obatan.

1.1.5 Komplikasi Asma Bronkial


Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :

1. Status asmatikus

2. Atelektasis

3. Hipoksemia

4. Pneumothoraks

5. Emfisema digital library

6. Deformitas thoraks

7. Gagal nafas

1.1.6 Penatalaksanaan Asma Bronkial


Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma,


baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti
tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawatnnya.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1. Pengobatan non farmakologik:

 Memberikan penyuluhan
 Menghindari faktor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisiotherapy
 Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :

Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :

a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin) Nama obat :

 Orsiprenalin (Alupent)
 Fenoterol (berotec)
 Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan
semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau
cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus
diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

b. Santin (teofilin) Nama obat :

 Aminofilin (Amicam supp)


 Aminofilin (Euphilin Retard)
 Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya
berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.

Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut,
dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang
lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya
penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke
dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat
minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

 Kromalin Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah


serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-
anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
 Ketolifen Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat
diberika secara oral.

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang Asma Bronkial

1) Pemeriksaan Penunjang :
a. Spirometri : untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan
sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan
adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan
diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita
tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
b. Pengukuran fungsi paru : Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari
bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
2) Pemeriksaan laboratorium meliputi
a. analisa gas darah : pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis Kadang pada darah terdapat peningkatan
dari SGOT dan LDH.Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi. Pada pemeriksaan
faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun
pada waktu bebas dari serangan.
b. sputum : Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
 Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
3) Pemeriksaan radiologi.
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
 Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :

Tn. D Usia 35 th, memiliki Riwayat Asma Bronkial dari ayahnya, sejak 4 th yang lalu, sering
muncul serangan asma berulang terlebih muncul jika kelelahan, stress dan udara dingin,
malam Tn. D dibawa keluarganya ke igd RS Sejahtera karana mengeluh sesak rr 30x/mnt,
batuk terus menerus, sputum produktif lengket dan sulit dikeluarkan, terdengar suara
Whezing dan Ronchi, pola nafas tidak teratur, dan sesak meningkat jika klien tidur terlentang,
sulit bicara dan gelisah, keadaan umum lemah, klien tampak pucat, akral dingin. TD 140/80
mmHg, Nadi 90x/mnt, s 37 C, RR 30x/mnt, CRT> dari 3 dtk

I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn.D
2. Usia : 35 Tahun
3. Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : Wirausaha
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Suku : Lampung
8. Bahasa Yang Digunakan : Bahasa Indonesia
9. Alamat Rumah : JL. Imam Bonjol No.19
10. Diagnosa Medis : Asma Bronkial

B. Sumber informasi ( penanggung jawab ) :


1. Nama : Ny.R

2. Hubungan dengan klien : Istri Klien

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Riwayat kesehatan masuk RS :
Tn. D memiliki Riwayat Asma Bronkial dari ayahnya, sejak 4 th yang lalu,
sering muncul serangan asma berulang terlebih muncul jika kelelahan, stress dan
udara dinggin, malam Tn. D dibawa keluarganya ke igd RS Sejahtera karana
mengeluh sesak rr 30x/mnt, batuk terus menerus, sputum produktif lengket dan
sulit dikeluarkan, terdengar suara Whezing dan Ronchi, pola nafas tidak teratur,
dan sesak meningkat jika klien tidur terlentang, sulit bicara dan gelisah, keadaan
umum lemah, klien tampak pucat, akral dingin. TD 140/80 mmHg, Nadi
90x/mnt, s 37 C, RR 30x/mnt, CRT> dari 3 dtk untuk lingkungan sekitarnya
tidak mendukung karena pasien membuka usaha sekaligus bekerja sebagai
mekanik motor yang berarti selalu terkena asap kendaran di sekitar tempat iya
bekerja.

B. Riwayat kesehatan saat pengkajian:


1. Keluhan Utama : Sesak Napas
 Hal yang memperberat : Ketika tidur terlentang.
 Hal yang memperingan : Ketika Tidur setengah duduk
(Semifowler)
2. Keluhan penyerta

Tn. D mengatakan akhir akhir ini sering batuk terus menerus, terdapat dahak
ditenggorokannya yang susah untuk dikeluarkan, pasien juga mengatakan sesak
meningkat jika klien tidur terlentang, sulit bicara dan pasien mengatakan terasa
gelisah.

C. Riwayat Kesehatan Lalu


 Riwayat alergi : Tidak memiliki alergi
 Riwayat kecelakaan : Tidak pernah mengalami kecelakaan
 Riwayat perawatan di RS :
 Riwayat penyakit berat/kronis : Asma Bronkial
 Riwayat pengobatan : Sering diberikan obat semprot Inhaler
 Riwayat operasi : Tidak pernah operasi
D. Riwayat Kesehatan Keluarga :

III. Riwayat Psikososial – spiritual


 Support System :
Keluarga sangat mendukung penuh kesembuhan pasien, keluarga selalu
memberikan support agar pasien tidak menyerah menghadapi penyakit yang
dideritanya.
Komunikasi :
Sebelum sakit pasien sering keluar rumah untuk mengobrol dengan para
tetangganya. Saat sakit pasien sudah jarang keluar rumah
 System nilai kepercayaan :
Sebelum sakit dan saat sakit pasien tetap menjalankan Sholat 5 waktu secara
rutin.

IV. Lingkungan
A. Rumah : Kebersihan rumah pasien terjaga, tinggal didaerah ramai karena tinggal
di kota
B. Pekerjaan : Tn.D seorang wirausaha otomotif sekaligus mekanik
V. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:

A. Pola Nutrisi dan Cairan (sebelum dan saat sakit) :

1. Pola nutrisi :

 Frekwensi makan
Sebelum Sakit : 3x/Hari
Saat sakit : 3x/Hari
 Nafsu makan : Baik
Sebelum Sakit : Baik, pasien makan 1 porsi dihabiskan
Saat sakit : Sedikit menurun, pasien makan 1 porsi dihabiskan
namun porsi makan berkurang.
 Jenis makanan
Sebelum Sakit : Nasi, dan lauk pauk lainnya
Saat sakit : Nasi, dan lauk pauk lainnya
 Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan : Tn.D tidak pemilih soal
makanan dan tidak memiliki riwayat alergi
 Kebiasaan makan : Tidak ada kebiasan makan yang aneh
 Perubahan berat badan 3 bulan terakhir: menurun sekitar 3 kg

2. Pola Cairan :

Sebelum Sakit : Kebutuhan cairan tercukupi karena pasien minum air putih 8
gelas/hari (8x200ml) = 1.600ml
Saat sakit : kebutuhan cairan pasien dibantu dengan pemasangan infus RL
(3 plabot dalam 1 hari, 3 x 500cc = 1.500 cc 20 Tpm) dan air putih 5 gelas/hari
(5x200 ml = 1.000ml)
B. Pola Eliminasi (sebelum dan saat sakit) :
1. BAK
Sebelum Sakit : Pasien BAK 5-7x/hari, dengan warna urine kuning jernih,
berbau khas urine tidak terpasang kateter dan tidak terdapat keluhan penyerta
apapun.
Saat Sakit : Pasien BAK 3-4x/hari, dengan warna urine kuning sedikit
pekat, berbau khas urine tidak terpasang kateter dan tidak terdapat keluhan
penyerta apapun.
2. BAB
Sebelum Sakit : Pasien BAB 2-3x/hari,dengan warna feses kuning,bau khas
Saat Sakit : Pasien BAB 1-2x/hari,dengan warna feses kuning,bau khas

C. Pola Personal Hygiene (sebelum dan saat sakit) :


1. Mandi
 Frekwensi sebelum sakit : 2 x/hari
 Frekwensi saat sakit : 2 x/hari
2. Oral hygiene
 Frekwensi : 3 x/hari
 Waktu : Pagi,sore,malam
D. Pola istirahat dan tidur (sebelum dan saat sakit) :
 Lama tidur : 7 Jam/hari
 Kesulitan dalam hal tidur : sesak pasien meningkat jika klien tidur
dengan posisi terlentang
E. Pola aktivitas dan latihan (sebelum dan saat sakit) :
 Kegiatan dalam pekerjaan : sebagai mekanik motor
 Waktu bekerja : 9-10 jam/hari
 Kesulitan dalam hal : sesak ketika bekerja terlalu berat dan
mudah merasa lelah

F. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


1. Merokok : Ya
- Jumlah : sehari menghabiskan hampir satu
bungkus rokok
- Lama pemakaian : Sudah kurang lebih 17 tahun

2. Minuman keras : Tidak


3. Ketergantungan obat : Ya
Jika Ya : menggunakan obat asma selama kurang lebih 4

tahun, dengan jenis inhaler.

VI. Pengkajian fisik


A. Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E: 5, V:4, M:6)
- Tekanan Darah : 140/80 mmHg
- Nadi : 90x/mnt
- Pernafasan : 30x/mnt
- Suhu : 37 C
- TB : 180
- BB : 78
B. Pemeriksaan fisik per system
1. Sistem Penglihatan
- Posisi mata : Simetris
- Kelopak mata : Simetris, mampu menutup, tidak terdapat lessi
- Pergerakan bola mata : Bola mata mampu bergerak dan berpindah
sesuai ketika objek bergerak
- Konjungtiva : An anemis, berwarna merah muda
- Sklera : Berwarna putih jernih
- Pupil : Reflek pupil normal: ketika disinari dengan
penlight pupil kontriksi (mengecil saat
disinari)
- Lapang pandang : Normal
- Ketajaman penglihatan : Normal, tidak mengalami gangguan
penglihatan
- Tanda-tanda radang : Tidak terdapat tanda radang
- Pemakaian alat bantu penglihatan : Tidak memakai alat bantu
penglihatan

2. Sistem Pendengaran
- Bentuk telinga : Simetris kanan dan kiri
- Kondisi telinga : bersih
- Fungsi pendengaran : baik
- Pemakaian alat Bantu : tidak menggunakan alat bantu

3. Sistem Wicara
- Kesulitan/gangguan wicara : kesulitan bicara

4. Sistem Pernafasan
- Jalan nafas : ada sumbatan
- Pernafasan : Sesak
- Bila sesak : ( Ya ) Setelah aktifitas
- Frekwensi : x/menit
- Irama : Tidak teratur
- Kedalaman : Dalam
- Suara nafas : terdengar suara Whezing dan Ronchi
- Batuk : Ya

Jika Ya, : terdapat sputum yang kental dan susah


untuk dikeluarkan

- Penggunaan otot bantu nafas : Ya

5. Sistem Kardiovaskuler
a. Sirkulasi Perifer
- Nadi : 90 x/menit

- Irama : Tidak teratur

- Denyut : Kuat

- Temperatur kulit : Dingin

- Warna kulit : Pucat

b. Sirkulasi Jantung
- Kecepatan denyut apical : 96 x/menit

- Irama : Tidak teratur

- Bunyi jantung normal : kurang

- Keluhan :( Ya ) Lelah

6. Sistem Pencernaan
 Keadaan mulut : Bersih
 Kesulitan menelan : Tidak mengalami kesulitan menelan
 Muntah : Tidak pernah muntah
 Nyeri daerah perut : Tidak mengalami nyeri perut
 Bising usus : 20x/menit
 Asites : Tidak mengalami asites
 Nyeri tekan : Tidak mengalami nyeri tekan
 Nyeri lepas : Tidak mengalami nyeri lepas
 Distensi abdomen : Tidak mengalami distensi abdomen
 Colostomy : Tidak terpasang colostomy

7. Sistem Immunology
 Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak terdapat Pembesaran
kelenjar getah bening

8. Sistem Endokrin
 Napas berbau keton : Tidak
 Ganggren : Tidak terdapat ganggren
 Exopthalmus : Tidak
 Tremor : Tidak
 Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak
 Tanda-tanda peningkatan kadar gula darah : Tidak ada

9. Sistem Urogenital
 Distensi kandung kemih : Tidak mengalami distensi kandung
kemih
 Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
 Nyeri perkusi : Tidak terdapat nyeri perkusi
 Penggunaan kateter : Tidak menggunakan kateter
 Frekwensi BAK : 3-4x/hari
 Keadaan genital : Bersih, tidak terdapat kelainan pada
genitalia pasien
10. Sistem Integumen
 Keadaan rambut : Rambut berwarna hitam, rambut bersih tidak
terdapat ketombe.
 Keadaan kuku : Kuku kuat, berwarna jernih,kuku bersih
 Keadaan kulit : Kulit berwarna sawo matang, turgorkulit
elastis, tidak terdapat lesi.
 Tanda-tanda radang pada kulit : Tidak terdapat tanda radang
 Luka : Tidak terdapat luka
 Dekubitus : Tidak terdapat dekubitus
 Tanda – tanda perdarahan : Tidak terdapat tanda perdarahan

11. Sistem Muskuloskeletal


 Kesulitan dalam pergerakan :Tidak mengalami kesulitan
dalam pergerakan
 Sakit pada tulang dan sendi : Tidak mengalami sakit pada
tulang dan sendi
 Tanda-tanda fraktur : Tidak terdapat tanda fraktur
 Tonus otot : Lemah
 Kelainan bentuk tulang dan otot : Tidak terdapat kelainan bentuk
 Tanda-tanda radang pada sendi : Tidak terdapat tanda radang
 Pengunaan alat Bantu : Tidak
PEMERIKSAAN PENUNJNANG

Pemeriksaan Laboratorium sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal


eosinopil. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
 Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
RESUME KONDISI PASIEN TANGGAL, 21 Februari 2024 S/D 23 Februari 2024
Tn. D memiliki Riwayat Asma Bronkial dari ayahnya, sejak 4 th yang lalu, sering muncul
serangan asma berulang terlebih muncul jika kelelahan, stress dan udara dinggin, malam Tn.
D dibawa keluarganya ke igd RS Sejahtera karana mengeluh sesak rr 30x/mnt, batuk terus
menerus, sputum produktif lengket dan sulit dikeluarkan, terdengar suara Whezing dan
Ronchi, pola nafas tidak teratur, dan sesak meningkat jika klien tidur terlentang, sulit bicara
dan gelisah, keadaan umum lemah, klien tampak pucat, akral dingin. TD 140/80 mmHg, Nadi
90x/mnt, s 37 C, RR 30x/mnt, CRT> dari 3 dtk untuk lingkungan sekitarnya tidak
mendukung karena pasien membuka usaha sekaligus bekerja sebagai mekanik motor yang
berarti selalu terkena asap kendaran di sekitar tempat iya bekerja. pasien tampak pucat,
pasien menggunakan otot bantu napas.
VII. DATA FOKUS:
 Data Subjektif :
1. Pasien mengatakan sesak napas
2. Pasien mengatakan sering muncul serangan asma berulang terlebih
muncul jika kelelahan, stress dan udara dingin malam
3. Pasien mengatakan dahak sulit dikeluarkan
4. Pasien mengatakan sesak jika tidur posisi terlentang
5. Pasien mengatakan mudah lelah
6. Pasien mengatakan nafsu makan kurang baik

 Data Objektif :
1. Pasien tampak sesak
2. Terdengar suara Whezing dan Ronchi
3. Pola nafas tidak teratur
4. Pasien Menggunaan otot bantu nafas
5. sulit bicara dan gelisah
6. keadaan umum lemah
7. klien tampak pucat
8. akral dingin
9. TD 140/80 mmHg, Nadi 90x/mnt, s 37 C, RR 30x/mnt, CRT> dari
3 dtk
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. Ds: Pola Nafas Tidak Efektif Hambatan upaya napas

1.Pasien mengatakan (D.0005)


sesak napas

2.Pasien mengatakan
sering muncul serangan
asma berulang terlebih
muncul jika kelelahan,
stress dan udara dingin
malam

Do:

1.Pasien tampak sesak

2.Terdengar suara
Whezing dan Ronchi

3.Pola nafas tidak teratur

4.Pasien Menggunaan
otot bantu nafas

5.sulit bicara dan gelisah

2. Ds: Bersihan Jalan Napas Hipersekresi jalan


Tidak Efektif napas
1.Pasien mengatakan
dahak sulit dikeluarkan (D.0001)

2.Pasien mengatakan
sesak jika tidur posisi
terlentang

Do:

1.Pasien tampak sesak

2.Terdengar suara
Whezing dan Ronchi

3.Pola nafas tidak teratur

4.Pasien Menggunaan
otot bantu nafas

5. sulit bicara dan


gelisah

3. Ds: Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan


antara suplai dan
1.Pasien mengatakan (D.0056) kebutuhan oksigen
mudah lelah

2.Pasien mengatakan
sering muncul serangan
asma berulang terlebih
muncul jika kelelahan

Do:

1.Pasien tampak sesak

1.keadaan umum lemah


PROSES KEPERAWATAN
No Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola napas tidak efektif Pola napas ( L.01004)
Manajemen jalan napas (I.01011)
(D.0005) Setelah dilakukan
tindakan
Observasi
keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan pola napas membaik.  Monitor pola napas
Dengan kriteria hasil :
 Monitor bunyi napas
1. Frekuensi napas membaik
2. Kedalaman napas membaik  Monitor intake dan output cairan
3. Ekskursi dada membaik
 Monitor sputum

Terapeutik

 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan

head-tilt and chin-lift

 Posisikan semi fowler atau fowler

 Berikan minum hangat

Edukasi

 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,jika

terkontraindikasi

 Ajarkan pasien teknik batuk efektif

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian bronkodilator,

ekspektoran, mukolitik, jika perlu


DAFTAR PUSTAKA

DudutTanjung, Keperawatan asma bronkial https://dupakdosen.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3598/keperawatan-


dudut2.pdf?sequence=1
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
PPNI, T. P. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (edisi 1). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai