Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN ASMA

OLEH : Djuer Djies


NIM : 202003124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES BINA SEHAT PPNI )
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

2021

1
Laporan Asuhan Keperawatan ini diajukan oleh :

Nama : Djuer Djies


Nim : 2020031124
Program Studi : Profesi Ners

Adapun rincian laporan pendahuluan tercantum dalam laporan ini. Telah diperiksa dan
disetujui sebagai tugas dalam prektik klinik Keperawatan medikal bedah .

Mojokerto, Januarai 2021

Receptor Akademik Mahasiswa

NIP/NIK: Djuer Djies


202003124

2
1. DIFINISI

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trachea dan
bronchus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan (the American thoracic society 1962 dalam Arief, 2008)
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible
dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu
(Tanjung, 2003).
2. ETIOLOGI
 Faktor predisposisi
 Genetic
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
 Faktor presipitasi
 Allergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
i. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
ii. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
iii. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
 Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza
merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan
asma bronchial. Diperkirakan 2/3 penderita asma dewasa serangan asmanya
ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas (Arif, 2008).
3
 Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim,seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
 Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
 Olahraga/kegiatan jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
 Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/kendaraan,
asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida
fotokemikal, serta bau yang tajam.
 Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

4
3. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya drajat
hiperaktifitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan
maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma anatara lain :\
1. Bising mengi (whezing) yang terdengar dengan atau tanpa spontan
2. Batuk produktif, sering pada malam hari
3. Nafas atau dada seperti tekanan
4. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya asma bronchial dibedakan menjadi 3 tipe yaitu:
a. Asma bronchial tipe atopik (Ekstrinsik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan.
b. Asma bronchial tipe non atopik (Intrinsik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
5. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan
gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan
bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah:

5
 Sesak nafas
 Mengi ( whezing )
 Batuk
 Pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala
tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Di lain waktu, suatu serangan
asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin
memburuk.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,
tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada
malam hari. Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan
menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara
terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan
oleh penderita.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
 Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
 Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
 Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
 Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
 Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
 Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
b. Pemeriksaan Penunjang
6
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
 Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
4. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.

7. Patofisiologi

7
Faktor pencetus: allergen, infeksi saluran napas, stress,
olahraga/kegiatan jasmani yang berat, polusi udara, lingkungan

Peningkatan
Histamin

Bronkospasm Hipersekresi
e mukus
O2 masuk dan Wheezin Ronchi
CO2 keluar g
terganggu

Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan,


Pertukaran O2 dan CO2 penggunaan otot bantu pernapasan
di alvioli terganggu

Hiperventila
si Ketidak efektifan Jalan
Perubahan membrane
Nafas
kapiler alvioli
Kecepatan nafas
meningkat

Gangguan pertukaran Pola napas tidak efektif


gas

8. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

8
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
Penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama
dengan dokter atau perawat yang merawatnnya
a. Penatalaksanaan non farmakologi
 Memberikan penyuluhan
 Menghindari faktor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisiotherapy
 Beri O2 bila perlu.
b. Penatalaksanaan farmakologi
a. Agonis beta
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
9. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikusasma yang berat dan persisten yang tidak merespon terapi
konvensional.
2. Atelektasis pengempisan paru pada orang dewasa
3. Hipoksemiadefisiensi oksigenasi darah
4. Pneumothoraksudara atau gas dalam rongga pleura, yang dapat terjadi secara
spontan.
5. Emfisemasuatu keadaan abnormal anatomi paru ditandai dengan melebarnya
bronkiolus bagian distal yang disertai dengan kerusakan dinding alveoli.
6. Deformitas thoraks
Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas klien

9
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sesak naps ,keringet dingin
2) Riwayat kesehatan maa lalu
Riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Gaya hidup sangat berperan mengakibatkan serangan asma, sehingga

klien dengan asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai keadaan untuk

menghindari terserang asma. Selain itu gejala asma dapat membatasi manusia

untuk berperilaku hidup normal.

b. Pola hubungan dan peran

Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran

klien, baik di lingkungn rumah tangga, masyarakat, maupun lingkungan kerja

serta perubahan peran yang terjadi setelah klien mengalami serangan asma.

c. Pola persepsi dan konsep diri

Terhambatnya respons kooperatif pasien juga dapat dipengaruhi oleh

persepsinya. Cara memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor

dalam kehidupan klien. Kemungkinan terserang asma pun akan semakin

meningkat seiring dengan bertambahnya stress dalam kehidupan.

d. Pola penanggulangan stres

Salah satu faktor intrinsik serangan asma ialah stres dan

keteganggangan emosional, sehingga pengkajian terhadap stres sangat

diperlukan meliputi penyebab, frekuensi dan pengaruh stress terhadap

kehidupan klien serta cara klien mengatasinya.

10
e. Pola sensori dan kognitif

Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep

diri klien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stressor yang dialami klien

sehingga kemungkinan terjadi serangan asma berulang pun akn semakin tinggi

f. Pola tata nilai dan kepercayaan

Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipecaya dapat

meningkatkan kekuatan jiwa klien. Mendekatkan diri dan keyakinan kepada-

Nya merupakan metode stres yang konstruktif.

g. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum: hal yan perlu dikaji perawat mengenai tentang kesadaran

klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi

pernapasan yang meningkat, penggunaan otot- otot bantu pernapasan, sianosis,

batuk dengan lendir lengket, dan posisi istirahat klien.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
C. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat


berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome
pasien/klien. Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penelitian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan

11
D. Implementasi keperawatan

Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat

mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC,

implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang

merupakan tindakan keperawatan yang khusus yang diperlukan untuk

melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat melaksanakan

atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam

tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan

mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut

E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam

konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan

terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien

menuju pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk menilai pencapaian tujuan pada rencana

keperawatan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel yang akan

mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil keoutusan apakah rencana

keperawatan diteruskan, modifikasi atau dihentikan

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
2. Corwin, E.J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
3. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
4. NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.
5. Tanjung, Dudut. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkhial, (Online)
(http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf, diakses
pada 25 Maret 2012).

13
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TN. M DENGAN MASALAH ASMA BRONCHIALE


DI DESA AMBUNTEN

Oleh

Nama : Djuer Djies

Nim : 202003124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES BINA SEHAT PPNI )
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

2021

14
I. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. M

Jenis klamin : laki-laki

Tempat tgl lahir : Ambunten 06 12 1990

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Nelayan

Status :Sudah Kawin

Alamat : Ambunten

b. Penanggung Jawab
Nama : Ny.J

Umur :29 tahun

Hubungan dengan pasien: istri

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Ambunten

II. PENGKAJIAN SEKUNDER


1. Keluhan utama
Klien mengeluh sesak nafas tetapi tiudak sering

2. Riwayat penyakit sekarang


Klien mengeluh sesak nafas.sejak 2 minggu yang lalu Batuk disertai
sekret kental yang sulit keluar. Selama 2 hari terakhir ini klien sudah
tiga kali mengalami serangan asma.

3. Riwayat penyakit dahulu


Klien mempunyai riwayat sesak nafas sejak dulu Akhir-akhir ini
serangan sesak nafas sering kambuh dan keluarga baru mengetahui
kalau klien menderita asma.

15
4. Riwayat penyakit keluarga

Ibu klien mempunyai riwayat sesak nafas sejak kecil tapi sekarang
sudah tidak pernah kambuh.

5. Pola kebiasaan
Klien sehari-hari sering duduk atau nongkrong ketika klian tidak
berkerja

6. Pemeriksaan fisik
Kepala : bentuk simetris , rambut hitam lurus tidak mudah
dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : terdapat sekret/cuping hidung
Telinga : pendengaran berfungsi normal
Mulut : mukosa bibir agak kering, gigi bersih, bibir lembab
Leher : tak ada pembesaran kelenjar limpha dan tiroid
Paru - paru
Inspeksi : bentuk simetris, gerakan dada simetris, tarikan
Palpasi :Fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Ronchi basah dan Whezing seluruh lapang paru,
suara dasar bronkial expirasi diperpanjang
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
Pa : Ictus cordis teraba
Pe : Pekak
Au : terdengar redup
Abdomen
I : datar
Au : bising usus 12x/menit
Pa : hepar dan lien tak teraba
Pe : timpani
Genetalia: keadaan bersih
Ekstrimitas:
Atas: akral dingin, sianosis, edema (-)
Bawah: akral dingin, edema (-), varises (-)

16
III. ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Masalah

1 Ds: Klien mengatakan sesak nafas Peningkatan produksi sputum Bersihan jalan nafas t
sejak 2 hari efektif

Do:

- sesak nafas, nafas dangkal dan


cepat
- batuk kering
- Sesak nafas di malam hari
- Pernagfasan cuping hidung
TD :130/80 mmHg
N :80 xm
Suhu 37.0 °C
2. Ds : Klien mengatakan tidurnya Batuk terus menerus Ganggaun pola tidur
terganggu karena sesak dan batuknya

Do :

- Tampak letih dan lemah

TD :130/80 mmHg
N :80 xm
Suhu 37.0 °C

IV. Diagnosa keperawatan yang muncul;

17
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum

2. Gangguan pola tidur b.d batuk terus menerus

V. INTERVENSI

18
NO Diagnosa kep TUJUAN INTERVENSI TTD

1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan - Aanjurkan klien untuk istirahat


nafas tidak efektif keperawatan selama 1x 24 dalam
b.d peningktan jam , bersihan jalan nafas - Posisikan klien untuk
produksi sputum menjadi lebih efektif memksimalkan fentilasi
dengan kriteria hasil : - Anjurkan antibiotik
- Keluarkan sekret dengan cara
- Sesak nafas berkurang
berbatuk
- Mampu mengeluarkan
- Ajarkan batuk efektif
sputum
- Memonitor saturasi
- Menunjukan jalan nafas
yang paten (tidak
tercekik ) saturasi
dalam batas normal

2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan - evaluasi efek-efek medikasi


tidur b.d batuk keperawatan selama 1x 24 terhdap pola tidur
terus menerus jam , ganggua pola tidur - ciptakan lingkungan yang
klien dengan kriteria hasil : nyaman
- kolaborasi pemberian obat tidur
- Jumlah jam tidr dalam
(bila perlu )
batas normal

- Persaan fress sesudah


bangun tidur

- Mampu mengidentifikasi

Hal-hal yang meningkat


tidur

VI. IMPLEMENTASI

TGL/JAM Diagnosa kep IMPLEMENTASI

19
16.01.2021 Bersihan jalan nafas tidak - Anjurkan klien untuk istirahat dalam
efektif b.d peningktan - Posisikan klien untuk memksimalkan
11.10
produksi sputum fentilasi
- Anjurkan antibiotik
- Keluarkan sekret dengan cara berbatuk
- Ajarkan batuk efektif
- Memonitor saturasi

16.01.2021
Gangguan pola tidur b.d batuk - evaluasi efek-efek medikasi terhdap pola
12.45 terus menerus tidur
- ciptakan lingkungan yang nyaman
- kolaborasi pemberian obat tidur

(bila perlu )

NO TGL/JAM EVALUASI PARAF

20
16.01.2021 S. klien mengakatan masih sesak dan batuk

13.30 O. terdapat sekret

Batuk terus menerus

TD :105 mmhg

N : 84 x/menit

Suhu : 36.0 °C

RR : 22 X /menit

A. masalah belum teratasi

P. intervensi lnjut
- Anjurkan klien untuk istirahat dalam
- Posisikan klien untuk memksimalkan fentilasi
- Anjurkan antibiotik

VII. EVALUASI

21
VIII. DOCUMENTASI

22

Anda mungkin juga menyukai