Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PSIKOSOSIAL

BERDUKA, KEHILANGAN DAN KEMATIAN

Di Susun Oleh :

Nama : Djuer Djies


Nim : 202003124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES BINA SEHAT PPNI )
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

2020

i
LEMBAR PNGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan ini diajukan oleh :

Nama : Djuer Djies


Nim : 2020031124
Program Studi : Profesi Ners

Adapun rincian laporan pendahuluan tercantum dalam laporan ini. Telah diperiksa
dan disetujui sebagai tugas dalam prektik klinik Keperawatan jiwa

Mojokerto, Februari 2021

Receptor Akademik Mahasiswa

NIP/NIK: Djuer Djies


202003124

2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan.

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui dan mempelajari tentang


psikososial dalam keperawatan khususnya dalam teori berduka, kehilangan dan
kematian. kami mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengajar kami dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.

Mojokerto, 02 Februri 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan


kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang.

Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan


umum berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal
ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego
dari diri yang bersangkutan atau disekitarnya. Pandangan-pandangan tersebut
dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang
demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan
perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi
perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).

Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe


kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga
kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar
artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.

Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam


lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan
klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi
perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan
keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-
kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan

4
atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi
seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama
kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

1.2 Tujuan
1. Mengkaji data yang terkait masalah kehilangan dan berduka
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Membuat rencana tindakan keperawatan
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dan keluarga
5. Mendemonstrasikan cara menerima proses kehilangan dan berduka.
6. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani
masalah kehilangan dan berduka.
7. Mendokumentasikan tindakan keperawatan dan evaluasi yang telah Anda
lakukan dengan prinsip SOAP ( Subyektif, Obyektif, Analisis, dan
Planning)

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 BERDUKA
2.1.1 Definisi Berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan


yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain-lain.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.


NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi
dan berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman


individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman


individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.

2.1.2 Jenis Berduka

a. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang


normal terhadap kehilangan.Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis,
kesepian, dan menari diri dari aktivitas untuk sementara.

b. Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yng muncul


sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi.Misalnya,
ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses
perpisahan dan menyesuaikan beragai urusan didunia sebelum ajalnya tiba

6
c. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke
tahap berikutnya,yaitu tahap kedukaan normal.Masa berkabung seolah-
olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang
bersangkutan dengan orang lain.

d. Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat


diakui secara terbuka.Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS, anak
mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di
kandungan atau ketika bersalin.

2.1.3 Kebutuhan Keluarga yang Berduka membutuhkan :

a) Harapan

 Perawatan yang terbaik sudah diberikan.

 Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.

b) Berpartisipasi.

 Memberi perawatan

 Sharing dengan staf perawatan.

c) Support

 Dengan support klien bisa melewati kemarahan, kesedihan, denial.

 Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang


terjadi.

d) Kebutuhan spiritual.

 Berdoa sesuai kepercayaan.

 Mendapatkan kekuatan dari Tuhan.

7
2.1.4 Teori dari Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses
berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat
digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan
keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka
memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah
untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam
bentuk empati.

1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

a) Fase I (shock dan tidak percaya)

Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri,


duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia
dan kelelahan.

b) Fase II (berkembangnya kesadaran)

Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin


mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

c) Fase III (restitusi)

Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang


hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima
perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan
kehilangan seseorang.

8
d) Fase IV

Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap


almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang
perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.

e) Fase V

Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.


Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima
kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah
berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:

a) Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti
“Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!”
umum dilontarkan klien.

b) Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada


setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada
fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan
marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan
merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.

c) Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau
jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.

9
d) Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

e) Penerimaan (Acceptance)

Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross


mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.

3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang
mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan.
Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang
mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari
kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam
mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

4. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:

a. Penghindaran

Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.

b. Konfrontasi

Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien
secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan
mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.

10
c. Akomodasi

Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan
mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari
dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

2.1. 5 Respons Berduka

Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-


tahap berikut(Kubler-Ross, dalam Potter dan Perry,1997)

a. Pengingkaran

Tahap Pengingkaran. Reaksi pertama individu yang mengalami


kehilangan adalah syok, tidak percaya, atau mengingkarikenyataan
bahwa kehilangan benar-benar terjadi.Reaksi fisik yang terjadi pada
tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak
tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung selama beberapa
menit hingga beberapa tahun.

b. Marah

Tahap Marah. Pada tahap ini individu menolak kehilangan.


Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan kepada orang lain atau
dirinya sendiri.Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain,
menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak
berkompeten. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah,
denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan
seterusnya.

c. Tawar-Menawar

Tahap Tawar-menawar. Pada tahap ini terjadi penundaan


kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat mencoba

11
untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah
kehilangan tersebut dapat dicegah.Individu mungkin berupaya untuk
melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.

d. Depresi

Tahap depresi. Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap


menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat menurut, tidak mau
bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul
keinginan bunuh diri. Gejala fisik ditunjukkan antara lain menolak
makan, susah tidur, letih, dan lain-lain.

e. Penerimaan

Tahap Penerimaan. Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi


perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada objek yg hilang
akan mulai berkurang atau bahkan hilang. Perhatiannya akan beralih
pada objek yg baru.Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan
menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses
kehilangan secara tuntas.Kegagalan untuk masuk ke proses ini akan
mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.

12
2.2 KEHILANGAN
2.2.1 Definisi Kehilangan
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga
terjadi perasaan kehilangan (Hidayat, 2012) Berduka adalah respon individu
terhadap kehilangan. Lama proses berduka sangat individual dan dapat terjadi
sampai beberapa tahun, fase akut berduka biasanya berlangsung 6- 8 minggu
dan penylesaian respon kehilangan atau berduka secara menyeluruh
memerlukan waktu 1bulan sampai 3 tahun. (Kelliat:89;2007).

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.


Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin
terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik,
diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa
kembali atau tidak dapat kembali.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan


sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami


suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau
pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau
seluruhnya.

13
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan Antara lain :
a) Perkembangan

 Anak- anak. :
1. Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
2. Belum menghambat perkembangan.
3. Bisa mengalami regresi
 Orang Dewasa : Kehilangan membuat orang menjadi mengenang
tentang hidup,tujuan hidup, Menyiapkan diri bahwa kematian
adalah hal yang tidak bisa dihindari.
b) Keluarga.

Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak


terbesar biasanya menunjukan sikap kuat, tidak menunjukan sikap sedih
secara terbuka.

c) Faktor Sosial Ekonomi.

Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi


keluarga, beraati kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara
ekonomi,Dan hal ini bisa mengganggu kelangsungan hidup.

d) Pengaruh Kultural.

Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‘barat’


menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya
diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak ditunjukan pada orang lain.
Kultur lain menggagap bahwa mengekspresikan kesedihan harus dengan
berteriak dan menangis keras-keras.

e) Agama.

Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman.


Menyadarkan bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada
juga yang menyalahkan Tuhan akan kematian

14
f) Penyebab Kematian.

Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan


menyebabkan shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan
kesialan.

2.2.3 Kebutuhan Keluarga yang Berduka membutuhkan :


a) Harapan

 Perawatan yang terbaik sudah diberikan.

 Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.

b) Berpartisipasi.

 Memberi perawatan

 Sharing dengan staf perawatan.

c) Support

 Dengan support klien bisa melewati kemarahan, kesedihan, denial.

 Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang


terjadi.

d) Kebutuhan spiritual.

 Berdoa sesuai kepercayaan.

 Mendapatkan kekuatan dari Tuhan.

2.2.4 Tipe Kehilangan


Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

1) Aktual atau nyata


Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya
amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.

15
2) Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,
misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan
perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
2.2.5 Jenis-jenis Kehilangan
1) Kehilangan seseorang yang dicintai ( ACTUAL LOSS )
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau
orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress
dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus
ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang
dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari
ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau
anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan
tidak dapat ditutupi.
Contoh : kehilangan anggota badan , kehilngan suami/ istri ,
kehilangan pekerjaan.
2) Kehilangan yang ada pada diri sendiri ( LOSS OF SELF )
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau
anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi
perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik
dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.
Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang
dari seseorang.
Contoh : misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia
muda, fungsi tubuh.
3) Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal
misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,
perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang

16
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung
pada arti dan kegunaan benda tersebut.
4) Kehilangan lingkungan yang dikenal Kehilangan diartikan
dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam
waktu satu periode atau bergantian secara permanen.
Contoh : pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga
yang baru dan proses penyesuaian baru.
5) Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat
mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon
pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian
yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda
tentang kematian
2.2.6 Rentang Respon Kehilangan
Denial Anger Bergaining Depresi Acceptance

1) Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu
terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2) Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
3) Fase bergaining / tawar- menawar.
Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang
sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.

17
4) Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus
asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
menurun.
5) Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat
sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi.
2.2.7 Dampak Kehilangan
a. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan
untuk berkembang, kadang akan timbul regresi serta rasa takut
untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.“Lahir sampai usia 2
tahun” Tidak punya konsep tentang kematian. dapat mengalami
rasa kehilangan dan dukacita. Pengalaman ini menjadi dasar untuk
berkembangnya konsep tentang kehilangan dan dukacita.”2 sampai
5 tahun”Menyangkal kematian sebagai suatu proses yang normal.
Melihat kematian sebagai sesuatu dapat hidup kembali.
Mempunyai kepercayaan tidak terbatas dalam kemampuannya
untuk membuat suatu hal terjadi.“5 sampai 8 tahun”Melihat
kematian sebagai akhir, tidak melihat bahwa kematian akan terjadi
pada dirinya. Melihat kematian sebagai hal yang menakutkan.
Mencari penyebab kematian. “8 sampai 12 tahun”Memandang
kematian sebagai akhir hayat dan tidak dapat dihindari. Mungkin
tak mampu menerima sifat akhir dari kehilangan. Dapat mengalami
rasa takut akan kematian sendiri.

b. Pada masa remaja atau dewas muda, kehilangan dapat


menyebabkan disintegrasi dalam keluarga.Remaja Memahami
seputar kematian, serupa dengan orang dewasa. Harus menghadapi
implikasi personel tentang kematian. menunjukkan perilaku

18
berisiko. Dengan serius mencari makna tentang hidup lebih sadar
dan tentang masa depan.

c. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan


hidup dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan
semangat hidup orang yang di tinggalkan.

2.3 KEMATIAN
2.3.1 pengertian kematian
Kematian Secara etimologi death berasal dari kata deeth atau deth
yang berarti keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara
defenitif,kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara
menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen. Ini dapat dilihat
dari tiga sudut permanen. Ini dapat dilihat dari tiga sudut pandang
tentang defenisi kematian yakni pandang tentang kematian
jaringan,kematian otak,dan kerusakan otak yang tidak dapat pulih,dan
kematian klinik, yakni kematian orang tersebut.

2.3.2 Pandangan masyarakat tentang kematian


DULU SEKARANG

 Tragis dan memilukan  Menjadi hal yang patut di


bicarakan
 Tabu untuk dibicarakan
 Menimbulkan sindrom kesedihan  Merupakan proses alami
dan ketakutan kehidupan
 Selama tidak disukai  Tidak menakutkan
 Anak-anak tidak perlu  Lebih rasional dan bijak dalam
mengetahui menghadapinya
 Timbul karena perilaku buruk,  Merupakan proses yang
pertengkaran,pembalasan dan progresif
hukuman  Sesuatu yang harus dihadapi

19
2.3.3 Tanda-tanda kematian
1) Mendekati kematian

A. Penurunan Tonus Otot

a) Gerakan ekstermitas berangsur-angsur menghilang,khususnya


pada kaki dan ujung kaki.

b) Sulit berbicara

c) Tubuh semakin lemah

d) Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut


membuncit

e) Otot rahang dan muka mengendur

f) Rahang bawah cenderung turun

g) Sulit menelan, refleks gerakan menurun

h) Mata sedikit terbuka

B. Sirkulasi Melemah

a) suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung
terasa dingin dan lembap

b) Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan,kelabu


,atau pucat.

c) Nadi mulai tidak teratur,lemah dan cepat.

d) Peredaran darah perifer terhenti

C. Kegagalan Fungsi Sensorik.

a) Sensasi nyeri menurun atau hilang

b) Pandangan mata kabur/berkabut

20
c) Kemampuan indera berangsur-ansur menurun

d) Sensasi panas ,lapar,dingin,dan tajam menurun

D. Penurunan/Kegagalan Fungsi Pernapasan.

a) Mengorok (death rattle) / bunyi nafas terdengar kasar.

b) Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut

c) Pernapasan cheyne stokes

2.3.4 Saat kematian. Fase ini ditandai dengan :


a. Terhentinya pernapasan ,nadi, tekanan darah, dan fungsiotak (tidak
berfungsinya paru,jantung dan otak)

b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal.

c. Hilangnya kontrol atas sfingter kandung kemih dan rektum


(inkontinensia ) akibat peredaran darah yang terhambat ; kaki dan
ujung hidung menjadi dingin.

d. Hilangnya kemampuan pancaindera; hanya inderapendengaran


yang paling lama berfungsi ( Stevens,dkk2000)2000)

e. Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi menunjukkan


terhentinya aktifitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu
kematian.penilaian pasti suatu kematian.

2.3.5 Setelah kematian. Fase ini ditandai dengan :


a. Rigor mortis (kaku). Tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelahkematian.

b. Algor mortis (dingin). Suhu tubuh perlahan-lahan turun.

c. Livor mortis (post-mortem decomposition). Perubahan warna kulit


pada daerah yang tertekan;jaringan melunak bakteri sangat banyak.

21
2.4 ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien:
apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui
apa yang mereka pikir dan rasakan adalah :

1. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan


2. Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
3. Perilaku koping yang adekuat selama proses

Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :

4. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontak dengan klien tentang : nama
mahasiswa,nama panggilan,nama klien,nama panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan,topik yang akan dibicarakan.tanyakakn dan
catat usia klien dan no rm, tanggal pengkajian dan sumber data yang
didapat.
5. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluaraga datang,atau dirawat
dirumah sakit,biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang
lain),komunikasi kurang atau tidak ada,berdiam diri dikamar,menolak
interaksi dengan orang lain,tidak melakukan kegitan sehari-
hari,terpenden,perasaan kesepian,merasa tidak aman berada dengan
orang lain,merasa bosan dan lambat menghabiskan waltu,tidak
mampu berkonsentrasi,merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin
dapat melangsungkan hidup.apakah sudah tahu penyakit
sebelumnya,apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah ini

22
6. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan
adalah:
- Faktor genetic: Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di daam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit
mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan
- Kesehatan jasmani: Individu dengan keadaan fisik sehat, pola
hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi
stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang
mengalami gangguan fisik
- Kesehatan mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa
terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan
perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan
yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi
kehilangan
- Struktur kepribadiaan : Individu dengan konsep yang negatif,
perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang
rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
7. Faktor presiptasi

Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan


kehilangan. Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun
imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara
lain meliputi;

- Kehilangan kesehatan
- Kehilangan fungsi seksualitas
- Kehilangan peran dalam keluarga
- Kehilangan posisi di masyarakat
- Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
- Kehilangan kewarganegaraan

23
8. Mekanisme koping

Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara


lain: denial, represi, intelektualisasi, regresi, disosiasi, supresi dan
proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang
dirasakan sangat menyakitkan.regresi dan disosiasi sering ditemukan
pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme
koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.

9. Respon spiritual
- Kecewa dan marah terhadap tuhan
- Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
- Tidak memilki harapan; kehilangan makna
10.  Respon fisiologis
- Sakit kepala, insomnia
- Gangguan nafsu makan
- Berat badan turun
- Tidak bertenaga
- Palpitasi, gangguan pencernaan
- Perubahan sistem imune dan endokrin
11. Respon emosional
- Merasa sedih, cemas
- Kebencian
- Merasa bersalah
- Perasaan mati rasa
- Emosi yang berubah-ubah
- Penderitaan dan kesepian yang berat
- Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan
individu atau benda yang hilang
- Depresi, apatis, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusas
aan
- Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

24
12.  Respon kognitif 
- Gangguan asumsi dan keyakinan
- Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
- Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
- Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah yang meninggal
adalah pembimbing
13. Pemerikaan fisik
Memeriksa tanada-tanda vital,tinggi badan,berat badan,dan tanyakan
apaakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
14. Psikososial
- Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga,dilihat dri pola
komunikasi,pengambilan keputusan dan pola asuh.
- Konsep diri
Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap klien terhadap tubuhnya,bagian
tubuh yang disukai.reaksi terhadap bagian tubuh yang tidak
disukai dan bagian yang disukai.pada klien dengan kehilangan
dan berduka, klien menolak mlihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang aan terajadi,menolak penjelasan perubahan
tubuh,persepsi negative tentang tubuh,preokupasi dengan bagian
tubuh yang hilang,mengungkapkan perasaan keputusan
,mengungkapkan ketakutan.
Identitas diri
Klien dengan kehilangan dan berduka mengalami ketidakpastian
memandang diri,sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan.
Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat,kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau

25
perannya,dan bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut.pada klien dengan kehilangan dan berduka bisa berubha
atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,proses
menuah,putus sekolah,phk,perubahan yang terjadi saat klien sakit
dan dirawat.
Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri,rasa bersalah terhadap diri
sendiri,gangguan hubungan social,merendahkan
martabat,mencederai diri,dan kurang percaya diri
Hubungan sosial
Dalam setiap interaksi dengan klien,perawat harus menyadari
luasnya dunia kehidupan klien.siapa orang yang berarti dalam
kehidupan klien,tempat mengadu,berbicara,minta bantuan atau
dukungan baik secara material maupun non-material. Pada klien
kehilangan berduka sering menyendiri,cenderung menarik diri
dari lingkungan pergaulan,suka melamun,dan berdiam diri.
Spritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan
keyakinan,kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
- Status mental
Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung
kaki.pada klien dengan kehlangan mengakami defisit keperawatan
diri (penampilan tidak rapi)
Pembicaraan

26
Tidak mampu melulai pembicaraan, berbicara hanya jika
ditanya.cara berbicara digambarkan dalam frekuensi (kecepatan,
cepat/lambat) volume (keras/lembut) jumlah (sedikit, membisu,
ditekan) dan karakteristiknya (gugup, kata-kata bersambung,
aksen tidak wajar). Pada pasien kehilangan dan berduka bisa
ditemukan cara berbicara yang pelan (lambat, lembut,
sedikit/membisu, dan menggunakan kata-kata simbolik).
Aktivitas motorik
Klien dengan kehilangan dan berduka cenderung lesu dan lebih
sering duduk menyendiri,berjalan pelan dan lemah.aktifitas
motorik menurun,kadang ditemukan hipoksinesia dan katalepsi.
Afek dan emosi
Klien dengan kehilangan dan berduka cenderung datar (tidak ada
perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan )dan tumpul (hanya bereaksi
bila ada stimulus emosi yang sangat kuat).
Interaksi selama wawancara
Klien dengan kehilangan dan berduka kontak mata kurang (tidak
mau menatap lawan biacara), merasa bosan dan cenderung tidak
kooperatif ( tidak konsentrasi menjawab pertanyaan pewawancara
dengan spontan). Emosi eksperesi sedih dan mengekspresikan
penolakan atau kesepian kepada orang lain.
Persepsi-sensori
Klien dengan kehilangan dan berduka berisiko mengalami
gangguan sensori/persepsi halusinasi.
Tingkat kesadaran
Pada klien dengan kehilangan dan berduka cenderung
bingung,kacau (perilaku yang tidak mengarah pada tujuan ) dan
apatis (acuh tak acuh ).
Memori

27
Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien sulit
mengingat hal-hal yang telah terjadi oleh kareana menurunya
konsentrasi.
15. Tanda dan Gejala :
a. adanya ungkapan kehilangan
b. menangis
c. gangguan tidur
d. kehilangan nafsu makan
e. susah konsentrasi
f. karakteristik berduka yang berkepanjangan
g. Waktu mengingkari kenyataan kehilangan yang lama
h. sedih berkepanjangan
i. adanya gejala fisik yang berat
j. keinginan untuk bunuh diri

16. Tanda berduka disfungsional :


a. Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak
b. berhasil
c. Depresi, menyangkal yang berkepanjangan
d. Reaksi emosional yang lambat
e. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang
f. Normal

2.4.2 Pohon Masalah

Isolasi diri

Berduka disfungsional

Kehilangan

28
2.4.3 Masalah Keperawatan
1. Kehilangan
2. Berduka Disfungsional

2.4.4 Rencana Tindakan


Rencana tindakan keperawatan dirancang untuk menyelesaikan
masalah terjadi pada klien secara umum indicator keberhasilan dari
rencana tindakan adalah berkurangnya tanda dan gejala serta
meningkatkan kemampuan klien dalam mengontrol dan mengatasi
tanda gejala kehilangan berduka.
Tujuan tindakan keperawatan yang di lakukan :
1. Supaya pasien mampu mengidentifikasi kehilangan yang dihadapi
2. Supaya pasien mampu mengidentifikasi proses berduka yang
dialami
3. Supaya pasien mampu mengidentifikasi sifat keterikatan pada
benda yang hilang atau orang yang meninggal
4. Supaya pasien mampu mengidentifikasi reaksi awal yang dihadapi

Untuk mencapai tujuan tersebut, intevensi keperawatan dengan


kehilangan dan berduka dilakukan pada klien dan keluarga. Intervensi
keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka:
1. Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
2. Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan dan
motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang
terdekat
3. Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
4. Bantu pasien untuk menunjukkan sikap menerima dan empati
5. Fasilitasi pasien bantu mengekspresikan perasaan dengan cara
yang nyaman (mis: membaca buku, menulis, menggambar, atau
bermain)
6. Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap

29
Intervensi keperawatan pada keluarga:
1. Mengenal masalah berduka pada pasien
2. Menjelaskan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan
berduka berkepanjangan
3. Mempraktekan pada keluarga cara merawat pasien dengan
berduka berkepanjangan
4. Mengevaluasi kemampuan pasien yang berduka
5. Melakukan rujukan

1. Tahapan
a). Mengingkari (Denial)

Tindakan keperawatan:

Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan


perasaannya:

a. Secara verbal mendukung pasien tetapi tidak mendukung


denialnya

b. Tidak membantah denial pasien, tetapi menyampaikan fakta-


fakta, seperti pemakaman dilakukan jam lima sore

c. duduk disamping pasien

d. teknik komunikasi diam dan sentuhan

e. perhatikan kebutuhan dasar pasien

a. Marah (Anger)

Tindakan Keperawatan:

Mendorong dan memberi waktu pada pasein untuk


mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan dengan
kemarahan:

30
a. Bantu pasien/ keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah
suatu respon yang normal untuk merasakan kehilangan dan ketidak
berdayaan.

b. fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga

c. hindari menarik diri dan dendam karena pasien/keluarga bukan


sedang marah pada perawat

d. tangani kebutuhannya pada segala reaksi kemarahan

b. Tawar-menawar (Bergaining)
Tindakan Keperawatan:

Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan


takutnya:

a. dengarkan dengan penuh perhatian

b. ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan


ketakutan yang tidak rasional

c. berikan dukungan spiritual

c. Depresi
Tindakan Keperawatan:

a. mengidentifikasi tingkat depresi dan membantu mengurangi


rasa bersalah

b. Memberikan kesempatan pasien untuk mengkspresikan


kesedihannya

c. memberi dukungan non verbal dengan cara duduk disamping


pasien dan memegang tangan pasien

d. Hargai perasaan pasien

31
e. Bersama pasien membahas pikiran negative yang sering
muncul

f. Latih mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

d. Penerimaan (Acceptance)

Tindakan Keperawatan:

a. Membantu pasien mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan


dilakukan

b. Bantu keluarga dan pasien untuk bias mengerti penyebab


kematian

c. jika keluarga mengikuti proses penguburan maka dapat


dilakukan :

a) Ziarah (menerima kematian)


b) Melihatt photo-photo proses pemakaman
d. mengurus surat-surat yang diperlukan:

a) pensiun
b) menutup rekening (buku bank)

1. Intervensi Berduka Disfungsional Individu


a) Membina hubungan saling percaya dengan klien
b) Berdiskusi mengenai kondisi klien saat ini (kondisi pikiran,
perasaan, fisik, sosial, dan spiritual sebelum/ sesudah mengalami
peristiwa kehilangan dan hubungan antara kondisi saat ini dengan
peristiwa kehilangan yang terjadi).
c) Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami
Cara verbal (mengungkapkan perasaan)

Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)

Cara sosial (sharing melalui self help group)

32
Cara spiritual (berdoa, berserah diri)

d) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang


tersedia untuk saling memberikan pengalaman dengan seksama.
e) Membantu klien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian.
f) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas.

2. Intervensi Berduka Disfungsional Keluarga


a) Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan
berduka dan dampaknya pada klien.
b) Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang
dialami oleh klien
c) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan
berduka disfungsional
d) Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat
dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang
dialami oleh klien

2.4.5 Evaluasi Keperawatan


1. Klien mampu mengidentifikasi kehilangan yang dihadapi
2. Klien mampu mengidentifikasi proses berduka yang dialami
3. Klien mampu mengidentifikasi sifat keterikatan pada benda yang
hilang atau orang yang meninggal
4. Klien mampu mengidentifikasi reaksi awal yang dihadapi

33
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.
Astuti, Y. D. (2015). Kematian Akibat Bencana Dan Pengaruhnya Pada Kondisi.
Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 2 No.1, 41 - 53.
Doenges, M. E. (2018). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Asuhan Klien
Anak-Dewasa. Jakarta: Egc.
Herdman, H. (2017). Nanda-I Diagnosa Keperawatan (Definisi Dan Klasifikasi).
Jakarta: Ecg.
Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indonesia Pustaka.
Ppni, T. P. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi Dan
Tindakan Keperawatan). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Ppni, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Sundeen And Stuart. (1995). Buku Saku Keperawatan Juwa Edisi 3 (Alih
Bahasa). Jakarta: Ecg.
Wilkinson. (2005). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi Nic
Dan Kriteria Hasil Noc . Jakarta: Ecg.

34
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Proses Keperawatan Jiwa


FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. Identitas Klien
Nama : Ny. F (P) Umur : 56 tahun Nomor CM :
II. Alasan Masuk
Keluhan Utama : Klien mengatakan merasa sangat berduka dan kehilangan
Faktor Precipitasi : Klien mengatakan bahwa klien merasa kesepian dan sedih akibat
ditinggal oleh salah satu anak lelakinya, terlebih lagi anak lelaki Ny.F tersebut tidak
sakit tetapi karena meminum air es yang ada di kulkas. Klien selalu meyalahkan
dirinya sendiri karena menyimpan es didalam kulkas, maka dari itu klien tidak mau
makan apapun. Klien juga sering menangis dan merenung sendirian.
III. Faktor Predisposisi
Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengatakan bahwa ia pernah kehilangan orang
yang dicintainya dan juga pernah kehilangan anaknya tetapi tidak sebesar ini usia
anaknyadan Ny.F tidak pernah merasa seperti saat ini.
Pengobatan sebelumnya : Klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi maupun
menggunakan obat obatan sebelumnya.
Trauma :

Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi

Aniaya Fisik tahun - - -

Aniaya seksual tahun - - -

Penolakan tahun - - -

Kekerasan dalam keluarga tahun - - -

Tindakan kriminal tahun - - -

Lain – lain tahun - - -

Jelaskan No 1,2,3 : Klien mengatakan ia merasa sangat kehilangan dan klien pernah
mengalami hal ini tapi tidak pernah sesedih ini.

35
Masalah Keperawatan :

O Perubahan pertumbuhan dan perkembangan Osindroma trauma perkosaan

O Berduka antisipasi O Risiko tinggi kekerasan

V Berduka disfungsional

O lain –lain

O Respon pasca trauma

Anggota keluarga yang gangguan jiwa? O Ada V Tidak ada


Bila ada : Hubungan keluarga : .....................................................
Gejala : .................................................................
Riwayat pengobatan : ..................................................
Masalah Keperawatan :
O koping keluarga tidak efektif :ketidakmampuan O Risiko Tinggi Kekerasan
O Koping keluarga tidak efektif : Kompromi O Lain-lain, jelaskan
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Klien mengatakan pernah kehilangan orang yang dicintai yaitu orang tuanya dan
anak nya tetapi saat masih bayi, Ny.F tidak pernah merasa seperti saat ini.
Masalah Keperawatan :
O Perubahan pertumbuhan dan perkembangan O Respon pasca trauma
O Berduka antisipasi O Sindroma trauma perkosaan
O Berduka disfungsional O Lain-lain, jelaskan...........
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD : 100/70 mmHg N: 80x/mnt S: 36,8℃ P: 19x/mnt.
2. Ukuran : Berat Badan ( BB ) : 51 Kg. Tinggi Badan ( TB ) : 150 cm
3. Keluhan fisik : klien mengatakan merasa sangat pusing, Lemas dan sering kabur
pandangannya
4. Pemeriksaan Fisik (Fokus)
5. Pola Kesehatan
6. Jelaskan : ..................................................................................................................
...........................................................................................................................

36
Masalah Keperawatan :
O Risiko tinggi perubahan suhu tubuh O Perubahan perlindungan
O Defisit Volume cairan O Kerusakan integritas jaringan
O Perubahan Volume cairan O Perubahan membran mukosa oral
O Risiko tinggi terhadap infeksi O Kerusakan integritas kulit
V Perubahan nutrisi: <kebutuhan tubuh
O Perubahan eliminasi feses
O Perubahan nutrisi : >kebutuhan tubuh
O Perubahan pola eliminasi uri
O Perubahan nutrisi : Potensial > kebutuhan tubuh
O Lain – lain, jelaskan ................

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

KET:

: Klien : Perempuan : Laki- laki

Jelaskan : Klien tinggal serumah dengan suami dan ketiga anaknya 2 laki-laki dan
1 perempuan. Klien adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Klien saat ini
berusia 56 tahun. Hubungan klien dengan keluarganya sangat erat dan sangat
baik. Orang terdekatnya adalah sang suami dan anak kesayangannya adalah anak
yang meninggal tersebut.

Masalah Keperawatan :

V Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan

O koping keluarga tidak efektif :kompromi

37
O Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhan

O lain-lain, jelaskan ..........................

2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Klien merasa tidak ada masalah dalam keadaan dirinya
b. Identitas diri : Klien adalah sebagai ibu rumah tangga, semenjak sang anak
lelaki meninggal klien lebih sering berdiam diri dikamar dan sering menangis
sendiri.
c. Peran : klien berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi segala
keperluan Ruamh.
d. Ideal diri : Klien berharap menyekolahkan semua anaknya setinggi-tingginya
karena dia merasa jangan sampai anak-anaknya seperti dirinya yang hanya
lulusan SMP
e. Harga diri : Klien merasa sangat terpuruk karena kehilangan anak Lelakinya
dan jarang berinteraksi dengan anak-anaknya. Bahkan klien sering murung
dan tiba tiba menangis saat berbicara kepada anak-anaknya saat mengingat
anak Lelakinya. Anak-anak dan suami klien selalu berusaha untuk
menenangkan dan menasehati klien yang sering berperilaku seperti ini.

Masalah Keperawatan :

O Pengabaian unilateral O Harga diri rendah kronik

O Gangguan citra tubuh V Harga diri rendah situasi

O Gangguan identitas diri O Lain-lain, jelaskan ....................

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : klien saat ini hanya memilki Suami dan 2 anak ( lelaki
dan perempuan ) yang sangat berarti.
b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : klien mengatakan dulu sering
menceritakan semua hal kepada suami dan anak-anaknya, namun saat
bercerita kepada anaknya yaitu seringkali pada anak Lelakinya yang sudah
meninggal, karena yang paling dekat dengan Ny.F adalah anak lelakinya
yang sudah meninggal tersebut.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien tidak mengikuti
kegiatan apapun diluar karena klien terus berkabung.

38
Masalah Keperawatan :

O Kerusakan komunikasi O Isolasi sosial

V Kerusakan interaksi sosial OLain-lain,jelaskan: ...............

4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : klien beragama islam dan yakin kepada Allah SWT
b. Kegiatan Ibadah : klien mengatakan selalu menjalankan kewajibannya dalam
beribadah dan mengatakan bahwa dalam doanya klien terus berandai andai.

Masalah Keperawatan :

O Disstress spiritual O Lain-lain, jelaskan ..........................

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan :
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, makan, toilet training
dan pemakaian sarana prasarana atau instrumentasi dalam mendukung
penampilan, apakh klien :
V Tidak rapi O Penggunaan pakaian tidak sesuai
O Cara berpakaian tidak seperti biasanya
O Lain-lain, jelaskan : Klien berpenampilan tidak rapi dan pakaian yang
digunakan tidak sesuai.

Masalah Keperawatan :

O Sindroma defisit perawatan diri ( makan, mandi, toilet training, instrumentasi )

O Lain – lain, jelaskan, ...........................................................................................

2. Pembicaraan :
O Cepat O Keras Ogagap OInkoherensi
Oapatis V lambat O Membisu
O Tidak mampu memulai pembicaraan
OLain-lain, : klien menjelaskan dengan sangat lambat dengan raut penuh
kesedihan , dan menatap kebawah jarang kontak mata dengan orang lain.
Masalah Keperawatan :
O Kerusakan Komunikasi O Kerusakan kom.verbal

39
3. Aktifitas Motorik
V Lesu O Tegang OGelisah OAgitasi TIK
OGrimas Otremor OKompulsif
OLain – lain, jelaskan : ...............................................................
Jelaskan : Klien tampak lesu dan murung. Klien bergerak dengan sangat pelan.

Masalah Keperawatan :

O Risiko tinggi cidera OKerusakan mobilitas fisik

O Defisit aktivitas deversional/hiburan

4. Afek dan Emosi


a. Afek : Odatar O Tumpul V Labil

O Tidak sesuai O Lain-lain, jelaskan ......

Jelaskan : klien berbicara dengan nada sendu terkadang juga merunduk lalu
tiba tiba menangis

Masalah Keperawatan :

O Risiko tinggi cidera O Kerusakan komunikasi verbal

O Kerusakan komunikasi V Kerusakan interaksi sosial

O Lain-lain, jelaskan...

b. Alam perasaan ( emosi ) :


V Sedih O Ketakutan O Putus asa
Okuatir O Gembira
OLain –lain, jelaskan
Jelaskan : wajah klien tampak sedih dan murung jika bercerita tentang anak
lelakinya dia akan langsung menangis dan menyalahkan dirinya

Masalah keperawatan :
O Risiko tinggi cidera O Risiko diri menciderai diri
O Risiko diri menganiaya diri O Ansietas
O Ketakutan O Isolasi sosial

40
V ketidakberdayaan ORisiko tinggi mutilasi diri
OLain-lain, jelaskan : ............................................
5. Interaksi selama wawancara :
O Bermusuhan O Tidak kooperatif
O Mudah tersinggung V Kontak mata kurang
O Defensif O Curiga
O Lain-lain, Jelaskan : klien selalu berbicara sambil menunduk dan tidak mau
kontak mata secara langsung.
Masalah Keperawatan :
O Kerusakan komunikasi O Risiko tinggi penganiayaan diri
V Kerusakan interaksi sosial O Risiko tinggi mutilasi diri
O Isoalsi sosial O Risiko tinggi kekerasan
O Risiko membahayakan diri
O Lain-lain, jelaskan......................................
6. Persepsi – Sensori :
Apakah ada gangguan : O ada V tidak ada
Halusinasi : OPendengaran OPenglihatan
Operabaan OPengecapan
O Penghidu

Illusi : O ada V Tidak ada

O lain-lain, jelaskan : ................................................

Jelaskan : klien tidak ada gangguan ilusi maupun halusinasi

Masalah Keperawatan :

O Perubahan Persepsi Sensori ( pendengaran, penghilatan, perabaan, pengecapan,


ppenghidu )

O lain-lain, jelaskan :...............

7. Proses Pikir:
Proses Pikir ( Arus dan Bentuk Pikir ) :
O Sirkumtasial O Tangensial O Blocking
O Kehilangan asosiasi O Flight of idea

41
OPengulangan pembicaraan/perseverasi
O lain-lain, jelaskan : perseverasi yaitu pembicaraan yang berulang-ulang
Jelaskan : klien membicrakan tentang kematian suaminya berulang-ulang dan
selalu menyalahkan dirinya berulang kali.
Isi Pikir :
O Obsesi O Hipokondria
O Depersonalisasi O Pikiran Magis
O Ide terkait
Waham :
O Agama O Somatik
O Kebesaran O Curiga
O Nihilistik O Sisip pikir
O Siar pikir O Kontrol Pikir
O Lain –lain, jelaskan : .................
Jelaskan : ...........................................................................................................
..
Masalah Keperawatan
O Perubahan proses pikir, jelaskan ..............................
8. Tingkat Kesadaran :
O Bingung O Sedasi
O Stupor
O Lain-lain, jelaskan ...................................
Adakah gangguan orientasi ( disorientasi ) :
O Waktu O Orang O Tempat
Jelaskan : .......................................................................................................
Masalah Keperawatan :
O Risiko tinggi cidera
O Perubahan Proses pikir, jelaskan ............
O Lain-lain, jelaskan .................................................................

9. Memori :
O Ganggun daya ingat jangka panjang
O Gangguan daya jangka menengah
O Gangguan daya ingat jangka pendek
42
O Koafabulasi
O Lain-lain, jelaskan..
Jelaskan : .............................................................................................................
Masalah Keperawatan :
O Perubahan proses pikir, jelaskan .............................
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung :
O Mudah beralih V tidak mampu berkonsentrasi
O tidak mampu berhitung sederhana
O Lain-lain, jelaskan ....................................................................
Jelaskan : klien selalu meminta pertanyaan untuk diulang dan tidak mampu
menjelaskan kembali pembicaraan yang sedang berlangsung
Masalah Keperawatan :
O Perubahan proses piker, jelaskan ……….
O Isolasi social
O Lain-lain, jelaskan ………...…………………………….
11. Kemampuan penilaian :
V Gangguan ringan O gangguan bermakna
O Lain –lain, jelaskan ..............
Jelaskan : klien dapat mengambil keputusan yang sederhana sedangkan pada
keputusan yang berat klien membutuhkan bantuan orang lain
12. Daya tilik diri :
O mengingkari penyakit yang diderita
O Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
V Lain-lain, jelaskan menyalahkan diri sendiri
Jelaskan : klien menyalahkan dirinya sendiri atas kematian anak lelakinya karena
menaruh es di dalam kulkas
Masalah Keperawatan :
O Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
O Perubahan proses pikir, jelaskan ................................................................
O Ketidakpatuhan O Lain-lain, jelaskan .....................................................
VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan :
Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak

43
Makanan

Keamanan

Peawatan kesehatan

Pakaian

Transportasi

Tempat tinggal

Keuangan

Lain-lain

Jelaskan : Klien perlu dorongan dari keluarganya dalam melakukan aktivitas sehari-
hari supaya dapat mengalihkan masa berkabungnya

Masalah Keperawatan :

V Perubahan pemeliharaan kesehatan

O Perilaku mencari bantuan kesehatan

O Lain-lain, jelaskan ………………………………………………………….

2. Kegitan Hidup sehari-hari ( ADL ) :


- Perawatan Diri :
Kegiatan hidup sehari- hari Bantuan Total Bantuan Minimal

Mandi - -

Kebersihan - V

Makan - V

Buang air kecil / BAK - -

Buang air Besar / BAB - -

Ganti pakaian - -

Jelaskan : klien hanya perlu bantuan minimal dalam melakukan kebersihan dan
makan karena klien memerlukan dorongan dalam melakukan hal itu

Masalah Keperawatan :

44
O Perubahan pemeliharaan kesehatan O Sindroma deficit perawatan diri

O Perubahan eliminasi feses O Perubahan eliminasi urin

V Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah O Lain – lain

Jelaskan : ............................................................................................................

b. Nutrisi :

* Apakah anda puas dengan pola makan anda? O Puas V Tidak puas

Bila tidak puas, jelaskan : karena klien merasa tidak nafsu makan

* Apakah anda makan memisahkan diri ? O Ya V Tidak

Bila ya, jelaskan : ...........................................................................................

* Frekuensi makan sehari : 1 X

* Nafsu makan : Menurun

* Berat Badan : O Meningkat V Menurun

BB saat ini : 51 Kg, BB terendah : 48 Kg, BB tertinggi : 54 Kg

Jelaskan : klien mengatakan tidak nafsu makan

Masalah keperawatan :

V Perubahan Nutrisi : < kebutuhan tubuh

O Perubahan Nutrisi : > kebutuhan tubuh

O Perubahan Nutrisi : potensial > kebutuhan tubuh

O Lain – lain, jelaskan .......................................................................................

c. Tidur :

* Apakah ada masalah tidur? O Tidak ada V Ada, jelaskan klien mengalami
insomnia dan terkadang masih selalu terbayang-bayang putranya.

45
* Apakah merasa segar setelah bangun tidur? OSegar V Tidak segar, jelaskan klien
merasa pusing saat bangun tidur

* Apakah ada kebiasaan tidur siang? O Ya, lamanya : ....jam, V Tidak

* Apakah ada yang menolong anda mempermudah untuk tidur?

O Ada, jelaskan : .................... V Tidak ada

* Tidur malam jam : 23.00 bangun jam : 02.00 rata – rata tidur malam : 3-4 jam

* Apakah ada gangguan tidur? V Sulit untuk tidur O Bangun terlalu pagi

OSamnambulisme OTerbangun saat tidur Ogelisah saat tidur

OBerbicara saat tidur O Lain – lain, jelaskan : .........................................

Jelaskan : klien merasa sulit tidur karena teringat saat-sata denag putranya dan
terkadang masih selalu terbayang-bayang putranya.

Masalah Keperawatan : V Gangguan Pola Tidur, spesifiknya insomnia

1. Kemampuan klien dalam hal – hal berikut ini :


- Mengantisipasi kehidupan sehari – hari : O Ya V Tidak
- Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : V Ya O Tidak
- Mengatur penggunaan obat : O Ya V Tidak
- Melakukan pemeriksaan kesehatan : O Ya V Tidak
Jelaskan : klien dapat mengmbil keputusan sederhana secara mandiri sedangkan
keputusan yang berat dia membutuhan bantuan otang lain

Masalah Keperawatan :

O Konflik pengambilan keputusan O Ketidakpatuhan

O Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik

O Lain-lain, jelaskan.............................

46
2. Klien memiliki sistem pendukung :
- Keluarga : V Ya O Tidak - Teman sejawad : O Ya O Tidak

- Terapis : O Ya O Tidak - Kelompok Sosial : O Ya O Tidak

Jelaskan : klien hanya memiliki sistem pendukung keluarga yaitu Suami dan 2
anaknya ( Laki-laki dan Perempuan )

Masalah Keperawatan : O Perilaku mencari bantuan kesehatan O Lain –lain, jelaskan


...............................

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?

V Ya/menikmati O Tidak menikmati, jelaskan ..................................................

Masalah keperawatan: O Defisit aktifitas devesional/hiburan O Lainya, jelaskan.

VIII. MEKANISME KOPING

Adaptif Mal adaptif

- Bicara dengan orang lain - Minum alkohol

- Mampumenyelesaikan V Reaksi lambat/berlebihan


masalah

- Tehnik relaksasi - Bekerja berlebihan

- Aktifitas konstruktif V Menghindar

- Olah raga - Menciderai diri

Lain - lain Lain - lain

Jelaskan : perilaku klien menuju ke perilaku mal adaptif

Masalah keperawatan :

O Kegiatan penyesuaian O Koping individu tidak efektif ( defensif )

V Koping individu tidak efektif ( menyangkal ) O lain – lain, jelaskan…

47
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

O Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya......................................

O Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya klien merasa sangan kehilangan


putranya tersebut sehingga sulit berinteraksi dengan lingkungannya.

O Masalah dengan pendidikan, spesifiknya ......................................................

O Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya .........................................................

O Masalah dengan perumahan, spesifiknya .....................................................

O Masalah dengan ekonomi, spesifiknya ..........................................................

O Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya .......................................

O Masalah lainya, spesifiknya ..........................................................................

Masalah Keperawatan :

O perubahan pemeliharaan kesehatan O enuresis maturasi

O perubahan pada eliminasi urin O ketidakberdayaan

O perubahan pada eliminasi urin ( retensi uri ) O keputusasaan

O perubahan pada eliminasi urin ( inkontinensia total ) O perubahan kinerja peran

O perubahan eliminasi urin(inkontinensia disfungsional) Osindroma stres relokasi

O perubahan eliminasi urin(inkontinensia refleks) O Perilaku mencari bantuan

O perubahan eliminasi urin(inkontinensia stres) O gangguan konsep diri

O gangguan konsep diri ( Gg. Citra tubuh )

O gangguan konsep diri ( Gg. Identitas diri )

O gangguan konsep diri ( gg. Harga diri )

O gangguan konsep diri ( gg. Harga diri rendah kronik )

O gangguan konsep diri ( Gg. Harga diri rendah situasional )

48
O lain – lain, jelaskan ............................................................................................

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?

O Penyakit/gangguan jiwa O sistem pendukung V faktor presipitasi O koping

O penyakit fisik O obat – obatan Olain-lain, jelaskan............................................

Jelaskan : faktor yang mempengaruhi klien saat ini adalah karena kehilangan orang yang
dicintai ( Putranya )

Masalah Keperawatan :

O perilaku mencari bantuan kesehatan O penatalaksanaan terapeutik tidak efektif

O ketidakpuasan O kurang pengetahuan ( spesifiknya )........

XI. ASPEK MEDIS

Diagnosa medik : .......................................................................................................

Terapi medik : ...........................................................................................................

Masalah Keperawatan :

O efek terapi obat-obatan O efek terapi anti ansietas

O efek merugikan terapi anti depresi O efek terapi anti spikotik

O Masalah kolaboratif/potensial komplikasi: multisistem, spesifiknya.....................

XII.ANALISA DATA

49
NO DATA MASALAH

1. Subyektif : Berduka Disfungsional

a. Keluarga mengatakan bahwa klien sering


melamun dan mengaku merindukan
sosok Putranya.
b. Klien berkata bahwa ia susah untuk tidur
karena sering memikirkan suaminya
Obyektif

a. Klien belum siap kehilangan dan


berpisah dengan anak lelakinya
b. Klien sering mengurung diri
c. Klien tidak mau makan dan terus
menangis.
d. Klien tampak murung
e. Klien mselalu menyalahkandiinya sendiri
f. Klien sering merunduk

50
XIV.POHON MASALAH

Isolasi diri

Berduka Disfungsional

Kehilangan

XV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS

1. Berduka Disfungsional
AXIS
 Masalah : Berduka
 Label : Disfungsional
 Aktual : Berduka

51
52
RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny F

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan

DX KEP 1 TUM : NOC NIC Klien mengalami reaksi


Setelah dilakukan 1. Identifikasi tanda berduka, emosional dalam kisaran luas
Berduka Klien dapat
Disfungsional menuntaskan tindakan keperawatan seperti syok, penyangkalan, rasa terhadap kehilangan.

Duka cita 2x24 jam diharapkan marah, dan depresi. Mengetahui perasaan klien dan
klien dengan kriteia 2. Anjurkan untuk orang terdekatnya serta
hasil mengekspresikan kesedihan, menganjurkan
TUK : 1. Verbalisasi duka cita, rasa bersalah, dan pengekspresian perasaan
penerimaan ketakutan diantara klien, orang dapat memberikan dukungan
Klien dapat
meningkat terdekat, dan teman. yang tepat
menerima dan
memahami suatu 2. Kemampuan 3. Libatkan orang terdekat dalam Berbagi pengambilan keputusan
peristiwa menghargai diri pengambilan keputusan dan klinis dengan klien dan orang
(kehilangan) sendiri meningkat perencanaan untuk perawata terdekatnya akan menetapkan
secara sadar atau 3. Verbalisasi perasaan klien. hubungan terapeutik dan
tidak sadar untuk sedih dan bersalah 4. Atur kunjungan oleh individu mmberikan sesasi kontrol

53
menurunkan menurun atau hilang yang mengalami gangguan terhadap penatalaksanaan
kecemasan 4. Sikap menarik diri serupa. situasi kesehatan
sebagai proses menurun atau hilang 5. Kosultasikan dan rujuk ke Berbicara dengan orang lain
normal berduka
(PPNI T. P., 2019) perawat psikiatrik, pekerja sosial, yang memiliki perasaan dan
psikiater, dan pemuka agama ketakutan yang serupa dapat
(Doenges, 2018) membantu klien mencapai
penerimaan realita
Membantu klien dalam
menghadapi kedukacitaan
dari bantuan suportif dan
konseling dalam menghadapi
perubahan ini serta di masa
mendatang.
(Doenges, 2018)

54
a. Berduka Disfungsional

Tujuan Strategi Pelaksanaan


TUM: SP 1
 Bina hubungan saling percaya
 Klien merasa lebih tenang
dengan klien dengan cara
mengucapkan salam
TUK: terapeutik, memperkenalkan

 Klien dapat membina diri perawat sambil berjabat

hubungan saling percaya tangan dengan klien.

dengan perawat dan klien  Motivasi klien untuk

dapat merasa aman dan mengungkapkan pikiran dan

nyaman saat berinteraksi perasaannya. Dengarkan

dengan perawat setiap perkataan klien. Beri


respon, tetapi tidak bersifat
 Klien mampu
menghakimi
mengungkapkan pikiran dan
 Ajarkan klien teknik relaksasi
perasaannya

b. Isolasi sosial : menarik diri

Tujuan Strategi Pelaksanaan

Tujuan Umum : 1. Bina hubungan saling percaya

Klien dapat berinteraksi dengan menggunakan prinsip

dengan orang lain sehingga komunikasi terapeutik:

tidak terjadi halusinasi. a. Sapa klien dengan ramah,

TUK 1: baik verbal maupun non

Klien dapat membina hubungan verbal

saling percaya. b. Perkenalkan diri dengan sopan

55
c. Tanyakan nama lengkap dan

nama panggilan yang disukai

klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan tepat janji

f. Tunjukan sikap impati dan

menerimaklien apa adanya


TUK 2 :

Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien tentang

penyebab menarik diri. perilaku menarik diri dan tanda

– tandanya.

2. Berikan kesempatan pada klien

untuk mengungkapkan perasaan

penyebab menarik diri atau

tidak mau bergaul.

3. Diskusikan bersama klien

tentang perilaku menarik diri,

tanda dan gejala

4. Berikan pujian terhadap

kemampuan klien

mengungkapkan perasaannya
TUK 3 :

Klien dapat menyebutkan


1. Kaji pengetahuanklien
keutungan berhubungan dengan
tentang keuntungan dan

56
orang lain dan orang lain manfaat bergaul dengan

orang lain

2. Beri kesempatan pada klien

untuk mengungkapkan

perasaannya tentang

keuntungan berhubungan

dengan orang lain.

3. Diskusikan bersama klien

tentang manfaat

berhubungan dengan orang

lain.

4. Kaji pengetahuan klien

tentang kerugian bila tidak

berhubungan dengan orang

lain.

5. Diskusikan bersama klien

tentang kerugian tidak

berhubungan dengan orang

lain.

6. Beri reinforcement positif

terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan

tentang kerugian tidak

57
berhubungan dengan orang

lain
TUK 4 :

Klien dapat melaksanakan 1. Kaji kemampuan klien

hubungan social secara bertahap membina hubungan dengan

orang lain.

2. Dorong dan bantu klien dengan

orang lain.

3. Beri reinforcement terhadap

keberhasilan yang telah dicapai

dirumah nanti.

4. Bantu klien mengevaluasi

manfaat berhubungan dengan

orang lain.

5. Diskusikan jadwal harian yang

dapat dilakukan bersama klien

dalam mengisi waktu luang

6. Motivasi klien untuk mengikuti

kegiatan terapi aktifitas

kelompok

58
59

Anda mungkin juga menyukai