Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN SPRITUAL KELUARGA PASIEN

YANG MENINGGAL (LOST AND GRIEVING)

DISUSUN OLEH:
EDI SUTRISNO
SY.FAIZAL
RUBINAH
DELPINA
HERLINI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah mata kuliah
Keperawatan yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Kasus
Kehilangan Dan Berduka“
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Pontianak, Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan
umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini
dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini,
proses kehilangan dan berduka sedikit demi-sedikit mulai maju. Dimana
individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bantuan
kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada
informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno,
2014). Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga
kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar
artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan
klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi
perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan
keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-
kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau
kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi
seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama
kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2015)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan pembagian dari kehilangan dan duka cita ?
2. Bagaimana proses pembuatan Asuhan keperawatan spiritual pada pasien
dengan kehilangan dan duka cita ?

C. Tujuan Penyusunan
1. Tujuan Umum
diharapkan bagi mahasiswa mampu memahami tentang gangguan atas
kehilangan dan duka cita dan dapat membuat asuhan keperawatan pada
pasien dengan kehilangan dan duka cita.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
kehilangan dan berduka
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan
kehilangan dan berduka
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
kehilangan dan berduka
d. Mampu melaksanakan tindakan sesuai perencanaan keperawatan pada
klien dengan kehilangan dan berduka
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan kehilangan
dan berduka
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar dan Teori


1. Pengertian Kehilangan (Loss)
Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2013, Kehilangan
adalah suatu keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan
merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang-
orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula
(keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).
2. Pengertian Berduka Cita (Grieving)
Grieving adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi
bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun
kematian.
Bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama
individu melewati rekasi
3. Bentuk-Bentuk Kehilangan
a. Kehilangan orang yang berarti.
b. Kehilangan kesejahteraan.
c. Kehilangan milik pribadi.
4. Sifat Kehilangan
a. Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada
pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan,
bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.
b. Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan
yang ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:2010).
5. Tipe Kehilangan
a. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan
anggota badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.
b. Perceived Loss ( Psikologis )
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun
tidak dapat dirasakan / dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilanga masa
remaja, lingkungan yang berharga.
c. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu
kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga
dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.
6. Lima Kategori Kehilangan
a. Kehilangan objek eksternal.
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah
menjadi usang berpinda tempat, dicuri, atau rusak karena bencana
alam. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda
yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap
nilai yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang
telah dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal Selama periode
tertentu atau kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota
baru atau perawatan diruma sakit.
c. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara
sekandung, guru, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet
terkenal mumgkin menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset
membuktikan bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan
sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan atau
kematian.
d. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi
fisiologis, atau psikologis. Orang tersebut tidak hanya mengalami
kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan
permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
e. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana
orang tersebut akan meninggal.
7. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka
Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses kehilangan:
a. Denial ( Mengingkari )
1) Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah
syok, tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan
itu terjadi, dengan mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa
itu terjadi”, ”itu tidak mungkin”.
2) Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal,
akan terus menerus mencari informasi tambahan.
3) Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih,
lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung
cepat, menangis gelisah, tidak tahu harus berbuat apa.
b. Anger ( Marah )
1) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan.
2) Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang
tertentu atau ditujukan kepada dirinya sendiri.
3) Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar,
menolak pengobatan , dan menuduh dokter dan perawat yang
tidak becus.
4) Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka
merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
c. Bergaining ( Tawar Menawar )
1) Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon
kemurahan Tuhan.
2) Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata ”kalau saja
kejadian itu bisa ditunda maka saya akan sering berdoa”.
3) Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka
pernyataannya sebagai berikut sering dijumpai ”kalau yang sakit
bukan anak saya”.
4) Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi, membuat
surat warisan, mengunjungi keluarga dsb.
d. Depression ( Bersedih yang mendalam)
1) Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu
tidak bias di tolak.
2) Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain
menarik diri, tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap
sebagai pasien yang sangat baik dan menurut, atau dengan
ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak
berharga.
3) Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan,
,susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
e. Acceptance (menerima)
1) Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
2) Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien
merasa damai dan tenang, serta menyiapkan dirinya menerima
kematian.
3) Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus
pandang, kadang klien ingin ditemani keluarga / perawat.
4) Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti
”saya betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju
baru saya manis juga”, atau “Sekarang saya telah siap untuk pergi
dengan tenang setelah saya tahu semuanya baik”.

Menurut Lambert and Lambert ( 2009 ) 3 fase :


1. Repudiation ( Penolakan )
2. Recognition ( Pengenalan )
3. Reconciliation (Pemulihan /reorganisasi )
Menurut Stuart and Sunden ( 2001) 3 fase :
1. Closed Awareness
Klien dan keluarga tidak menyadari akan kemunkinan dan tidak mengerti
mengapa klien sakit dan mereka merasa seolah-olah klien bias sembuh.
2. Mutual Pretence
Klien dan keluarga mengetahui bahwa prognosa penyakit klien adalah
penyakit terminal, namun berupaya untuk tidak menyinggung atau
membicarakan hal tersebut secara terbuka.
3. Open Awarenes
Klien dan keluarga menyadari dan mengetahui akan adanya kematian dan
merasa perlu untuk mendiskusikannya.

B. Prespektif Agama islam Terhadap Kehilangan


Menurut persfektif Islam kematian dianggap sebagai peralihan kehidupan, dari
dunia menuju kehidupan di alam lain. Kematian didefinisikan sebagai
kehilangan permanen dari fungsi integratif manusia secara keseluruhan
(Hasan,
2016). Al- qur’an merupakan media terbaik yang paling representatif dalam
mengungkapkan perspektif Islam mengenai kematian dan pasca kematian. Al-
qur’an memberikan perhatian yang cukup berpengaruh pada masalah ini dalam
kehidupan individu dan masyarakat (bangsa). Bahkan al- qur’an sering
menyandingkan antara keimanan pada Allah dalam keimanan pada hari akhir,
sehingga sekali lagi, mengesankan bahwa keimanan pada Allah saja belum
cukup bagi individu dalam mewujudkan kesempurnaan mental, ketenangan
jiwa, dan kesalehan moral serta perilaku tanpa disertai keimanan pada hari
akhir (Rasyid,2018). Menurut para ulama kematian bukan sekedar ketiadaan
atau kebinasaan belaka, tetapi sebenarnya mati adalah terputusnya hubungan
roh dengan tubuh, terhalangnya hubungan antara keduanya, dan bergantinya
keadaan dari suatu alam ke alam lainnya (Al- Qurtubi, 2015). Dilihat dari
perpektif agama hal-hal yang harus diperhatikan oleh individu untuk
mengatasi kehilangan yang dialaminya adalah sabar, berserah diri, menerima
dan mengembalikannya pada Allah SWT.

C. Contoh Stressor dan Bentuk Kehilangan di Indonesia


No Jenis Stressor Jenis Kehilangan
1 Gempa dan Tsunami Rumah, orang yang berarti, pekerjaan, bagian
di Aceh tubuh.
2 Lumpur Lapindo Rumah, tetangga yang baik
3 Gempa di Yogjakarta Rumah, makna rumah yang lama, orang yang
berarti, bagian tubuh, pekerjaan.
4 Jatuhnya pesawat Orang yang berarti, bagian tubuh
Adam Air
5 Tenggelamnya Kapal Orang yang berarti
Levina
6 Sampah longsor Orang yang berarti
7 Banjir banding Harta benda, orang tercinta, lingkungan yang
baik, kesehatan.
8 PHK di IPTN Pekerjaan, status, harga diri
9 Banjir Jakarta Harta benda, orang tercinta, lingkungan yang
baik, kesehatan.
D. Teori Askep pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka
1. Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka
cita klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan
melalui perilaku. Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian
gar mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah :
a. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
b. Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
c. Perilaku koping yang adekuat selama proses
2. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
a. Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan
sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam
menghadapi perasaan kehilangan.
b. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup
yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang
lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan
fisik
c. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama
yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak
berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram,
biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
d. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi
individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa
(Stuart-Sundeen, 2010).
e. Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif
terhadap stress yang dihadapi.
3. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan.
Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti:
kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
a. Kehilangan kesehatan
b. Kehilangan fungsi seksualitas
c. Kehilangan peran dalam keluarga
d. Kehilangan posisi di masyarakat
e. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f. Kehilangan kewarganegaraan
4. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon
antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi,
Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress
yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering
ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis
mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak
tepat.
5. Respon Spiritual
a. Kecewa dan marah terhadap Tuhan
b. Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
c. Tidak memilki harapan; kehilangan makna
6. Respon Fisiologis
a. Sakit kepala, insomnia
b. Gangguan nafsu makan
c. Berat badan turun
d. Tidak bertenaga
e. Palpitasi, gangguan pencernaan
f. Perubahan sistem imune dan endokrin
7. Respon Emosional
a. Merasa sedih, cemas
b. Kebencian
c. Merasa bersalah
d. Perasaan mati rasa
e. Emosi yang berubah-ubah
f. Penderitaan dan kesepian yang berat
g. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu
atau benda yang hilang
h. Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
i. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
8. Respon Kognitif
a. Gangguan asumsi dan keyakinan
b. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
c. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
d. Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal
adalah pembimbing.
9. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
a. Menangis tidak terkontrol
b. Sangat gelisah; perilaku mencari
c. Iritabilitas dan sikap bermusuhan
d. Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama
orang yang telah meninggal.
e. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin
membuangnya
f. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
g. Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
h. Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
10. Analisa Data
a. Data subjektif:
1) Merasa sedih
2) Merasa putus asa dan kesepian
3) Kesulitan mengekspresikan perasaan
4) Konsentrasi menurun
b. Data objektif:
1) Menangis
2) Mengingkari kehilangan
3) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
4) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
5) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat
aktivitas
11. Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (2016), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl
Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka
yang berdasarkan pada pada tipe kehilangan.
12. Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka
a. Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan
yang adaptif.
b. Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
c. Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa
lalu saat ini.
d. Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
e. Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
f. Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
g. Gunakan komunikasi yang efektif.
1) Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
2) Dorong penjelasan
3) Ungkapkan hasil observasi
4) Gunakan refleksi
5) Cari validasi persepsi
6) Berikan informasi
7) Nyatakan keraguan
8) Gunakan teknik menfokuskan
9) Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan
hal yang tersirat
h. Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :
1) Kehadiran yang penuh perhatian
2) Menghormati proses berduka klien yang unik
3) Menghormati keyakinan personal klien
4) Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan,
konsisten
5) Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang
berhubungan dengan kehilangan
i. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Respon
Kehilangan
1) Bina dan jalin hubungan saling percaya
2) Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian
yang menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil
hikmahnya
3) Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
4) Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
5) Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
6) Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7) Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8) Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a) Fase Pengingkaran
• Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya.
• Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap
menerima, ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur
terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan
dan kematian.
b) Fase marah
• Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa
marahnya secara verbal tanpa melawan dengan
kemarahan.
c) Fase tawar menawar
• Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan
perasaan takutnya.
d) Fase depresi
• Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri
pasien.
• Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e) Fase penerimaan
• Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak
bisa dihindari.
j. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
1) Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta
menjaga anak selama masa berduka.
2) Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya
yang salah.
3) Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan
perilaku yang diperhatikan oleh orang lain.
4) Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah
duka.
k. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon
Kehilangan (Kematian Anak)
1) Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2) Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
3) Menyiapkan perangkat kenangan.
4) Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila
diperlukan.
5) Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang
patologis serta tempat mereka minta bantuan bila diperlukan.
l. Evaluasi
1) Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
2) Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
3) Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
4) Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah
akibat kehilangan
5) Klien mampu minum obat dengan cara yang benar
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Askep Kasus
Kasus :
Ny. S, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu
perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu suami Ny.
S meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ny. S sering
melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal. Selain itu,
Ny. S juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa gelisah
sehingga susah tidur.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien Nama
: Ny. S Umur :
33 Tahun
b. Alasan Masuk
Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny. S mengalami stress setelah
seminggu yang lalu suami Ny. S meninggal.
c. Keluhan Utama
Pasien mengalami merasa putus asa dan kesepian, tidak berminat
dalam berinteraksi dengan orang lain, mengingkari kehilangan, tidak
berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
2. Faktor Predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Tidak
b. Pengobatan sebelumnya : tidak berhasil
c. Trauma
Jenis trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Kehilangan 30 tahun Anak Ny. S
Aniaya fisik
Penolakan
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan criminal
Lain – lain

Jelaskan No. 1, 2, 3 :
• Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
• Pasien belum pernah dibawa ke RSJ atau pengobatan lainnya
• Pasien pernah kehilangan anaknya saat berumur 30 tahun,
• Masalah keperawatan : Berduka disfungsional
d. Adakah anggota keluarga yang gangguan jiwa : Tidak ada
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ?
Pasien pernah mengalami kehilangan suami dan anaknya.
• Masalah keperawatan : Berduka disfungsional
3. Pemeriksaan Fisik
a. TD : 110/80 mmHg
N : 90 x/mnt
S :36 oC
RR : 24 x/mnt
b. Ukuran : BB : 46 Kg
TB : 168 Cm
c. Keluhan fisik : Ada
Jelaskan : Pasien mengeluhkan nyeri kepala, sakit pada perut.
• Masalah keperawawatan : Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
4. Psikososial
a. Genogram :

Ny. S
5. Konsep diri :
a. Citra tubuh : bagian tubuh yang disukai adalah perut karena bagian
perutnya perna ada bayi buah hatinya.
b. Identitas diri : pasien adalah seorang ibu rumah tangga
c. Peran : pasien merupakan ibu rumah tangga yang hanya mengharapkan
penghasilan suaminya.
d. Ideal diri : Pasien ingin tetap bersama dengan anak dan suaminya dan
klien mengingkari tasa kehilangan suaminya.
e. Harga diri : pasien merasa dirinya tidak berharga karena tidak ada lagi
anak dan suaminya.
• Masalah keperawatan : Penginkaran kehilangan
6. Hubungan social :
a. Orang yang berarti : orang yang terdekat dengan pasien adalah Ibunya
tetapi ibunya kini sakit sakitan karena sudah tua.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat : Klien sering
mengikuti kegiatan masyarakat, meskipun klien seorang ibu rumah
tangga.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Setelah osuami Ny.
S meninggal, Ny. S tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
• Masalah keperawatan : Kerusakan komunikasi sosial
7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam
b. Kegiatan ibadah : pasien menjalankan ibadahnya dengan tekun
• Masalah keperawatan : tidak ada
8. Status Mental
a. Penampilan
Pasien memakai baju seragam pasien dengan benar (Rapi), tetapi klien
tidak ada perubahan dalam pola makan (klien tidak nafsu makan).
• Masalah keperawatan : Anoreksia
b. Pembicaraan
Lambat, pasien berkomunikasi dengan baik dengan perawat namun
harus sedikit dipaksa terlebih dahulu.
• Masalah keperawatan : tidak ada
c. Aktivasi motorik
Lesu, pasien hanya berdiam diri di kamar atau di taman dan jarang
beraktifitas.
• Masalah keperawatan : devisit aktivitas
d. Afek dan emosi
a. Afek
Datar, wajah pasien tanpa ekspresi
b. Alam perasaan (emosi)
Menangis
• Masalah keperawatan : Resiko menganiaya diri
e. Interaksi selama wawancara :
Kontak mata kurang
• Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi
f. Persepsi – sensorik
Apakah ada gangguan : ada
Halusinasi : tidak ada
Ilusi : tidak ada
• Masalah keperawatan : tidak ada
a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir) : normal
b. Isi pikir : normal
g. Tingkat kesadaran
Bingung, klien menginkari kehilangan suaminya.
Terdapat gangguan orientasi orang
• Masalah keperawatan : perubahan proses pikir
h. Memori
Masih ingat dengan semua kejadian termasuk saat pemakaman
suaminya namun tidak menerima kenyataan tersebut.

• Masalah keperawatan : tidak ada


i. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tidak mampu berkonsentrasi
• Masalah keperawatan : perubahan proses pikir
j. Kemampuan penilaian
Klien takut atau cemas, bagaimana dia hidup tanpa suaminya
• Masalah keperawatan : Ansietas berhubungan dengan keadaan di
masa yang akan datang setelah kehilangan suaminya
k. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang di deritanya, menanggap dirinya tidak
mengalami sakit dan hanya sedih saja
• Masalah keperawatan : perubahan proses pikir
9. Kebutuhan Perencanaan Pulang
Kemampuan klien memnuhi kebutuhan :
Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak
Makanan √
Keamanan √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √

10. Kegiatan hidup sehari – hari a.


Perawatan diri
Kegiatan hidup sehari – hari Bantuan total Bantua minimal
Mandi — —
Kebersihan — √
Makan — √
BAK — —
BAB — —
Ganti pakaian — —

• Masalah keperawatan : tidak ada


b. Nutrisi
• Apakah anda puas dengan pola makan anda ? puas
• Apakah anda makan memisahkan diri ? Tidak
• Frekuensi makan sehari : 3 Kali, dan frekuensi kudapan sehari : 2
kali
• Nafsu makan : Menurun
• Berat badan : menurun
BB saat ini : 46 Kg
BB terendah : 46 Kg
BB tertinggi : 55 Kg
• Masalah keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
c. Tidur
• Apakah ada masalah tidur, Ya, susah untuk memulai tidur
• Apakah merasa segar setelah bangun tidur, Tidak
• Apakah ada kebiasaan tidur siang, Tidak ada
• Apakah ada yang menolong anda mempermudah untuk tidur ? tidak
ada
• Tidur malam jam : 11.00 WIB bangun jam : 04.00
Rata – rata tidur malam : 5 jam
• Apakah ada gangguan tidur : sulit untuk tidur
• Maslah keperawatan : gangguan pola tidur
11. Kemampuan klien dalam hal – hal berikut ini :
• Mengantisipasti kebutuhan sendiri : Ya
• Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : Tidak
• Mengatur penggunaan obat : Tidak
• Melakukan pemeriksaan kesehatan : Tidak
• Masalah keperawatan : konflik pengambilan keputusan
12. Klien memiliki system pendukung
• Keluarga : Ada
• Terapis : Ada
• Teman sejawat : Tidak ada
• Kelompok social : Tidak ada
Jelaskan : keluarga dan perawat mendukung kesembuhan pasien dengan
memotivasi bahwa dia bisa sehat kembali dan bisa gembira lagi
13. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ?
Tidak Menikmati, pasien lebih senang berdiam diri
• Masalah keperawatan : Defisit aktifitas
14. Mekanisme Koping
ADAPTIF
Bicara dengan orang lain
Mampu menyelesaikan maasalah
Teknik relaksasi
Aktivitas konstriktif
Olah raga
Lain – lain
MALADAPTIF
Minum alcohol
√ Reaksi lambat / berlebihan
Bekerja berlebihan
Menghindar
Menciderai diri
Lain – lain
Pasien belum mampu melakukan koping yang efektif terhadap dirinya
• Masalah keperawatan : koping individu tak efektif
15. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok : Tidak ada
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
c. Spesifiknya : lebih suka menyendiri
d. Maslah dengan pendidikan : Tidak ada
e. Masalah dengan pekerjaan : Tidak ada
f. Masalah dengan perumahan : Tidak ada
g. Masalah dengan ekonomi : ada
h. Masalah dengan pelayanan kesehatan : Tidak ada
• Masalah keperawatan : Tidak ada
16. Pengetahuan Kurang Tentang
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang suatu hal ?
Koping, pasien belum mampu melaksanakan koping terhadap dirinya
• Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan
17. Aspek Medis
Diagnose medic :
Depresi
Terapi medic :
Diazepam
• Masalah keperawatan : Tidak ada

B. Daftar Diagnosa Keperawatan


a. Berduka disfungsional
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Pengingkaran kehilangan
d. Kerusakan komunikasi social
e. Anoreksia
f. Devisit aktivitas
g. Resiko menganiaya diri
h. kerusakan komunikasi
i. perubahan proses piker
j. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
k. gangguan pola tidur
l. konflik pengambilan keputusan
m. Defisit aktifitas
n. koping individu tak efektif
o. Kurang pengetahuan
C. Analisa data
TGL DATA MASALAH TTD
13-10-2022 DS : Pasien mengatakan kenapa orang Kehilangan
yang disayanginya selalu pergi Disfungsional
meninggalkannya
DO : Pasien tanpak menangis
DS : Pasien mengatakan tidak semangat Pengingkaran
bahwa suaminya sekarang sedang kehilangan
bekerja
DO : Pasien tanpak menunggu suaminya
pulang
DS : Pasien mengatakan cemas dalam Ansietas
menjalani kehidupan selanjutnya tanpa
suami
DO : Pasien gelisah dan tidur larut
malam

D. Pohon masalah

MK 2 : MK 1:
Isolasi sosial Kehilangan
Disfungsional
Defisit Aktifitas &
Pengingkaran
kehilangan

Koping Individu tak efektif


MK 3 :
Ansietas
Kehilangan dan duka cita
E. Rencana Keperawatan Jiwa
No. Perencanaan
No. Tgl Rasional
Dx Tujuan KH Tindakan keperawatan
1. 1 Setelah dialakukan 1. Ny. S dapat 1. Membina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya, dapat
tindakan mengerti arti sakit percaya antara Ny. S, keluarga, memudahkan dalam tindakan
keperawatan dan kematian dengan sikap jujur, menerima, seterusnya.
selama 1 x 24 jam, 2. Ny. S dapat ikhlas, dan empati
Ny. S dapat mengungkapkan 2. Menunjukan perhatian pada 2. Sebagai wujud perhatian kita
menyelaesaikan perasaaanya Ny. S baik melalui kata-kata
masa berkabung 3. Ny. S dapat maupun dengan sikap.
dengan tuntas. mengurangi rasa 3. Menanyakan kepada Ny. 3. Untuk mengetahui pengalaman
bersalah melalui S pengalamannya tentang kehilangan dan berduka klien
proses berkabung. kematian. sebelumnya
4. Menjelaskan pada Ny. S bahwa 4. Untuk meyakinkan Ny.S bahwa
suaminya meninggal bukan suaminya telah meninggal
tidur.
5. Meminta kepada keluarga/ 5. Agar Ny.S tidak merasa
orang yang berarti agar sendirian setelah kepergian
menemani Ny.S selama masa suaminya
berduka bila perlu mengijinkan
untuk tinggal bersama mereka.
6. Mendorong Ny.S untuk 6. Untuk mengetahui ungkapan
mengungkapkan perasaannya perasaan dari klien
dengan menanyakan apa yang
dipikirkan selama suaminya
masih hidup sampai sekarang.
7. Agar Ny. S tidak merasa
bersalah atas kematian suaminya
7. Menjelaskan pada Ny.S bahwa 8. Agar Ny. S tidak terus menangis
suaminya meninggal bukan dan bersedih
karena akibat dia.
8. Menejlaskan kepada Ny. S
bahwa orang yang sudah
meninggal tidak perlu ditangisi
2. 2 Setelah dialakukan 1. Pasien dapat 1. Mendorong pasien untuk 1. Membantu klien untuk
tindakan mengungkapkan mengungkapkan mengungkapkan perasaan
keperawatan penginkaran pengingkarannya tanpa pengikaran terhadap kehilangan
selama 1 x 24 jam 2. Pasien dapat memaksa untuk menerima
Pasien dapat menerima kenyataan.
melalui fase kenyataan
pengingkarannya 2. Mendengarkan dengan penuh 2. Sebagai bentuk / sikap untuk
dengan wajar tanpa minat dan perhatian apa yang meyakinkan klien
kesulitan dikatakan oleh pasien.
3. Menjelaskan kepada pasien, 3. Untuk meyakinkan klien akan
bahwa perasaan tersebut wajar kematian itu pasti
terjadi pada orang yang
mengalami kehilangan.
4. Membantu pasien untuk 4. Untuk menghindari tindakan
memakai mekanisme koping yang beresiko lainnya.
yang lain seperti menangis /
berbicara.
5. Mengikutsertakan orang yang
berarti bagi pasien untuk 5. Untuk meyakinkan klien
menjelaskan apa yang telah mengenai hal yang sebenarnya
terjadi. terjadi
6. Meningkatkan kesadaran 6. Meningkatkan kesadaran klien
pasien secara bertahap tentang akan kehilangan
kenyataan kehilangan yang
harus dihadapi.
7. Memberi dukungan atas usaha 7. Sebagai motivasi dan dukungan
pasien untuk menerima klien untuk menerima kenyataan
kenyataan.
8. Membantu klien untuk 8. Sebagai bentuk ungkapan
mencoba mengungkapkan rasa perasaan klien
marahnya.
9. Menjawab semua pertanyaan 9. Sebagai bentuk umpan balik
pasien dengan singkat dan yang positif bagi klien
jelas.
10. Memberi dukungan 10.Sikap yang dapat
secara nonverbal. membangkitkan semangat
3 3 Setelah dilakukan 1. Klien dapat rileks 1. Tunjukkan respon menerima 1. Untuk menyakinkan klien
tindakan 2. Kecemasan klien
keperawatan berkurang 2. Berikan respon empati dengan 2. Sebagai umpan yang positif bagi
selama 3 x 24 jam, berfokus pada perasaan bukan klien
pasien dapat pada kenyataan yang terjadi.
mengurangi 3. Bantu klien untuk 3. Agar klien bisa merasa lega
ansietas akan mengekspresikan perasaannya.
kehilangan di masa 4. Bantu klien untuk menurunkan
depan tingkat kecemasannya :
a. Sediakan waktu untuk
berdiskusi dan bina hubungan
yang sifatnya supportif.
b. Beri waktu untuk klien
berespon.
c. Beri perawatan individu
sebagai manusia layaknya.
d. Diskusikan tentang masalah
yang dihadapi klien tanpa
memintanya untuk
menyimpulkannya.
e. Identifikasi pemikiran yang
negatif dan Bantu untuk
menurunkannya melalui
interupsi atau substitusi.
f. Bantu klien untuk
meningkatkan pemikiran yang
positif.
g. Evaluasi ketepatan persepsi
klien, logika dan kesimpulan
yang dibuat klien.
F. Evaluasi Keperawatan

No.
NO. Tgl Evaluasi TTD
DX
1. 15-10-22 1 S:
• Pasien mengatakan bahwa kematian sudah
kehendak tuhan
O:
• Pasien tampak lebih tenang
• Pasien tanpak tidak menangis
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2. 2 S:
• Pasien mengatakan sudah bisa
berkomunikasi dengan keluarga dan
masyarakat
O:
• Pasien terlihat berbicara dengan anggota
keluarga
A : masalah teratsi
P : Intervensi dihentikan
3. 3 S:
• Pasien sudah tidak cemas lagi
O:
• Pasien Nampak terlihat berbicara dengan
pasien atau perawat lain
A : maslah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC
Iyus, Yosep. 2013. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung
Stuart, GW, Laraia, M.T., 2001, Principle and Practice of Pshychiatric Nursing,
Edisi 7, Mosby, Philadelpia
Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih
Bahasa Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2016.

Anda mungkin juga menyukai