BERDUKA DISFUNGSIONAL
OLEH
1. DESTY . S TOULAY
2. LINGGA BAHAS
3. CHYNDYELIS N. SEUBELAN
4. FREDERICO E . KAKE
5. SYANE DJURUHAPA
KELAS : V/B
PRODI : S1 KEPERAWATAN
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas tuntunan Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Asuhan keperawatan pada pasien dengan berduka disfungsional dengan baik. Semoga
makalah ini dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesem purnaan oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dami penyempurnaan makalah ini sangat
kami harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
BAB II. TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. TANDA DAN GEJALA
D. POHON MASALAH
E. TIPE-TIPE KEHILANGAN
F. JENIS-JENIS KEHILANGAN
BAB 111. TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA
C. INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
BAB IV. PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi
setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam
pandangan umum berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan atau disekitarnya.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang
demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga
intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan.
Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita.
Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga
mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien- kelurga-perawat berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan atau kematian.
B. Tujuan
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana berduka dan kehilangan
itu.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui arti dari berduka dankehilangan.
2. Untuk mengetahui apa penyebab dari berdukadisfungsional.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis berduka dan kehilangan.
4. Untuk mengetahui dampak dan respon berduka dankehilangan.
5. Untuk mengetahui apa saja factor yang mempengaruhi berduka disfungsional.
6. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya berdukadisfungsional.
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan
berdukadisfungsional.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Grieving adalah reaksi emosi terhadap kehilangan, biasanya akibat perpisahan. Dimanifestasikan dalam
perilaku, perasaan dan pemikiran. Grieving juga merupakan proses mengalami reaksi psikologis, fisik dan
sosial terhadap kehilangan yang dipersepsikan. Respon yang ada dalam grieving, yaitu keputusasaan,
kesepian, ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersalah dan marah. Grieving juga mencakup pikiran, perasaaan,
dan perilaku.
Breavement (kehilangan) adalah respon subjektif (dalam masa berduka) yang dilalui selama reaksi berduka.
Biasanya berefek terhadap kesehatan. Sedangkan meurning (berkabung) adalah periode penerimaan terhadap
kehilangan dan berduka yang terjadi selama individu dalam masa kehilangan. Sering dipengaruhi oleh
kebudayaan dan kebiasaan.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-
besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal abnormal, kesalahan/kekacauan.
B. Etiologi
1) Genetic
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit
mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi
proses kehilangan.
2) KesehatanJasmani
Individudengankeadaanfisiksehat,polahidupyangteratur,cenderung mempunyai kemampuan mengatasi
stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguanfisik
3) KesehatanMental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan
perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasi kehilangan.
4) KesehatanMental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan
perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasi kehilangan.
5) KesehatanMental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan
perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasi kehilangan.
6) KesehatanMental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan
perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasi kehilangan.
7) Pengalaman Kehilangan di MasaLalu
Kehilanganatauperpisahandenganorangyangberartipadamasakana- kanak akan mempengaruhi individu
dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen,1991).
8) Struktur kepribadian Individu dengan konsep yang negative, perasaan rendah diri akan menyebabkan
rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi (Prabowo, 2014 : 116).
Stress yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata, ataupun imajinasi
individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi: kehilangan kesehatan, kehilangan
fungsi seksualitas, kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi dimasyarakat, kehilangan milik pribadi
seperti: kehilangan harta benda atau orang yang dicintai, kehilangan kewarganegaraan, dan sebagainya.
C. Reaksi Berduka / Tanda dan Gejala
a. Menolak danisolasi
Tidak percaya terhadap hal tersebut
Tidak siap menghadapimasalah
Memperhatikan kegembiraan yang dibuat-buat (menolak berkepanjangan)
b. Marah(Anger)
Marah terhadap orang lain untuk hal-hal sepele:iritabel/sensitif.
c. Bargaining/tawarmenawar
Mulai tawar menawar terhadaploss.
Mengekspresikanrasabersalah,takut,putismentterhadaprasaberdosa, baik nyata
maupunimajinasi.
d. Depresi
Rasa berduka terhadap apa yangterjadi
Kadang bicara bebas atau menarikdiri
e. Acceptance/penerimaan
Penurunan interest (ketertarikan) lingkungansekitar
Berkeinginan untuk membuatrencana-rencana
D. Pohon Masalah BerdukaDisfungsional
Berduka disfungsional
Care Problem
E. Faktor yangMempengaruhi
a. Arti darikehilangan
b. Sosialbudaya
c. Kepercayaan /spiritual
d. Peranseks
e. Status socialekonomi
F. Tipe-tipeKehilangan
Meskipun tidak ada dua orang yang bereaksi sama terhadap kematian dan ajal, namun respon
fisiologis dan psikologis terhadap kematian, yang dikenal sebagai berduka, telah digambarkan dalam
tahapan-tahapan olah orang-orang terkenal seperti Engel, Linderman, Parkes, Bolbey, dan Kubler-Ross.
Berduka merupakan respons yang normal dan universal terhadap kehilangan yang dialami melalui
perasaan, perilaku dan penderitaan emosional. Berduka adalah proses pergeseran melewati nyeri akibat
kehilangan.Kehilangankesehatan,teman,kerabat,pekerjaandankeamanan finansial merupakan sebagian dari
kehilangan kumulatif yang menyebabkan berduka pada lansia. Periode berduka adalah waktu
penyembuhan,adaptasi danpertumbuhan.
Meskipun banyak orang yang setuju terhadap kesamaan proses berduka, namun ada juga yang
menyetujui bahwa setiap orang melewati proses berduka secara berbeda. Namun, menggambarkan
serangkaian fase yang mencirikan reaksi berduka merupakan hal yang mungkin untuk dilakukan. Fase-fase
ini mencakup syok awal dan rasa tidak percaya, yang menyebabkan kesadaran dan kemudian protes,yang
akhirnya menyebabkan reorganisasi danrestitusi.
Asuhan keperawatan untuk pasien dan pemberi perawatan yang berduka memerlukan rasa saling
memberi yang sensitif, peduli dan empati. Berbagi pendapat, perasaan dan ketenangan merupakan
intervensi keperawatan yang tepat. Bimbingan keperawatan adaptif dapat membantu mempersiapkan orang
yang menjelang ajal untuk menghadapi nyeri dan perasaan alamiah mereka yang berhubungan dengan
prosesberduka.
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Seorang ibu rumah tangga Ny. D berusia 38 tahun baru saja ditinggal pergi suaminya yang meninggal
secara tiba-tiba karena kecelakaan lalu lintas sejak5 hari yang lalu. Setelah ditinggalkan, keluarga
mengatakan klien mengalami gangguan dalam menjalankan perannya sebagai ibu semenjak suaminya
meninggal dikarenakan syok dan tidak percaya. Ny. D memiliki tiga orang anak yang masih menempuh
pendidikan ditingkat SD, SMP, dan SMA. Klien mengatakan bahwa dirinya merasa hampa dalam
hidupnya. Ketika diamati klien terlihat lebih suka menyendiri dan Sering melamun, kadang- kadang
nampak tersenyum seperti yang dibuat-buat saat bersama orang lain. Klien mengatakan tidak nafsu makan
dan sukar beristirahat, sehingga klien saat ini jatuh sakit dan harus dirawat di RS. Setelah diperiksa,
diperoleh hasil TD : 140/90 mmHg, N : 88x/menit, S :37,0 oC, dan RR : 20x/menit. Berat badannya
menurun, semula 65kg menjadi58kg. Sebelum kehilangan suaminya Ny. D juga pernah ditinggal ibunya
(meninggal dunia karena penyakit stroke) saat masih duduk di bangku SMA,ia sangat menyayangi ibunya
karena ia anak perempuan satu-satunya dan yang paling dekat dengan ibunya. Setelah ibu Ny. D meninggal
ia terlihat murung dan sering berdiam diri tetapi tidak separah sekarang. Saat ibunya meninggal, keluarga
Ny. D seperti saudaranya selalu memberikan dukungan dan nasihat kepadanya sehingga ia bisa semangat
lagi setelah kepergianibunya.
A. Pengkajian
RuangRawat : R. Mawar
Tanggal dirawat/MRS: 15 oktober 2021
I. IdentitasKlien
Nama : Ny. D (L/P)
Umur : 38 tahun
Nomor CM :423587564
II. KeluhanUtama
Ny. D merasakan duka yang teramat mendalam semenjak suaminya
meninggal sejak 5 hari yang lalu.
Masalah keperawatan: berduka disfungsional
III. FaktorPresipitasi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
()Ya
( √ ) Tidak
2. Pengobatan sebelumnya :
( √ )Berhasil
( ) Kurang berhasil
( ) Tidakberhasil
3. Trauma : Ny. D tidak pernah mengalami trauma berupa kekerasan
fisik maupun kekerasan seksual dan tindakan kriminallainnya.
2. Konsepdiri
Citratubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai
ujung kaki. Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian
tubuh yang tidak disukai.
Identitasdiri
Klien sebagai seorang ibu rumah tangga yang senantiasa
mengurus keluarganya (suami dan anak-anaknya) saat
berkumpul dengan keluarganya, klien menonton TV dan
berbincang-bincang dengan anak dan suaminya.
Perandiri
Semenjak suaminya meninggal, klien tetap mengurus rumah
dan berperan sebagai kepala keluarga dan pencari penghasilan
utama.
IdealDiri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisamenyekolahkan
anaknyasetinggi-tingginya.
Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan
keluarga dan orang lain.
3. Hubungansosial
a. Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu
anak-anaknya (selain suaminya yang sudah meninggal). Saat
ada masalah klien selalu bercerita kepada anaknya.
b. Klien biasanya mengikuti kegiatan di lingkungannya seperti perkumpulan
PKK dan perkumpulan olahraga voli
c. Semenjak suaminya meninggal, klien lebih suka
menyendiri.
( ) Tumpul
( )Labil
( ) Tidak sesuai
Ny. D nampak tidak berlebihan saat menceritakan pengalaman hidupnya.
b. Alam perasaan (emosi)
c. ( √ )Sedih
( ) Gembira
( ) Ketakutan
( ) Putus asa
( )Kuatir
Ny. D nampak sedih dilihat dari ekspresi wajahnya.
5. Interaksi selamawawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak
mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau
menjawab pertanyaan perawat dengan panjanglebar.
6. Persepsi -sensori
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien
mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
7. Prosespikir
a. Proses pikir (arus dan bentukpikir)
Selama wawancara,pembicaraankliensingkatdantidak berbelit-belit dan ada
hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satutopik.
b. Isipikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien
realistis.
8. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumah sakit,
klienjugasadardanmengenaldengansiapadiaberbicaradan lingkungannya. Tingkat
kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempatjelas.
9. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun saat ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah
makan atau belum, jam berapa. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat
baik jangka panjang maupun jangka pendek.
10. Tingkat konsentrasi danberhitung
Selamawawancara,konsentrasiklienbaikdanfokusterhadap apa yang ditanyakan.
Klien bersekolah hanya sampai tingkat SMA, klien mampu untuk menjawab
hitungansederhana.
11. Kemampuanpenilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan pekerjaan atau
menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Klien memilih menyiapkan sarapan
terlebih dahulu karena kalausudahmembuatsarapanklienakanbebasuntukbekerja.
12. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Makanan √
Keamanan √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √
Lain-lain √
Jelaskan:
Ny. D mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
2. Kegiatan Hidup sehari-hari(ADL)
a. Perawatan Diri:
( ) Meningkat
(√ ) Menurun
( )Berlebihan
( ) Sedikit-sedikit
Berat Badan :
( ) Meningkat
(√ )Menurun
( ) Tidakada
(√ ) Ada
Jelaskan :
Ny. D mengeluh sukar beristirahat tidur
dikarenakan selalu teringatsuaminya.
Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
()Segar
( √ )Tidak segar
Jelaskan :
Ny. D mengatakan tidak merasa segar setelah bangun
tidur karena tidurnya kurang nyenyak.
Apakah ada kebiasaan tidur siang?
( √ ) Ya, lamanya : 2jam
( ) Tidak
Apakah ada yang menolong anda mempermudah
untuktidur?
( ) Ada
( √ ) Tidak ada
Tidurmalam jam : 00.00
Bangunjam :03.00
Apakah ada gangguan tidur?
( √ ) Sulit untuktidur
( ) Samnambulisme
( ) Berbicara saat tidur
( √ ) Bangun terlalu pagi
( √ )Ya
( ) Tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri:
( √ )Ya
( ) Tidak
Mengatur penggunaan obat:
( )Ya
( √ ) Tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan:
( √ )Ya
( ) Tidak
4. Klien memiliki sistem pendukung:
Keluarga
( √ )Ya
( ) Tidak
Teman sejawat
( )Ya
( √ ) Tidak
Terapis
( )Ya
( √ ) Tidak
Kelompok sosial
( √ )Ya
( ) Tidak Jelaskan
Jelaskan;
( ) Sistem pendukung
( √ ) Faktor presipitasi
( √ ) Koping
( ) Penyakit fisik
( ) Obat-obatan
Jelaskan :
Ny.Dkurangmemahamitentangpenyakit/gangguanjiwa,faktor
presipitasi, dan mekanisme koping dan perawat perlu memberikan
tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah.
XI. ASPEKMEDIS
Diagnosamedik : Gastritis
Terapimedik :Antasida
B. ANALISADATA
N Dat Masalah
o. a
1. Subyektif : Berduka
2. Isolasisosial
D. INTERVENSI
keperawatan selama
Observasi :
1x24 jam di harapkan
- Identfikasi
ekspetasi membaik
kehilangan yang
dengan criteria hasil :
di hadapi
1.verbalisai menerima
- Identifikasi
kehilangan menurun (5)
proses berduka
bersalah atau
Terapeutik :
menyalakan orang lain
- tunjukan sikap
menurun (5)
menerima dan empati
3.pola tidur membaik
- motivasi agar mau
(5)
mengungkapkan
perasaan kehilangan
Edukasi :
- Ajarkan
melewati proses
berduka secara
bertahap
keperawatan selama
Observasi :
1x24 jam di harapkan
- Indentifikasi
ekspetasi meningkat
kemampuan
dengan criteria hasil :
melakukan
1.minat interaksi
interaksi dengan
meningkat (50)
orang lain
melakukan
3.kontak mata membaik
interaksi dengan
(5)
orang lain
Terapeutik :
- Motivasi
meningkatkan
keterlibatan
dalam suatu
hubungan
- Motivasi
berinteraksi di
luar lingkungan
Edukasi :
- Anjurkan
beriteraksi
Dengan orang
lain secara
bertahap
- Anjurkan ikut
serta kegiatan
ssosial dan
kemasyarakatan
E. IIMPLEMENTASI
\TANGGAL PELAKSANAAN
1 Berduka disfungsional Sabtu,16oktob 10 :00 Observasi
e 2021 - mengidentfikasi
- mengidentifikasi proses
Terapeutik
- menunjukan sikap
mengungkapkan perasaan
kehilangan
10: 15
Edukasi :
- mengajarkan melewati
bertahap
2 Isolasi sosial Minggu 17 10:00 Observasi :
oktober 2021
- mengindentifikasi
kemampuan melakukan
10:10 - mengidentifikasi
hambatan melakukan
lain
Terapeutik :
- memotivasi
meningkatkan
hubungan
- memotivasi berinteraksi
di luar lingkungan
Edukasi :
- menganjurkan beriteraksi
bertahap
kemasyarakatan
F. EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya
dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal abnormal, kesalahan atau kekacauan.
Berikut adalah tahapan berduka disfungsional:
a. Menolak danisolasi
Tidak percaya terhadap haltersebut
Tidak siap menghadapimasalah
Memperhatikan kegembiraan yang dibuat-buat (menolak
berkepanjangan)
b. Marah(Anger)
Marah terhadap orang lain untuk hal-hal sepele:iritabel/sensitif.
c. Bargaining/tawarmenawar
Mulai tawar menawar terhadaploss.
Mengekspresikan rasa bersalah, takut, putisment terhadap rasa berdosa,
baik nyata maupunimajinasi.
d. Depresi
Rasa berduka terhadap apa yangterjadi
Kadang bicara bebas atau menarikdiri
e. Acceptance/penerimaan
Penurunan interest (ketertarikan) lingkungansekitar
Berkeinginan untuk membuatrencana-rencana
A. SARAN
Setelah menyusun makalah ini diharapkan untuk calon Perawat untuk lebih Meningkatkan Ilmu tetang
penyakit osteomilitis , dan Semoga makalah ini menjadi pedoman bagi pembaca sebagai calon perawat yang
Mengerjakan tugas asuhan keperawatan tentang penyakit osteomilitis.
DAFTAR PUSTAKA
Potter& Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC. Suseno, Tutu April. 2004.
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia:Kehilangan,
Ahmad Yusuf, R. F. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta: Salemba
Medika.
Budi Anna Keliat, N. H. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa.
Jakarta: EGC.
Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.