Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KEHILANGAN


DAN BERDUKA DI DESA PAKU ALAM RT.01
KECAMATAN SUNGAI TABUK
KABUPATEN BANJAR

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Jiwa


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Utari Ermawati, S.Kep
NIM: 11194692110125

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA NY.S DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA
DI DESA PAKU ALAM RT.01 KECAMATAN SUNGAI TABUK
KABUPATEN BANJAR

Tanggal: Desember 2021

Disusun oleh:
Utari Ermawati, S.Kep
NIM: 11194692110125

Banjarmasin, Desember 2021


Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Malisa Ariani, Ns., M.Kep H. Haris Padilah., AMK


NIK. 1166022015081 NKPTT.
1. Kasus Kehilangan Dan Berduka
A. Definisi kehilangan dan berduka
Kehilangan adalah suatu situasi actual maupun potensial yang
dapat dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan atau terjadi
perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan. Setiap
Individu akan bereaksi terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh
respon individu terhadap kehilangan sebelumnya (Potter & Perry,
2015).
Berduka (grieving) merupakan reaksi terhadap kehilangan. Hal ini
diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang
dan didasarkan pada pengalaman pribadi. (Azis, 2014).
Dalam Hidayat (2015), grieving (berduka) adalah reaksi emosional
dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan kehilangan baik karena
perpisahan, perceraian maupun kematian. Sedangkan istilah
bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama
individu melewati rekasi atau masa berkabung (mourning).
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan.Sebagian besar perawat berinteraksi
dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan
dukacita.Penting bagi perawat memahami kehilangan dan
dukacita.Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami
kehilangan pribadi ketika hubungan klien- kelurga-perawat berakhir
karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau
kematian.Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi
mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan
keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2015).

B. Tanda dan Gejala


a. Kehilangan
Menurut Prabowo (2014) tanda dan gejala kehilangan diantaranya:
1) Perasaan sedih, menangis
2) Perasaan putus asa, kesepian
3) Mengingkari kehilangan
4) Kesulitan mengekspresikan perasaan
5) Konsentrasi menurun
6) Kemarahan yang berlebihan
7) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
8) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
9) Reaksi emosional yang lambatAdanya perubahan dalam
kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas (Eko prabowo,
2014).
b. Berduka
Menurut Dalami (2019) tanda dan gejala berduka diantaranya:
1) Efek fisik
Kelelahan, kehilangan selera, masalah tidur, lemah,berat badan
menurun, sakit kepala, berat badan menurun, sakit kepala,
pandangan kabur, susah bernapas, palpitasi dan kenaikan berat
, susah bernapas.
2) Efek emosi
Mengingkari, bersalah, marah, kebencian, depresi, kesedihan,
perasaan gagal, perasaan gagal, sulit untuk berkonsentrasi,
gagal dalam menerima kenyataan, iritabilita, perhatian terhadap
orang yang meninggal.
3) Efek social
a) Menarik diri dari lingkungan.
b) Isolasi (emosi dan fisik) dari istri, keluarga dan teman.

C. Tingkatan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya
amputasi, kematian orang yang sangat berarti/di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,
misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan
perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
Jenis-jenis Kehilangan:
1. Kehilangan maturasional
Kehilangan yang diakibatkan oleh transisi kehidupan normal untuk
pertama kalinya.
2. Kehilangan situasional
Kehilangan yang terjadi secara tiba-tiba dalam merespon kejadian
eksternal spesifik seperti kematian mendadak dari orang yang
dicintai.

D. Klasifikasi
Menurut Hidayat (2012) terdapat beberapa jenis kehilangan yakni
sebagai berikut:
1. Kehilangan objek eksternal, misalnya kecurian atau kehancuran
akibat bencana alam.
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal misalnya berpindah rumah,
dirawat di rumah sakit, atau berpindah pekerjaan.
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti misalnya
pekerjaan, anggota keluarga, dan teman dekat.
4. Kehilangan suatu aspek diri misalnya anggota tubuh dan fungsi
psikologis atau fisik.
5. Kehilangan hidup misalnya kematian anggota keluarga di rumah
dan diri sendiri.
Berikut ini beberapa jenis berduka menurut Hidayat (2012):

1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang


normal terhadap kehilangan. Misalnya, kesedihan, kemarahan,
menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas untuk
sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses „melepaskan diri‟ yang muncul
sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi.
Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan
memulai proses perpisahan dan menyelesaikan berbagai urusan di
dunia sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju
ke tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung
seolah- olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam
hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak
dapat diakui secara terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan
karena AIDS, anak yang mengalami kematian orang tua tiri, atau
ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
E. Rentang Respon
Menurut Kubler-Ross dalam Hidayat (2012), respon berduka
seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap seperti
pengingkaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
Rentang Respon Kehilangan (Hidayat, 2012)

(Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan menurut Kubler


Ross) Fase Marah Fase Depresi

Fase Pengingkaran Fase Tawar-menawar Fase Menerima


1. Fase Denial / pengingkaran
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2. Fase Anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase Bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang
sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.
4. Fase Depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase Acceptance / menerima
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat
sembuh”.
F. Faktor Predisposisi
Dalam Hidayat (2012), faktor predisposisi yang mempengaruhi
rentang respon kehilangan adalah sebagai berikut:
1. Faktor genetik. Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam
keluarga dengan riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap
optimis dalam menghadapi suatu permasalahan, termasuk dalam
menghadapu perasaan kehilangan.
2. Faktor fisik. Individu dengan fisik, mental, serta pola hidup yang
teratur cenderung mempunyai kemampuan dalam mengatasi stres
yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami
gangguan jasmani.
3. Faktor mental. Individu yang mengalami gangguan jiwa, terutama
yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan
tidak berdaya dan pesimis, selalu dibayangi masa depan peka
dalam mengahadapi situasi kehilangan.
4. Pengalaman kehilangan di masa lalu. Kehilangan atau perpisahan
dengan orang yang dicintai pada masa kanak-kanak akan
mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan
kehilangan pada masa dewasa.
5. Struktur kepribadian. Individu dengan konsep diri negatif dan
perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri rendah
dan tidak objektif terhadap stres yang dihadapi.

G. Faktor Presipitasi
Ada beberapa stresor yang dapat menimbulkan perasaan
kehilangan. Stresor ini dapat berupa stresor yang nyata ataupun
imajinasi individu itu sendiri, seperti kehilangan biopsikososial yang
meliputi kehilangan harga diri, pekerjaan, seksualitas, posisi dalam
masyarakat, milik pribadi (harta benda, dan lain-lain). Berikut
beberapa stresor kehilangan tersebut.
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan fungsi seksualitas
3. Kehilangan peran dalam keluarga
4. Kehilangan posisi dalam masyarakat
5. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6. Kehilangan kewarganegaraan

H. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering dipakai individu dengan respon
kehilangan antara lain : pengingkaran, regresi, intelektualisasi,
disosiasi, supresi, dan proyeksi yang digunakan untuk menghindari
intesitas stres yang dirasakan sangat menyakitkan. Dalam keadaan
patologi, mekanisme koping sering dipakai secara berlebihan atau
tidak tepat (Prabowo, 2014).
1. Denail
Dalam psikologi, terma “denail” artinya penyangkalan dikenakan
pada seseorang yang dengan kuat menyangkal dan menolak serta
tak mau melihat fakta-fakta yang menyakitkan atau tak sejalan
dengan keyakinan, pengharapan, dan pandangan-pandangannya.
Denialisme membuat seorang hidup dalam dunia ilusifnya sendiri,
terpangkas dari kehidupan dan nyaris tidak mampu keluar dari
cengkeramannya. Ketika seseorang hidup dalam denial “backfire
effect” atau “efek bumerang” sangat mungkin terjadi pada dirinya.
Orang yang hidup dalam denial tentu saja sangat ridak berbahagia.
Dirinya sendiri tidak berbahagia, dan juga membuat banyak orang
lain tidak berbahagia (Prabowo, 2014).
2. Represi
Represi merupakan bentuk paling dasar diantara mekanisme
lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran
pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi adalah mekanisme
yang dipakai untuk menyembuhkan hal-hal yang kurang baik pada
diri kita kea lam bawah sadar kita. Dengan mekanisme ini kita akan
terhindar dari situasi tanpa kehilangan wibawa kita (Prabowo,
2014).
3. Intelektualisasi
Intelektualisasi adalah pengguna logika dan alasan yang berlebihan
untuk menghindari pengalaman yang menganggu perasaannya.
Dengan intelektualisasi, manusia dapat mengurangi hal-hal yang
pengaruhnya tidak menyenangkan, dan memberikan kesempatan
untuk meninjau permasalahan secara objektif (Prabowo, 2014).
4. Regresi
Yaitu menghadapi stress dengan perilaku, perasaan dan cara
berfikir mundur kembali ke ciri tahap perkembangan sebelumnya
(Prabowo, 2014).

5. Disosiasi
Beban emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan diputus atau
diubah. Mekanisme dimana suatu kumpulan proses-proses mental
dipisahkan atau diasingkan dari kesadaran dengan bekerja secara
merdeka atau otomatis, afek dan emosi terpisah, dan terlepas dari
ide, situasi, objek, misalnya pada selektif amnesia (Prabowo, 2014).
6. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
tetapi sebenarnya merupakan analog dari represi yang disadari.
Perbedaan supresi dengan represi yaitu pada supresi seseorang
secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan
memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu
berbahaya terhadap kesehatan jiwa, Karena terjadinya dengan
sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya (Prabowo,
2014).
7. Proyeksi
Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain
mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak
baik. Dolah dan Holladay (2014) berpendapat bahwa proyeksi
adalah contoh dari cara untuk memungkiri tanggung jawab kita
terhadap impuls-impuls dan pikiran-pikiran dengan melimpahkan
kepada orang lain dan tidak pada kepribadian diri sendiri (Prabowo,
2014).

2. Proses Terjadinya Masalah


Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau
orang yang berarti, kehilangan yang ada pada diri sendiri, kehilangan
objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama–sama,
perhiasan, uang atau pekerjaan, kehilangan diartikan dengan terpisahnya
dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar
belakang dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen,
seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan
respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian
yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang
kematian.
Strees yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat
berupa stress nyata, ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat
bio-psiko-sosial antara lain meliputi: kehilangan kesehatan, kehilangan
fungsi seksualitas, kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi
dimasyarakat, kehilangan milik pribadi seperti: kehilangan harta benda
atau orang yang dicintai, kehilangan kewarganegaraan, dan sebagainya
(Prabowo, 2014).

3. Pohon Masalah

Efek Depresi

Koping Tidak Efektif

Core Berduka Gangguan Pola Tidur

Causa Kehilangan

Sumber: Suliswati (2015), SDKI (2016)


4. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah kumpulan data yang
berisikan status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola
kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Hal-hal yang
perlu dikaji adalah:
1. Pengkajian tanda klinis berupa adanya distres somatis seperti
gangguan lambung, rasa sesak, sering mengeluh.
2. Faktor Presdiposisi
3. Respon klien terhadap kehilangan, diantaranya:
a. Respon spiritual
a) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
b) Penderitaan karena ditinggalkan
c) Tidak memiliki harapan, kehilangan makna
b. Respon fisiologis
a) Sakit kepala, insomnia
b) Gangguan nafsu makan
c) Berat badan turun
d) Tidak bertenaga
e) Gangguan pencernaan
f) Perubahan sistem imun dan endokrin
c. Respon emosional
a) Merasa sedih dan cemas
b) Kebencian
c) Merasa bersalah
d) Perasaan mati rasa
e) Emosi yang berubah
f) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan
individu atau benda yang hilang
g) Depresi, apatis, putus asa selama fase disorganisasi
h) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya
diri
d. Respon kognitif
a) Gangguan asumsi dan keyakinan
b) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna
kehilangan
c) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang
meninggal
d) Percaya pada kehidupan dan seolah-olah orang yang
meninggal menjadi pembimbing
4. Keadaan Fisik
5. Keadaan Psikososial
6. Status Mental
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
8. Mekanisme Koping
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek Medik
12. Data fokus yang perlu dikaji :

Data subjektif: Data objektif:


- Merasa sedih - Menangis
- Merasa putus asa dan - Mengingkari kehilangan
kesepian - Tidak berminat dalam
- Kesulitan mengekspresikan berinteraksi dengan orang lain
perasaan - Merenungkan perasaan
- Konsentrasi menurun bersalah secara berlebihan
- Adanya perubahan dalam
kebiasaan makan, pola tidur,
tingkat aktivitas

5. Diagnosa Keperawatan Jiwa


a. Berduka b.d kematian keluarga (D. 0081)
b. Koping Tidak Efektif b.d ketidakadekuatan strategi koping (D. 0096)
c. Gangguan Pola Tidur b.d Kecemasan (D.0055)
6. Rencana Tindakan Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
.
1. Berduka b.d Tingkat Berduka (L.0904) Dukungan proses berduka (I.09274)
kematian keluarga Setelah diberikan asuhan Observasi
(D.0081)
keperawatan 1 minggu 1. Identifikasi kehilangan yang dihadapi
diharapkan respon 2. Identifikasi proses berduka yang dialami
psikososial yang ditunjukkan 3. Identifikasi reaksi awal terhadap
akibar kehilangan membaik kehilangan
dengan kriteria hasil: Terapeutik
1. Verbalisasi menerima 1. Tujukkan sifat menerima dan empati
kehilangan membaik 2. Motivasi untuk mengungkapkan
2. Verbalisasi perasaan perasaan kehilangan
sedih menurun 3. Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai
3. Menangis menurun dengan budaya, agama dan norma
4. Pola tidur membaik sosial.
Edukasi
1. Jelaskan pada pasien dan keluarga
bahwa sikap mengingkari, marah, tawar-
menawar, depresi dan menerima adalah
wajar dalam menghadapi kehilangan.
2. Ajarkan melewati proses berduka secara
bertahap
2. Koping Tidak Efektif Penerimaan (L.0082) Teknik Menenangkan (I.08248)
b.d Setelah diberikan asuhan Observasi
ketidakadekuatan
strategi koping (D. keperawatan 1 minggu 1. Identifikasi masalah yang dialami
0096) diharapkan upaya Terapeutik
penerimaan meningkat 1. Buat Kontrak dengan pasien
dengan kriteria hasil: 2. Ciptakan rungan yang tenang dan
1. Verbalisasi penerimaan nyaman
meningkat Edukasi
2. Verbalisasi perasaan 1. Anjurkan mendengarkan music yang
tenang meningkat lembut dan disukai
3. Koping meningkat 2. Anjurkan berdoa, berzikir, membaca
4. Pikiran tentang kitab suci dan ibadah sesuai agama yang
kehilangan menurun dianut.
3. Anjurkan melakukan teknik
menenangkan hinggan perasaan
menjadi tenang.
3. Gangguan Pola Tingkat Depresi (L.09097) Edukasi Aktivitas dan Istirahat
Tidur b.d Setelah diberikan asuhan (I.12362)
Kecemasan
(D.0055) keperawatan 1 minggu Observasi
diharapkan perasaan sedih 1. Identifikasi kesiapan menerima
dengan kriteria hasil: informasi
Konsentrasi meningkat Terapeutik
Sedih menurun 1. Jadwalkan pemberian pendidikan
Menangis menurun kesehatan sesuai kesepakatan
Nafsu makan membaik 2. Berikan kesemaptan kepada pasien dan
Pola tidur membaik kelurga untuk bertanya
Edukasi
1. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
istirahat
2. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
3. Anjarkan cara mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai kemampuan.
Daftar Pustaka

Dalami, E.,Suliswati, Farida P. Rochman, Banon E. 2009. Asuhan Keperawatan


Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: CV. Trans Info Medika.
Dalami, Deden. 2019. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen

Direja, Ade H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta

Eko Prabowo (2014). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader


Kesehatan Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.

Hidayat, B.A., Uliyah 2012. Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader


Kesehatan Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.

Mubarak dan Chayatin. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
Dalam Praktik. Jakarta: EGC

Nuha Hidayat, A, Aziz Alimul. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan jilid 1. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Potter & Perry (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.
Jakarta: CV. Trans Info Medika.

Anda mungkin juga menyukai