Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehilangan dan kematian merupakan peristiwa yang bersifat umum dari peristiwa

pengalaman manusia. Kehilangan adalah bagian yang tidak dapat dihindari dari kehidupan dan

kesedihan adalah bagian alamiah dari proses kehilangan. Kehilangan adalah suatu keadaan individu

mengalami kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada dan dimiliki,seperti harta, kesehatan, keluarga,

orang yang dicintai. kemudian menjadi tidak ada baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Setiap

individu akan menghadapi kehilangan dan kematian dengan keadaan yang berbeda-beda. mekanisme

koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Berduka

adalah respons alamiah pada seseorang yang mengalami kehilangan. Dukacita adalah suatu proses

kompleks yang normal meliputi respons dan perilaku emosional fisik, spiritual, sosial, dan intelektual

ketika individu, keluarga, dan komunitas memasukkan kehilangan yang actual, adaptif, atau

dipersepsikan kedalam kehidupan mereka sehari-hari (NANDA, 2015).

Apabila seseorang tidak dapat melewati keadaan berduka setelah mengalami kehilangan yang

sangat besar maka individu akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Untuk

mengatasi atau mencegah depresi dari berduka yang dialami klien, maka dibutuhkaan berbagai upaya

dari keluarga, tim kesehatan ataupun lingkungan sosial klien.Perawat bekerjasama dengan klien yang

mengalami berbagia tipe kehilangan. Sangat penting untuk diperhatikan bahwa apapun yang dikatan

disini tentang proses dukacita dan kehilangan yang terdapat dalam perspektif sosial dan historis

mungkin berubah sepanjang waktu dan situasi. Perawat membantu klien untuk memahami dan

menerima kehilangan dalam konteks kultur yang dimiliki klien hingga kehidupan klien dapat

berlanjut. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan

dan berduka, maka penting bagi perawat memahami kehilangan

1
dan dukacita. Perawat menggunakan pengetahuan tentang konsep kehilangan dan dukacita untuk

secara kreatif menerapkan intervensi untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan

memberi dukungan kepada klien yang menjelang kematian (Potter & Perry, 2005).

1.1 Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa dan diharapkan Mahasiswa agar mampu,

memahami dan Dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan berduka dan

kehilangan.

1.2 Tujuan Khusus

Mengetahui konsep berduka dan kehilangan

1. Mampu Melakukan pengkajian pasien dengan kehilangan dan berduka.

2. Mampu menetukan masalah keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka

3. Mampu Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan kehilangan dan berduka.

4. Mampu Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien kehilangan kehilangan dan

berduka.

5. Mampu melakukan implementasi tindakan keperawatan pada pasien kehilangan dan berduka

6. Menyusun evaluasi tindakan keperawatan pada pasien kehilangan kehilangan dan berduka.

1.3 Manfaat

1. Manfaat bagi mahasiswa

Dapat memberikan gambaran bagi mahasiswa perawat tentang keperawatan jiwa dengan asuhan

keperawatan jiwa berduka dan kehilangan sehingga dapat dijadikan dasar dalam pemberian

asuhan keperawatan jiwa, mengingat tugas seorang perawat bukan hanya mengatasi masalah

fisik, namun juga masalah psikologis, sosial dan spiritual.

2. Manfaat bagi pelayanan kesehatan

Dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pelayanan kesehatan untuk menyediakan bimbingan

konseling bagi pasien pasien yang gangguan psikososial seperti kehilangan dan berduka.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

2.1.1 Kehilangan ( Loss)

Kehilangan ( loss) adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada

atau dimiliki misalkan kehilangan orang yang dicintai , baik sebagian atau keseluruhan ( Sujono & Teguh

Purwanto , 2009) . Kehilangan tidak selalu berkaitan dengan kematian , tetapi bisa juga karena

kehilangan kesehatan ( fisik dan mental ), kehilangan pekerjaan , status, kehilangan harta benda,

ditinggalkan anak anak karena menikah atau pindah rumah , dan lain lain. Kehilangan merupakan

pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan , sejak lahir individu

sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalami kembali walaupun dalam bentuk yang

berbeda ( Yosef, 2011) . Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi kritis, baik krisis situasional

ataupun krisis perkembangan ( Mubarak &Chayatin, 2007).

Berdasarkan definisi diatas kehilangan dapat disimpulkan merupakan suatu peristiwa yang bisa

berkaitan dengan kematian orang yang dicintai atau kehilangan harta benda, keluarga yang merupakan

pengalaman yang dialami semua individu sejak lahir dalam rentang kehidupannya.

Jenis Jenis kehilangan

a. Kehilangan objek eksternal , misalnya kehilangan karena kecurian atau kehilangan akibta

bencana .

b. Kehilangan lingkungan yang dikenal, misalnya kehilangan karena berpindah rumah, dirawat

dirumah sakit , atau berpindah pekerjaan

3
c. Kehilangan sesuatu atau ndividu yang berarti, misalnya kehilangan pekerjaan, kepergian anggota

keluarga atau teman dekat, kehilangan orang yang dipercaya , atau kehilangan binatang

peliharaan .

d. Kehilangan suatu aspek diri , misalnya kehilangan anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik.

e. Kehilangan hidup , misalnya kehilangan karena kematian anggota keluarga , teman dekat, atau

diri sendiri, Kehilangan ini meliputi kehilangan perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,

kehilangan kemampuan fisik dan mental, sersta kehilngan akan peran dalam kehidupan, dan

dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau

seluruhnya. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan

pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi kehilangan

Berikut ini adalah faktor faktor faktor faktor yang mempengaruhi rasa kehilangan dan berduka

1. Perkembangan manusia , usi klien dan tahap perkembangan mempengaruhi respon terhadap

berduka. Sebagai contoh anak- anakl tidak dapat memahami rasa kehilangan atau kematian,

tapi sering merasakan kecemasan akibat kehilangan objek dan terpisah dari orang tua.

2. Hubungan personal: ketika kehilangan melibatkan individu lain, berkualitas dan arti

hubungan yang hilang akan mempengaruhi respon terhadap berduka. Dukungan sosial dalam

pemulihan dan rasa kehilangan dan berduka.

3. Membantu perawat memahami secara lebih baik dampak dirasa kehilangan pada prilaku

kesehatan dan kesejahteraan klien. Tekanan akibat kematian yang tidak diharapkan dan tiba

tiba memberikan tantangan yang berbeda dibanding dengan kematian karena penyakit kronis.

4. Stress koping , pengalaman hidup memeberikan strategi koping yang digunakan sesorang

untuk mengatasi tekanan rasa kehilangan. Ketika strategi koping yang biasanya tidak berhasil

individu memerlukan strategi yang baru.

5. Status sosial ekonomi : status , sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

memasukan dukungan dan sumber daya untuk beradaptasi dengan rasa kehilangan dan respon

4
fisik terhadap tekanan. Ketika individu kekurangan sumber daya financial beban kehilangan

menjadi berlipat. Sebagai contoh seorang klien dengan keterbatasan keuangan tidak dapat

mengganti mobil yang rusak akibat kecelakaan dan membayar tagihan pengobatan akibat

kecelakaan tersebut.

6. Budaya dan etnik , budaya seseorang dan struktur sosial lainnya ( misalnya keluarga atau

keanggotaan keagamaan ) mempengaruhi interpretasi terhadap rasa kehilangan , membangun

pengungkapan berduka yang dapat diterima, serta menyelenggarakan stabilitas dan struktur

ditengah kekacauan dan rasa kehilangan .

2.1.3 Berduka ( Grieving )

Menurut Santrock (2002) rasa duka cita adalah suatu kelumpuhan emosional, tidak

percaya, kecemasan, akan perisahan , sedih, putus asa, dan kesepian yang menyertai disaat

seseorang kehilangan orang yang dicintai.Duka cita menurut Papilia ( 2008) ialah respon

emosional pada semua orang yang mengalami kehilangan seseorang yang memliki hubungan

yang cukup dekat. Duka cita didefinisikan oleh Chaplin (2002) sebagai suatu keadaan emosional

yg tidak menyenangkann disertai rasa menderita atau hilang hanyut dan seringkali dibarengi sedu

sedan serta tangisan . Kehilangan yang diantisifasi, atau persepsi kehilangan ke dalam kehidupan

sehari hari ( NANDA,2011).

Berdasarkan definisi diatas maka berduka dapat disimpulkan sebagai respon emosional

yang terjadi pada individu dari kedaaan atau situasi kehilangan sesorang yang menekan akibat

kematian atau kehilangan seseorang yang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan yang

ditinggalkan.Reaksi duka cita ini dapat diekspresikan dengan berbagai cara sebagai ungkapan

penderitaan emosional anggota keluarga yang ditinggalkan. Berduka merupakan respon normal

yang dihadapi semua orang dalam menghadapi kehilangan yang dirasakan .

2.1.4 Tanda dan Gejala Kehilangan dan Berduka

1. Efek fisik

a. Kelelahan

5
b. Kehilangan selera

c. Masalah tidur

d. Lemah

e. Berat badan menurun

f. Sakit kepala

g. Pandangan kabur

h. Susah bernapas

i. Palpitasi

j. Peningkatan berat badan

2. Efek emosi

a. Mengingkari

b. Bersalah

c. Marah

d. Kebencian

e. Depresi

f. Kesedihan

g. Perasaan gagal

h. Sulit berkonsentrasi

i. Gagal menerima kenyataan

j. Iritabilitas

k. Perhatian terhadap orang yang meninggal

3. Efek sosial

a. Menarik diri dari lingkungan

b. Isolasi (emosi dan fisik)

2.1.5 Tahapan Berduka

6
Terdapat beberapa teori mengenai respon berduka terhadaap kehilangan. Teori yang

dikemukakan Kubler-Ross, 1969 (Dalam Nurhidayah, 2015) mengenai tahapan berduka akibat

kehilangan berorientasi pada perilaku dan menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Fase penyangkalan (Denial)

Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya, atau

mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai contoh, orang atau keluarga dari

orang yang menerima diagnosis terminal akan terus berupaya mencari informasi tambahan.

Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan

pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa.

Reaksi ini dapat berlangsung beberapa menit hingga beberapa tahun.

Peran perawat pada Fase ini :

 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

 Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukan sikap menerima ikhlas dan memberikanjawaban

yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.

2. Fase marah (Anger)

Pada fase ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan

kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang

menunjukkan [erilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan

menuduh dokter atau perawat tidak kompeten. Respon fisik yang sering terjadi, antara lain muka

merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepal, dan seterusnya.

Peran perawat pada fase ini :

7
 Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa melawan

dengan kemarahan.

3.Fase tawar menawar (Bargaining)

Pada fase ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat

mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut

dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon

kemurahan Tuhan.

Peran perawat dalam fase ini :

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.

4. Fase depresi (Depression)

Pada fase ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat

penurut, tidak mau berbicara menyatakan keputusan, rasa tidak berhargam bahkan bisa muncul

keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang dirunjukkan, antara lain menolak makan, susah tidur, letih,

turunnya dorongan libido, dan lain-lain.

Peran perawat pada fase ini:

 Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri sendiri

 Bantu pasien mengurangi rasa bersalah

5. Fase penerimaan (Acceptence)

Pada fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang selalu berpusat

pada objek yang hilang mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan

yang didalamnya dan mulai memandang kedepan. Gambaran tentang objek yang hilang akan mulai

8
dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabula individu dapat

memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses

berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk ke tahap

penerimaan akan mempengaruhi kemampuan individu tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan .

Peran perawat pada fase ini :

 Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.

2.2.6 Dimensi respon dan gejala berduka

Schneider pada tahun 1984 mengklasifikasi dimensi proses berduka menjadi lima bagian yaitu :

o Respon kognitif terhadap dukacita.

Penderitaan saat berduka dalam beberapa hal merupakan akibat gangguan keyakinan. asumsi dan

keyakinan dasar tentang makna dan tujuan hidup terganggu , bahkan mungkin hancur. Berduka seringkali

menyebabkan keyakinan individu tentang dirinya dan dunia berubah , misalnya persepsi individu tentang

hal hal yang baik di dunia, makna hidup ketika berhubungan dengan keadilan, dan makna takdir atau garis

kehidupan. Perubahan lain dalam pemikiran dan sikap mencakup meninjau dan menetapkan peringkat

nilai nilai yang dimiliki, menjadi lebih bijaksana, menghilangkan ilusi tentang keabadian diri,

memandang dunia secara lebih realistis,dan mengevaluasi kembali keyakinan agama atau keyakinan

spiritual.

b.Respon emosional

Perasaan marah, sedih, dan cemas adalah pengalaman emosional yang dominan pada kehilangan.

Kemarahan dan kebencian dapat ditunjukan kepada individu yang meninggal dan praktik kesehatan yang

dilakukannya , pada anggota keluarga, dana pemeberi perawatan kesehatan atau institusi. Respon

emosional terlihat pada fase prosesdukacita menurut Bowlby. Selama fase mati rasa, respon awal yang

9
umum terhadap kabar kehilangan ialah perasaan syok, seplah olah tidak dapat menyadari realitas

kehilangan . Pada fase kedua, kerinduan dan pencarian realitas mulai muncul dan individu yangbberduka

memperlihatkan kemarahan, penderitaan yang besar dan menangis.selama fase disorganisasi dan

keputusasaan, individu individu yang berduka mulai memahami bahwa kehilangan tetap ada.individu

mulai membangun kembali rasa identitas personal, arah dan tujuan hidup, rasa mandiri dan percaya diri

dirasakan.

c.Respon spiritual

ketika kehilangan terjadi, individu mungkin paling terhibur, tertantang atau hancur dalam dimensi

spiritual pengalaman manusia. Individu yang berduka dapat kecewa dan marah kepada Tuhan atau tokoh

agama yang lain. Penderitaan karena ditinggalkan, kehilangan harapan, atau kehilangan makna

merupakan penyebab penderitaan spiritual yang dalam. Oleh karena itu memenuhi kebutuhan spiritual

individu yang berduka merupakan aspek asuhan keperawatan yang sangat penting.

Dengan menemukan penjelasan dan makna melalui keyakinan spiritual atau agama,klien dapat mulai

mengidentifikasi aspek positif dan mungkin aspek proses berduka yang menyenangkan.

d.Respon prilaku

Respon prilaku sering kali merupakan yang paling mudah diobservasi. Dengan mengenali prilaku

yang umum saat berduka, perawat dapat memberi bimbingan pendukung untuk mengkaji keadaan

emosiaonal dan kognitif klien secara garis besar. Dengan mengamati individu berduka saat melakukan

fungsi secara otomatis atau rutin tanpa banyak pemikirwn dapat menunjukan bahwa individu tersebut

berada dalam fase mati rasa proses berduka realitas kehilangan belum terjadi. Menangis terisak, menangis

tidak terkontrol, sangat gelisah, dan perilaku mencari adalah tanda kerinduan dan pencarian figur yang

hilang. Klien dapat mengeluh insomnia, sakit kepala, gangguan nafsu makan, berat badan turun, tidak

bertenaga, palpitasi dan gangguan pencernaan, sera perubahan sistem imundan endokrin.

10
2.1.7 Koping terhadapa peristiwa kedukaan

Pengalaman kehilangan yang begitu nyata terutama melibatkan kematian dari orang yamg dikasihi

pada waktu yang tidak diharapkan , menimbulkan gangguan dalam pola hidup sehari hari. Kematian yang

tidak diharapkan dari orang yang dikasihi dapat digolongkan sebagai non-normative life events yang

merupakan sumber stress bagi orang yang mengalaminya. Rasa kehilangan membawa rasa sakit secara

psikis, namun dukungan yang didapatkan pada masa kedukaan dan bagaimana seseorang menghadapi

serta menyesuaikan diri terhadapa kehilangan tersebut, merupakan bagian mendasar dari pertumbuhan

sebagai individu.tujuan yang ingindicapai ialah agar individu yanga mengalami kedukaan bisa sampai

pada tahap resolusi . ada 3 proses untuk mencapai tahap resolusi yaitu :

A. Penerimaan kognitif

Proses ini merupakan usaha dari individu yang berduka untuk mengembangkan penjelasan yang

memuaskan mengenai dari penyebab kehilangan mereka.

B. Penerimaan emosional

Dalam proses ini individu yang berduka berusaha untuk mencapai netralisasi dari memori

dan asosiasi sehingga kemunculan ingatan mengenai individu yang meninggal atau hal

apapun yang diasosiasikan dengannya tidak lagi dirasa menggangu.

C. Perubahan identitas

Perubahan identitas merupakan hal yang penting bagi individu untuk mengembangkan

citra diri mereka yang baru, sehingga keterikatan mereka terhadap individu yang sudah

meninggal dapat dilihat sebagai bagian dari masalah.

11
BAB III

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Faktor Predisposisi

1. Genetik Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau dibesarkan dalam keluarga

yang mempunyai riwayat depresi akan mengalami kesulitan dalam bersikap optimis dan

menghadapi kehilangan.

2. Kesehatan fisik Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan teratur mempunyai

kemampuan dalam menghadapi stres dengan lebih baik dibandingkan dengan individu yang

mengalami gangguan fisik.

3. Kesehatan mental Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki tingkat

kepekaan yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan berisiko untuk kambuh kembali.

4. Pengalaman kehilangan sebelumnya Kehilangan dan perpisahan dengan orang berarti di

masa kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan di

masa dewasa.

5. Struktur Kepribadian

Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri

yang rendah yang tidak objektif terhadapstress yang dihadapi .

12
3.1.2 Faktor Presipitasi

Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stres nyata atau imajinasi individu dan kehilangan

yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit, kehilangan fungsi seksual, kehilangan harga

diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, dan kehilangan posisi di masyarakat.

3.1.3 Mekanisme koping

Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan rspon antara lain: Denial, Represi,

Intelektualisasi, regresi, disosiasi, supresi dan proyeksi yang digunakan untuk menghindarai

inetensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan . Dalam keadaaan patologis mekanisme

koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat .

3.1.4 Respon spiritual

a) Kecewa dan marah terhadap Tuhan .

b) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan

c) Tidak memeliki harapan : kehilangan makna.

3.1.5 Respon Fisisologis

a) Merasa sedih atau cemas

b) Kebencian

c) Merasa bersalah

d) Perasaan mati rasa

e) Emosi yang berubah ubah

f) Penderitaan dana kesepian yang berat

g) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang

hilang

13
h) Depresi, apatis, putus asa selama fase disorganisasi dana keputusasaan

i) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

3.1.6 Respon kognitif

a) Gangguan asumsi dan keyakinan

b) Mempertanyan dan berupaya menemukan makna kehilangan

c) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal

d) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah olah orang yang telah meninggal adalah

pembimbing

3.1.7 Perilaku

a) Menangis tak terkontrol

b) Sangat gelisah, perilaku mencari

c) Iritabilitas dan sikap bermusuhan

d) Mencari dan menghindari tempat dan aktifitas yang dilakukan bersama orang yang telah

meninggal

e) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya

f) Kemungkinan menyalahgunakan obat dan alkohol

g) Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan

h) Mencari aktifitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

3.2 Analisa Data

1) Data Subjektif :

a) Merasa sedih

b) Merasa putus asa dan kesepian

c) Kesulitan mengekspresikan perasaan

14
d) Konsentrasi menurun

2) Data Objektif

a) Menangisa

b) Mengingkari kehilangan

c) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain

d) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan

e) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktifitas

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Berduka disfungsional

Definisi: sesuatu respon terhadap kehilangan yang nyata maupun yang dirasakan dimana individu tetap

terfiksasi dalam satu tahap proses berduka untuk suatu periode waktu yang terlalu lama, atau gejala

berduka yang normal menjadi berlebih-lebihan untuk suatu tingkat yang mengganggu fungsi kehidupan.

3.4 TUJUAN

Sasaran jangka pendek

Pasien akan mengekspresikan kemarahan terhadap konsep kehilangan dalam 1 minggu.

Sasaran jangka panjang

Pasien akan mampu menyatakan secara verbal perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap-tahap

berduka yang normal. Pasien akan mampu mengakui posisinya sendiri dalam proses berduka sehingga ia

mampu dengan langkahnya sendiri terhadap pemecahan masalah.

3.5 INTERVENSI DENGAN RASIONAL

a) Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi. Identifikasi perilaku-perilaku yang

berhubungan dengan tahap ini.

15
Rasional

Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk perencanaan keperawatan yang efektif bagi

pasien yang berduka.

b) Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. Perlihatkan empati dan perhatian. Jujur

dan tepati semua janji

Rasional

Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan yang terapeutik.

c) Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya secara

terbuka

Rasional

Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa anda yakin bahwa ia merupakan seseorang pribadi

yang bermakna. Rasa percaya meningkat.

d) Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan menjadi defensif jika permulaan

ekspresi kemarahan dipindahkan kepada perawat atau terapis. Bantu pasien untuk

mengeksplorasikan perasaan marah sehingga pasien dapat mengungkapkan secara langsung

kepada objek atau orang/pribadi yang dimaksud.

Rasional

Pengungkapan secara verbal perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam dapat membantu

pasien sampai kepada hubungan dengan persoalan-persoalan yang belum terpecahkan.

a) Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dengan berpartisipasi dalam

aktivitas-aktivitas motorik kasar (mis, joging, bola voli,dll)

16
Rasional

Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk mengeluarkan kemarahan

yang terpendam.

b) Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan dengan setiap

tahap. Bantu pasien untuk mengerti bahwa perasaan seperti rasa bersalah dan marah terhadap

konsep kehilangan adalah perasaan yang wajar dan dapat diterima selama proses berduka.

Rasional

Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang berhubungan dengan berduka yang

normal dapat menolong mengurangi beberapa perasaan bersalah menyebabkan timbulnya respon-

respon ini.

c) Dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep kehilangan. Dengan dukungan dan

sensitivitas, menunjukkan realita situasi dalam area-area dimana kesalahan presentasi

diekspresikan.

Rasional

Pasien harus menghentikan persepsi idealisnya dan mampu menerima baik aspek positif maupun

negatif dari konsep kehilangan sebelum proses berduka selesai seluruhnya.

Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal yang dapat diterima. Menggunakan

sentuhan merupakan hal yang terapeutik dan tepat untuk kebanyakan pasien

Bantu pasien dalam memecahkan masalahnya sebagai usaha untuk menentukan metoda-metoda

koping yang lebih adaptif terhadap pengalaman kehilangan. Berikan umpan balik positif untuk

identifikasi strategi dan membuat keputusan.

Rasional

Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang

diharapkan.

17
e) Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual selama waktu ini dalam bentuk apapun yang

diinginkan untuknya. Kaji kebutukan-kebutuhan spiritual pasien dan bantu sesuai kebutuhan

dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

3.6 EVALUASI

1) Klien mampu mengungkapkan perasaannya dengan spontan

2) Klien menunjukan tanda tanda penerimaan terhadap kehilangan

3) Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain

4) Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi kehilangan

5) Klien mampu minum obat dengan cara benar

3.7 HASIL PASIEN YANG DIHARAPKAN ATAU KRITERIA PULANG

1) Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang normal dan

perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap.

2) Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan mengekspresikan

perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan secara jujur.

3) Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang berlebihan

yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup

sehari-hari secara mandiri.

18
Contoh kasus:

Kehilangan/Berduka

Askep kasus

Ibu M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu perusahaan sebagai tulang

punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan., Sejak kejadian

tersebut, Ibu M mengalami gangguan dalam menjalankan perannya sebagai ibu, Ibu M sering melamun,

menangis, merasa sedih, putus asa dan kesepian, sehingga tidak nafsu makan, selalu mengatakan jika

suaminya belum meninggal . Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa

gelisah sehingga susah tidur. Saat dikaji tanda tanda vital T : 120/ 80 mmhg, N : 98 X/ menit , RR: 20

x/menit. S : 36, 8 C

1.Pengkajian

I. Identitas klien

Nama : Ny M Tanggal pengkajian : 1 april 2019

Umur :33 tahun RM : 654478

II. Alasan masuk

Keluarga pasien mengatakan bahwa NY M mengalami stress setelah seminggu yang lalu setelah

suami Ny M meninggal ,klien sering melamun, sedih dan menangis sehingga tidak mau

berinteraksi dengan orang lain dan sering gelisah sehingga susah tidur .

III. Keluhan Utama

Merasa gelisah.

Faktor Predisposisi

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?

Menurut keluarga, sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit jiwa seperti

sekarang, klien selalu sehat dan bahagia .

2. Adakah anggota keluarga yang gangguan jiwa sebelumnya ?

19
Menurut keluarga Tidak ada angota keluarga yang menderita penyakit gangguan jiwa

seperti klien .

3. Adakah pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya ?

 Adaka riwayat dirawat di RSJ sebelumnya ? klien tidak pernah dirawat di rumah

sakit jiwa atau rumah sakit umum, badan klien selalu sehat.

 Adakah riwayat pasien pernah kehilangan anaknya sebelumnya?

Sebelumnya Klien tidak pernah kehilangan anggota keluarga ataupun anak

seperti sekarang ini menderita karena kehilangan suami .

IV. Pemeriksaan fisik

1) Td :120 / 80 mmhg S :36, 8 C BB : -

N :98 x/ menit R : 20 x / menit TB : -

2) Adakah keluhan fisik ? : ada

Jelasakan : pasien merasa sedih dan kesepian sehingga Tidak nafsu makan sering

gelisah .

 Masalah keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

V. Psikososial

1) Genogram tidak terkaji

2) Konsep diri :

a. Citra tubuh : bagian tubuh yang disukai adalah perut karena bagian perutnya pernah

ada bayi buah hatinya.

b. Identitas diri : pasien adalah seorang ibu rumah tangga

c. Peran : pasien merupakan ibu rumah tangga yang hanya mengharapkan penghasilan

suaminya.

20
d. Ideal diri : Pasien ingin tetap bersama dengan suaminya dan klien mengingkari atas

kehilangan suaminya.

e. Harga diri : pasien merasa dirinya tidak berharga karena tidak ada lagi suaminya .

 Masalah keperawatan : pengingkaran kehilangan.

3) Hubungan sosial :

a. Orang yang berarti : orang yang terdekat dengan pasien yaitu suaminya yang

meninggal dan anaknya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat : aktifitas klien di masyarakat

setelah suaminya meninggal menjadi terganggu karena Ny M tidak mau

berinteraksi dengan orang lain dan sebelumnya interaksi dengan masyarakat

cukup baik .

 Masalah keperawatan : Isolasi sosial

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Setelah suami Ny M

meninggal , Ny M tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain

 Masalah keperawatan : isolasi sosial

4) Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : Agama yang dianut pasien tidak terkaji

b. Kegiatan ibadah : kegiatan menjalankan ibadah pasien setiap hari tidak terkaji

VI. Status mental

1). Penampilan

Penampilan dalam berpakaian cukup rapi pakai kerudung rapi dan tidak bau.

2). Pembicaraan

Lambat , dan sedikit dipaksa karena tidak mau berinteraksi dengan orang lain.

 Masalah keperawatan : Isolasi sosail

21
3) Aktivitas motorik

Lesu , lemah dan lemas karena susah tidur dan tidak nafsu makan, aktifitas sedikit

dibantu oleh kelurga.

 Masalah keperawatan : Devisit aktifitas

4). Afek dan emosi

a) Afek

Datar, wajah pasien tanpa ekspresi dan tampak melamun

b) Alam perasaan ( emosi )

Menangis

 Masalah keperawatan : Resiko menganiaya diri

5) Interaksi selama wawancara

Dalam wawancara Kontak mata kurang,klien sering terlihat menunduk dan

gelisah , klien banyak melamun

 Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi

6) Persepsi – sensorik

Apakah ada gangguan :

Halusinasi : klien mengatakan tidak mendengar suara suara yang menyuruh

klien

Ilusi : klien mengatakan tidak pernah melihat bayangan bayanganyang

menyuruh klien melakukan suatu perbuatan.

 Masalah keperawatan : tidak ada

7) Tingkat kesadaran

Bingung , klien mengingkari kehilangan suaminya terdapat gangguan orientasi

orang dan mengatakan suaminya masih hidup

 Masalah keperawatan : pengingkaran kehilangan

8) Memori

22
Klien Masih ingaat dengan semua kejadian termasuk saat pemakaman, namun

tidak menerima kenyataan tersebut.

 Masalah keperawatan : pengingkaran kehilangan

9) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien mampu berhitung dari angka 0-10 dan berhitung mundur dengan baik walau

dengan suara pelan dan lambat .

10) Kemampuan penilaian

Klien merasa takut dan cemas putus asa dan kesepian

 Masalah keperawatan : Ansietas

11) Daya tilik diri

Klien tidak mengalami penyakit gangguan jiwa /Mengingkari penyakit yang

dideritanya, menganggap dirinya tidak mengalami sakit dan hanya sedih saja.

VII. Kebutuhan perencanaan pulang

a. Penggunaan obat obatan

Klien meminum obat sesuai petunjuk dokter secara rutin dengan bimbingan perawat dan keluarga

b. Pemeliharaan kesehatan saaat dirumah

Keluarga klien mengatakanselama sakit tidak pernah berobat kemanapun selama sakit berusaha

mematuhi anjuran dokter dan perawat.

c. Kegiatan di dalam rumah

Klien dapat menyapu dan merapihkan tempat tidur sendiri dapat mencuci pakainnya sendiri dan

mandi sendiri tanpa bantuan orang lain tetapi dalam keuangan klien masih dibantu oleh

kelurganya

d. Kegitan di luar rumah

Klien dapat berinteraksi dengan tetangga dekatnya dan mengobrol , belanja ke warung sendirian

tanpa diantar oleh keluarganya .

23
A. ANALISA DATA

Initial Nama: Ny M Ruangan : jasmin No. RM: 654478

TANGGAL/JA DATA FOKUS (DS & DO) MASALAH

M KEPERAWATAN

1 april 2019 DS : klien merasa putus asa kesepian , Ansietas

Jam 16 00 sedih , gelisah dan susah tidur

DO: Nampak klien Menangis dan gelisah,

kontak mata kurang dan sering

menunduk.

1 april 2019 Ds :Klien merasa putus asa dan kesepian Isolasi sosial

Jam 16 00 Do : klien nampak tidak berminat dalam

berinteraksi dengan orang lain.

1 april 2019 DS : Klien mengatakan suaminya masih Pengingkaran

Jam 16 00 ada dan belum meninggal kehilangan

DO: Klien nampak melamun , sedih

1 april 2019 Ds :Klien mengatakan kenapa orang Kehilangan disfungsional

24
Jam 16 00 yang disayanginya pergi

meninggalkannya

Do : Pasien tampak menangis

A. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Ansietas

 Isolasi sosial

 Pengingkaran kehilangan

 Kehilangan disfungsional

25
26
B. PERENCANAAN
Tgl No Dx Kep Perencanaan
Dx

Tujuan Kriteria Intervensi Rasional


evaluasi
1-4-2019 1 Ansietas Setelah dilakukan tindakan  klien  Bina hubungan hubungan saling percaya
Jam 16 00 keperawatan 3 x 24 jam Klien mempunyai saling percaya
antara perawat dan klien
dapat membina hubungan koping dengan klien dengan
merupakan dasar terbinanya
saling percaya dengan perawat yang cara mengucapkan
dan klien dapat merasa aman efektif salam terapeutik, hubungan terapeutik
dan nyaman saat berinteraksi dalam memperkenalkan
dengan perawat menghadap diri perawat sambil
 Klien mampu i masalah berjabat tangan
mengungkapkan akibat dengan klien
pikiran dan kehilangan  Dorong klien untuk motivasi akan membuat klien
perasaannya  klien dapat mengungkapkan
lebih terbuka mengenai
 Klien merasa lebih rilex pikiran dan
tenang  kecemasan perasaannya. pikiran dan perasaannya.
 kecemasan berkurang berkurang Dengarkan setiap
 Klien dapat perkataan klien. Beri
respon, tetapi tidak
mengetahui aturan
bersifat menghakimi
yang benar dalam  Ajarkan klien teknik Relaksasi akan memberikan
relaksasi

27
meminum obat ketenangan kepada klien.

 Ansietas klien
 Ajarkan klien cara
berkurang sehingga Menghindari salah pemberian
meminum obat
klien dapat tidur dengan benar obat obatan
 Awasi klien saat
dengan nyenyak
minum obat

1-4-2019 2 Isolasi sosial Setelah dilakukan tindakan Klien dapat  Libatkan klien aktivitas fisik memberikan
Jam 16 00 keperawatan selama 4x 24 jam membina hubungan dalam setiap
suatu metode yang aman dan
Klien tidak menarik diri lagi yang baik dengan aktivitas kelompok,
efektif untuk mengeluarkan
dan dapat membina hubungan orang lain terutama aktivitas
baik kembali dengan yang ia sukai emosi dan kemarahan yang
lingkungannya maupun
terpendam
dengan orang-orang di  Berikan klien pujian
sekitarnya setiap kali klien
melakukan kegiatan pujian dapat meningkatkan
dengan benar
kepercayaan diri pasien

28
1-4-2019 3 Pengingkaran Setelah dilakukan tindakan  Pasien  Dorong pasien untuk  Membantu klien
Jam 16 00 kehilangan perawatan selama 2 x24 jam dapat mengungkapkan untuk
pasien dapat melalui fase mengungka pengingkarannya mengungkapkan
pengingkarannya dengan wajar pkan tanpa memaksa perasaan
tanpa kesulitan pengingkar untuk menerima pengingkaran
an kenyataan perasaan
 Pasien  dengarkan dengan pengingkaran
dapat penuh minat dan terhadap kehilangan
menerima perhatian apa yang  Sebagai bentuk sikap
kenyataan dikatakan oleh untuk meyakinkan
pasien klien
 jelasakn kepada
pasien bahwa  Untuk meyakinkan
perasaan tersebut klien akan kematian
wajar terjadi pada itu pasti
orang yang
mengalami
kehilangan
 bantu pasien untuk
koping yang lain
 Untuk menghindari
seperti menangis/
tindakan yang

29
berbicara beresiko lainnya
 tiingkatkan
kesadaran pasien  Meningkatkan
secara bertahap kesadaran klien akan
tentang kenyataan kehilangan
kehilangan yang
harus dihadapi
 beri dukungan atau
 Sebagai motivasi dan
usaha pasien untuk
dukungan klien untuk
menerima kenyataan
menerima kenyataan
 bantu klien untuk
mencoba
 Sebagai bentk
mengungkapkan
ungkapan perasaan
rasa marahnya
klien
 beri dukungan
secara non verbal
 Sikap yang dapat
membangkitkan
semangat
1-4-2019 4 Kehilangan Setelah dilakukan tindakan  Ny M  bina hubungan  Hubungan saling
disfungsional keperawatan selama 1 x 24 dapat saling percaya percaya dapat
jam NY M dapat mengerti antara klien, memudahkan dalam
menyelesaikan masa arti sakit keluarga dengan tindakan seterusnya
berkabung dengan tuntas dan sikap jujur,
kematian menerima, ikhlas

30
 Ny M dan empati
dapat  tunjukan perhatian  Sebagai wujud
mengungka pada Ny M baik perhatian kita
pkan melalui kata kata
perasaanya maupun dengan
 Ny M sikap
dapat  tanyakan kepada Ny  Untuk mengetahui
mengurang M pengalamannya pengalaman
i rasa tentang kematian kehilangan dan
bersalah seseorang berduka klien
melalui  jelaskan kepada Ny sebelumnya
proses M bahwa suaminya  Untuk meyakinkan
berkabung meninggal bukan Ny M bahwa
tidur suaminya telah
 pinta kepada meninggal
keluarga / orang  Agar Ny M tidak
yang berarti agar merasa sendirian
menemani Ny M setelah kepergian
selama masa suaminya
berduka bila perlu
mengijinkan untuk
tinggal bersama
mereka
 dorong Ny M untuk  Untuk mengetahui

31
mengungkapkan ungkapan perasaan
perasaannya dengan dari klien
menanyakan apa
yang dipikirkan
selama suaminya
masih hidup
 jelaskan pada Ny M  Agar Ny M tidak
bahwa suaminya merasa bersalah atas
meninggal bukan kematian suaminya
akibat dirinya
 jelasakan pada Ny  Agar Ny M tidak
M bahwa orang terus menangis dan
yang sudah bersedih
meninggal tidak
perlu ditangisi

32
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tindakan keperawatan Evaluasi

Tanggal : 3 april 2019 jam 09 00

DS : klien merasa putus asa kesepian dan sedih dan

gelisah S : Pasien mengatakan masih sedih dan

DO: klien nampak menangis, susah tidur, kontak kesepian masih dirasakan

O : Pasien jarang berbicara dengan keluarga


mata kurang dan sering menunduk
pasien tidak mau diajak komunikasi , sering
Diagnosa keperawatan :
menangis, susah tidur , kontak mata kurang
 Ansietas
dan sering menunduk,
Implementasi :
Klien masih jarang melakukan tehnik relaksasi
 membina hubungan saling percaya dengan klien
A: ansietas belum teratasi
dengan cara mengucapkan salam terapeutik,
P: pasien :
memperkenalkan diri perawat sambil berjabat
 Mengajak pasien untuk berbicara
tangan dengan klien
 Mengajarkan tehnik relaksasi
 mendorong klien untuk mengungkapkan pikiran
 Membantu klien untuk minum obat
dan perasaannya. Dengarkan setiap perkataan klien.

Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi

 Mengajarkan klien teknik relaksasi

 Memgajarkan klien cara meminum obat dengan

benar
Parap nama jelas
 Mengawasi klien saat minum obat

RTL perawat : mengevaluasi , Klien dapat membina

33
hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat

merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat

 Klien mampu mengungkapkan pikiran dan

perasaannya

 Klien merasa lebih tenang

 kecemasan berkurang

 Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam

meminum obat

 Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur

dengan nyenyak

S : Pasien mengatakan suaminya masih hidup

Tanggal : 3 april 2019 jam 09 00 O : pasien nampak sering melamun , dan

bersedih

DS : pasien mengatakan suaminya masih ada. A: pengingkaran kehilangan belum teratasi

P: pasien :

 Mengajak pasien untuk berbicara


DO: pasien sering melamun .
 Mengajarkan tehnik relaksasi
Diagnosa keperawatan :
 Membantu klien untuk minum obat
 Pengingkaran kehilangan
 mendorong pasien untuk
Implementasi
mengungkapkan pengingkarannya
 mendorong pasien untuk
tanpa memaksa untuk menerima
mengungkapkan pengingkarannya
kenyataan
tanpa memaksa untuk menerima

kenyataan

34
 Mendengarkan dengan penuh minat

dan perhatian apa yang dikatakan oleh

pasien

 Menjelasakn kepada pasien bahwa

perasaan tersebut wajar terjadi pada

orang yang mengalami kehilangan

 Membantu pasien untuk koping yang

lain seperti menangis/ berbicara Paraf nama jelas

 Meningkatkan kesadaran pasien secara

bertahap tentang kenyataan kehilangan

yang harus dihadapi

 Memberi dukungan atau usaha pasien

untuk menerima kenyataan

 Memantu klien untuk mencoba

mengungkapkan rasa marahnya

 Memberi dukungan secara non verbal

RTL perawat : mengevaluasi pasien dapat melalui fase

pengingkarannya dengan wajar tanpa kesulitan.

Tanggal : 2 april 2019 jam 09 00 S : klien mengatakan belum bisa menghadapi

35
Ds :klien mengatakan kenapa orang yang kenyataan bahwa suaminya sudah meninggal

disayanginya pergi meninggalkannya O. pasien masih nampak menangis, sedih

A. kehilangan disfungsional belum teratasi


Do : klien tampak menangis , sedih .
P. Pasien
Diagnosa keperawatan
 Memotivasi klien dan menjelasakan
- Kehilangan disfungsional
pada NyM bahwa suaminya meninggal
Implementasi :
bukan tidur
 Membina hubungan saling percaya antara klien,
 Memberi perhatian kepada klien
keluarga dengan sikap jujur, menerima, ikhlas dan

empati

 Menunjukan perhatian pada Ny M baik melalui

kata kata maupun dengan sikap

 Menanyakan kepada Ny M pengalamannya tentang

kematian seseorang

 Menjelaskan kepada Ny M bahwa suaminya

meninggal bukan tidur.

 Meminta kepada keluarga / orang yang berarti agar

menemani Ny M selama masa berduka bila perlu

mengijinkan untuk tinggal bersama mereka

 Mendorong Ny M untuk mengungkapkan

perasaannya dengan menanyakan apa yang Paraf dan nama jelas


dipikirkan selama suaminya masih hidup

 Menjelaskan pada Ny M bahwa suaminya

meninggal bukan akibat dirinya

 Menjelasakan pada Ny M bahwa orang yang sudah

36
meninggal tidak perlu ditangisi

RTL perawat : Mengevaluasi NY M dapat menyelesaikan

masa berkabung dengan tuntas.

37
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN BERDUKA

KEHILANGAN

Ibu M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu perusahaan sebagai tulang

punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan. Keluarga

mengatakan Sejak kejadian tersebut, Ibu M mengalami gangguan dalam menjalankan perannya sebagai

ibu , Ny M jadi sering melamun, merasa sedih, putus asa dan kesepian, sehingga tidak nafsu makan ,

selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal . Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan

orang lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur . Ny M dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit untuk

berobat, setelah di Rumah Sakit data yang didapat , Ny M tidak mau berinteraksi dengan orang lain ,

kadang suka marah , murung, diam ,sering menangis,tidak bisa tidur dan menyangkal suaminya telah

meninggal.

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka

(SP 1)

A. Proses keperawatan

Kondisi klien

DS : klien merasa putus asa kesepian dan sedih , gelisah sehingga susah tidur , mengatakan

suaminya belum meninggal.

DO: klien nampak menangis, susah tidur.

B. Diagnosa keperawatan

 Kehilangan disfungsional

38
 Ansietas

C. Tujuan khusus

 klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangan

 klien dapat rilex

 kecemasan berkurang

D. Tindakan keperawatan

 Membina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam

terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien

 Mendorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan setiap

perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi

 Mengajarkan klien teknik relaksasi

E. Strategi pelaksanaan

Tahapan mengingkari

TAHAP ORIENTASI

Salam terapeutik:

PERAWAT 1 : “Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu Maya . Saya wendara, Ibu bisa

memanggil saya wendra. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti

dan saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu siapa?

PASIEN : ‘ Maya “ ( menunduk ,kontak mata kurang )

PERAWAT1 : Ibu senangnya dipanggil apa?”

PASIEN :” maya”( menunduk, kontak mata kurang )

Evaluasi validasi:

PERAWAT1 : “Baiklah, bagaimana keadaan Ibu Maya hari ini?”

PASIEN : “ saya sedih pa kenapa suami saya tidak datang datang , saya sudah menunggu lama

tapi suami saya belum datang juga ”. ( menunduk, kontak mata kurang )

39
Kontrak

PERAWAT 1: “Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar? Saya rasa 30

menit cukup Bu. Ibu bersedia?”

PASIEN : “ iya”

PERAWAT : “Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja?

PASIEN : “ iya”.

PERAWAT 1: “ baiklah”,

TAHAP KERJA

PERAWAT1 : “Baiklah Ibu Maya , bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu

Maya saat ini?”

PASIEN : “saya sedih pa, suami saya tidak datang datang kesini padahal saya ingin bertemu

dengan dia, saya rindu dengan suami saya ”

PERAWAT1 : “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi

sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal.Ibu Maya Sabar harus ikhlas dan menerima

kepergian suami ibu”.

PASIEN : “belum, belum meninggal pa, suami saya ada dikantor sedang bekerja”.

PERAWAT1 : “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu

pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau memang sudah

meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan

ini.”

PASIEN : “suami saya masih hidup pa “.

PERAWAT1 : “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya

suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang

pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”

“Ibu sudah bisa memahaminya?”

40
PASIEN : “ belum pa, saya percaya suami saya belum meninggal , bapa yang bohong “

PERAWAT1 : : “saya mengerti apa yang ibu Maya rasakan,( sambil menyentuh) yaudah nanti

kita ngobrol-ngobrol lagi ya bu , kok makanannya masih ada? ayo di makan, biar badannya

tidak lemas”

PASIEN : “ tidak mau pa,

PERAWAT 1: ““Sedikit aja ya biar badannya tidak lemas”.

PASIEN : “ iya “.

PERAWAT1 : “ Ibu mau makan sendiri , atau disuapin ?

PASIEN :” Sendiri saja , saya bisa makan sendiri”

PERAWAT1 : ““Yasudah iya kalau mau makan sendiri, saya temenin ya makannya”

PASIEN : “Tidak, tidak. Bapak pergi aja sana”

PERAWAT1 : “ baiklah bu silahkan makan “

TAHAP TERMINASI

PERAWAT1 : “Ya sudah iya, tapi makannya harus dihabiskan ya. Oh iya besok saya mau

ngobrol-ngobrol lagi ya sama ibu Maya . mau jam berapa?”

PASIEN : “Terserah”

PERAWAT1 : “Kalau jam 10 pagi aja gimana? Ibu setuju?”

PASIEN : “Iya”

PERAWAT1 : “Tempatnya mau dimana?”

PASIEN : “Disini aja pa “

PERAWAT1 : “Baiklah kalau begitu, saya tinggal ya. Di habiskan makanannya.

Assalamualaikum”

Perawat pun pergi dan kembali ke ruangan. Sedangkan ibu M hanya diam dan sama sekali tidak

menyentuh makanannya sedikitpun. Malam harinya pun keluarga pasien datang.

KELUARGA : “Assalamualaikum, punten suster, anak saya lagi dimana ya?”

41
PERAWAT 2 : “Walaikumsalam ibu, ibu Maya lagi dikamarnya bu”

KELUARGA : “Astagfiruloh, bagaimana keadaannya sus? Apakah masih seperti kemarin?

PERAWAT 2 : “Iya ibu, lbu Maya masih berkurung diri di kamar dan tidak mau berinteraksi keluar

dengan yang lainnya”

KELUARGA : “Boleh saya ke kamarnya sus?”

PERAWAT :“Iya bu, silahkan. Mau saya antar bu?

KELUARGA : “Tidak usah sus, terima kasih”

Keluarga pasien pun menghampiri Ibu Maya . Dan Ibu Maya masih saja murung.

KELUARGA : “Assalamualaikum nak, kamu sudah makan”

PASIEN : “Hanya diam”

KELUARGA : “Nak, sadar nak. Kemarin suamimu sudah di makamkan. Kamu harus ikhlas”

PASIEN : “Ibu kenapa Bicara tidak jelas”

KELUARGA : (Langsung memeluk pasien) Nak, kuat na. Ada ibu disini”

PASIEN : “Ih apaan sih! Suami saya masih di kantor. Ini saya lagi nungguin, dia pasti

pulang “.

KELUARGA : “Astagfiruloh nak, istigfar nak” (Kembali memeluk pasien)

PASIEN : “Ibu mending pergi saja, sana ” (Kemudian melempar barang yang ada didekatnya)

42
Mendengar keributan didalam ruangan, perawat pun segera menghampiri kamar Ibu M karena

takut terjadi yang tidak diharapkan. Perawat datang dan langsung menenangkan ibu M dan meminta

keluarga untuk keluar dari ruangan.

(Tahapan Marah)

PERAWAT 2 : “Bu Maya tenang ya. Bu Maya tidak boleh seperti ini. Ibunya Bu Maya sayang

dengan

.ibu “

PASIEN : “Tidak! Ibu jahat!

PERAWAT 2 : “Ibu sangat sayang dengan Bu Maya . Yuk lia istirahat ya”

Keesokan harinya. Bu M dan perawat 1 pun bertemu kembali untuk berbincang-bincang

(Tahapan Marah)

(Fase orientasi)

PERAWAT 1 : “Assalamualaikum, selamat pagi Bu Maya..”

PASIEN : (Diam)

PERAWAT 1 : “Bu Maya , ini saya Wendra yang kermarin kontrak waktu dengan Ibu untuk

berbincang-bincang hari ini. Bagaimana, Ibu sudah siap?”

Pasien : “Iya pa ”

(Fase kerja)

PERAWAT 1 : “Ya sudah ya kita mulai, nah sekarang coba ceritakan apa yang ibu Maya rasakan

sekarang”

43
PASIEN : “saya kesal!”

PERAWAT 1 : “Apa yang membuat ibu Maya kesal?”

PASIEN : “saya cape nunggu pa , saya cape dari kemarin suami saya tidak datang datang .

Padahal kemarin dia telepon katanya masih dikantor dan mau jemput saya . Tapi mana, dia Tidak datang

datang ” (sambil melempar apa yang ada didekatnya)

PERAWAT 1 : (Sambil menggenggam tangan Ibu Maya ) “ibu ... ibu Maya harus sadar dengan apa

yang terjadi kemarin, Suami Ibu Maya sudah tidak ada disini”

PASIEN : “(menangis )siapa sih yang tabrak dia kenapa dia ditabrak apa salah dia pa ?

kenapa orang itu jahat, tuhan tidak adil sama saya ! ”

PERAWAT 1 : “ibu ... dengarkan saya ya. Ibu harus bisa ikhlas. Saya mengerti apa yang ibu rasakan

saat ini. Ini memang sangat berat buat ibu , tapi ibu harus bisa terima. Masa depan ibu

masih sangat panjang.”

PASIEN : “ sudah pa jangan bicara itu lagi”

PERAWAT 1 : “Saya punya cara untuk meredakan kekesalan. Ibu Maya bisa tarik nafas sedalam-

dalamnya, lalu keluarkan melalui mulut. Ayo kita coba”

(Perawat mengajari teknik relaksasi)

PERAWAT 1 : “Bagaimana? Sudah enakan belum?”

PASIEN : (Mengangguk)

PERAWAT 1 : “ ada cara lain selain teknik tarik nafas dalam yaitu dengan istigfar. selain itu, Ibu

44
bisa ambil wudhu kemudian shalat, mengaji atau melakukan aktifitas yang ibu suka,

agar hati ibu Maya tenang”

PASIEN : “baiklah”

PERAWAT 1 : “ibu bisa pakai cara itu ketika lia tidak bisa mengontrol perasaan ibu . ibu mengerti?”

PASIEN : “Iya mengerti pa ”

PERAWAT 1 : “Nah, sekarang Bu Maya istirahat ya. Kalau ibu sedang tidak sibuk, ibu bisa berjalan-

jalan”. keluar, bertemu dengan teman-teman yang lain”

PASIEN : (Diam)

Perawat : “Atau lia mau dijadwalkan buat aktifitas yang ingin lia lakukan?”

Pasien : (Mengangguk)

(Fase terminasi )

PERAWAT 1 : “ nah tadi Saya sudah mengajarkan teknik untuk meredakan kekesalan ibu , bisa ibu

sebutkan lagi apa saja?

PASIEN :” dengan tarik nafas,mengaji, istigfar , wudhu kemudian sholat

PERAWAT 1 : “Benar sekali bu , Baiklah kalau begitu bagaimana kita kontrak waktu lagi untuk

membicarakan aktifitas yang akan ibu Maya lakukan. Nanti teman saya yang akan

menggantikan saya , berbincang dengan ibu , ibu mau kapan?”

PASIEN : “Besok aja pa ”

PERAWAT 1 : “Yaudah besok, ibu mau dimana?”

45
PASIEN : “Ditaman aja pa ”

PERAWAT 1 : “Oke baiklah. Ibu istirahat ya, ingat pesan saya yang tadi ya. Assalamualaikum”

PASIEN : “Walaikumsalam”

Sejak berbincang-bincang dengan perawat 1, ibu M sedikit bisa mengontrol emosinya dengan

cara yang telah diberikan oleh perawat. Keesokan harinya, perawat 2 dan lbu M pun berbincang .

(Tahapan tawar menawar)

(Fase oreintasi )

PERAWAT 2 : “ assalamualaikum Bu Maya ”

PASIEN : “Walaikumsalam sus”

PERAWAT 2 : “ sesuai janji dengan pa wendra kemarin kita akan berbincang bincang lagi sekitar 15

menit

Ya. Oyaa Bagaimana dengan cara yang sudah pa wendra berikan kemarin, apa telah

dilakukan?”

PASIEN : “Iya sus. Sus, saya mau cerita”

(Fase kerja )

PERAWAT 2 : “Iya bu , silahkan katakan aja apa yang ibu mau ceritakan”

46
PASIEN : “Coba aja ya waktu itu saya tidak suruh suami saya menjemputku pasti suami

saya masih ada disini”

PERAWAT 2 : “Iya bu , suster sangat mengerti. Itu bukan salah lbu , itu sudah takdir”

PASIEN : “Tapi sus”

PERAWAT 2 : “ibu …. kita engga tau kapan kematian seseorang. Hanya allah yang tau. Ini semua

sudah di takdirkan. Sekarang ibu harus bisa ikhlas, bisa sabar. Doakan yang terbaik

untuk suami ibu ”

PASIEN : “Sus” (Menangis)

PERAWAT 2 : (Memeluk) “Iya lia, lia harus kuat ya. Nah sekarang ibu Maya bisa melakukan aktifitas

yang ibu sukai. Ibu suka mengerjakan apa kalau lagi dirumah”

PASIEN : (Diam)

PERAWAT 2 : “ibu ... bu maya kok diam begitu?”

PASIEN : “Suster pergi saja dari sini, saya mau sendiri”

(Terminasi )

PERAWAT 1 : “Baiklah kalau Bu Maya mau sendiri dulu, suster hanya pesan. Kalau ibu merasa

bersalah atau ibu tidak bisa mengontrol perasaan ibu , lbu bisa pakai cara yang pa wendra beri kemarin.

Nanti kita berbincang lagi, tempatnya mau dimana?”

PASIEN : “ disini “

PERAWAT 1 : “ baik disini jam berapa?”

PASIEN :” terserah”

47
PERAWAT 1 : “ jam 10 ya, sekitar 20 menit. Baik suster pergi dulu ya , assalamualikum”

Perawat 2 pun pergi dari taman. Dan ibu M terdiam sendiri ditaman sampai sore. Perawat 2 pun

menghampiri Ibu M dan Ibu M hanya diam saja tidak mau bicara.

(Depresi)

(Fase Orientasi)

PERAWAT 2 : “assalamualaikum Bu Maya ”

PASIEN : (Diam)

PERAWAT 2 : “ibu , kok sendirian aja disini. Yuk masuk kedalam yu, disini dingin”

PASIEN : (Masih terdiam)

PERAWAT 2 : “Bu Maya apa yang sedang ibu pikirkan?”

PASIEN : “Suster pergi, saya ingin sendiri”

PERAWAT 2 : “ibu bisa cerita sama suster”

PASIEN : “suami saya kenapa kamu tinggalin saya (menangis )”

PERAWAT 2 : “ (sentuhan ) baiklah lbu , kalau tidak ingin bicara dulu suster pergi ya”

Keadaan lbu M makin sulit, lia kembali terdiam. Bahkan tidak mau berbicara dengan perawat.

Keesokan harinya perawat 2 kembali menemui Ibu M yang sedang terdiam dikamar.

(Fase kerja )

PERAWAT 2 : “Assalamualaikum, ibu . Suster boleh duduk disamping bu Maya ”

PASIEN : (Diam)

48
PERAWAT 2 : “Bu Maya masih belum bisa ikhlas ya?

PASIEN : (Menangis)

PERAWAT 2 : “Jangan ditahan, katakan apa yang ibu mau katakan”

PASIEN : “saya jahat sus, saya jahat”

PERAWAT 2 : “Bu Maya ….disini engga ada yang salah. Ibu harus bisa ikhlaskan suami ibu . Disini

lbu tidak sendiri. Masa depan ibu masih panjang. Yuk sekarang tarik nafas”

PASIEN : (Tarik nafas dalam)

PERAWAT 2 : “Bagaimana? Sudah agak enakan? Ibu bisa melakukan aktifitas yang ibu sukai. Tidak

dengan berdiam seperti ini”

PASIEN : “Terima kasih sus”

PERAWAT 2 : “Yaudah sekarang makan dulu. Suster gak mau liat bu Maya seperti ini lagi ya”

PASIEN : “Iya sus”

(Terminasi )

PERAWAT 2 : “Baiklah, suster mau pergi dulu ya. Ada urusan mendadak.nanti kta berbicang lagii .

Bu Maya ingin dimana?jam berapa?

PASIEN : “ disitu ( menunjuk halaman depan ) jam 10

PERAWAT 2 : “ baikalah kalau begitu , suster pergi ya. Assalamuaikum”

PASIEN :” waalikumsalam

49
Sejak itu, Ibu M sudah mulai melakukan aktifitas yang di sukai. Ibu M mulai merajut. Sudah

mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Suatu hari perawat melihat Ibu M yang sedang merajut

sapu tangan

(Tahapan menerima )

(Fase oreintasi )

PERAWAT 2 : “ assalamualaikum Bu Maya ”

PASIEN : “Walaikumsalam sus”

PERAWAT 2 : “ sesuai janji kemarin kita berbincang lagi yaa, bagaimana perasaan lbu ?”

PASIEN :”iya baik sus, sudah sedikit lega sus”

PERAWAT 2 : “Wah, Bu maya sedang bikin apa?”

PASIEN : “saya lagi bikin sapu tangan nih”

PERAWAT 2 : “Bu Maya jago banget nih. Suster seneng deh liat ibu ceria lagi”

PASIEN : “Iya sus. Terima kasih ya sus”

(Fase Kerja)

PERAWAT 2 : “sama sama bu , sekarang apa yang ibu Maya rasakan?”

PASIEN : “saya sudah sadar sus, saya sudah mencoba untuk bisa ikhlas. Saya sadar suami saya

tidak pernah bisa kembali ke sisi saya . saya juga sadar, saya masih punya keluarga yang sayang sama

saya , masih ada suster disini. Masih punya teman-teman juga”

50
PERAWAT 2 : “Alhamdulilah saya sudah bisa mengikhlaskan suami saya . saya sudah sadar bahwa

takdir itu rahasia allah yang tidak bisa kita hentikan. Suster harap, Bu Maya bisa melakukan aktifitas

seperti semula lagi. Suster yakin ibu pasti bisa.

PASIEN :Iya terima kasih sus

”Ketika sedang berbincang dengan perawat 2, kemudian perawat 1 datang bersama keluarga pasien

PERAWAT 1 : “Assalamualaikum, wah lagi sedang apa ?”

KELUARGA : “Nak” (langsung memeluk pasien)

PASIEN : “Ibu maafin saya ”

KELUARGA : “Iya nak, ibu sangat khawatir. Alhamdulilah kamu kembali seperti semula lagi”

PERAWAT 1 : “Bu maya lagi bikin apa ?”

PASIEN : “Lagi bikin sapu tangan pa”

PERAWAT 1 : “Saya mau , Boleh ?”

PASIEN : “Iya pa , nanti saya kasih satu-satu ya ”

KELUARGA : “Ibu tidak dikasih nih?”

PASIEN : “ nanti ibu mah khusus saya bikinkan sweter “

PERAWAT 1 : “ alhamdulilahlia sudah bisa beraktifitas seperti biasa lagi ya bu, jangan lupa teknik

Yang saya ajarkan untuk mereda kekesalan ibu ,di terapkan pada saat dirumah nanti

apa saja tekniknya ?”

PASIEN :” teknik nafas dalam, beristigfar, mengaji , berwudh dan shalat”

51
PERAWAT 2 :” iya betul sekali bu , baik kalau begitu lanjutkan saja membuat saputanganya .

suster pamit yaa, jaga kesehatan ya Bu Maya ..

PASIEN :” terimakasih banyak suster,,,”

PERAWAT 2 :” iya sama sama”

Akhirnya ibu M pun bisa menerima kepergian suaminya dan tidak lama kemuadian, setelah

menjalani semua proses, Ibu M diperbolehkan pulang dan beraktifitas seperti semula...

SEKIAN

52
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan data data yang diperoleh ahirnya dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan

suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang orang yang menghadapi suatu keadaan semula

( keadaan yang sebelumnya ada menjadi tidak ada ) Kehilangan bisa meliputi kehilangan objek eksternal,

lingkungan yang dikenal, orang terdekat, aspek diri, dan kehilangan hidup.

Didalam menangani pasien dengan respon kehilangan, diperlukan prinsip prinsip keperawatan

yang sesuai, misalnya pada anak atau pada orang tua dengan respon kehilangan ( kematian anak )

Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi faktor predisposisi dan faktor presipitasi .

Dimana faktor predisposisi meliputi :

a. Genetik

b. Kesehatan jasmani

c. Kesehatan mental

d. Pengalaman kehilangan dimasa lalu

e. Struktur kepribadian

4.2 Saran

Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan respon

kehilangan dan berduka ( Loss and Grief), maka kami menganggap perlu adanya sumbangsaran untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan .

Adapaun saran – saraan yang dapat kami sampaikan sebagai berikut :

53
a. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu.

b. Dalam perumusan diagnosa keperawatan , harus diprioritasakan sesuai dengan kebutuhan

maslow atau kegawatan dari masalah.

c. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun tidak .

54
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa Jakarta : EGC

Iyus, Yosef 2007, Keperawatan Jiwa, Refika aditama : Bandung

NANDA,2011 Diagnosis Keperawatan : Definisi dan klasifikasi Jakarta : ECG

Potter & Perry , 2005 Fundamental Keperawatan volume 1 . jakarta : EGC.

Suseno, Tutu April 2004,Pemenuhan kebutuhan Dasar Manusia : kehilangan , Kematian dan berduka

dan Proses Keperawatan , Jakarta : Sagung Seto.

Stuart & Sundeen, 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa ed. 3. Jakarta : EGC

Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa ( Yogyakarta : Graha ilmu , 2009 )

Jhon W. Santrock , psikologi Pendidikan ,2005

Iqbal mubarak, Nurul Chayatin Ilmu keperawatan Komunitas , Pengantar dan teori , 2007

55
56

Anda mungkin juga menyukai