PENDAHULUAN
Kehilangan dan kematian merupakan peristiwa yang bersifat umum dari peristiwa
pengalaman manusia. Kehilangan adalah bagian yang tidak dapat dihindari dari kehidupan dan
kesedihan adalah bagian alamiah dari proses kehilangan. Kehilangan adalah suatu keadaan individu
mengalami kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada dan dimiliki,seperti harta, kesehatan, keluarga,
orang yang dicintai. kemudian menjadi tidak ada baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Setiap
individu akan menghadapi kehilangan dan kematian dengan keadaan yang berbeda-beda. mekanisme
koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Berduka
adalah respons alamiah pada seseorang yang mengalami kehilangan. Dukacita adalah suatu proses
kompleks yang normal meliputi respons dan perilaku emosional fisik, spiritual, sosial, dan intelektual
ketika individu, keluarga, dan komunitas memasukkan kehilangan yang actual, adaptif, atau
Apabila seseorang tidak dapat melewati keadaan berduka setelah mengalami kehilangan yang
sangat besar maka individu akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Untuk
mengatasi atau mencegah depresi dari berduka yang dialami klien, maka dibutuhkaan berbagai upaya
dari keluarga, tim kesehatan ataupun lingkungan sosial klien.Perawat bekerjasama dengan klien yang
mengalami berbagia tipe kehilangan. Sangat penting untuk diperhatikan bahwa apapun yang dikatan
disini tentang proses dukacita dan kehilangan yang terdapat dalam perspektif sosial dan historis
mungkin berubah sepanjang waktu dan situasi. Perawat membantu klien untuk memahami dan
menerima kehilangan dalam konteks kultur yang dimiliki klien hingga kehidupan klien dapat
berlanjut. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan
1
dan dukacita. Perawat menggunakan pengetahuan tentang konsep kehilangan dan dukacita untuk
secara kreatif menerapkan intervensi untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan
memberi dukungan kepada klien yang menjelang kematian (Potter & Perry, 2005).
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa dan diharapkan Mahasiswa agar mampu,
memahami dan Dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan berduka dan
kehilangan.
2. Mampu menetukan masalah keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka
3. Mampu Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan kehilangan dan berduka.
4. Mampu Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien kehilangan kehilangan dan
berduka.
5. Mampu melakukan implementasi tindakan keperawatan pada pasien kehilangan dan berduka
6. Menyusun evaluasi tindakan keperawatan pada pasien kehilangan kehilangan dan berduka.
1.3 Manfaat
Dapat memberikan gambaran bagi mahasiswa perawat tentang keperawatan jiwa dengan asuhan
keperawatan jiwa berduka dan kehilangan sehingga dapat dijadikan dasar dalam pemberian
asuhan keperawatan jiwa, mengingat tugas seorang perawat bukan hanya mengatasi masalah
Dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pelayanan kesehatan untuk menyediakan bimbingan
konseling bagi pasien pasien yang gangguan psikososial seperti kehilangan dan berduka.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Kehilangan ( loss) adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
atau dimiliki misalkan kehilangan orang yang dicintai , baik sebagian atau keseluruhan ( Sujono & Teguh
Purwanto , 2009) . Kehilangan tidak selalu berkaitan dengan kematian , tetapi bisa juga karena
kehilangan kesehatan ( fisik dan mental ), kehilangan pekerjaan , status, kehilangan harta benda,
ditinggalkan anak anak karena menikah atau pindah rumah , dan lain lain. Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan , sejak lahir individu
sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalami kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda ( Yosef, 2011) . Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi kritis, baik krisis situasional
Berdasarkan definisi diatas kehilangan dapat disimpulkan merupakan suatu peristiwa yang bisa
berkaitan dengan kematian orang yang dicintai atau kehilangan harta benda, keluarga yang merupakan
pengalaman yang dialami semua individu sejak lahir dalam rentang kehidupannya.
a. Kehilangan objek eksternal , misalnya kehilangan karena kecurian atau kehilangan akibta
bencana .
b. Kehilangan lingkungan yang dikenal, misalnya kehilangan karena berpindah rumah, dirawat
3
c. Kehilangan sesuatu atau ndividu yang berarti, misalnya kehilangan pekerjaan, kepergian anggota
keluarga atau teman dekat, kehilangan orang yang dipercaya , atau kehilangan binatang
peliharaan .
d. Kehilangan suatu aspek diri , misalnya kehilangan anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik.
e. Kehilangan hidup , misalnya kehilangan karena kematian anggota keluarga , teman dekat, atau
diri sendiri, Kehilangan ini meliputi kehilangan perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kehilangan kemampuan fisik dan mental, sersta kehilngan akan peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau
seluruhnya. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan
Berikut ini adalah faktor faktor faktor faktor yang mempengaruhi rasa kehilangan dan berduka
1. Perkembangan manusia , usi klien dan tahap perkembangan mempengaruhi respon terhadap
berduka. Sebagai contoh anak- anakl tidak dapat memahami rasa kehilangan atau kematian,
tapi sering merasakan kecemasan akibat kehilangan objek dan terpisah dari orang tua.
2. Hubungan personal: ketika kehilangan melibatkan individu lain, berkualitas dan arti
hubungan yang hilang akan mempengaruhi respon terhadap berduka. Dukungan sosial dalam
3. Membantu perawat memahami secara lebih baik dampak dirasa kehilangan pada prilaku
kesehatan dan kesejahteraan klien. Tekanan akibat kematian yang tidak diharapkan dan tiba
tiba memberikan tantangan yang berbeda dibanding dengan kematian karena penyakit kronis.
4. Stress koping , pengalaman hidup memeberikan strategi koping yang digunakan sesorang
untuk mengatasi tekanan rasa kehilangan. Ketika strategi koping yang biasanya tidak berhasil
5. Status sosial ekonomi : status , sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
memasukan dukungan dan sumber daya untuk beradaptasi dengan rasa kehilangan dan respon
4
fisik terhadap tekanan. Ketika individu kekurangan sumber daya financial beban kehilangan
menjadi berlipat. Sebagai contoh seorang klien dengan keterbatasan keuangan tidak dapat
mengganti mobil yang rusak akibat kecelakaan dan membayar tagihan pengobatan akibat
kecelakaan tersebut.
6. Budaya dan etnik , budaya seseorang dan struktur sosial lainnya ( misalnya keluarga atau
pengungkapan berduka yang dapat diterima, serta menyelenggarakan stabilitas dan struktur
Menurut Santrock (2002) rasa duka cita adalah suatu kelumpuhan emosional, tidak
percaya, kecemasan, akan perisahan , sedih, putus asa, dan kesepian yang menyertai disaat
seseorang kehilangan orang yang dicintai.Duka cita menurut Papilia ( 2008) ialah respon
emosional pada semua orang yang mengalami kehilangan seseorang yang memliki hubungan
yang cukup dekat. Duka cita didefinisikan oleh Chaplin (2002) sebagai suatu keadaan emosional
yg tidak menyenangkann disertai rasa menderita atau hilang hanyut dan seringkali dibarengi sedu
sedan serta tangisan . Kehilangan yang diantisifasi, atau persepsi kehilangan ke dalam kehidupan
Berdasarkan definisi diatas maka berduka dapat disimpulkan sebagai respon emosional
yang terjadi pada individu dari kedaaan atau situasi kehilangan sesorang yang menekan akibat
kematian atau kehilangan seseorang yang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan yang
ditinggalkan.Reaksi duka cita ini dapat diekspresikan dengan berbagai cara sebagai ungkapan
penderitaan emosional anggota keluarga yang ditinggalkan. Berduka merupakan respon normal
1. Efek fisik
a. Kelelahan
5
b. Kehilangan selera
c. Masalah tidur
d. Lemah
f. Sakit kepala
g. Pandangan kabur
h. Susah bernapas
i. Palpitasi
2. Efek emosi
a. Mengingkari
b. Bersalah
c. Marah
d. Kebencian
e. Depresi
f. Kesedihan
g. Perasaan gagal
h. Sulit berkonsentrasi
j. Iritabilitas
3. Efek sosial
6
Terdapat beberapa teori mengenai respon berduka terhadaap kehilangan. Teori yang
dikemukakan Kubler-Ross, 1969 (Dalam Nurhidayah, 2015) mengenai tahapan berduka akibat
kehilangan berorientasi pada perilaku dan menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut :
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya, atau
mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai contoh, orang atau keluarga dari
orang yang menerima diagnosis terminal akan terus berupaya mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa.
Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukan sikap menerima ikhlas dan memberikanjawaban
yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.
Pada fase ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan
kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang
menunjukkan [erilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan
menuduh dokter atau perawat tidak kompeten. Respon fisik yang sering terjadi, antara lain muka
merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepal, dan seterusnya.
7
Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa melawan
dengan kemarahan.
Pada fase ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat
mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut
dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon
kemurahan Tuhan.
Pada fase ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat
penurut, tidak mau berbicara menyatakan keputusan, rasa tidak berhargam bahkan bisa muncul
keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang dirunjukkan, antara lain menolak makan, susah tidur, letih,
Pada fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang selalu berpusat
pada objek yang hilang mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan
yang didalamnya dan mulai memandang kedepan. Gambaran tentang objek yang hilang akan mulai
8
dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabula individu dapat
memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses
berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk ke tahap
penerimaan akan mempengaruhi kemampuan individu tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan .
Schneider pada tahun 1984 mengklasifikasi dimensi proses berduka menjadi lima bagian yaitu :
Penderitaan saat berduka dalam beberapa hal merupakan akibat gangguan keyakinan. asumsi dan
keyakinan dasar tentang makna dan tujuan hidup terganggu , bahkan mungkin hancur. Berduka seringkali
menyebabkan keyakinan individu tentang dirinya dan dunia berubah , misalnya persepsi individu tentang
hal hal yang baik di dunia, makna hidup ketika berhubungan dengan keadilan, dan makna takdir atau garis
kehidupan. Perubahan lain dalam pemikiran dan sikap mencakup meninjau dan menetapkan peringkat
nilai nilai yang dimiliki, menjadi lebih bijaksana, menghilangkan ilusi tentang keabadian diri,
memandang dunia secara lebih realistis,dan mengevaluasi kembali keyakinan agama atau keyakinan
spiritual.
b.Respon emosional
Perasaan marah, sedih, dan cemas adalah pengalaman emosional yang dominan pada kehilangan.
Kemarahan dan kebencian dapat ditunjukan kepada individu yang meninggal dan praktik kesehatan yang
dilakukannya , pada anggota keluarga, dana pemeberi perawatan kesehatan atau institusi. Respon
emosional terlihat pada fase prosesdukacita menurut Bowlby. Selama fase mati rasa, respon awal yang
9
umum terhadap kabar kehilangan ialah perasaan syok, seplah olah tidak dapat menyadari realitas
kehilangan . Pada fase kedua, kerinduan dan pencarian realitas mulai muncul dan individu yangbberduka
memperlihatkan kemarahan, penderitaan yang besar dan menangis.selama fase disorganisasi dan
keputusasaan, individu individu yang berduka mulai memahami bahwa kehilangan tetap ada.individu
mulai membangun kembali rasa identitas personal, arah dan tujuan hidup, rasa mandiri dan percaya diri
dirasakan.
c.Respon spiritual
ketika kehilangan terjadi, individu mungkin paling terhibur, tertantang atau hancur dalam dimensi
spiritual pengalaman manusia. Individu yang berduka dapat kecewa dan marah kepada Tuhan atau tokoh
agama yang lain. Penderitaan karena ditinggalkan, kehilangan harapan, atau kehilangan makna
merupakan penyebab penderitaan spiritual yang dalam. Oleh karena itu memenuhi kebutuhan spiritual
individu yang berduka merupakan aspek asuhan keperawatan yang sangat penting.
Dengan menemukan penjelasan dan makna melalui keyakinan spiritual atau agama,klien dapat mulai
mengidentifikasi aspek positif dan mungkin aspek proses berduka yang menyenangkan.
d.Respon prilaku
Respon prilaku sering kali merupakan yang paling mudah diobservasi. Dengan mengenali prilaku
yang umum saat berduka, perawat dapat memberi bimbingan pendukung untuk mengkaji keadaan
emosiaonal dan kognitif klien secara garis besar. Dengan mengamati individu berduka saat melakukan
fungsi secara otomatis atau rutin tanpa banyak pemikirwn dapat menunjukan bahwa individu tersebut
berada dalam fase mati rasa proses berduka realitas kehilangan belum terjadi. Menangis terisak, menangis
tidak terkontrol, sangat gelisah, dan perilaku mencari adalah tanda kerinduan dan pencarian figur yang
hilang. Klien dapat mengeluh insomnia, sakit kepala, gangguan nafsu makan, berat badan turun, tidak
bertenaga, palpitasi dan gangguan pencernaan, sera perubahan sistem imundan endokrin.
10
2.1.7 Koping terhadapa peristiwa kedukaan
Pengalaman kehilangan yang begitu nyata terutama melibatkan kematian dari orang yamg dikasihi
pada waktu yang tidak diharapkan , menimbulkan gangguan dalam pola hidup sehari hari. Kematian yang
tidak diharapkan dari orang yang dikasihi dapat digolongkan sebagai non-normative life events yang
merupakan sumber stress bagi orang yang mengalaminya. Rasa kehilangan membawa rasa sakit secara
psikis, namun dukungan yang didapatkan pada masa kedukaan dan bagaimana seseorang menghadapi
serta menyesuaikan diri terhadapa kehilangan tersebut, merupakan bagian mendasar dari pertumbuhan
sebagai individu.tujuan yang ingindicapai ialah agar individu yanga mengalami kedukaan bisa sampai
pada tahap resolusi . ada 3 proses untuk mencapai tahap resolusi yaitu :
A. Penerimaan kognitif
Proses ini merupakan usaha dari individu yang berduka untuk mengembangkan penjelasan yang
B. Penerimaan emosional
Dalam proses ini individu yang berduka berusaha untuk mencapai netralisasi dari memori
dan asosiasi sehingga kemunculan ingatan mengenai individu yang meninggal atau hal
C. Perubahan identitas
Perubahan identitas merupakan hal yang penting bagi individu untuk mengembangkan
citra diri mereka yang baru, sehingga keterikatan mereka terhadap individu yang sudah
11
BAB III
3.1 PENGKAJIAN
1. Genetik Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau dibesarkan dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan mengalami kesulitan dalam bersikap optimis dan
menghadapi kehilangan.
2. Kesehatan fisik Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan teratur mempunyai
kemampuan dalam menghadapi stres dengan lebih baik dibandingkan dengan individu yang
3. Kesehatan mental Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki tingkat
kepekaan yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan berisiko untuk kambuh kembali.
masa dewasa.
5. Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri
12
3.1.2 Faktor Presipitasi
Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stres nyata atau imajinasi individu dan kehilangan
yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit, kehilangan fungsi seksual, kehilangan harga
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan rspon antara lain: Denial, Represi,
Intelektualisasi, regresi, disosiasi, supresi dan proyeksi yang digunakan untuk menghindarai
inetensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan . Dalam keadaaan patologis mekanisme
b) Kebencian
c) Merasa bersalah
g) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang
hilang
13
h) Depresi, apatis, putus asa selama fase disorganisasi dana keputusasaan
d) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah olah orang yang telah meninggal adalah
pembimbing
3.1.7 Perilaku
d) Mencari dan menghindari tempat dan aktifitas yang dilakukan bersama orang yang telah
meninggal
e) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya
1) Data Subjektif :
a) Merasa sedih
14
d) Konsentrasi menurun
2) Data Objektif
a) Menangisa
b) Mengingkari kehilangan
Berduka disfungsional
Definisi: sesuatu respon terhadap kehilangan yang nyata maupun yang dirasakan dimana individu tetap
terfiksasi dalam satu tahap proses berduka untuk suatu periode waktu yang terlalu lama, atau gejala
berduka yang normal menjadi berlebih-lebihan untuk suatu tingkat yang mengganggu fungsi kehidupan.
3.4 TUJUAN
Pasien akan mampu menyatakan secara verbal perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap-tahap
berduka yang normal. Pasien akan mampu mengakui posisinya sendiri dalam proses berduka sehingga ia
a) Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi. Identifikasi perilaku-perilaku yang
15
Rasional
Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk perencanaan keperawatan yang efektif bagi
b) Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. Perlihatkan empati dan perhatian. Jujur
Rasional
c) Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya secara
terbuka
Rasional
Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa anda yakin bahwa ia merupakan seseorang pribadi
d) Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan menjadi defensif jika permulaan
ekspresi kemarahan dipindahkan kepada perawat atau terapis. Bantu pasien untuk
Rasional
Pengungkapan secara verbal perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam dapat membantu
a) Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dengan berpartisipasi dalam
16
Rasional
Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk mengeluarkan kemarahan
yang terpendam.
b) Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan dengan setiap
tahap. Bantu pasien untuk mengerti bahwa perasaan seperti rasa bersalah dan marah terhadap
konsep kehilangan adalah perasaan yang wajar dan dapat diterima selama proses berduka.
Rasional
Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang berhubungan dengan berduka yang
normal dapat menolong mengurangi beberapa perasaan bersalah menyebabkan timbulnya respon-
respon ini.
c) Dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep kehilangan. Dengan dukungan dan
diekspresikan.
Rasional
Pasien harus menghentikan persepsi idealisnya dan mampu menerima baik aspek positif maupun
Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal yang dapat diterima. Menggunakan
sentuhan merupakan hal yang terapeutik dan tepat untuk kebanyakan pasien
Bantu pasien dalam memecahkan masalahnya sebagai usaha untuk menentukan metoda-metoda
koping yang lebih adaptif terhadap pengalaman kehilangan. Berikan umpan balik positif untuk
Rasional
Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang
diharapkan.
17
e) Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual selama waktu ini dalam bentuk apapun yang
diinginkan untuknya. Kaji kebutukan-kebutuhan spiritual pasien dan bantu sesuai kebutuhan
3.6 EVALUASI
1) Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang normal dan
2) Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan mengekspresikan
3) Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang berlebihan
yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup
18
Contoh kasus:
Kehilangan/Berduka
Askep kasus
Ibu M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu perusahaan sebagai tulang
punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan., Sejak kejadian
tersebut, Ibu M mengalami gangguan dalam menjalankan perannya sebagai ibu, Ibu M sering melamun,
menangis, merasa sedih, putus asa dan kesepian, sehingga tidak nafsu makan, selalu mengatakan jika
suaminya belum meninggal . Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa
gelisah sehingga susah tidur. Saat dikaji tanda tanda vital T : 120/ 80 mmhg, N : 98 X/ menit , RR: 20
x/menit. S : 36, 8 C
1.Pengkajian
I. Identitas klien
Keluarga pasien mengatakan bahwa NY M mengalami stress setelah seminggu yang lalu setelah
suami Ny M meninggal ,klien sering melamun, sedih dan menangis sehingga tidak mau
berinteraksi dengan orang lain dan sering gelisah sehingga susah tidur .
Merasa gelisah.
Faktor Predisposisi
Menurut keluarga, sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit jiwa seperti
19
Menurut keluarga Tidak ada angota keluarga yang menderita penyakit gangguan jiwa
seperti klien .
Adaka riwayat dirawat di RSJ sebelumnya ? klien tidak pernah dirawat di rumah
sakit jiwa atau rumah sakit umum, badan klien selalu sehat.
Jelasakan : pasien merasa sedih dan kesepian sehingga Tidak nafsu makan sering
gelisah .
V. Psikososial
2) Konsep diri :
a. Citra tubuh : bagian tubuh yang disukai adalah perut karena bagian perutnya pernah
c. Peran : pasien merupakan ibu rumah tangga yang hanya mengharapkan penghasilan
suaminya.
20
d. Ideal diri : Pasien ingin tetap bersama dengan suaminya dan klien mengingkari atas
kehilangan suaminya.
e. Harga diri : pasien merasa dirinya tidak berharga karena tidak ada lagi suaminya .
3) Hubungan sosial :
a. Orang yang berarti : orang yang terdekat dengan pasien yaitu suaminya yang
cukup baik .
4) Spiritual
b. Kegiatan ibadah : kegiatan menjalankan ibadah pasien setiap hari tidak terkaji
1). Penampilan
Penampilan dalam berpakaian cukup rapi pakai kerudung rapi dan tidak bau.
2). Pembicaraan
Lambat , dan sedikit dipaksa karena tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
21
3) Aktivitas motorik
Lesu , lemah dan lemas karena susah tidur dan tidak nafsu makan, aktifitas sedikit
a) Afek
Menangis
6) Persepsi – sensorik
klien
7) Tingkat kesadaran
8) Memori
22
Klien Masih ingaat dengan semua kejadian termasuk saat pemakaman, namun
Klien mampu berhitung dari angka 0-10 dan berhitung mundur dengan baik walau
dideritanya, menganggap dirinya tidak mengalami sakit dan hanya sedih saja.
Klien meminum obat sesuai petunjuk dokter secara rutin dengan bimbingan perawat dan keluarga
Keluarga klien mengatakanselama sakit tidak pernah berobat kemanapun selama sakit berusaha
Klien dapat menyapu dan merapihkan tempat tidur sendiri dapat mencuci pakainnya sendiri dan
mandi sendiri tanpa bantuan orang lain tetapi dalam keuangan klien masih dibantu oleh
kelurganya
Klien dapat berinteraksi dengan tetangga dekatnya dan mengobrol , belanja ke warung sendirian
23
A. ANALISA DATA
M KEPERAWATAN
menunduk.
1 april 2019 Ds :Klien merasa putus asa dan kesepian Isolasi sosial
24
Jam 16 00 yang disayanginya pergi
meninggalkannya
Ansietas
Isolasi sosial
Pengingkaran kehilangan
Kehilangan disfungsional
25
26
B. PERENCANAAN
Tgl No Dx Kep Perencanaan
Dx
27
meminum obat ketenangan kepada klien.
Ansietas klien
Ajarkan klien cara
berkurang sehingga Menghindari salah pemberian
meminum obat
klien dapat tidur dengan benar obat obatan
Awasi klien saat
dengan nyenyak
minum obat
1-4-2019 2 Isolasi sosial Setelah dilakukan tindakan Klien dapat Libatkan klien aktivitas fisik memberikan
Jam 16 00 keperawatan selama 4x 24 jam membina hubungan dalam setiap
suatu metode yang aman dan
Klien tidak menarik diri lagi yang baik dengan aktivitas kelompok,
efektif untuk mengeluarkan
dan dapat membina hubungan orang lain terutama aktivitas
baik kembali dengan yang ia sukai emosi dan kemarahan yang
lingkungannya maupun
terpendam
dengan orang-orang di Berikan klien pujian
sekitarnya setiap kali klien
melakukan kegiatan pujian dapat meningkatkan
dengan benar
kepercayaan diri pasien
28
1-4-2019 3 Pengingkaran Setelah dilakukan tindakan Pasien Dorong pasien untuk Membantu klien
Jam 16 00 kehilangan perawatan selama 2 x24 jam dapat mengungkapkan untuk
pasien dapat melalui fase mengungka pengingkarannya mengungkapkan
pengingkarannya dengan wajar pkan tanpa memaksa perasaan
tanpa kesulitan pengingkar untuk menerima pengingkaran
an kenyataan perasaan
Pasien dengarkan dengan pengingkaran
dapat penuh minat dan terhadap kehilangan
menerima perhatian apa yang Sebagai bentuk sikap
kenyataan dikatakan oleh untuk meyakinkan
pasien klien
jelasakn kepada
pasien bahwa Untuk meyakinkan
perasaan tersebut klien akan kematian
wajar terjadi pada itu pasti
orang yang
mengalami
kehilangan
bantu pasien untuk
koping yang lain
Untuk menghindari
seperti menangis/
tindakan yang
29
berbicara beresiko lainnya
tiingkatkan
kesadaran pasien Meningkatkan
secara bertahap kesadaran klien akan
tentang kenyataan kehilangan
kehilangan yang
harus dihadapi
beri dukungan atau
Sebagai motivasi dan
usaha pasien untuk
dukungan klien untuk
menerima kenyataan
menerima kenyataan
bantu klien untuk
mencoba
Sebagai bentk
mengungkapkan
ungkapan perasaan
rasa marahnya
klien
beri dukungan
secara non verbal
Sikap yang dapat
membangkitkan
semangat
1-4-2019 4 Kehilangan Setelah dilakukan tindakan Ny M bina hubungan Hubungan saling
disfungsional keperawatan selama 1 x 24 dapat saling percaya percaya dapat
jam NY M dapat mengerti antara klien, memudahkan dalam
menyelesaikan masa arti sakit keluarga dengan tindakan seterusnya
berkabung dengan tuntas dan sikap jujur,
kematian menerima, ikhlas
30
Ny M dan empati
dapat tunjukan perhatian Sebagai wujud
mengungka pada Ny M baik perhatian kita
pkan melalui kata kata
perasaanya maupun dengan
Ny M sikap
dapat tanyakan kepada Ny Untuk mengetahui
mengurang M pengalamannya pengalaman
i rasa tentang kematian kehilangan dan
bersalah seseorang berduka klien
melalui jelaskan kepada Ny sebelumnya
proses M bahwa suaminya Untuk meyakinkan
berkabung meninggal bukan Ny M bahwa
tidur suaminya telah
pinta kepada meninggal
keluarga / orang Agar Ny M tidak
yang berarti agar merasa sendirian
menemani Ny M setelah kepergian
selama masa suaminya
berduka bila perlu
mengijinkan untuk
tinggal bersama
mereka
dorong Ny M untuk Untuk mengetahui
31
mengungkapkan ungkapan perasaan
perasaannya dengan dari klien
menanyakan apa
yang dipikirkan
selama suaminya
masih hidup
jelaskan pada Ny M Agar Ny M tidak
bahwa suaminya merasa bersalah atas
meninggal bukan kematian suaminya
akibat dirinya
jelasakan pada Ny Agar Ny M tidak
M bahwa orang terus menangis dan
yang sudah bersedih
meninggal tidak
perlu ditangisi
32
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DO: klien nampak menangis, susah tidur, kontak kesepian masih dirasakan
benar
Parap nama jelas
Mengawasi klien saat minum obat
33
hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat
perasaannya
kecemasan berkurang
meminum obat
dengan nyenyak
bersedih
P: pasien :
kenyataan
34
Mendengarkan dengan penuh minat
pasien
35
Ds :klien mengatakan kenapa orang yang kenyataan bahwa suaminya sudah meninggal
empati
kematian seseorang
36
meninggal tidak perlu ditangisi
37
BAB IV
KEHILANGAN
Ibu M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu perusahaan sebagai tulang
punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan. Keluarga
mengatakan Sejak kejadian tersebut, Ibu M mengalami gangguan dalam menjalankan perannya sebagai
ibu , Ny M jadi sering melamun, merasa sedih, putus asa dan kesepian, sehingga tidak nafsu makan ,
selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal . Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan
orang lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur . Ny M dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit untuk
berobat, setelah di Rumah Sakit data yang didapat , Ny M tidak mau berinteraksi dengan orang lain ,
kadang suka marah , murung, diam ,sering menangis,tidak bisa tidur dan menyangkal suaminya telah
meninggal.
(SP 1)
A. Proses keperawatan
Kondisi klien
DS : klien merasa putus asa kesepian dan sedih , gelisah sehingga susah tidur , mengatakan
B. Diagnosa keperawatan
Kehilangan disfungsional
38
Ansietas
C. Tujuan khusus
klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangan
kecemasan berkurang
D. Tindakan keperawatan
Membina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
E. Strategi pelaksanaan
Tahapan mengingkari
TAHAP ORIENTASI
Salam terapeutik:
PERAWAT 1 : “Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu Maya . Saya wendara, Ibu bisa
memanggil saya wendra. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti
Evaluasi validasi:
PASIEN : “ saya sedih pa kenapa suami saya tidak datang datang , saya sudah menunggu lama
tapi suami saya belum datang juga ”. ( menunduk, kontak mata kurang )
39
Kontrak
PERAWAT 1: “Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar? Saya rasa 30
PASIEN : “ iya”
PASIEN : “ iya”.
PERAWAT 1: “ baiklah”,
TAHAP KERJA
PERAWAT1 : “Baiklah Ibu Maya , bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu
PASIEN : “saya sedih pa, suami saya tidak datang datang kesini padahal saya ingin bertemu
PERAWAT1 : “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi
sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal.Ibu Maya Sabar harus ikhlas dan menerima
PASIEN : “belum, belum meninggal pa, suami saya ada dikantor sedang bekerja”.
PERAWAT1 : “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu
pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau memang sudah
meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan
ini.”
PERAWAT1 : “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya
suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang
40
PASIEN : “ belum pa, saya percaya suami saya belum meninggal , bapa yang bohong “
PERAWAT1 : : “saya mengerti apa yang ibu Maya rasakan,( sambil menyentuh) yaudah nanti
kita ngobrol-ngobrol lagi ya bu , kok makanannya masih ada? ayo di makan, biar badannya
tidak lemas”
PASIEN : “ iya “.
PERAWAT1 : ““Yasudah iya kalau mau makan sendiri, saya temenin ya makannya”
TAHAP TERMINASI
PERAWAT1 : “Ya sudah iya, tapi makannya harus dihabiskan ya. Oh iya besok saya mau
PASIEN : “Terserah”
PASIEN : “Iya”
Assalamualaikum”
Perawat pun pergi dan kembali ke ruangan. Sedangkan ibu M hanya diam dan sama sekali tidak
41
PERAWAT 2 : “Walaikumsalam ibu, ibu Maya lagi dikamarnya bu”
PERAWAT 2 : “Iya ibu, lbu Maya masih berkurung diri di kamar dan tidak mau berinteraksi keluar
Keluarga pasien pun menghampiri Ibu Maya . Dan Ibu Maya masih saja murung.
KELUARGA : “Nak, sadar nak. Kemarin suamimu sudah di makamkan. Kamu harus ikhlas”
KELUARGA : (Langsung memeluk pasien) Nak, kuat na. Ada ibu disini”
PASIEN : “Ih apaan sih! Suami saya masih di kantor. Ini saya lagi nungguin, dia pasti
pulang “.
PASIEN : “Ibu mending pergi saja, sana ” (Kemudian melempar barang yang ada didekatnya)
42
Mendengar keributan didalam ruangan, perawat pun segera menghampiri kamar Ibu M karena
takut terjadi yang tidak diharapkan. Perawat datang dan langsung menenangkan ibu M dan meminta
(Tahapan Marah)
PERAWAT 2 : “Bu Maya tenang ya. Bu Maya tidak boleh seperti ini. Ibunya Bu Maya sayang
dengan
.ibu “
PERAWAT 2 : “Ibu sangat sayang dengan Bu Maya . Yuk lia istirahat ya”
(Tahapan Marah)
(Fase orientasi)
PASIEN : (Diam)
PERAWAT 1 : “Bu Maya , ini saya Wendra yang kermarin kontrak waktu dengan Ibu untuk
Pasien : “Iya pa ”
(Fase kerja)
PERAWAT 1 : “Ya sudah ya kita mulai, nah sekarang coba ceritakan apa yang ibu Maya rasakan
sekarang”
43
PASIEN : “saya kesal!”
PASIEN : “saya cape nunggu pa , saya cape dari kemarin suami saya tidak datang datang .
Padahal kemarin dia telepon katanya masih dikantor dan mau jemput saya . Tapi mana, dia Tidak datang
PERAWAT 1 : (Sambil menggenggam tangan Ibu Maya ) “ibu ... ibu Maya harus sadar dengan apa
yang terjadi kemarin, Suami Ibu Maya sudah tidak ada disini”
PASIEN : “(menangis )siapa sih yang tabrak dia kenapa dia ditabrak apa salah dia pa ?
PERAWAT 1 : “ibu ... dengarkan saya ya. Ibu harus bisa ikhlas. Saya mengerti apa yang ibu rasakan
saat ini. Ini memang sangat berat buat ibu , tapi ibu harus bisa terima. Masa depan ibu
PERAWAT 1 : “Saya punya cara untuk meredakan kekesalan. Ibu Maya bisa tarik nafas sedalam-
PASIEN : (Mengangguk)
PERAWAT 1 : “ ada cara lain selain teknik tarik nafas dalam yaitu dengan istigfar. selain itu, Ibu
44
bisa ambil wudhu kemudian shalat, mengaji atau melakukan aktifitas yang ibu suka,
PASIEN : “baiklah”
PERAWAT 1 : “ibu bisa pakai cara itu ketika lia tidak bisa mengontrol perasaan ibu . ibu mengerti?”
PERAWAT 1 : “Nah, sekarang Bu Maya istirahat ya. Kalau ibu sedang tidak sibuk, ibu bisa berjalan-
PASIEN : (Diam)
Perawat : “Atau lia mau dijadwalkan buat aktifitas yang ingin lia lakukan?”
Pasien : (Mengangguk)
(Fase terminasi )
PERAWAT 1 : “ nah tadi Saya sudah mengajarkan teknik untuk meredakan kekesalan ibu , bisa ibu
PERAWAT 1 : “Benar sekali bu , Baiklah kalau begitu bagaimana kita kontrak waktu lagi untuk
membicarakan aktifitas yang akan ibu Maya lakukan. Nanti teman saya yang akan
45
PASIEN : “Ditaman aja pa ”
PERAWAT 1 : “Oke baiklah. Ibu istirahat ya, ingat pesan saya yang tadi ya. Assalamualaikum”
PASIEN : “Walaikumsalam”
Sejak berbincang-bincang dengan perawat 1, ibu M sedikit bisa mengontrol emosinya dengan
cara yang telah diberikan oleh perawat. Keesokan harinya, perawat 2 dan lbu M pun berbincang .
(Fase oreintasi )
PERAWAT 2 : “ sesuai janji dengan pa wendra kemarin kita akan berbincang bincang lagi sekitar 15
menit
Ya. Oyaa Bagaimana dengan cara yang sudah pa wendra berikan kemarin, apa telah
dilakukan?”
(Fase kerja )
PERAWAT 2 : “Iya bu , silahkan katakan aja apa yang ibu mau ceritakan”
46
PASIEN : “Coba aja ya waktu itu saya tidak suruh suami saya menjemputku pasti suami
PERAWAT 2 : “Iya bu , suster sangat mengerti. Itu bukan salah lbu , itu sudah takdir”
PERAWAT 2 : “ibu …. kita engga tau kapan kematian seseorang. Hanya allah yang tau. Ini semua
sudah di takdirkan. Sekarang ibu harus bisa ikhlas, bisa sabar. Doakan yang terbaik
PERAWAT 2 : (Memeluk) “Iya lia, lia harus kuat ya. Nah sekarang ibu Maya bisa melakukan aktifitas
yang ibu sukai. Ibu suka mengerjakan apa kalau lagi dirumah”
PASIEN : (Diam)
(Terminasi )
PERAWAT 1 : “Baiklah kalau Bu Maya mau sendiri dulu, suster hanya pesan. Kalau ibu merasa
bersalah atau ibu tidak bisa mengontrol perasaan ibu , lbu bisa pakai cara yang pa wendra beri kemarin.
PASIEN : “ disini “
PASIEN :” terserah”
47
PERAWAT 1 : “ jam 10 ya, sekitar 20 menit. Baik suster pergi dulu ya , assalamualikum”
Perawat 2 pun pergi dari taman. Dan ibu M terdiam sendiri ditaman sampai sore. Perawat 2 pun
menghampiri Ibu M dan Ibu M hanya diam saja tidak mau bicara.
(Depresi)
(Fase Orientasi)
PASIEN : (Diam)
PERAWAT 2 : “ibu , kok sendirian aja disini. Yuk masuk kedalam yu, disini dingin”
PERAWAT 2 : “ (sentuhan ) baiklah lbu , kalau tidak ingin bicara dulu suster pergi ya”
Keadaan lbu M makin sulit, lia kembali terdiam. Bahkan tidak mau berbicara dengan perawat.
Keesokan harinya perawat 2 kembali menemui Ibu M yang sedang terdiam dikamar.
(Fase kerja )
PASIEN : (Diam)
48
PERAWAT 2 : “Bu Maya masih belum bisa ikhlas ya?
PASIEN : (Menangis)
PERAWAT 2 : “Bu Maya ….disini engga ada yang salah. Ibu harus bisa ikhlaskan suami ibu . Disini
lbu tidak sendiri. Masa depan ibu masih panjang. Yuk sekarang tarik nafas”
PERAWAT 2 : “Bagaimana? Sudah agak enakan? Ibu bisa melakukan aktifitas yang ibu sukai. Tidak
PERAWAT 2 : “Yaudah sekarang makan dulu. Suster gak mau liat bu Maya seperti ini lagi ya”
(Terminasi )
PERAWAT 2 : “Baiklah, suster mau pergi dulu ya. Ada urusan mendadak.nanti kta berbicang lagii .
PASIEN :” waalikumsalam
49
Sejak itu, Ibu M sudah mulai melakukan aktifitas yang di sukai. Ibu M mulai merajut. Sudah
mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Suatu hari perawat melihat Ibu M yang sedang merajut
sapu tangan
(Tahapan menerima )
(Fase oreintasi )
PERAWAT 2 : “ sesuai janji kemarin kita berbincang lagi yaa, bagaimana perasaan lbu ?”
PERAWAT 2 : “Bu Maya jago banget nih. Suster seneng deh liat ibu ceria lagi”
(Fase Kerja)
PASIEN : “saya sudah sadar sus, saya sudah mencoba untuk bisa ikhlas. Saya sadar suami saya
tidak pernah bisa kembali ke sisi saya . saya juga sadar, saya masih punya keluarga yang sayang sama
50
PERAWAT 2 : “Alhamdulilah saya sudah bisa mengikhlaskan suami saya . saya sudah sadar bahwa
takdir itu rahasia allah yang tidak bisa kita hentikan. Suster harap, Bu Maya bisa melakukan aktifitas
”Ketika sedang berbincang dengan perawat 2, kemudian perawat 1 datang bersama keluarga pasien
KELUARGA : “Iya nak, ibu sangat khawatir. Alhamdulilah kamu kembali seperti semula lagi”
PERAWAT 1 : “ alhamdulilahlia sudah bisa beraktifitas seperti biasa lagi ya bu, jangan lupa teknik
Yang saya ajarkan untuk mereda kekesalan ibu ,di terapkan pada saat dirumah nanti
51
PERAWAT 2 :” iya betul sekali bu , baik kalau begitu lanjutkan saja membuat saputanganya .
Akhirnya ibu M pun bisa menerima kepergian suaminya dan tidak lama kemuadian, setelah
menjalani semua proses, Ibu M diperbolehkan pulang dan beraktifitas seperti semula...
SEKIAN
52
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan data data yang diperoleh ahirnya dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan
suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang orang yang menghadapi suatu keadaan semula
( keadaan yang sebelumnya ada menjadi tidak ada ) Kehilangan bisa meliputi kehilangan objek eksternal,
lingkungan yang dikenal, orang terdekat, aspek diri, dan kehilangan hidup.
Didalam menangani pasien dengan respon kehilangan, diperlukan prinsip prinsip keperawatan
yang sesuai, misalnya pada anak atau pada orang tua dengan respon kehilangan ( kematian anak )
Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi faktor predisposisi dan faktor presipitasi .
a. Genetik
b. Kesehatan jasmani
c. Kesehatan mental
e. Struktur kepribadian
4.2 Saran
Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan respon
kehilangan dan berduka ( Loss and Grief), maka kami menganggap perlu adanya sumbangsaran untuk
53
a. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu.
c. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun tidak .
54
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa Jakarta : EGC
Suseno, Tutu April 2004,Pemenuhan kebutuhan Dasar Manusia : kehilangan , Kematian dan berduka
Stuart & Sundeen, 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa ed. 3. Jakarta : EGC
Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa ( Yogyakarta : Graha ilmu , 2009 )
Iqbal mubarak, Nurul Chayatin Ilmu keperawatan Komunitas , Pengantar dan teori , 2007
55
56