Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Fototerapi
2.1.1 Defenisi Fototerapi
Menurut Kumar et al, 2010 dalam Shinta, 2015 Fototerapi merupakan terapi
pilihan pertama yang dilakukan terhadap bayi  baru lahir dengan hiperbilirubinemia.
Fototerapi merupakan penatalaksanaan hiperbilirubinemia yang bertujuan untuk
menurunkan konsentrasi bilirubin dalam sirkulasi atau mencegah Peningkatan Kadar
Bilirubin.
Fototerapi merupakan terapi dengan menggunakan sinar yang dapat dilihat
untuk pengobatan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. Keefektifan suatu
fototerapi ditentukan oleh intensitas sinar. Adapun faktor yang mempengaruhi
intensitas sinar ini adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar, jarak sinar ke pasien
yang disinari, luas permukaan tubuh yang terpapar dengan sinar serta penggunaan
media pemantulan sinar.
Cahaya biru (fluoresens biru) dengan spektrum 460-490 nm
merupakan cahaya yang paling efektif dalam fototerapi karena dapat
menembus jaringan dan diabsorbsi oleh bilirubin (bilirubin menyerap
lebih kuar pada cahaya biru dengan spektrum 460 nm ini).

2.1.2 Tujuan Fototerapi

Menurunkan kadar bilirubin serum ke nilai normal

2.1.3 Indikasi
Peningkatan kadar bilirubin serum

1. Bayi aterm sehat >17 mg/dl


2. Bayi premature (dengan berat badan lebih dari 1500 gm adalah > 8
mg/dl )
3. Bayi premature ( dengan berat badan kurang dari 1500 gm adalah > 5
mg/dl)
Fototerapi dapat diberikan dalam beberapa cara. Metode yang paling
umum adalah:
1. Lampu fluoresen atau “lampu bili” yang dipasang diatas bayi yang
berada di dalam incubator atau radiant warmer
2. Lampu halogen
3. Selimut atau alas fototerapi fiberoptik

2.1.4 Kontra Indikasi


1. Kondisi bayi yang tidak stabil
2.1.5 Gambar Fototerapi

2.2 Prosedur Perawatan Fototerapi


2.2.1 Persiapan Alat
1. Lampu fluoresen dan alas fiberoptik (bila ada)
2. Penutup atau pelindung mata
3. Serbet untuk melindungi alat kelamin laki-laki
4. Selimut atau kain bayi 2 buah

2.2.2 Prosedur

1. Berikan penjelasan pada ibu bahwa bayinya diletakkan di tempat


tersendiri dan dipaparkan terhadap cahaya biru hijau untuk
menurunkan kadar bilirubin bayi.
2. Instruksikan ibu untuk menyusui bayinya
3. Periksa keamanan listrik dan perlindungan kabel incubator atau radiant
warmer dan lampu bili.
4. Periksa apakah semua lampu di incubator atau radiant warmer
menyala atau tidak
5. Pindahkan bayi ke ruang perawatan dimana terdapat peralatan
fototerapi dan letakkan bayi di incubator atau radiant warmer dimana
lampu fototerapi dipasang
6. Atur ketinggian antara bayi dan lampu sebesar 45 cm
7. Letakkan bayi dalam posisi telanjang di bawah lampu di incubator
atau radiant warmer
8. Tutup mata bayi dengan penutup mata
9. Tutup alat kelamin bayi laki-laki dengan serbet
10. a. bila menggunakan alas fiberoptik, letakkan di bawah dan menempel
dengan kulit bayi
b. jaga posisi bayi dengan meletakkan gulungan kain bayi di
sampingan
11. Nyalakan lampu bili dan /atau mesin alas fiberoptik
12. Ubah posisi bayi setiap 2 jam
13. Catat semua detil mengenai permulaan prosedur, observasi dan
kewaspadaan yang dibuat pada status bayi
2.2.3 Perawatan dan Observasi Selama Fototerapi
1. berikan susu dengan interval yang teratur untuk menjaga hidrasi yang
adekuat. Bila menyusui, ibu dianjurkan untuk menyusui sesuai
keinginan bayi
2. Bila bayi mengalami hipertermia, hentikan fototerapi dan paparkan
bayi dibawah kipas angina. Bila suhu sudah kembali normal,lakukan
kembali fototerapi.
3. Pantau kadar bilirubin dan pemeriksaan hematologic lainnya dengan
interval yang terstur
4. Periksa bayi minimal setiap jam dan lihat apakah penutup mata masih
berada pada tempatnya atau tidak. Penutup mata tidak boleh menekan
bola mata.
5. Bayi boleh digeser dari sorotan lampu untuk disusui, penggantian
popok, pengambilan darah, dan perawatan umum lainnya tetapi tetap
harus mendapatkan fototerapi selama 18 jam setiap hari.
6. Bila menggunakan selimut fiberoptik,selimut tersebut harus selalu
menempel pada kulit bayi.pastikan bayi tidak berguling keluar dari
selimut.tidak perlu menutup mata bila sudah menggunakan selimut.
7. Pantau suhu tubuh secara berkala dengan interval yang teratur.
8. Pantau kulit untuk melihat ada tidaknya ruam,kekeringan,dan
ekskoriasi.
9. Menyusui bayi setiap 2-3 jam karena fototerapi menyebabkan bayi
mengalami kehilangan cairan dari kulit dan feses menjadi cair,hal ini
dapat menimbulkan dehidrasi.
10. Hitung popok bayi yang basah dan jumlah feses.tambahkan jumlah
pemberian susu bilaa popok bayi yang basah berjumlah kurang dari
enam buar per hari atau bila warna urine tampak gelap.
11. Jangan mengoleskan minyak pada kulit bayi.
12. Pantau ada tidaknya efek samping seperti:
a. Fesses hijau cair akibat peningkatan aliran empedu dan
peristaltic.feses dapat merusak kulit dan menyebabkan
hilangnya cairan.
b. Kulit menjadi gelap akibat efek cahaya.
c. Sindroma bayi tembaga-perubahan warna kulit dan urine
menjadi coklat keabuan.
d. Ruam kulit
e. Intoleransi laktosa sementara.

Anda mungkin juga menyukai