Anda di halaman 1dari 16

Nama : Rini Yolanda Sitorus

NIM : 032017018

M. Kuliah : Metodologi Penelitian

Dosen : Pomarida Simbolon S.KM, M.Kes

UJI ASOSIATIF DAN ETIKA PENELITIAN

UJI ASOSIATIF

Metode deskriptif yaitu metode yang memperlihatkan dan menguraikan objek


penelitian, dengan tujuan memberikan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena objek yang diteliti
untuk kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan metode asosiatif bersifat
korelasional, yaitu penelitian untuk mengetahui adanya keterkaitan antara beberapa
variabel. Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut
dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari. Sedangkan, analisis dilakukan melalui
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode statistik yang relevan untuk
menguji hipotesis.

Analisis digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang


diajukan. Dalam melakukan analisis data diperlukan data yang akurat yang nantinya
akan digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis. Data yang akan
dianalisis merupakan data hasil pendekatan survey lapangan. Untuk menganalisis
data deskriptif dari masing-masing variabel dengan menggunakan skor ideal
sedangkan untuk analisis asosiatif menggunakan metode uji asumsi klasik, analisis
korelasi, analisis regresi linier sederhana dan Koefisien Determinasi (Kd).

Peneliti menggunakan metode asosiatif untuk melihat hubungan kausal


(sebab-akibat) antara variabel bebas (penyebab munculnya variabel terikat) dengan
variabel terikat (menjadi akibat karena adanya variabel bebas). Analisis ini digunakan
untuk membahas data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka. Dalam penelitian
ini, analisis asosiatif digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan Just In Time
terhadap efisiensi biaya produksi dan pengaruh penerapan Just In Time terhadap
efektivitas produksi.

Tabel tersebut menunjukkan cara mengidentifikasi jenis analsiis


bivariate dengan menentukan skala pengukuran variabel
1. Masalah skala pengukuran numerik dengan kategorik
a. Spearman rho
Menurut (Berg and Latin, 2008) Spearman r (sering dikenal juga dengan
rho) adalah non parametric version dari pearson r. biasanya digunakan untuk
menguji data yang ordinjal level atau masalah- masalah dengan small data
sets. Sedangkan menurut (Osborn, 2006) ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan Spearman rho seperti berikut ini:
1. Spearman rho rank digunakan sebagai uji altenatif dari pearson r
correlation.
2. Spearman rho ini digunakna ketika minimal satu dari dua variable
bersakala ordinal.
3. Correlation coefficient yang ditunjukkan oleh Spearman rho yang
dihasilkan dari rangking observasi, bukan berdasarkan nilai actual dari
observasi.
4. Kalkulasi Spearman rho dnegan merangking observasi setiap variable dari
yang terendah sampai tertinggi
5. Rumus (Rao and Murthy, 2007):
6 Σ D2
r rank =1−
[ n ( n 2−1 ) ]
Keterangan:
Σ D 2=∑ of the squared differences∈rank
n = number of pairs of observation
2. Masalah skala pengukuran numerik dengan numerik
Seringkali dalam suatu penelitian kita ingin mengetahui hubungan antara
dua variable yang berjenis numerik, misalnya hubungan berat badan dengan
tekanan darah, hubungan umur dengan kadar Hb, dsb. Hubungan antara dua
variable numerik dapat dihasilkan dua jenis, yaitu derajat/ keeratan
hubungan digunakan korelasi. Sedangkan bila ingin mengetahui bentuk
hubungan antara dua variable digunakan analisis regresi linier (Hastono,
2006).
a. Uji Korelasi Pearson
Korelasi di samping dapat untuk mengetahui derajat/keeratan
hubungan, korelasi dapat juga untuk mengetahui arah hubungan dua
variabel numerik. Misalnya, apakah huubungan berat badan dan tekanan
darah mempunyai derajat yang kuat atau lemah, dan juga apakah kedua
variabel tersebut berpola positif atau negatif. Secara sederhana atau secara
visual hubungan dua variabel dapat dilihat dari diagram tebar/pencar

( Scatter Plot ). Diagram tebar adalah grafik yang menunjukkan titik-titik


perpotongan nilai data dari dua variabel (X dan Y). Pada umumnya dalam
grafik, variabel independen (X) diletakkan pada garis horizontal
sedangkan variabel dependen (Y) pada garis vertikal. Dari diagram tebar
dapat diperoleh informasi tentang pola hubungan antara dua variabel X
dan Y. selain memberi informasi pola hubungan dari kedua variabel
diagram tebar

Koefisien korelasi (r) dapat diperoleh dari formula berikut:


N ( Σ XY )−(Σ X Σ Y )
r= 2 2
√ [ N Σ X −( Σ X ) ] ¿ ¿ ¿
Nilai korelasi (r) berkisar 0 s.d. 1 atau bila dengan disertai arahnya
nilainya antara –1 s.d. +1. r = 0 tidak ada hubungan linier r = -1 hubungan
linier negatif sempurna r = +1 hubungan linier positif sempurna Hubungan
dua variabel dapat berpola positif maupun negatif. Hubungan positif terjadi
bila kenaikan satu diikuti kenaikan variabel yang lain, misalnya semakin
bertambah berat badannya (semakin gemuk) semakin tinggi tekanan
darahnya. Sedangkan hubungan negatif dapat terjadi bila kenaikan satu
variabel diikuti penurunan variabel yang lain, misalnya semakin bertambah
umur (semakin tua) semakin rendah kadar Hb-nya.
Menurut Colton, kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif
dapat dibagi dalam 4 area, yaitu:
r = 0,00 – 0,25 > tidak ada hubungan/hubungan lemah
r = 0,26 – 0,50 > hubungan sedang
r = 0,51 – 0,75 > hubungan kuat
r = 0,76 – 1,00 > hubungan sangat kuat/sempurna
Koefisien korelasi yang telah dihasilkan merupakan langkah pertama
untuk menjelaskan derajat hubungan derajat hubungan linier anatara dua
variabel. Selanjutnya perlu dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah
hubungan antara dua variabelteradi secara signifikan atau hanya karena
faktor kebetulan dari random sample ( by chance ). Uji hipotesis dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama: membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel, kedua: menggunakan pengujian dengan pendekatan
distribusi t. Pada modul ini kita gunakan pendekatan distribusi t, dengan
formula:
n−2
t=r
√1−r 2
df = n – 2
n = jumlah sampel

Beberapa syarat dalam melakukan pemilihan uji korelasi yaitu sebagai


berikut:
1. Uji korelasi wajib digunakan jika variable independen berskala
numeric dan variable dependen berskala numeric
2. Jika sebaran data berdistribusi normal dan syarat linearitas
terpenuhi maka jenis uji yang digunakan adalah statistic parametric
yaitu uji korelasi pearson
3. Jika sebaran data tidak berdistribusi normal maka lakukan
transformasi
4. Jika hasil transformasi tidak normal maka gunakan statistic non
parametric yaitu uji korelasi Spearman (Ismail, 2018).
5. Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat
digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antar dua atau lebih variabel.
Tujuan analisis regresi adalah untuk membuat perkiraan (prediksi) nilai
suatu variabel (variabel dependen) melalui variabel yang lain (variabel
independen). Sebagai contoh kita ingin menghuubungkan dua variabel
numerik berat badan dan tekanan darah. Dalam kasus ini berarti berat badan
sebagai variabel independen dan tekanan darah sebagai variabel dependen,
sehingga dengan regresi kita dapat memperkirakan besarnya nilai tekanan
darah bila diketahui data berat badan. Untuk melakukan prediksi digunakan
persamaan garis yang dapat diperoleh dengan berbagai cara/metode. Salah
satu cara yang sering digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil ( least square ). Metode least square merupakan
suatu metode pembuatan garis regresi dengan cara meminimalkan jumlah
kuadrat jarak antara nilai Y yang teramati dan Y yang diramalkan oleh garis
regresi itu. Secara matematis persamaan garis sbb:
Y =a+bx
Ketika berhadapan pada kondisis ilmu sosial, hubungan antar variabel
ada kemungkinan kesalahan/penyimpangan (tidak eksak), aretinya untuk
beberapa nilai X yang sama kemungkinan diperoleh nilai Y yang berbeda.
Misalnya hubungan berat badan dengan tekanan darah, tidak setiap orang
yang berat badannya sama memiliki tekanan darah yang sama. Oleh karena
hubungan X dan Y pada ilmu sosial/kesehatan masyarakat tidaklah eksak,
maka persamaan garis yang dibentuk menjadi:
Y =a+bx+e
Y = Variabel Dependen
X = Variabel Independen
a = Intercept , perbedaan besarnya rata-rata variabel Y ketika variabel
X=0
b = Slope , perkiraan besarnya perubahan nialia variabel Y bila nilai
variabel X berubah satu unit pengukuran
e = nilai kesalahan (error) yaitu selisih antara niali Y individual yang
teramati
Koefisien Determinasi (R2) Ukuran yang penting dan sering
digunakan dalam analisisregresi adalah koefisien determinasi atau
disimbolkan R2 ( R Square ). Koefisien determinasi dapat dihitung dengan
mengkuadratkan nilai r, atau dengan formula R2=r2. Koeifisien determinasi
berguna untuk mengetahui seberapa besar variasi variabel dependen (Y)
dapat dijelaskan oleh variabel independen (X). atau dengan kata lain R2
menunjukkan seberapa jauh variabel independen dapat memprediksi
variabel dependen.Semakin besar nilai R square semakin baik/semakin tepat
variabel independen memprediksi variabel dependen. Besarnya nialai R
square antara 0 s.d. 1 atau antara 0% s.d. 100% (Hastono, 2006).
1. Masalah skala pengukuran kategorik dan kategorik
a. Chi Square
Menurut Swarjana (2016: 107) mengatakan bahwa salah satu
statistic test yang sangat dikenal adalah Chi square yang memang
sering digunakan untuk menguji hipotesis. Berikut ini adalah
penjelasan tentang Chi square test, yaitu:
1. Chi square termasuk uji nonparametric
2. Uji ini digunakan untuk menguji dua variable (independent
dan dependent variables) yang keduanya berkategori
nominal
3. Nilai expected tidak boleh kuranf dari 5 dimana maksimal
20% expected frequencies <5 (Weiss and Weiss, 2008).
4. Bila nilai expected diatas tidak terpenuhi (20% expected
frequencies <5), maka chi square harus diganti dengan uji
alternatifnya yaitu Fisher’s exact test.
Berikut ini adalah rumus Chi square ( Blair and Taylor, 2008)
2
( f o−f e )
2
X =Σ [ fe ]
Keterangan:
f o=Observed frequency
f e =Expected frequency

Atau dapat juga digunakan rumus sebagai berikut (Daniel, 2010):


( Oi−Ei )2
X 2 =Σ [ Ei ]
Keterangan:
O=Observed frequency
E=Expected frequency
Atau dapat menggunakan rumus berikut ini:
n ( ad−bc )2
X2=
(a+b)(c+ d)( a+c)( b+d )

Keterangan:
a= exposure positif dan effect positif
b= exposure positif dan effect negative
c= exposure negative dan effect positif
d= exposure negative dan effect negative
n= total sampel
Tabel silang 2x2
b. Fisher Exact Test
Selanjutnya yang sering digunakan dalam penelitian adalah uji
hipotesis menggunakan Fisher’s exact test dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Fisher’s exact test merupakan nonparametric test, dan termasuk uji
alternative dari uji chi square (bila chi square tidak memenuhi
syarat, misalnya karena expected value < 5 ). Variable yang diteliti
terdiri dari independent variable9skala nominal) dan dependent
variable juga berskala nominal. Menurut (Arias, 200) Fisher’s
exact test digunakan untuk menguji data penelitian yang
menggunakan two-by-two table, juga untuk penelitian dengan
subyek sedikit. Lebih jauh (Daniel, 2010) menyebutkan bahwa
sebaiknya dihindari menggunak chi square bila n< 20 atau bila n =
20-40 tetapi nilai expected ada y7ang kurang dari 5. Maka kondisi
demikian Fisher’s exact test adalah pilihan alternatifnya.
2. Sedangkan menurut (Polit and Beck, 2003) Fisher’s exact test
dapat digunakan bila jumlah sample (n) ≤ 30, atau frekuensi satu
cell adalah 0.
3. Rumus dari fisher’s exact test adalah sebagai berikut (Arias, 200):
( a+ c ) ! ( b+ d ) ! ( c+ d ) ! ( a+ b ) !
p=
N !a!b!c !d!
Atau dapat juga menggunakan rumus Fisher’s exact test adalah
seperti berikut ini (Boonshuyar, 2007):
R1 ! R 2 ! C 1 ! C 2 !
p=
n!a!b!c !d!

Keterangan:
R1= Total row 1
R2= Total row 2
C1= Total column 1
C2= Total coplumn 2
N= total n
!= factorial, misalnya 4!= 4 x 3x 2 x 1 = 24
a= exposure positif dan effect positif
b= exposure positif dan effect negative
c= exposure negative dan effect positif
d= exposure negative dan effect negative
ETIKA PENELITIAN
Etik berasal dari bahasa Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek
etimologis memiliki makna kebiasaan atau peraturan perilaku yang berlaku di
masyarakat. Etik dapat diartikan nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah-
lakunya. Etik penelitian adalah prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam
penelitian.
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-santun
yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di masyarakat,
norma hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran, dan norma
moral yang meliputi itikad dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian.
Etika penelitian membantu untuk merumuskan pedoman etis yang lebih
adekuat dan norma- norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan
dinamis dalam kehidupan masyarakat. Etika penelitian menunjuk pada prinsip-
prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian. Dalam melaksanakan
seluruh kegiatan penelitian, peneliti harus memegang teguh sikap ilmiah
(scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian.
Penelitian yang harus meminta persetujuan etik atau ethical clearance
(EC) adalah sebagai berikut:
a. penelitian terapeutik: penelitian pada orang sakit dengan tujuan
untuk penyembuhan penyakitnya baik dengan obat maupun cara
lain seperti pembedahan dan penyinaran
b. penelitian nonterapeutik: penelitian pada manusia yang tidak
menyangkut pengobatan penyakit secara langsung, tujuan
penelitian ini hanya untuk mendapatkan data tentang segala
sesuatu mengenai penyakit
c. penelitian dengan masalah khusus atau dependent person dan
wanita hamil
d. penelitian yang mengikut sertakan manusia sebagai subjek
penelitian, dan
e. penelitian yang menggunakan hewan percobaan (bukan
penelitian kesehatan hewan) meliputi aspek
f. farmasetika, alat kesehatan, radiasi dan pemotretan, prosedur
bedah, biologik, epidemiologik, rekam medis, social, dan
psikososial.
Masalah dalam penelitian keperawatan yang berhubungan dengan prinsip
etik diantaranya:
1. Autonomy Konsep otonomi didasari oleh penilaian kebenaran
manusia untuk memilih apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Perawat menghargai dan menghormati keputusan pasien, serta
melindungi pasien yang tidak bisa memberikan keputusan bagi
dirinya sendiri. Namun perawat harus tahu siapa saja yang bisa
atau kompeten dalam mengambil keputusan. Dalam penelitian
keperawatan, subjek atau partisipan berhak untuk memilih
apakah dia setuju atau tidak untuk terlibat dalam penelitian.
(Allmark, Boote, Chambers, Clarke, Mcdonnell, Thompson, &
Tod, 2009; Bowrey & Thompson, 2014; DeLaune & Ladner,
2011; Fouka & Mantzorou, 2011; Park, 2009; Twomey, 2010).
2. Justice Prinsip justice berdasarkan pada konsep keadilan
(fairness). Sebagai hasil bahwa pemberian pelayanan ini sama
dan seimbang, baik manfaat maupun kerugian. (DeLaune &
Ladner, 2011). Dalam penelitian, setiap partisipan memiliki hak
untuk mendapatkan perlakuan yang sama dari peneliti. Menurut
Belmont (1979) dalam Greaney, Sheehy, Heffernan, Murphy,
Mhaolrúnaigh, Heffernan dan Brown (2012), peneliti diminta
untuk mempertimbangkan siapa yang menerima manfaat dan
siapa yang menanggung beban kerugian dari penelitian.
Hal ini menjadi sangat penting untuk mempertahankan
kebutuhan untuk memasukkan dan mengecualikan kelompok
tertentu dalam studi penelitian. Persyaratan penting berkaitan
dengan menghormati orang juga terkait erat dengan prinsip
keadilan. Dalam konteks etika penelitian, tuntutan prinsip ini bagi
mereka yang tidak mampu untuk melindungi kepentingan mereka
sendiri tidak dimanfaatkan untuk memajukan pengetahuan baru
atau dimanfatkan oleh peneliti.
3. Beneficence dan nonmaleficence Beneficence, bahwa perawat
harus memberikan yang terbaik pada pasien dan tidak merugikan
pasien (prinsip nonmaleficence). Ketika seorang peneliti
mencoba untuk mengambil informasi partisipan secara terperinci,
rasa tidak menyenangkan pada partisipan dapat terjadi. Dalam
penelitian perlu memperhatikan semua kemungkinan konsekuensi
penelitian dalam keseimbangan keuntungan dan kerugian bagi
partisipan. (Allmark et al., 2009; Bowrey & Thompson, 2014;
DeLaune & Ladner, 2011; Fouka & Mantzorou, 2011; Greaney et
al., 2012).
4. Privacy, Anonymity, dan Confidentiality Persyaratan untuk
melindungi privasi partisipan juga merupakan komponen yang
tidak terpisahkan dari cara menghargai partisipan dalam proses
etika penelitian. Isu kerahasian identitas partisipan berhubungan
erat dengan nilai memberikan yang terbaik, perhatian terhadap
martabat dan ketaatan.
Kerahasiaan dan privasi pasien menjadi aspek penting dalam
penelitian keperawatan. Namun, dengan hubungan yang efektif
antara partisipan dengan perawat yang dibangun dengan saling
percaya berfungsi sebagai dasar menjaga keamanan dan
kerahasiaan informasi. Kerahasiaan dan tidak mencantumkan
identitas partisipan menjadi perhatian selama penelitian
berlangsung. (Allmark et al., 2009; Bowrey & Thompson, 2014;
Cronquist & Spector, 2011; Fouka & Mantzorou, 2011; Greaney
et al., 2012; McGowan, 2012; Park, 2009; Twomey, 2010).

Secara filosofis etika dalam penelitian adalah suatu upaya untuk


memahami mengapa dan untuk apa, para profesional khususnya tenaga
kesehatan/kedokteran melakukan penelitian. Setidak-tidaknya para
profesional dalam penelitiannya mengetahui, bagaimana proses penelitian itu
berjalan dan apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya.

REFERENSI
KNEPK. (2011). Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan 2011. Litbang
Kementrian Kesehatan, 1–134. http://www.ke.litbang.kemkes.go.id/kom14/wp-
content/uploads/2017/12/Pedoman-Nasional-Etik-Penelitian-Kesehatan-2011-
Unedited-Version.pdf

Surahman, dkk. 2016. Metodologi Penelitian. Jakarta Selatan. Pusdik SDM


Kesehatan.
Surahman, M.Kes, Mochamad Rachmat, S.K.M., M.Kes. drs Sudibyo Supardi, PhD,
A. (2016). Metologi penelitian.
Prasitnok, K., Bulacu, M., Shen, Z., Ye, H., Zhou, C., Kröger, M., Li, Y. Y., Fonner,
E., Drph, J., Acid, P., Grunewald, F., Rossi, G., De Vries, A. H., Marrink, S. J.,
Monticelli, L., Jiang, J. W., Wang, J. S., Li, B., Mukherjee, A. K., … Cho, K.
(2017). No Analisis struktur kovarian pada indeks yang berhubungan dengan
kesehatan pada lansia di rumah dengan fokus pada kesehatan subjektifTitle.
Journal of Physical Chemistry B, 8(1), 28–48. https://doi.org/10.1016/S0009-
2614(00)00764-8

Nurfadillah. (2013). Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan


Motivasi Kerja Perawat di Ruang Perawatan RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa.
NURWULAN, D. (2017). Prodi d-iv jurusan gizi politeknik kesehatan kementerian
kesehatan yogyakarta tahun 2017 1. 1–11.

Kepemimpinan, K., & Manajemen, D. A. N. (2012). TESIS Oleh : ETLIDAWATI


PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN. Hubungan Strategi
Supervisi Kepala Ruang Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan
Pendokumentasi Asuhan Keperawatan.

Dahlan, Sopiyudin. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan edisi 6.


Jakarta: Salemba Medika.
Harnani, Yessi. 2015. Statistik Dasar Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish
Hastono, S. P. 2007. Analisis Data Kesehatan. FKMUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai