Anda di halaman 1dari 14

TERAPI KOMPLEMENTER PADA HIV/AIDS DAN

LONG TERM CARE

Disusun Oleh:
Kelompok 3A
1. Susi Juniati Rajagukguk (032017021)
2. Junita Lumbantobing (032017052)
3. Feronika Magdalena Sitohang (032017057)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES SANTA ELISABETH
MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah kami ini dengan judul
“Terapi Komplementer pada HIV/AIDS and long term care”. Dalam pembelajaran kali
ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami bagaimana menginterpretasikan terapi
komplementer pada HIV/AIDS and long term care.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai terapi komplementer pada HIV/AIDS and
long term care. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun bagi pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Medan, 04 April 2019


Kelompok 3a

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………....i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................1
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum……………………………………………………2
1.2.2 Tujuan Khusus…………………………………………………...2
1.3 RUMUSAN MASALAH ..……………………………………………..2

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Terapi Komplementer...............................................................................3
2.1.2 Definisi..............................................................................................3
2.1.3 Klasifikasi..........................................................................................3
2.1.4 Peran perawat....................................................................................4
2.2 Long Term Care........................................................................................6
2.2.1 Definisi..............................................................................................6
2.2.2 Ruang lingkup...................................................................................6
2.2.3 Perawatan Long Term Care Pada Penderita HIV/AIDS.................7

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………….........……………………………….….9

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada beberapa tahun terakhir telah tercatat kemajuan dari pelaksanaan
program pengendalian HIV di Indonesia. Berbagai layanan HIV telah berkembang
dan jumlah orang yang memanfaatkannya juga telah bertambah dengan pesat.
Walaupun data laporan kasus HIV dan AIDS yang dikumpulkan dari daerah memiliki
keterbatasan, namun bisa disimpulkan bahwa peningkatan yang bermakna dalam
jumlah kasus HIV yang ditemukan dari tahun 2009 sampai dengan 2012 berkaitan
dengan peningkatan jumlah layanan konseling dan tes HIV (KTHIV) pada periode
yang sama. Namun demikian kemajuan yang terjadi belum merata di semua provinsi
baik dari segi efektifitas maupun kualitas. Jangkauan dan kepatuhan masih
merupakan tantangan besar terutama di daerah yang jauh dan tidak mudah dicapai.
Pada tahun 2014 dilaporkan 32.711 kasus HIV baru, sehingga sampai dengan
Desember 2014 secara kumulatif telah teridentifikasi 160.138 orang yang terinfeksi
HIV, meskipun sudah banyak yang meninggal. Jumlah layanan yang ada hingga
tahun 2014 meliputi 1.583 layanan KTHIV, 465 layanan perawatan, dukungan dan
pengobatan (PDP) yang aktif melaksanakan pengobatan ARV, 90 layanan PTRM,
1.290 layanan IMS dan 214 layanan PPIA.
Dari hasil modeling prevalensi HIV secara nasional sebesar 0,4% (2014),
tetapi untuk Tanah Papua 2,3% (STBP Tanah Papua 2013). Perkiraan prevalensi HIV
di provinsi-provinsi di Indonesia cukup bervariasi, berkisar antara kurang dari 0,1%
sampai 4% (lihat Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat risiko infeksi HIV
maupun beban terkait HIV ini berbeda di antara provinsi-provinsi di Indonesia.
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya
tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi
alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan

4
berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk
berperan memberikan terapi komplementer.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu menginterpretasikan terapi komplementer
pada HIV/AIDS dan long term care.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui bagaimana menginterpretasikan terapi
komlementer pada HIV/AIDS.
2) Mengetahui bagaimana peran perawat dalam
menginterpretasikan terapi komplementer pada HIV/AIDS dan
long term care.
3) Mengetahui bagaimana menginterpretasikan long term care.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari terapi komlementer?
2. Apa klasifikasi terapi komplementer?
3. Apa peran perawat dalam terapi komplementer?
4. Apa definisi itu long term care?
5. Apa ruang lingkup long term care?
6. Bagaimana perawatan long term care?

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Terapi Komplementer
2.1.1 Definisi
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke
dalam pengobatan modern (widyatuti, 2008). Terminologi ini dikenal sebagai terapi
modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan. Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran,
badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (widyatuti, 2008).
Terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang
diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari
aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut
ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern.
Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai
makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).

2.1.2 Klasifikasi
Terapi komplementer ada yang invasif dan noninvasif. Contoh terapi
komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang
menggunakan jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti terapi
energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi
nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan
modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan terapi lainnya (widyatuti,
2008).
National Center for Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM)
membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori.

6
1. Kategori pertama, mind-body therapy yaitu memberikan intervensi dengan
berbagai teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi
gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan (imagery), yoga,
terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan terapi
seni.
2. Kategori kedua, alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan
kesehatan yang mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda
dari Barat misalnya pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan
asli Amerika, cundarismo, homeopathy, naturopathy.
3. Kategori ketiga dari klasifikasi NCCAM adalah terapi biologis, yaitu
natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal, makanan).
4. Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini
didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan
kiropraksi, macam-macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta
hidroterapi.
5. Kategori kelima adalah terapi energi yaitu terapi yang fokusnya berasal
dari energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan energi dari luar
tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi
gong, magnet. Klasifikasi kategori kelima ini biasanya dijadikan satu
kategori berupa kombinasi antara biofield dan bioelektromagnetik
(widyatuti, 2008).

2.1.3 Peran Perawat


Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi
pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat
dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan
informasi ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai pendidik kesehatan,
perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti
yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum

7
pendidikan. Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai
penelitian yang dikembangkan dari hasil-hasil evidence-based practice.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam
praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer
(widyatuti, 2008). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran
koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat
mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer
terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi permintaan
kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan
alternatif.

2.1.4 Terapi Komplementer Pada HIV/AIDS


1. Akupresur
Tiga komponen aku presur, antara lain:
1) Qi sie yang dapat diartikan energi vital dan darah, yaitu sari materi
kehidupan yang dibentuk oleh orang tua ketika menciptakan janin
(kehidupan baru).
2) Meridian merupakan sebuah sistem jaringan sirkulasi energi vital
yang berfungsi menghubungkan bagian, orang, dan jaringan tubuh
satu dengan yang lainnya sehingga menjadi sebuah kesatuan sistem
sirkulasi energi vital.
3) Titik pijat merupakan tempat berakumulasinya energi vital baik
disamping meridian maupun diluarnya.
2. Olah napas dan meditasi prana
Latihan-latihan internal adalah medium yang menyalurkan energi dari
atmosfer kedalam tubuh agar merangsang kemampuan alamiah tubuh,
untuk mengisi kembali energi yang telah banyak dikuras oleh kehidupan
sehari-hari.
3. Melatih pembangkitan energi melalui telapak tangan

8
Dalam melakukan meditasi dengan menggunakan imajinasi yang terdapat
akan memerankan hal penting dalam berpikir dan berkehendak. Dalam
beberapa hal imajinasi dipergunakan untuk mempersatukan pikiran dengan
tubuh (jiwa dan raga) hingga berfungsi sebagai suatu kesatuan.
Dengan mempergunakan imajinasi, kita dapat mulai menjajaki batin dan
jasad melalui pelatihan.
4. Senam pernapasan anugrah agung
Pelatihan senam pernapasan dilakukan untuk mengoptikkan kerja organ-
organ penting, seperti otak, saraf, jantung, paru-paru, hati, ginjal, dan
sebagainya dengan bekerja secara optimal.
5. terapi Spyritual Emotional Freedom Tehnique (SEFT) terhadap penurunan
tingkat insomnia pada penderita HIV/AIDS

2.2 Long Term Care


2.2.1 Definisi
Long Term Care adalah suatu sistem dari kegiatan-kegiatan terpadu yang
dilakukan oleh tenaga profesional dan atau tenaga informal (keluarga, tetangga,
pengasuh, relawan, atau kader-kader lainnya) bagi seseorang yang tidak mampu atau
kurang mampu dalam merawat diri sendiri dalam rangka menjaga kualitas hidupnya
setinggi mungkin.
Sasaran dari long term care adalah para lanjut usia yang resiko tinggi yaitu
lanjut usia berumur 60 tahun, yang mempunyai disabilitas fisik atau mental dan
kognitif dan sosial.

2.2.2 Ruang Lingkup


Perawatan terbagi menjadi tempat perawatan berbasis keluarga, masyarakat,
puskesmas, dan rumah sakit

9
1. Keluarga: Anggota keluarga perlu peduli dan bekerja sama dengan relawan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gizi, tata cara perawatan
di rumah, dan pemulasaran jenazah
2. Masyarakat: Dukungan social dari tetangga dan komunitas social
3. Puskesmas: Mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan pengobatan
sederhana
4. Rumah sakit: Mendapatkan pelayanan rawat inap untuk perawatan infeksi
oportunistik (infeksi penyerta), pelayanan preventingn mother to child
transmission (PMTCT), dan pengobatan.

2.2.3 Perawatan Long Term Care Pada Penderita HIV/AIDS


Program ini dimulai sejak seseorang didiagnosis HIV dan setuju untuk
didampingi oleh relawan atau petugas lapangan (manager kasus) yang baisanya
berasal dari lembaga swadaya masyarakat (LSM). Kegiatan ini meliputi:
1. Dukungan psikologis, spiritual, hokum dan HAM, serta dukungan sosio-
ekonomi
1) Psikologis: Upaya manager kasus untuk mendampingi dan memberi
dukungan moral untuk meningkatkan rasa percaya diri klien serta
pendampingan untuk mendapatkan akses perawatan dan pengobatan di
rumah sakit
2) Spiritual: Manager kasus bekerja sama dengan tokoh agama untuk
memberi nasihat dan dukungan melalui forum regular
3) Hokum dan HAM: Upaya untuk mengurangi diskriminasi dan stigma
negative dari keluarga dan masyarakat sekitar, menjaga kerahasiaan status
klien dari keluarga dan masyarakat selama klien belum sanggup untuk
membuka diri, serta mendampingi klien untuk pembelaan terhadap kasus
hokum dan pelanggaran HAM.
4) Sosio-ekonomi: Upaya untuk mendapatkan dukungan dari swasta dan
pemerintah mengenai bantuan usaha ekonomi untuk peningkatan
pendapatan klien, kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan

10
pemberdayaan klien, dukungan finansial dari sumber yang memungkinkan
terutama untuk biaya pengobatan dan usaha ekonomi, usaha pencarian
solusi untuk anak ODHA yang yatim piatu.

Dukungan pada penderita AIDS:


1) Mula-mula penderita membutuhkan kepercayaan, kasih sayang dan dukungan
2) Mereka sangat membutuhkan informasi tentang masalah yang akan mereka
hadapi dan cara untuk mengatasinya
3) Memegang penderita AIDS adalah penentraman hati yang penting dan tidak
membahayakan
4) Komunikasi yang teratur, terutama secara personal (menjenguk atau
menelpon), adalah penting. Buatlah janji dahulu sebelum menjenguk karena
AIDS menyebabkan kelelahan dan penjenguk tidak selalu diharapkan
5) Komunikasi yang terbuka dan jujur adalah penting. Berbicara terbuka dan
jujur akan membantu penderita AIDS terbuka dengan anda. Bicarakan tentang
penyakitnya bila hal ini yang diinginkan. Banyak orang menyesali
penyakitnya dan merasa lebih baik bila ada seseorang yang dapat berbagi rasa
6) Pergilah ke luar bersama dan mengunjungi orang lain
7) Tawarkan bantuan pada suatu hal yang mungkin menyulitkan penderita
8) Bila anda berada di tempat lain, pertahankan hubungan dengan menulis surat
atau menelpon.
Merawat penderita AIDS:
1) Perawatan di rumah sakit: Penderita AIDS yang sakit berat paling baik
dirawat oleh perawat yang telah berpengalaman. Pengobatan di rumah sakit
ditunjukkan pada penyakit yang timbul akibat AIDS. Belum pernah
ditemukan penderita AIDS dapat sembuh. Merawat penderita AIDS adalah
aman. Kadang-kadang penjenguk terlalu melelahkan penderita, tetapi dilain
waktu, penjenguk memberi dukungan dan penenteraman hati.tanyakan pada
perawat kapan waktu terbaik untuk menjenguk

11
2) Perawatan di rumah: orang yang merawat penderita AIDS perlu hatihati dan
suportif. Orang yang merawat penderita AIDS membutuhkan tindakan
sederhana untuk memotong resiko infeksi. Merawat penderita AIDS bukan
aktivitas beresiko tinggi, hidup normal serumah tidak beresiko.

Pencegahan di rumah:
1) Gunakan selalu sarung tangan untuk tugas-tugas di rumah bila diperlukan.
Cuci tangan setelah setiap tugas, walaupun sudah menggunakan sarung tangan
2) Cucilah sarung tangan dalam air dan detergen yang cukup panas
3) Gunakan kain pembersih lantai untuk dapur dan kamar mandi yang berbeda
4) Gunakan selalu plester atau pembalut kedap air pada luka atau luka sayat.

12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan
modern. Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit
ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup
dengan menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat,
seimbang, mengandung berbagai unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh.
Intervensi komplementer ini berkembang di tingkat pencegahan primer, sekunder,
tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun kelompok misalnya untuk
strategi stimulasi imajinatif dan kreatif. Long Term Care adalah suatu sistem dari
kegiatan-kegiatan terpadu yang dilakukan oleh tenaga profesional dan atau tenaga
informal (keluarga, tetangga, pengasuh, relawan, atau kader-kader lainnya) bagi
seseorang yang tidak mampu atau kurang mampu dalam merawat diri sendiri dalam
rangka menjaga kualitas hidupnya setinggi mungkin.

13
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi Hiv. Jakarta: Salemba
Medika
Pujiati, Eny. 2019. Pengaruh Spyritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia pada Penderita HIV/IDS
(ODHA). Jurnal Profesi Keperawatan
Widyatuti. 2008. Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 12, No. 1

14

Anda mungkin juga menyukai