Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN KOMUNITAS

TERAPI TRADISIONAL/KOMPLEMENTER DI
KOMUNITAS

OLEH

KELOMPOK 1

Cok Istri Novia Trisna Angga Dewi (183222903)

Devira Pradnya Pratisista (183222904)

Dewa Ayu Lilik Saraswati (183222905)

Febi Pramita Lestari (183222906)

Geg Fitrina Dwi Sariasih (183222907)

Gusti Ayu Indah Puspa Ranni (183222908)

I Dewa Ayu Agung Yuli Umardewi (183222909)

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Maha Esa ,karena berkat


rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas atau
makalah ini dengan baik sehingga makalah yang berjudul ”Terapi
tradisional/Komplementer di Komunitas” dapat selesai tepat pada waktunya.
Kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna,
kami merasa berbahagia bila ada pembaca yang ingin memberikan saran dan
masukan bagi perbaikan tulisan ini. Semoga tulisan ini memberikan manfaat yang
baik guna kemajuan ilmu pengetahuan terutama dalam study Terapi
Komplementer, baik bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa menjadikan makalah ini berguna bagi
kita semua amin

Denpasar , 30 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii


DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3Tujuan Penulisan.................................................................................................2
1.4Manfaat Penulisan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Terapi Komplementer.......................................................................4
2.2 Tujuan Terapi Komplementer ............................................................................5
2.3 Jenis-jenis Terapi Komplementer ......................................................................6
2.4 Tekhnik Terapi Komplementer..........................................................................8
2.5 Persyaratan Terapi Komplementer....................................................................9
2.6 Penerapan Terapi Komplementer di Komunitas (Lansia)..................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ........................................................................................................18
3.2 Saran ................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit dan kesehatan sebagai bagian dari kehidupan manusia
yang dikaji dalam Antropologi kesehatan bermula darisejak berakhirnya
PDII, ahli-ahli antropologi biologi dan Antropologi sosial budaya mualai
meningkatkan perhatian mereka pada studi lintas budaya mengenai
masalah kesehatan juga pda faktor bioekologi dan sosiokultural yang
berpengaruh terhadap kesehatan dan timbulnya penyakit. Selain itu
terdapat nayak faktor-faktor budaya yang yang sangat berpengaruh pada
dunia kesehatan seperti perbedaan persepsi sakit dan sehat, perlakuan
kepada pasien, cara pengobatan, persepsi mengenai penyebab sakit,
bahakan mengenai cara seseorang memandang penyakit sangat dtentukan
oleh kebudayaanya.
Terapi di keperawatan adalah konsep diri sebagai penyembuh harus
dipahami dan dialami oleh setiap perawat untuk akan pengetahuan dan
terampil dalam pengiriman,arahan,atau konseling, pasien dalam
penggunaan berbagai terapi. Hal ini mencakup pemahaman kesehatan.
Perkembangan terapi komplementer akhir - akhir ini menjadi
sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi
bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara
lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta
orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain
menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer
di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997
(Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas
lebih lanjut mengenai terapi tradisional/komplementer dikomunitas.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan
masalah

1
1. Apakah pengertian terapi komplementer ?
2. Bagaimanakah tujuan terapi komplementer ?
3. Apa sajakah jenis – jenis terapi komplementer ?
4. Bagaimanakah tekhnik terapi komplementer ?
5. Apa sajakah persyaratan terapi komplemeter ?
6. Bagaimanakah penerapan terapi komplementer pada keperawatan
komunitas (lansia) ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui terapi komplementer/tradisional dalam
keperawatan komunitas

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penulisan makalah ini yaitu,
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian terapi komplementer
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan terapi komplementer
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis terapi
komplementer
4. Mahasiswa dapat mengetahui tekhnik terapi komplementer
5. Mahasiswa dapat mengetahui persyaratan terapi komplemeter
6. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan terapi komplementer
pada keperawatan komunitas (lansia)

1.4. Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa dapat memahami pengertian terapi komplementer
2. Mahasiswa dapat memahami tujuan terapi komplementer
3. Mahasiswa dapat memahami jenis – jenis terapi komplementer
4. Mahasiswa dapat memahami tekhnik terapi komplementer
5. Mahasiswa dapat memahami persyaratan terapi komplemeter
6. Mahasiswa dapat memahami penerapan terapi komplementer pada
keperawatan komunitas (lansia)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Terapi Komplementer


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi
merupakan usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit,
pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersisat
melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya,
bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan

3
yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu negara.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan
medis yang konvensional. (Andriana, dana, 2013)
Terapi komplementer atau terapi modalitas diakui sebagai upaya
kesehatan nasional oleh National Center for Complementary/Alternative
Medicine (NCCAM) di Amerika. Penggunaan istilah komplementer
disebabkan karena pemakaian bersama terapi lain, bukan sebagai
pengganti dan pengobatan biomedis. Terapi komplementer juga
digunakan dalam praktek keperawatan professional sebagai terapi
alternative di beberapa klinik perawatan, misalnya latihan relaksas otot
progresif pada penanganan klien dengan epilepsy yang menyertai
penggunaan obat antiepilepsi. Studi menunjukkan bahwa penggunaan
relaksasi otot progresif dapat meningkatkan control kejang (Whitman
dkk., 1990). Namun demikian, terapi komplementer dapat digunakan
mandiri atau tidak berhubungan dengan terapi biomedis karena
diposisikan sebagai upaya promosi kesehatan, misalnya klien dipijat
secara rutin untuk mencegah munculnya stress.
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi
nonbiomedis. Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi
mengungkapkan bahwa proses interaktif pada manusia dengan tubuh,
pikiran, dan interaksi social memengaruhi kesejahteraan seseorang.
NCCAM menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar
didasarkan sebagai kategori terapi pikiran-tubuh (mind-body terapies).
Sementara terapi biomedis lebih banyak memengaruhi seluruh tubuh dan
berfokus pada dampak terapi terhadap pengobatan atau penanganan
masalah fisik. Sebagai contoh, pada terapi biomedis, evaluasi efek obat
antihipertensi hanya ditentukan melalui tekanan darah dan tidak
memperhatikan bagaimana obat memengaruhi alam rohani dan
psikologis.
NCCAM mendefinisikan terapi komplementer adalah suatu
penyembuhan yang mencakup system kesehatan, modalitas, praktik dan

4
teori, serta keyakinan dari masyarakat atau budaya dalam periode sejarah
tertentu. CAM mencakup semua praktik serta ide-ide yang dimaknai
sebagai upaya mencegah atau mengobati penyakit atau mempromosikan
kesehatan dan kesejahteraan.

2.2. Tujuan Terapi Komplementer


Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari
sistem - sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh
agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit,
karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan
memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik lengkap serta
perawatan yang tepat.
Menurut NCCAM terapi komplementer menjadi pengobatan untuk
kondisi tertentu dan merupakan bagian integral dari system pelayanan
kesehatan termasuk profesi perawat. Basis filosofis yang mendasari
penggunaan terapi komplementer berbeda dengan model biomedis
konvensional. Biomedis berusaha untuk menghilangkan dan memperbaiki
etiologi atas masalah yang mendasari serta menekankan pada pengobatan
trauma maupun situasi darurat lainnya (Well, 1995). Sementara tujuan
terapi komplementer dalam sintesis keperawatan adalah untuk mencakup
keselarasan dan keseimbangan dalam diri seseorang. Zollman dan Vickers
(1999) menyatakan tujuan dari intervensi terapeutik adalah untuk
mengembalikan keseimbangan dan memfasilitasi respon tubuh daripada
penyembuhan proses penyakit atau penghentian gejala. Oleh karena itu,
perawat memberikan perawatan yang mencakup modifikasi gaya hidup,
perubahan diet, olahraga, pengobatan khusus, konseling, latihan,
bimbingan pada pernapasan, relaksasi serta resep herbal. Konsep ini
menekankan pentingnya system perawatan yang menerapkan pendekatan
kepedulian secara holistis terhadap perawatan yang akan meningkatkan
pelayanan kesehatan.

2.3. Jenis-Jenis Terapi Komplementer


Terdapat lebih dari 1800 terapi komplementer yang diidentifikasi
berdasarkan sistem perawatan, terapi yang cukup dikenal luas dan

5
digunakan, variasi dan terapi, praktik budaya asli yang tidak dikenal, dan
mekanisme yang mendasar tindakan terapi yang tidak diketahui.
Kategori terapi komplementer menurut NCCAM adalah sebaga
berikut :
1. Terapi pkiran-tubuh (mind-body therapies)
2. Terapi berbasis biologi (biologically based therapies)
3. Terapi manipulative dan berbasis tubuh (manipulative and body
therapies)
4. Terapi energy yang termasuk dalam kategori energy hayati dan
bioelektromagnetik (energy and biofield therapies).
Tabel klasifiskasi berdasarkan National Center for Complementary/Alternative
Medicine
Jenis Contoh
Terapi pikiran - Yoga, tah chi, internal qi – gong, meditasi ,
tubuh imagery,hipnosis, biofedback, dukungan kelompok,
( mind – body) . terapi seni , terapi musik, terapi dansa , journaling ,
Pendekatan prilaku humor, psikoterapi tubuh, dan pengakuan nonlocality,
psikologi, sosial, soul retrieval, penyembuhan spiritual, holistik
dan spiritual untuk nursing, plasebo sweat lodges.
kesehatan .
Terapi sistemPengobatan tradisional cina (akupuntur, formula
pengobatan herbal, diet, exterlan dan internal qi-gong, tai chi,
alternatif ( alternatif
pijatan dan manipulasi, acupotomy), sistem adat
medical sistem ). tradisional seperti pengobatan asli penduduk
pengobatan amerika, pengobatan ayuverda, unani-tibbi,
nonmedis yangpengobatan kampo, pengobatan tradisional afrika,
melibatkan teori dan pengobatan tradisional aborigin, curanderismo,
praktik dari sistem sistem pengobatan barat yang tidak konvensional
yang komplet. (hemeopati, radiestasia,, cayce-based systems,
radionics). Naturopati.
Terapi berbasis Herbal, diet khusus (pritkin, omishatki, tinggi serat,
biologi (biological makrobiotik), pengobatan orthomolecular (gizi),
based therapies). intervensi farmakologi/biologis/ instrumental
Terapi yang bersifat (kartilago ozon, cone therapy, sengatan
alami. lebahelektrodiasnostik, iridologi
Praktik, intervensi,
dan produknya
berbasis biologis
Terapi manipulatif Pengobatan kiropraktik pijatan dan gerakan tubuh
dan berbasis tubuh atau body work (kranial-sakrum astheopatic
(manipulative and manipulative treatment. Pijatan swedia, refleksologi
body sistems) metode pilates, polaritas, gerak tubuh trager, teknik
Sistem yang alexander, teknik feldenkrais. Pijatan chinese tui Na,

6
berdasarkan pada akupresur, ralfing), serta terapi fisika
kegiatan manipulasi nonkonvensional seperti hidroterapi, distermi, terapi,
dan atau gerakan cahaya dan warna, colonic, pernafasan ;ubang hidung
anggota tubuh. secara bergantian (alternatenostrilbreathing).
Terapi energi Sentuhan terpeutik, sentuhan penyembuhan,
(energy therapies) penyembuhan natural, shen, reiki, huna, qi-gong
Sistem pengobatan external dan magnet
yang menggunakan
medan energi halus
di dalam dan sekitar
tubuh

Jenis – jenis terapi Komplementer sesuai PERMENKES No:


1109/Menkes/Per/IX/2007, antara lain:
1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) meliputi :
Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif meliputi: akupuntur,
akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, Ayurveda
3. Cara penyembuhan manual meliputi: chiropractice, healing touch,
tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi: diet
makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan meliputi: terapi ozon,
hiperbarik, EECP

2.4. Tekhnik Terapi Komplementer


Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang
telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan
ke dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini
diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi
kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara
kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang
berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul
tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada
sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara

7
2–3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1
atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk
menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan
penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal
yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektivitasnya.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya
efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak
bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing
mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik
misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren
supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi
herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara,
terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan
sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu
makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah,
fatigue (kelelahan) dan neuropati.

2.5. Persyaratan Terapi Komplementer


Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi
yang sudah memiliki kompetensi.
2. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam
bentuk sediaan farmasi.
3. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus
telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – menerus.

8
2.6. Penerapan Terapi Komplementer di Komunitas (Lansia )
2.6.1 Gangguan Persarafan pada Lansia dengan Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Smeltzer,2001). Menurut WHO (1978),
tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi.
Pada usia lanjut patogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut
sedikit berbeda dengan yang terjadi pada dewasa muda. Faktor
yang berperan pada usia lanjut terutama adalah :
1. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron
akibat proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus
vitiosus : hipertensi glomerulo-sklerosis-hipertensi yang
berlangsung terus menerus.
2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Makin
lanjutnya usia semakin sensitive terhadap peningkatan atau
penurunan kadar natrium.
3. Peningkatan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses
menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer
yang pada akhirnya akan mengakibatkan hipertensi sistolik
saja.
4. Perubahan ateromatus akibat proses menua menyebabkan
disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai
sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian
menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan
proses sclerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang
berakibat pada kenaikan tekanan darah.
Terapi Komplementer yang dapat diterapkan diantaranya,
1. Senam
Senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat
untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini

9
sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia
(45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam
meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan
teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi
kecepatan denyup jantung waktu istirahat yaitu kecepatan
denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar,
kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun
(Poweell, 2000).
Tujuan senam lansia dengan hipertensi :
a. Melebarkan pembuluh darah
b. Tahanan pembuluh darah menurun
c. Berkurangnya hormon yg memacu peningkatan tekanan
darah
d. Menurunkan lemak / kolesterol yang tinggi.
2. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
3. Khiropraktik
Terapi cara ini dlakukan melalui perbaikan pada ruas tulang
belakang, terutama pada posisi tulang atlas leher. Perbaikan
langsung terlihat pada terapi minggu pertama sampai dengan
minggu kedelapan (The Journal of Human Hypertension).
Terjadi penurunan rata-rata 17 mmHg untuk tekanan sisitolik
dan 10 mmHg untuk tekanan diastolik, yang identik dengan
hasil terapi yang dicapai dengan menggunakan dua macam obat
anthipertensi. Cara pengobatan ini dilakukan dengan

10
penekanan dan tarikan jari jemari tangan pada ruas tulang
belakang tersebut atau dengan bantuan alat yang digetarkan
oleh arus listrik. Tujuannya adalah memperbaki dan
mengembalikan posisi tulang belakang atau ligament ke posisi
normalnya. Tulang belakang sebagai pusat saraf motorik dan
otonom berperan dalam timbulnya berbagai keluhan penyakit,
termasuk hipertensi.
Sebelum terapi diberikan, pasien perlu ditanyakan mengenai
gejala dan keluhan yang dialaminya, ada tidaknya tanda-tanda
osteoporosis atau patah tulang dan riwayat trauma yang
mencederai tulang punggung. Khiropraktik menjadi pilihan
pengobatan alternative antara lank arena efek samping obat
anthipertensi yang mengganggu atau semata-mata karena
kebosanan pasien dengan penggunaan obat basa dan ingin
mencoba cara lain.

2.6.2 Gangguan Pernapasan pada Lansia Dengan Asma


Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronis saluran
napas yang menyebabkan hiperresponsvitas jalan napas. Penyakit
asma ditandai dengan 3 hal, antara lain penyempitan saluran napas,
pembengkakan, dan sekresi lendir yang berlebih di saluran napas.
Berdasarkan data Organisas Kesehatan Dunia (WHO), jumlah
pengidap asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan
diperkirakan meningkat hingga 400 juta pada tahun 2025. Asma
adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika
bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif.
(Reeves, 2001 : 48).
Terapi Komplementer yang dapat diterapkan diantaranya,
1. Latihan Pernapasan
Terapi pernapasan pada penderita asma dilakukan dengan
latihan pernapasan duduk dan pernapasan bergerak.
a. Latihan pernapasan duduk

11
Latihan napas pada posisi duduk bagi penderita asma
merupakan pengambilan posisi dengan tenang agar
mencapai ketenangan yang mendalam, untuk memacu otak
menjalankan fungsi secara maksimal karena otak
merupakan komando tertinggi bagi tubuh. pelaksanaan,
sebagai berikut :
1) Letakan kedua telapak tangan didepan dada, tarik napas
perlahan-lahan dan diikuti tarikan kedua telapak tangan
perlahan-lahan kesamping sampai otot dada terulur
kebelakang lakukan sampai 7 kali.
2) Sama seperti diatas meletakan kedua telapak tangan
didepan dada, tetapi dalam menarik napas dan menarik
tangan repetisinya lebih cepat sekali tarik sekali
frekuensi pernapasan.
b. Latihan pernapasan bergerak
Pengolahan pernapasan yang dilakukan bersamaan dengan
melakukan gerak. Pada awal gerakan, napas ditarik
sebanyak mungkin melalui hidung, kemudian ditekan dan
ditahan dibawa perut sambil menggesek telapak kaki
setengah lingkaran dengan gerakan memutar pada posisi
tiap penjuru, seiring seirama dengan gerakan tangan.
Kekhususan di dalam latihan pernapasan adalah: waktu
mengeluarkan napas (ekspirasi) dikerjakan secara aktif,
sedangkan sewaktu menarik napas, lebih banyak secara
pasif. Mengeluarkan napas melalui mulut seperti sewaktu
meniup lilin atau bersiul, pelan-pelan, dengan
mengkempiskan dinding perut. Sewaktu inspirasi, dinding
perut relaks (pasif) dan udara masuk ke paru-paru melalui
hidung.
2. Teknik Pernapasan Buteyko
Teknik pernapasan Buteyko merupakan salah satu teknik olah
napas yang bertujuan untuk menurunkan ventilasi alveolar

12
terhadap hiperventilasi paru penderita asma (GINA, 2005).
Teknik pernapasan Buteyko juga membantu menyeimbangkan
kadar karbondioksida dalam darah sehingga pergeseran kurva
disosiasi oksihemoglobin yang menghambat kelancaran
oksigenasi dan efek Bohr pada penderita asma dapat dikurangi.
Oksigenasi yang lancar akan menurunkan kejadian hipoksia,
hiperventilasi dan apnea saat tidur pada penderita asma
(Murphy, 2005).
Teknik pernapasan Buteyko juga diyakini dapat membantu
mengurangi kesulitan bernapas pada penderita asma. Caranya
adalah dengan menahan karbondioksida agar tidak hilang
secara progresif akibat hiperventilasi. Sesuai dengan sifat
karbondioksida yang mendilatasi pembuluh darah dan otot,
maka dengan menjaga keseimbangan kadar karbondioksida
dalam darah akan mengurangi terjadinya bronkospasme pada
penderita asma (Kolb, 2009).
Tahapan persiapan dalam melakukan teknik pernapasan
Buteyko terdiri dari pengukuran waktu lamanya menahan
napas (control pause), konsentrasi dalam mengatur napas,
relaksasi bahu, memantau aliran udara, bernapas dangkal dan
latihan blok. Latihan teknik pernapasan Buteyko dilakukan satu
kali sehari minimal selama seminggu (Casano, 2008).

2.6.3 Gangguan Perkemihan pada Lansia dengan Inkontinensia


Inkontinensia urine bukan merupakan tanda – tanda normal
penuaan. Inkontinensia urine selalu merupakan suatu gejala dari
masalah yang mendasari. Jutaan lansia mengalami beberapa
kehilangan kendali volunteer. Masalah kontinensia urinarius dibagi
menjadi akut atau persisten dan dapat berkisar dari kehilangan
control kandung kemih ringan sampai inkontinensia total.
Inkotinensia akut terjadi secara tiba – tiba biasanya akibat dari
penyakit akut. Sering terjadi pada individu yang dirawat di rumah

13
sakit, inkontinensia akut biasanya hilang setelah penyakit sembuh.
Inkontinensia akut juga dapat akibat dari obat, terapi, dan factor
lingkungan. Inkontinensia persisten diklasifikasikan menjadi
inkontinensia urgensi, inkontinensia stress, inkontinensia overflow,
dan inkontinensia fungsional. Inkontinensia urine dapat disebabkan
oleh ketidakseimbangan endokrin, seperti hiperklasemia dan
hiperglikemia. Keterbatasan mobilitas atau penyakit yang
menyebabkan retensi urine dapat mencetuskan inkontinensia urine
atau dapat akibat depresi pada lansia.
Manifestasi klinis adalah :
1. Melaporkan merasa desakan berkemih, disertai
ketidakmampuan mencapai kamar mandi karena telah mulai
berkemih.
2. Desakan, frekuensi, dan nokturia.
3. Inkontinensia stress dicirikan dengan keluarnya sejumlah kecil
urine ketika tertawa, bersin, melompat, batuk atau
membungkuk.
4. Inkontinensia overflow, dicirikan dengan volume dan aliran
urine buruk atau lambat dan merasa menunda atau mengejan.
5. Inkontinensia fungsional, dicirikan dengan volume dan aliran
urine yang adekuat.
6. Hiegiene buruk atau tanda – tanda infeksi.
7. Kandung kemih terletak di atas sifisis pubis.
Terapi komplementer yang dapat diterapkan diantaranya,
1. Latihan Otot Dasar Panggul
Latihan ini bertujuan memperkuat sfingter kandung kemih dan
otot dasar panggul, yaitu otot-otot yang berperan mengatur
miksi. Latihan ini akan efektif jika dilakukan berulang-ulang
untuk inkontinensia stress dan urgensi. Latihan otot dasar
panggul yang terkenal adalah latihan Kegel berupa gerakan
mengencangkan dan melemaskan kelompok otot panggul dan
daerah genital. Latihan ini dilakukan dengan membayangkan

14
seolah-olah Anda sedang miksi atau berdefekasi, tetapi
kemudian otot panggul dikencangkan untuk menutup sfingter
kandung kemih dan sfingter ani. Hal tersebut ditahan selama 3
detik dan langkah-langkah tersebut diulangi beberapa kali.
Senam tersebut efektif untuk pasien inkontinensia stres,
urgensi, atau campuran. Petunjuk dan arahan yang jelas
diperlukan karena bila pelatihan dilakukan secara tidak tepat,
inkontinensia dapat bertambah parah.
2. Stimulasi Listrik
Elektroda dimasukkan ke dalam rektum atau vagina untuk
memacu dan memperkuat otot dasar panggul. Stimulasi ringan
sudah cukup efektif pada inkontinensia dan inkontinensia
urgensi, tetapi pendekatan ini memerlukan beberapa bulan dan
kombinasi dengan modalitas pengobatan lain untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal.

2.6.4 Gangguan Rasa Nyaman pada Lansia dengan Insomnia


Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi
kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada
3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur,
insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau
sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan
tidak dapat tidur kembali (Potter, 2005).
Untuk menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus
dikenali penyebabnya. Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu,
maka untuk mengobatinya maka penyakitnya yang harus
disembuhkan terlebih dahulu (Aman, 2005).
Terapi komplementer yang dapat diterapkan diantaranya,
1. Akupunktur
Akupunktur untuk sirkulasi darah yang buruk adalah metode
membantu. Biasanya, sirkulasi darah yang buruk menyebabkan
kronis, sakit kepala migrain dan mual. Dengan sirkulasi darah

15
meningkat ditingkatkan dengan akupunktur, satu ini juga
diuntungkan dengan kognisi tajam, konsentrasi lebih baik, tidur
diperkaya, perasaan positif dan bersemangat tentang hidup dan
juga mengembangkan nafsu makan yang sehat. Akupunktur
sangat penting untuk mengobati insomnia, depresi, dan
kecemasan. Akupunktur mengurangi energi diblokir di kapiler
dan vena. Hal ini meningkatkan sinyal kompleks untuk otak,
yang menghasilkan tidur santai dan tepat seperti kelancaran
arus energi penyembuhan semua jenis depresi dan kecemasan
yang sangat cepat.
2. Terapi Tingkah Laku
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang
baru dan mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur.
Terapi tingkah laku ini umumnya direkomendasikan sebagai
terapi tahap pertama untuk penderita insomnia. Terapi tingkah
laku meliputi :
a. Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.
b. Teknik Relaksasi.
Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat
biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat
membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi ini
dapat membantu mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot,
dan mood.
3. Terapi kognitif
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur
dengan pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan
pada konseling tatap muka atau dalam grup.
4. Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudakan untuk membatasi waktu yang
dihabiskan untuk beraktivitas.
5. Restriksi Tidur

16
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang
dihabiskan ditempat tidur yang dapat membuat lelah pada
malam berikutnya

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Dari materi diatas dapat disimpulkan bahwa terapi komplementer
adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung
atau pendamping kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi komplementer untuk hipertensi yaitu : senam, teknik biofeedback,
khiropraktik. Terapi komplementer untuk asma yaitu : latihan pernapasan
dan teknik pernapasan buteyko. Terapi komplementer untuk inkontinensia
urine adalah latihan otot dasar panggul dan stimulasi listrik. Terapi
komplementer untuk insomnia adalah akupunktur dan terapi tingkah laku.

3.2. Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi
tradisional/ komlementer diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat
dapat memperoleh manfaat dari makalah yang kami buat. Jika ada
pengembangan yang bermanfaat mohon untuk dilayangkan pada penulis
makalah ini karena masukan dari pembaca atau bapak/ ibu dosen sangat
mendukung demi kesempurnaan makalah yang kami buat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Andriana, dana. 2013. Terapi Komplementer dalam Keperawatan Komunitas.


[Online]. Tersedia di : http://materi-
keperawatankomunitas.blogspot.com/2013/05/terapi-komplementer-
dalam-keperawatan.html. Diakses pada tanggal 24 oktober 2018
Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba
Medika : Jakarta.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan
Komunitas 1. Cv Sagung Seto : Jakarta.
S13B, Arek-arek. 2013. Terapi Komplemeter. [Online]. Tersedia di
:http://arekareks14b.blogspot.com/2013/06/terapi-
komplementer_3047.html. Diakses pada tanggal 24 oktober 2018

18

Anda mungkin juga menyukai