KEPERAWATAN KOMUNITAS I
Disusun Oleh:
Nur Afifa (20171660020)
Fira Yuniar Laraswati (20171660021)
Sri Wahyuni (20171660022)
Shofwa Salsabila (20171660023)
Hernia (20171660024)
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB III ANALISA ARTIKEL JURNAL
BAB IV PENUTUP
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Historis Perspektif Betty Nauman
Betty Neuman lahir di Ohio tahun 1924, dia anak kedua dari 3 bersaudara
dan merupakan anak perempuan satu-satunya.Ketika berumur 11 tahun bapaknya
meninggal setelah 6 tahun dirawat karena CRF. Pujian bapaknya terhadap perawat
mempengaruhi pandangan Neuman tentang perawat dan komitmennya menjadi
perawat terbaik yang selalu dekat dengan pasien.Pekerjaan ibunya sebagai bidan
di desa juga sangat mempengaruhi secara signifikan. Setelah lulus SMA Neuman
tidak dapat melanjutkan pendidikan keperawatan. Dia bekerja sebagai teknisi pada
perusahaan pesawat terbang dan sebagai juru masak di Ohio dalam rangka
menabung untuk pendidikannya dan membantu ibu serta adiknya. Adanya
program wajib militer di keperawatan mempercepat masuknya Neuman ke
sekolah keperawatan.Neuman lulus program diploma RS Rakyat (sekarang RSUP
Akron Ohio) tahun 1947. Neuman menerima gelar BS pada keperawatan
Kesehatan Masyarakat tahun 1957 dan MS Kesehatan Masyarakat serta Konsultan
Keperawatan Jiwa tahun 1966 dari Universitas California LA. Tahun 1985
Neuman menyelesaikan PHD dalam bidang Clinical Psychology dari Universitas
Pasific Western. Dia mempraktekkan bed side nursing sebagai staf kepala dan
Private Duty Nurse di berbagai RS. Pekerjaannya di komunitas termasuk di
sekolah-sekolah, perawatan di perusahaan dan sebagai kepala perawatan di klinik
obstetric suaminya dan konseling intervensi krisis di keperawatan jiwa di
komunitas. Tahun 1967, 6 bulan setelah mendapat gelar MS dia menjadi kepala
fakultas dari program dimana ia lulus dan memulai kontribusinya sebagai guru,
dosen, penulis dan konsultan dalam berbagai disiplin ilmu kesehatan. Tahun 1973,
Neuman dan keluarga kembali ke Ohio, sejak itu dia sebagai konsultan kesehatan
jiwa, menyediakan program pendidikan berkelanjutan dan melanjutkan
perkembangan dari modelnya, dia yang pertama kali mendapatkan California
Licensed Clinical Fellows of the American Association of Marriage & Family
Therapy dan tetap melakukan praktek konseling. Model Neuman aslinya
berkembang tahun 1970 ketika itu ada permintaan lulusan Universitas of
California LA untuk pembukaan kursus yang memberikan wawasan tentang aspek
fisiologi,psikologi,sosiokultural dan aspek pengembangan dari kehidupan manusia
(Neuman 1995). Model ini dikembangkan untuk menyediakan struktur yang
2
terintegrasi dari aspek-aspek diatas secara holistic.Setelah 2 tahun dievaluasi
model tersebut dipublikasikan dalam 3 edisi ( 1982,1989, 1995).
1.4 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Fleksibel
Normal
Resisten
Intervensi diarahkan terhadap ketiga garis pertahanan tesebut ysng terkait dengan
tiga level prevensi.
Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap
stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input,
proses, output dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan
menggunakan perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu,
kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat
diterapkan oleh berbagai disiplin keilmuan.
Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara
optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai
sistem terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan
4
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun
diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman menyebut
gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau
positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan
gejala yang dapat diidentifikasi.
1. Tekanan
Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan Neuman
tentang tekanan yaitu :
- Intra Personal : Secara individu atau perorangan.
- Inter Personal : Antara individu yang satu dengan individu yang lain lebih
dari satu.
- Ekstra Personal : Di luar individu
2. Struktur Pokok Sumber Energi
Merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas.
3. Tingkat Ketahanan
Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan.
4. Garis Normal Pertahanan
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi tekanan di batas
normal.
5. Gangguan Pertahanan
Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat dari tekanan.
6. Tingkat Reaksi
Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.
7. Intervensi
Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.
8. Tingkat-Tingkat Pencegahan
Dibagi menjadi :
- Pencegahan primer
5
Sebelum terjadi tindakan
- Pencegahan sekunder
Ketika terjadi tindakan
- Pencegahan tersier
Adaptasi atau pengaruh kerusakan
9. Penyesuain Kembali
Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik interpersonal. Intra
personal dan ekstra personal.
Aspek Fisik
Aspek Psikologi
Aspek Sosial
Aspek Kultural dan Spiritual
1. Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari
harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel: fisiologis,
psikologis,sosiokultural,perkembangan dan spritual.
2. Lingkungan
Yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh
dari sekitar klien atau sistem klien.
6
3. Sehat
Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat
merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan
menghindari atau mengatasi stressor.
4. Kepeawatan
Intervensi keperawatan bertujuan untuk menurunkan stressor melalui
pencegahan primer, sekunder dan tertier.
7
Intervensi yang bersifat kuratif dan rehabilitatif untuk gagguan pada garis
pertahanan resisten dapat berupa:
Komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua faktor utama,
yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan :
1. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok adalah :
Care atau inti
Delapan sub sistem yang mempengaruhi komunitas
1) Perumahan. Perumahan yang dihuni penduduk, bagaimana
penerangannya, sirkulasi, kepadatannya merupakan stressor bagi
penduduk.
2) Pendidikan komunitas. Apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuannya.
3) Keamanan dan keselamatan. Bagaimana keselamatan dan keamanan
di lingkungan tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan. Apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapatkan
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia. Untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau gangguan yang terjadi.
8
6) Sistem komunikasi. Sistem komunikasi apa saja yang tersedia dan
dapat dimanfaatkan di komunikasi tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit.
7) Sistem ekonomi. Tingkat sosial ekonomi komunitas secara
keseluruhan apakah sesuai dengan upah minimum regional, dibawah
atau diatas sehingga upaya pelayanan ditujukan pada anjuran untuk
mengkonsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi masing-masing.
8) Rekreasi. Apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka,biayanya
apakah terjangkau komunitas atau tidak.
2. Diagnosis keperawatan komunitas dan kelompok
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor
yang ada. Selanjutnya dirrumuskan dalam 3 komponen :
P ( problem atau masalah )
E ( etilogi atau penyebab)
S (symtom atau menifestasi/ data penunjang)
3. Perencanaan
Perencanaan yang dapat dilakukan adalah :
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit gangguan
kardiovaskuler
b. Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik
relaksasi
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler
melalui pemeriksaan tekanan darah
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat
bagi yang berisiko
e. Lakukan kerjasama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat
untuk memperbaiki lingkungan atau komunitas apabila menjadi
penyebab stressor
f. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila di perlukan
4. Pelaksanaan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya :
9
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit kardiovaskuler di
komunitas
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini sehat
melaksanakan peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit kardiovaskuler
d. Sebagai advokat komunitas yang sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
5. Evaluasi dan penilaian
a. Menilai respons verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b. Mencatat adanya kasus baru yang di rujuk ke rumah sakit.
10
yang dikenal).Neuman (1995) menyatakan bahwa dampak dari stressor dapat
didasarkan pada dua hal, yaitu : kekuatan stressor dan banyaknya stressor.
2.8 Analisa
1. Analisis Internal
11
a. Setiap orang adalah individual unik dengan range respon yang normal.
b. Beberapa tipe stressor mungkin dalam garis keseimbangan individual
(garis pertahanan normal). Stressor alamiah mungkin berdampak keluar
yang mana seseorang mungkin menggunakan garis pertahanan yang flexible.
c. suatu waktu manusia dalam respon normal yang mana mereka dalam garis
pertahanan normal.
d. Garis pertahanan flexible adalah system reaksi yang digunakan untuk
pertahanan stressor, ketika garis pertahanan flexible tidak dapat digunakan
untuk pertahanan stressor, stressor mempengaruhi keseimbangan seseorang.
e. Garis pertahanan internal individu stabil dan menghasilkan individu yang
normal.
f. Kesakitan adalah hubungan yang dinamis antara fisiologi, psikologi, sosio
budaya dan perkembangan status.
g. Pencegahan utama/primer adalah mengidentifikasi dan semua faktor resiko
berhubungan dengan stressor.
h. Pencegahan sekunder berhubungan dengan gejala dan stretegi intervensi.
i. Pencegahan tersier berhubungan dengan adaptasi atau hasil rekontruksi.
Asumsi direfleksikan dalam element dasar pada modul ini. System klien
dalam intraksi dengan lingkungan. Dalam perawatan kesehatan professional dapat
dari sebuah model yan spesifik yang mana intervensi antara stressor dan klien,
contoh seorang terapi fisik mungkin mengindentifikasi stressor akan
mempengaruhi otot atau tolong maka intervensi spesifik akan diatur dari
pengetahuan.
12
akan meluaskan. Dia percaya mereka menampilkan yang lebih baik dalam system
yang lain. Asumsi untuk system perawatan kesehatan yang lebih besar yaitu
komunitas atau keluarga menjadi petunjuk, contoh neuman melaporkan dari
Ontorio Canada dan propinsi Manitoba mempunyai kreteria dasar untuk praktek
perawatan kesehatan masyarakat dalam system model Neuman, yang mana sukses
dalam implementasi ( Neuman, kominikasi personal ).
Sehat Adalah keadaan baik. Sehat adalah suatu titik yang bergerak pada
rentang negentrophy paling besar ke entrophy maksimum. Saat semua bagian
pada klien berada dalam keadaan harmonis atau seimbang ketika semua
dibutuhkan untuk bertemu, kesehatan optimal tercapai. kesehatan adalah juga
energi.
13
Masalah keperawatan merupakan kesehatan system klien yang terancam atau
manifestasi aktual respon terhadap stressor Proses Keperawatan Neuman
menggambarkan 3 langkah fokus :
diagnosa keperawatan
tujuan keperawatan
hasil.
14
2.9 Bagan Teori Health Care System
Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis
pertahanan dan perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem klien,
struktur dasar, intervensi dan rekonstitusi (Fitzpatrick & Whall, 1989). Berikut ini
akan diuraikan tentang masing-masing variable:
1. Stressor
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan
berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi
stressor sebagai berikut :
a. Stressor intrapersonal
terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan lingkungan
internal.
Misalnya : respons autoimmune
15
b. Stressor interpersonal
yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki
pengaruh pada sistem.
Misalnya : ekspektasi peran
c. Stressor ekstrapersonal
juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga tetapi lebih jauh
jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal.
Misalnya : sosial politik.
2. Garis pertahanan dan perlawanan
Garis pertahanan menurut Neuman’s terdiri dari garis pertahanan normal
dan garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan normal merupakan lingkaran
utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau
kondisi yang menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut
wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya
deviasi dari keadaan wellness untuk sistem klien. Selain itu ada berbagai
stressor yang dapat menginvasi garis pertahanan normal jika garis pertahanan
fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi. maka
sistem klien akan bereaksi dengan menampakan adanya gejala ketidakstabilan
atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk mengatasi stressor
tambahan. Garis pertahanan normal ini terbentuk dari beberapa variabel dan
perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan.
Garis pertahanan normal ini merupakan bagian dari garis pertahanan
fleksibel.
Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau
perlindungan pada sistem dari stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat
pada garis pertahanan normal. Bila jarak antara garis pertahanan meningkat
maka tingkat proteksipun meningkat. Oleh sebab itu untuk mempertahankan
keadaan stabil dari sistem klien, maka perlu melindungi garis pertahanan
normal dan bertindak sebagai buffer. Kondisi ini bersifat dinamis dan dapat
berubah dalam waktu relatif singkat. Disamping itu hubungan dari berbagai
variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat
16
mempengaruhi tingkat penggunaan garis pertahanan diri fleksibel terhadap
berbagai reaksi terhadap stressor.
Sedangkan garis perlawanan menurut Neuman’s merupakan serangkaian
lingkaran putus-putus yang mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten
ini melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor
lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of defense).
Misalnya mekanisme sistem immun tubuh. Jika lines of resistance efektif
dalam merespon stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak
efektif maka energi berkurang dan bisa timbul kematian.
3. Tingkatan pencegahan
Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri
dari pencegahan primer, sekunder dan tersier.
a. Pencegahan primer
Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi
kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer
mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara
mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi
dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum
reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan,
olah raga dan perubahan gaya hidup.
b. Pencegahan sekunder.
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor.
Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of
resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten
sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat
sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem
secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak
berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat
mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa
menyebabkan kematian
17
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-
strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada
perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan
utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk
mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat
mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali
pada pencegahan primer.
4. Sistem klien
Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka
dan dinamis terhadap klien yang dikembangkan untuk memberikan suatu
kesatuan fokus definisi masalah keperawatan dan pemahaman terbaik dari
interaksi klien dengan lingkungannya. Elemen-elemen yang ada dalam sistem
terbuka mengalami pertukaran energi informasi dalam organisasi
kompleksnya. Stress dan reaksi terhadap stres merupakan komponen dasar
dari sistem terbuka. Klien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok,
komunitas atau sosial issue (Tomey & Alligood, 1998). Klien sebagai suatu
sistem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang terdapat
dalam sistem tersebut. Kesehatan klien akan dipengaruhi oleh keluarganya,
kelompoknya, komunitasnya, bahkan lingkungan sosialnya.
Neuman meyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem, memiliki lima
variabel yang membentuk sistem klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur,
perkembangan dan spiritual. Selanjutnya juga dijelaskan oleh Neuman bahwa
klien merupakan cerminan secara wholistik dan multidimensional (Fawcett,
2005). Dimana secara wholistik klien dipandang sebagai keseluruhan yang
bagian-bagiannya berada dalam suatu interaksi dinamis. Pernyataan tersebut
membuktikan bahwa setiap orang itu akan memiliki keunikan masing-masing
dalam mempersepsikan dan menanggapi suatu peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan sehari- hari. Perubahan istilah dari Holistik menjadi Wholistik
untuk meningkatkan pemahaman terhadap orang secara keseluruhan.
Disamping itu klien atau sistem dapat menangani stressor dengan baik,
sehingga sakit atau kematian.tan atau stabilitasasi system. perubazhan dapat
18
mempertahankan kesehatan secara adekuat. Keseimbangan fungsional atau
harmonis menjaga keutuhan integritas sistem. Apabila bagian-bagian dari
klien berinteraksi secara harmonis, maka akan terwujud jika kebutuhan-
kebutuhan sistem telah terpenuhi. Namun apabila terjadi ketidakharmonisan
diantara bagian-bagian dari system, hal ini disebabkan karena adanya
kebutuhan yang tidak terpenuhi.
5. Struktur dasar
Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar
yang biasa terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik.
Variabel-variabel tersebut yaitu variabel sistem, genetik, dan
kekuatan/kelemahan bagian-bagian sistem.
6. Intervensi
Intervensi merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk
memperoleh, meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri
dari pencegahan primer, sekunder dan tertier.
7. Rekonstitusi
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi
yang terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor. Rekonstitusi
dapat dimulai menyertai tindakan terhadap invasi stressor..Rekonstitusi
adalah suatu adaptasi terhadap stressor dalam lingkungan internal dan
eksternal. Rekonstitusi bisa memperluas normal line defense ke tingkat
sebelumnya, menstabilkan sistem pada tingkat yang lebih rendah, dan
mengembalikannya pada tingkat semula sebelum sakit. Yang termasuk
rekonstitusi adalah faktor-faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal
dan lingkungan yang berkaitan dengan variabel fisiologis, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
Model Sistem Neuman ini sangat sesuai untuk diterapkan pada pengkajian
di masyarakat, karena pendekatan yang dipergunakan adalah pada komunitas
sebagai sistem klien.
19
BAB III
3.2 Abstrak
Diabetes mellitus adalah penyakit kronik yang akan diderita seumur hidup.
Dampaknya akan dirasakan oleh penderita dan keluarga yang merawatnya,
bahkan masyarakat yang ada di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menerapkan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan DM di Desa
Margalaksana, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut. Rancangan penelitian ini
adalah adalah deskriptif analitik, dengan sampel sebanyak 94 lansia yang berusia
> 45 tahun. Hasil penerapan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan
DM, meliputi lima aspek yaitu aspek perkembangan, fisiologis, psikologis, sosial-
kultural dan spiritual.
Abstract
Diabetes mellitus is a chronic disease that will suffer a lifetime. The impact will
be felt by the patient and family care, even the community around him. This study
aims to apply the theory of Betty Neuman in the assessment of elderly with
diabetes in Margalaksana Village, District Garut. The design of this research is
descriptive analytic, with a sample of 94 elderly people aged> 45 years. The
results of the application of the theory of Betty Neuman in the assessment of
elderly with diabetes, includes five aspects: developmental, physiological,
psychological, socio-cultural and spiritual.
20
3.3 Latar Belakang
21
2013 kasus DM mencapai 6.377 kasus, dengan rincian kasus lama sebesar 752
kasus (laki-laki 249 orang dan perempuan 503 orang), kasus baru sebesar 5.630
kasus (laki-laki 2.242 orang dan perempuan 3.394 orang) (Profil Dinkesh Garut,
2013).
3.4 Metode
22
termasuk konsep Grand Teory Level yang sering dikembangkan dalam
pengaplikasiannya, yang mencakup 4 elemen penting dalam proses keperawatan.
Elemen tersebut meliputi manusia, lingkungan, kesehatan dan pelayanan.
Keempat elemen ini tidak bisa di pisahkan satu sama yang lainnya. Dalam teori
Neuman kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga dan komunitas.
Teori Neuman membantu individu, keluarga, kelompok dalam mencapai dan
mengelola tingkat maksimal dari kesejahteraan total dengan intervensi yang
sesuai.
3.5 Hasil
Kriteria Hasil
Usia sebanyak
23
keluarganya.
Perilaku DM negatif
Tabel 2. Fisiologis
Kriteria Hasil
Aktivitas 39% lansia masih bekerja, dan 61% lansia tidak bekerja.
24
Sebanyak 76% lansia kondisinya sehat, sebanyak 20%
lansia
Resiko DM
memiliki resiko terkena DM, dan 4% lansia menderita
DM.
Tabel 3. Psikologis
Kriteria Hasil
Tabel 4. Sosial-Kultural
Kriteria Hasil
tetangganya.
25
11% lansia memiliki budaya atau keyakinan yang
bertentangan
Budaya
dengan kesehatan, dan 89% lansia memiliki budaya sesuai
dengan kesehatan.
tidak mempercayai.
Tabel 5. Spiritual
Kriteria Hasil
3.6 Pembahasan
26
pun Teori Betty Newman sudah membuat tingkatan intervensi dengan melihat
garis pertahanan klien (komunitas) yang terganggu, fleksibel (intervensi primer),
normal (intervensi sekunder), dan resisten (intervensi tertier).
Kemunduran fungsi tubuh yang lainnya yaitu dalam hal penurunan fungsi
kognitif. Kemunduran fungsi ini nantinya akan berdampak pada pengetahuan,
sikap dan perilaku tentang penyakit DM. Hasil penelitian menunjukkan lansia
yang pernah mendapatkan informasi kesehatan tentang DM sebanyak 23%,
sedangkan sebanyak 77% lansia belum pernah mendapatkan informasi kesehatan
tentang DM. Kurangnya informasi yang didapat menyebabkan sebanyak 91%
lansia memiliki pengetahuan tentang DM yang rendah, sebanyak 72% lansia
memiliki sikap yang negatif terhadap perawatan DM, dan sebanyak 100% lansia
memiliki perilaku yang negatif terhadap penyakit DM.
Aspek Fisiologis, proses degeneratif pada lansia tidak bisa dihindari dan
pasti akan terjadi, namun yang bisa dilakukan adalah mencegah supaya proses
degeneratif tersebut berjalan lambat. Demikian juga dengan kejadian DM, secara
teoritis kejadian DM akan meningkat sejalan dengan usia, hal ini dikarenakan
banyak faktor beberapa diantaranya adalah karena penurunan fungsi pankreas
dalam memproduksi hormon insulin, faktor kegemukan, diit yang tinggi glukosa
dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk menurunkan faktor resiko DM pada
27
lansia adalah dengan beraktivitas, bisa dengan tetap bekerja maupun dengan
berolah raga. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas lansia yang masih bekerja
sebanyak 39%, sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 61%, dalam hal olah raga
sebanyak 42% lansia melakukan oleh raga secara rutin dan sebanyak 58% lansia
tidak melakukan olah raga secara rutin. Setelah dilakukan pengkajian tentang
resiko DM pada lansia dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 76% lansia
kondisinya sehat, sebanyak 20% lansia memiliki resiko terkena DM dan sebanyak
4% lansia menderita DM.
28
penting yang dimiliki seseorang, karena agama mampu memberikan ketenangan
batin dalam menghadapi permasalahan yang ada. Aspek spiritual yang ada pada
lansia harusnya mengalami peningkatan sebanding dengan peningkatan usia,
karena sejalan dengan teori perkembangan manusia usia lansia merupakan tahap
akhir dari kehidupan manusia, dimana manusia mengalami pertumbuhan,
perkembangan dan akhirnya mati. Semakin tua seseorang maka masalah
kesehatan akan semakin kompleks dan lebih dekat dengan kematian. Hal ini
sejalan dengan temuan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak
100% lansia beragama islam, sebanyak 96% lansia melaksanakan ibadah secara
rutin, dan sebanyak 87% lansia masih aktif dalam kegiatan keagamaan yang ada
dilingkungannya.
3.7 Simpulan
1. Teori Betty Neuman termasuk Grand Teory Level bisa dikembangkan dan
diaplikasikan dalam pengkajian lansia dengan DM di Komunitas
2. Aspek pengkajian yang terdapat dalam teori Betty Neuman meliputi : aspek
perkembangan, aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial-kultural, dan
aspek spiritual.
3. Aspek perkembangan, pengkajian yang bisa dikembangkan dalam aspek ini
meliputi : jenis kelamin, usia, care giver, pengetahuan, sikap dan perilaku.
4. Aspek fisiologis, pengkajian yang bisa dikembangkan dalam aspek ini
meliputi : kemandirian, aktivitas, olah raga, dan resiko DM.
5. Aspek psikologis, pengkajian yang bisa dikembangkan dalam aspek ini
meliputi : persepsi, kepuasan terhadap pelayanan kesehatan, dan kondisi
psikologis lansia.
6. Aspek sosial-kultural, pengkajian yang bisa dikembangkan dalam aspek ini
meliputi : hubungan sosialisasi, budaya, dan pilihan pengobatan.
7. Aspek spiritual, pengkajian yang bisa dikembangkan dalam aspek ini
meliputim: agama, pelaksanaan ibadah dan keaktifan mengikuti kegiatan
keagamaan.
29
3.8 Diskusi
Dinkes Jabar. (2013). Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat Tahun 2013. Bandung
: Dinkes Jabar.
Dinkes Garut. (2013). Profil kesehatan kota Garut Tahun 2013. Bandung : Dinkes
Garut.
30
American Diabetes Association (2012). Standards of medical care in diabetes.
Diabetes Care. 2013; Sep;33 Suppl 1:S11-S61.
Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., & King, H. (2004). Global prevalence
of diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030.
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
32
keperawatan. Reformulasi informasi hasil penelitian kedalam model keperawatan
dapat memperkuat tubuh ilmu pengetahuan (body of knowledge) keperawatan
sehingga akan lebih mudah mempelajari dan memahami manusia beserta
iplikasinya.
4.2 Saran
Sebagai perawat ada baiknya kita harus mengetahui tindakan apa yang
harus kita berikan jika menghadapi kondisi pasien atau klien yang memberikan
respon atau tindakan yang diakibatkan adanya tekanan atau stressor terhadap
pasien dan akibat yang mungkin bisa terjadi.
33
DAFTAR PUSTAKA
34