Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS I

“Mode Konsep Keperawatan Betty Neuman”

Dosen Pembimbing: Anis Rosyiatul H, S.Kep.Ns.,M.Kes

Disusun Oleh:
Nur Afifa (20171660020)
Fira Yuniar Laraswati (20171660021)
Sri Wahyuni (20171660022)
Shofwa Salsabila (20171660023)
Hernia (20171660024)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas Rahmatnya


sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Mode
Konsep Keperawatan Betty Neuman” penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas dalam mata kuliah KEPERAWATAN KOMUNITAS I di universitas
muhammadiyah surabaya.

Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, mengingat akan


kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan
demi menyempurnakan pembuatan makalah ini. Kami ucapkan terima kasih
kepada pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Diharapkan
makalah ini dapat menjadi penambah wawasan kita dan bermanfaat untuk
pembaca makalah ini.

Surabaya, 21 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Historis Perspektif Betty Neuman ................................................... 2

1.3 Rumusan Masalah ............................................................................ 3

1.4 Tujuan .............................................................................................. 3

1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................ 3

1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 3

BAB II Tinjauan Teori

2.1 Pengertian Model Health Care System ............................................ 4

2.2 Perkembangan Sistem Model Neuman ............................................ 4

2.3 Konsep Utama Dan Definisi Model Teori Neuman ........................ 5

2.4 Keyakinan dan Tata Nilai ................................................................ 6

2.5 Model Betty Neuman Dalam Lingkungan Komunitas Atau Keluarga


.............................................................................................................. 7

2.6 Aplikasi Penerapan Model Konseptual Betty Neuman ................... 8

2.7 Mengintegrasikan Model Sistem Neuman Dengan Konsep Duka Cita


............................................................................................................ 10

2.8 Analisa ............................................................................................. 11

2.9 Bagan Teori Health Care System .................................................... 15

iii
BAB III ANALISA ARTIKEL JURNAL

3.1 Judul dan Penulisan Artikel ............................................................. 20

3.2 Abstrak ............................................................................................. 20

3.3 Latar Belakang ................................................................................. 21

3.4 Metode ............................................................................................. 22

3.5 Hasil ................................................................................................. 23

3.6 Pembahasan ..................................................................................... 26

3.7 Simpulan .......................................................................................... 29

3.8 Diskusi ............................................................................................. 30

3.9 Daftar Pustaka .................................................................................. 30

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan .......................................................................................... 32

3.2 Saran ................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 34

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Betty Neuman mandefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari


konsep holistik danpendekatan sistem terbuka. Bagi Neuman manusia merupakan
makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dan fisiologis,sosiokultural
dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem
terbuka manusia berinteraksi,beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan
yang digambarkan sebagai stressor. Lingkungan internal terdiri dari segala
sesuatuyang mempengaruhi (intrapersonal) yang berasal dari dalam diri klien.
Lingkungan eksternal terdiri dari segala sesuatu yang berasal dari luar diri klien
(interpersonal). Pembentukan lingkungan merupakan usaha klien untuk
menciptakan lingkungan yang aman,yang mungkin terbentuk oleh mekanisme
yang didasari maupun yang tidak didasari. Tiap lingkungan memiliki
kemungkinan terganggu oleh stressor yang dapat merusak sistem. Model Neuman
mencakup stressor intrapersonal,interpersonal dan ekstrapersonal.

Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh.


Tujuan dari keperawatan adalah membanyu individu, keluarga dan kelompok
dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan ang optimal. Perawat
mengkaji, mengatur dan mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada
variabel-variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Tindakan
perawat terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer
berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui identifikasi faktor-faktor
resiko yang potensial dan aktual terjadi akibat stressor tertentu. Pencegahan
sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber internal melalui
penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang tampak.
Sedangkan pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Prinsip dari
pencegahan tersier adalah untuk memberikan penguatan pertahanan tubuh
terhadap stressor melalui pendidikan kesehatan dan untuk membantu dalam
mencegah terjadinya masalah yang sama.

1
1.2 Historis Perspektif Betty Nauman

Betty Neuman lahir di Ohio tahun 1924, dia anak kedua dari 3 bersaudara
dan merupakan anak perempuan satu-satunya.Ketika berumur 11 tahun bapaknya
meninggal setelah 6 tahun dirawat karena CRF. Pujian bapaknya terhadap perawat
mempengaruhi pandangan Neuman tentang perawat dan komitmennya menjadi
perawat terbaik yang selalu dekat dengan pasien.Pekerjaan ibunya sebagai bidan
di desa juga sangat mempengaruhi secara signifikan. Setelah lulus SMA Neuman
tidak dapat melanjutkan pendidikan keperawatan. Dia bekerja sebagai teknisi pada
perusahaan pesawat terbang dan sebagai juru masak di Ohio dalam rangka
menabung untuk pendidikannya dan membantu ibu serta adiknya. Adanya
program wajib militer di keperawatan mempercepat masuknya Neuman ke
sekolah keperawatan.Neuman lulus program diploma RS Rakyat (sekarang RSUP
Akron Ohio) tahun 1947. Neuman menerima gelar BS pada keperawatan
Kesehatan Masyarakat tahun 1957 dan MS Kesehatan Masyarakat serta Konsultan
Keperawatan Jiwa tahun 1966 dari Universitas California LA. Tahun 1985
Neuman menyelesaikan PHD dalam bidang Clinical Psychology dari Universitas
Pasific Western. Dia mempraktekkan bed side nursing sebagai staf kepala dan
Private Duty Nurse di berbagai RS. Pekerjaannya di komunitas termasuk di
sekolah-sekolah, perawatan di perusahaan dan sebagai kepala perawatan di klinik
obstetric suaminya dan konseling intervensi krisis di keperawatan jiwa di
komunitas. Tahun 1967, 6 bulan setelah mendapat gelar MS dia menjadi kepala
fakultas dari program dimana ia lulus dan memulai kontribusinya sebagai guru,
dosen, penulis dan konsultan dalam berbagai disiplin ilmu kesehatan. Tahun 1973,
Neuman dan keluarga kembali ke Ohio, sejak itu dia sebagai konsultan kesehatan
jiwa, menyediakan program pendidikan berkelanjutan dan melanjutkan
perkembangan dari modelnya, dia yang pertama kali mendapatkan California
Licensed Clinical Fellows of the American Association of Marriage & Family
Therapy dan tetap melakukan praktek konseling. Model Neuman aslinya
berkembang tahun 1970 ketika itu ada permintaan lulusan Universitas of
California LA untuk pembukaan kursus yang memberikan wawasan tentang aspek
fisiologi,psikologi,sosiokultural dan aspek pengembangan dari kehidupan manusia
(Neuman 1995). Model ini dikembangkan untuk menyediakan struktur yang

2
terintegrasi dari aspek-aspek diatas secara holistic.Setelah 2 tahun dievaluasi
model tersebut dipublikasikan dalam 3 edisi ( 1982,1989, 1995).

1.3 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Mode Health Care System Dari : Betty Nauman (1972) ?


2. Perkembangan Sistem Model Neuman ?
3. Konsep Utama Dan Definsi Teori Model Neuman ?
4. Model Betty Neuman Dalam Lingkungan Komunitas Atau Keluarga ?
5. Aplikasi Penerapan Model Konseptual Betty Neuman ?
6. Mengintegrasikan Model Sistem Neuman dengan Konsep Duka Cita?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami dan mampu mengaplikasikan teori keperawatan


menurut Betty Neuman

1.4.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mengerti tentang teori stress menurut Betty Neuman

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian model health care system

Model konseptual betty neuman ini memberi penekanan pada penurunan


stres dengan cara memperkiuat garis pertahanan diri yang bersifat:

 Fleksibel
 Normal
 Resisten

Intervensi diarahkan terhadap ketiga garis pertahanan tesebut ysng terkait dengan
tiga level prevensi.

2.2 Perkembangan Sistem Model Neuman

Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang


terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara
keseluruhan) meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan
adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal
maupun eksternal.

Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap
stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input,
proses, output dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan
menggunakan perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu,
kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat
diterapkan oleh berbagai disiplin keilmuan.

Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara
optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai
sistem terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan

4
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun
diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman menyebut
gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau
positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan
gejala yang dapat diidentifikasi.

2.3 Konsep Utama Dan Definsi Teori Model Neuman.

Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan pendekatan.


Yang termasuk dalam konsep mayor menurutnya adalah :

1. Tekanan
Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan Neuman
tentang tekanan yaitu :
- Intra Personal : Secara individu atau perorangan.
- Inter Personal : Antara individu yang satu dengan individu yang lain lebih
dari satu.
- Ekstra Personal : Di luar individu
2. Struktur Pokok Sumber Energi
Merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas.
3. Tingkat Ketahanan
Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan.
4. Garis Normal Pertahanan
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi tekanan di batas
normal.
5. Gangguan Pertahanan
Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat dari tekanan.
6. Tingkat Reaksi
Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.
7. Intervensi
Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.
8. Tingkat-Tingkat Pencegahan
Dibagi menjadi :
- Pencegahan primer

5
Sebelum terjadi tindakan
- Pencegahan sekunder
Ketika terjadi tindakan
- Pencegahan tersier
Adaptasi atau pengaruh kerusakan
9. Penyesuain Kembali
Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik interpersonal. Intra
personal dan ekstra personal.

2.4 Keyakinan dan Tata Nilai

Model ini menginteraksi 4 variabel yang menunjang dalam keperawatan


komunitas atau keluarga yaiyu:

 Aspek Fisik
 Aspek Psikologi
 Aspek Sosial
 Aspek Kultural dan Spiritual

Adapun tujuan keperawatan adalah stabilitas klien dan keluarga dalam


limgkungan yang dinamis. Asumsi yang dikemukakan oleh Betty
Neuman tentang 4 konsep utama yang terkait dengan keperawatan keluarga
adalah sebagai berikut:

1. Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari
harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel: fisiologis,
psikologis,sosiokultural,perkembangan dan spritual.
2. Lingkungan
Yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh
dari sekitar klien atau sistem klien.

6
3. Sehat
Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat
merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan
menghindari atau mengatasi stressor.
4. Kepeawatan
Intervensi keperawatan bertujuan untuk menurunkan stressor melalui
pencegahan primer, sekunder dan tertier.

2.5 Model Betty Neuman Dalam Lingkungan Komunitas Atau Keluarga

Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan


stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri keperawatan ditujukan untuk
mempertahankan keseimbangan tersebut dengan terfokus pada empat intervensi
yaitu :

1) Intervensi yang bersifat promosi


Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan yang bersifat
fleksibel yang berupa :
a. Pendidikan kesehatan.
b. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat
dilakukan klien dirumah atau komonitas yang bertujuan meningkatkan
kesehatan.
2) Intervensi yang bersifat prevensi
a. Dilakukan apabila garis pertahanan normal terganggu :
Deteksi dini gangguan kesehatan. Misalnya deteksi tumbuh kembang
balita, keluarga dll
b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu misalnya :
konseling pra nikah.
3) Intervensi yang bersifat kuratif
Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.
4) Intervensi yang bersifat rehabilitatif
Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu apabila garis pertahanan resisten
yang terganggu.

7
Intervensi yang bersifat kuratif dan rehabilitatif untuk gagguan pada garis
pertahanan resisten dapat berupa:

a. Melakukan prosedur keperawatan yang memerlukan kepakaran perawat.


Misal: melatih klien duduk atau berjalan
b. Memberikan konseling untuk penyelesaian masalah.
c. Melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektor untuk penyelesaian
masalah.
d. Melakukan rujukan keperawatan atau non keperawata bisa lintas program
dan lintas sektor.

2.6 Aplikasi Penerapan Model Konseptual Betty Neuman

Komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua faktor utama,
yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan :

1. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok adalah :
 Care atau inti
 Delapan sub sistem yang mempengaruhi komunitas
1) Perumahan. Perumahan yang dihuni penduduk, bagaimana
penerangannya, sirkulasi, kepadatannya merupakan stressor bagi
penduduk.
2) Pendidikan komunitas. Apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuannya.
3) Keamanan dan keselamatan. Bagaimana keselamatan dan keamanan
di lingkungan tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan. Apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapatkan
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia. Untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau gangguan yang terjadi.

8
6) Sistem komunikasi. Sistem komunikasi apa saja yang tersedia dan
dapat dimanfaatkan di komunikasi tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit.
7) Sistem ekonomi. Tingkat sosial ekonomi komunitas secara
keseluruhan apakah sesuai dengan upah minimum regional, dibawah
atau diatas sehingga upaya pelayanan ditujukan pada anjuran untuk
mengkonsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi masing-masing.
8) Rekreasi. Apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka,biayanya
apakah terjangkau komunitas atau tidak.
2. Diagnosis keperawatan komunitas dan kelompok
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor
yang ada. Selanjutnya dirrumuskan dalam 3 komponen :
 P ( problem atau masalah )
 E ( etilogi atau penyebab)
 S (symtom atau menifestasi/ data penunjang)
3. Perencanaan
Perencanaan yang dapat dilakukan adalah :
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit gangguan
kardiovaskuler
b. Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik
relaksasi
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler
melalui pemeriksaan tekanan darah
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat
bagi yang berisiko
e. Lakukan kerjasama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat
untuk memperbaiki lingkungan atau komunitas apabila menjadi
penyebab stressor
f. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila di perlukan
4. Pelaksanaan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya :

9
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit kardiovaskuler di
komunitas
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini sehat
melaksanakan peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit kardiovaskuler
d. Sebagai advokat komunitas yang sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
5. Evaluasi dan penilaian
a. Menilai respons verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b. Mencatat adanya kasus baru yang di rujuk ke rumah sakit.

2.7 Mengintegrasikan Model Sistem Neuman dengan Konsep Duka Cita

Model Sistem Neuman (1982) dapat digunakan untuk menjelaskan


kerangka konsep duka cita. Variabel yang tidak bisa dipisahkan dalam sistem
klien, yaitu : fisiologis, psikilogis, rohani, perkembangan, dan sosial budaya,
dapat digunakan untuk menguraikan atribut dari duka cita. Kehilangan di masa
lalu dapat dijelaskan sebagai sebuah stressor, dan akibat dari duka cita diartikan
sebagai suatu proses yang serupa dengan konsep Neuman yaitu rekonstitusi.
Intervensi untuk membantu klien dalam menghadapi pengalaman duka cita dapat
dikatagerikan sebagai upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier
(Reed,2003).

Penggunaan terminologi dari teori Neuman untuk menguraikan konsep


duka cita dimulai dengan terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan-
permasalahan yang muncul sebelumnya. Dalam terminologi Neuman, kejadian di
masa lalu merupakan stressor, dan dalam kasus duka cita, stressor adalah perasaan
kehilangan. Perasaan kehilangan mugkin bersifat intra-personal (misalnya :
kehilangan salah satu anggota badan. Kehilangan peran atau fungsi), interpersonal
(misalnya : berpisah dengan pasangannya, anak, atau orangtua), atau ekstra-
personal (misalnya : hilangnya pekerjaan, rumah, atau hilangnya limgkungan

10
yang dikenal).Neuman (1995) menyatakan bahwa dampak dari stressor dapat
didasarkan pada dua hal, yaitu : kekuatan stressor dan banyaknya stressor.

Modifikasi terhadap respon duka cita diidentifikasi sebagai kombinasi dari


beberapa pengalaman yang bersifat individual dan dipengaruhi oleh banyak faktor
yang terdiri dari hubungan antara orang yang berduka dengan objek yang hilang,
sifat alami dari kehilangan, dan kehadiran sistem pendukung (support system).
Faktor-faktor lain memiliki efek yang kuat pada perasaan duka cita, seeperti
penglaman individu yang sama sebelumnya,kepercayaan spiritual dan budaya
yang dianut. Penjelasan mengenai modofikasi respon duka cita sama halnya
dengan gagasan Neuman mengenai interaksi antar variabel (fisik, psikologis,
sosial budaya, perkembangan , dan rohani). Kombinasi beberapa variabel yang
unik pada diri seseorang (pengalaman sebelumnya dengan duka cita, nilai-nilai,
kepercayaan spiritual, status fisiologis, batasan sosial budaya, dan yang lainnya)
dapat dibandingkan dengan variabel-variabel yang menyusun garis pertahanan
normal (normal lines of defense) dan garis perlawanan. Masing-masing garis
pertahanan dan garis perlawanan memodifikasi pada tingkatan tertentu dimana
stressor mempumyai efek yang negatif pada diri seseorang. Garis pertahanan
normal membantu sistem klien untuk menyeduaikan dengan stres akibat
kehilangan ; garis perlawanan bertindak sebagai kekuatan untuk membantu klien
kembali ke kondisi yang stabil. Faktor yang lain, seperti pengalaman individu
sebelumnya dengan perasaan kehilangan dan duka cita, budaya, dan kepercayaan
religius menjadibagian dari struktur dasar individu. Garis pertahanan dan
perlawanan melindungi struktur dasar dari gangguan stres yang menimpa individu
(Reed, 1993).

2.8 Analisa

1. Analisis Internal

Asumsi didefinisikan sebagai dalil yang diterima tanpa harus dibuktikan,


beberapa tipe asumsi, tetapi asumsi dengan banyak kesesuaian antara implisit dan
explicit . secara garis besar asumsi diidentifikasi Neuman sebagai berikut:

11
a. Setiap orang adalah individual unik dengan range respon yang normal.
b. Beberapa tipe stressor mungkin dalam garis keseimbangan individual
(garis pertahanan normal). Stressor alamiah mungkin berdampak keluar
yang mana seseorang mungkin menggunakan garis pertahanan yang flexible.
c. suatu waktu manusia dalam respon normal yang mana mereka dalam garis
pertahanan normal.
d. Garis pertahanan flexible adalah system reaksi yang digunakan untuk
pertahanan stressor, ketika garis pertahanan flexible tidak dapat digunakan
untuk pertahanan stressor, stressor mempengaruhi keseimbangan seseorang.
e. Garis pertahanan internal individu stabil dan menghasilkan individu yang
normal.
f. Kesakitan adalah hubungan yang dinamis antara fisiologi, psikologi, sosio
budaya dan perkembangan status.
g. Pencegahan utama/primer adalah mengidentifikasi dan semua faktor resiko
berhubungan dengan stressor.
h. Pencegahan sekunder berhubungan dengan gejala dan stretegi intervensi.
i. Pencegahan tersier berhubungan dengan adaptasi atau hasil rekontruksi.

Asumsi direfleksikan dalam element dasar pada modul ini. System klien
dalam intraksi dengan lingkungan. Dalam perawatan kesehatan professional dapat
dari sebuah model yan spesifik yang mana intervensi antara stressor dan klien,
contoh seorang terapi fisik mungkin mengindentifikasi stressor akan
mempengaruhi otot atau tolong maka intervensi spesifik akan diatur dari
pengetahuan.

Beberapa implikasi dapat diasumsikan lebih baik, contoh individu klien


mempunyai nilai dan usaha stabilitas atau kesehatan yang prima. Kesehatan
professional klien lebih baik mempunyai respon yang besar untuk status kesehatan
ini. Tambahan, perawatan kesehatan professional adalah dapat membantu klien
mencapai dan bertahan dalam kondisi sehat.

Komunitas dan keluarga yang direferensikan Neuman, tetapi dapat


diasumsikan hanya untuk klien. Neuman mempunyai pernyataan walaupun
mengasumsikan konssep yang original dalam terminology klien. Dia berharap

12
akan meluaskan. Dia percaya mereka menampilkan yang lebih baik dalam system
yang lain. Asumsi untuk system perawatan kesehatan yang lebih besar yaitu
komunitas atau keluarga menjadi petunjuk, contoh neuman melaporkan dari
Ontorio Canada dan propinsi Manitoba mempunyai kreteria dasar untuk praktek
perawatan kesehatan masyarakat dalam system model Neuman, yang mana sukses
dalam implementasi ( Neuman, kominikasi personal ).

2. Analisis Konsep Keperawatan menurut Neuman

Keperawatan memperhatikan semua hal dan stressor-stressor pontensial


kaitannya dengan penggunaan pengaruh dan potensial dampak stressor
lingkungan.

Tujuan Keperawatan adalah menjaga stabilitas system klien, membantu klien


untuk mengurus diri yang mana hal – hal sebagai persyaratan untuk mencapai
tahap kesehatan yang optimum. Memfasilitasi kesehatan yang optimum untuk
pasien melalui memperkuat atau memelihara stabilitas system klien.

Sehat Adalah keadaan baik. Sehat adalah suatu titik yang bergerak pada
rentang negentrophy paling besar ke entrophy maksimum. Saat semua bagian
pada klien berada dalam keadaan harmonis atau seimbang ketika semua
dibutuhkan untuk bertemu, kesehatan optimal tercapai. kesehatan adalah juga
energi.

Manusia terdiri dari Fisiologi, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan


spiritual. Diwakili untuk struktur sentral, garis pertahanan dan garis perlawanan.
Klien adalah manusia yang diancam atau diserang oleh stressor lingkungan.

Lingkungan adalah semua faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi


klien dan system klien. Tiga type lingkungan yang telah diidentifikasi ; internal,
eksternal dan , lingkungan yang diciptakan. Stressor adalah bagian dari
lingkungan, lingkungan internal berisi dalam batas system klien. Lingkungan
eksternal berisi kekuatan-kekuatan diluar system klien. Lingkungan yang
diciptakan merupakan mobilisasi yang tidak disadari klien terdiri dari struktur
komponen-komponen sebagai faktor energi, stabilitas dan integritas.

13
Masalah keperawatan merupakan kesehatan system klien yang terancam atau
manifestasi aktual respon terhadap stressor Proses Keperawatan Neuman
menggambarkan 3 langkah fokus :

 diagnosa keperawatan
 tujuan keperawatan
 hasil.

Intervensi keperawatan adalah intervensi yang diidentifikasi oleh Neuman, yaitu


tiga komponen tipologi intervensi : tahap pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Rekontitusi merupakan bagian dari tahap pencegahan tersier.

3. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Konsep


a. Kekuatan
1) Neuman menggunakan diagram yang jelas , diagram ini digunakan
dalam semua penjelasan tentang teori sehingga membuat teori
terlihat menarik. Diagram ini mempertinggi kejelasan dan
menyediakan perawat dengan tantangan–tantangan untuk
pertimbangan.
2) Model system Neuman lebih flexible bias digunakan pada area
keperawatan, pendidikan dan pelatihan keperawatan.
b. Kelemahan
1) Model Sistem Neuman dapat digunakan oleh semua profesi
kesehatan, sehingga untuk profesi keperawatan menjadi tidak
spesifik
2) Penjelasan tentang perbedaan stressor interpersonal dan
ekstrapersonal masih dirasakan belum ada perbedaan yang jelas
3) Model system Neuman tidak membahas secara detail tentang
perawat –klien, padahal hubungan perawat klien merupakan domain
penting dalam Asuhan Keperawatan.

14
2.9 Bagan Teori Health Care System

Gambar 2.1. Model system Neuman (Tomey and Alligood (2002))

Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis
pertahanan dan perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem klien,
struktur dasar, intervensi dan rekonstitusi (Fitzpatrick & Whall, 1989). Berikut ini
akan diuraikan tentang masing-masing variable:

1. Stressor
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan
berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi
stressor sebagai berikut :
a. Stressor intrapersonal
terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan lingkungan
internal.
Misalnya : respons autoimmune

15
b. Stressor interpersonal
yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki
pengaruh pada sistem.
Misalnya : ekspektasi peran
c. Stressor ekstrapersonal
juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga tetapi lebih jauh
jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal.
Misalnya : sosial politik.
2. Garis pertahanan dan perlawanan
Garis pertahanan menurut Neuman’s terdiri dari garis pertahanan normal
dan garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan normal merupakan lingkaran
utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau
kondisi yang menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut
wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya
deviasi dari keadaan wellness untuk sistem klien. Selain itu ada berbagai
stressor yang dapat menginvasi garis pertahanan normal jika garis pertahanan
fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi. maka
sistem klien akan bereaksi dengan menampakan adanya gejala ketidakstabilan
atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk mengatasi stressor
tambahan. Garis pertahanan normal ini terbentuk dari beberapa variabel dan
perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan.
Garis pertahanan normal ini merupakan bagian dari garis pertahanan
fleksibel.
Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau
perlindungan pada sistem dari stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat
pada garis pertahanan normal. Bila jarak antara garis pertahanan meningkat
maka tingkat proteksipun meningkat. Oleh sebab itu untuk mempertahankan
keadaan stabil dari sistem klien, maka perlu melindungi garis pertahanan
normal dan bertindak sebagai buffer. Kondisi ini bersifat dinamis dan dapat
berubah dalam waktu relatif singkat. Disamping itu hubungan dari berbagai
variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat

16
mempengaruhi tingkat penggunaan garis pertahanan diri fleksibel terhadap
berbagai reaksi terhadap stressor.
Sedangkan garis perlawanan menurut Neuman’s merupakan serangkaian
lingkaran putus-putus yang mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten
ini melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor
lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of defense).
Misalnya mekanisme sistem immun tubuh. Jika lines of resistance efektif
dalam merespon stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak
efektif maka energi berkurang dan bisa timbul kematian.
3. Tingkatan pencegahan
Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri
dari pencegahan primer, sekunder dan tersier.
a. Pencegahan primer
Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi
kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer
mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara
mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi
dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum
reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan,
olah raga dan perubahan gaya hidup.
b. Pencegahan sekunder.
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor.
Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of
resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten
sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat
sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem
secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak
berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat
mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa
menyebabkan kematian

17
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-
strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada
perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan
utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk
mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat
mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali
pada pencegahan primer.
4. Sistem klien
Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka
dan dinamis terhadap klien yang dikembangkan untuk memberikan suatu
kesatuan fokus definisi masalah keperawatan dan pemahaman terbaik dari
interaksi klien dengan lingkungannya. Elemen-elemen yang ada dalam sistem
terbuka mengalami pertukaran energi informasi dalam organisasi
kompleksnya. Stress dan reaksi terhadap stres merupakan komponen dasar
dari sistem terbuka. Klien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok,
komunitas atau sosial issue (Tomey & Alligood, 1998). Klien sebagai suatu
sistem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang terdapat
dalam sistem tersebut. Kesehatan klien akan dipengaruhi oleh keluarganya,
kelompoknya, komunitasnya, bahkan lingkungan sosialnya.
Neuman meyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem, memiliki lima
variabel yang membentuk sistem klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur,
perkembangan dan spiritual. Selanjutnya juga dijelaskan oleh Neuman bahwa
klien merupakan cerminan secara wholistik dan multidimensional (Fawcett,
2005). Dimana secara wholistik klien dipandang sebagai keseluruhan yang
bagian-bagiannya berada dalam suatu interaksi dinamis. Pernyataan tersebut
membuktikan bahwa setiap orang itu akan memiliki keunikan masing-masing
dalam mempersepsikan dan menanggapi suatu peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan sehari- hari. Perubahan istilah dari Holistik menjadi Wholistik
untuk meningkatkan pemahaman terhadap orang secara keseluruhan.
Disamping itu klien atau sistem dapat menangani stressor dengan baik,
sehingga sakit atau kematian.tan atau stabilitasasi system. perubazhan dapat

18
mempertahankan kesehatan secara adekuat. Keseimbangan fungsional atau
harmonis menjaga keutuhan integritas sistem. Apabila bagian-bagian dari
klien berinteraksi secara harmonis, maka akan terwujud jika kebutuhan-
kebutuhan sistem telah terpenuhi. Namun apabila terjadi ketidakharmonisan
diantara bagian-bagian dari system, hal ini disebabkan karena adanya
kebutuhan yang tidak terpenuhi.
5. Struktur dasar
Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar
yang biasa terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik.
Variabel-variabel tersebut yaitu variabel sistem, genetik, dan
kekuatan/kelemahan bagian-bagian sistem.
6. Intervensi
Intervensi merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk
memperoleh, meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri
dari pencegahan primer, sekunder dan tertier.
7. Rekonstitusi
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi
yang terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor. Rekonstitusi
dapat dimulai menyertai tindakan terhadap invasi stressor..Rekonstitusi
adalah suatu adaptasi terhadap stressor dalam lingkungan internal dan
eksternal. Rekonstitusi bisa memperluas normal line defense ke tingkat
sebelumnya, menstabilkan sistem pada tingkat yang lebih rendah, dan
mengembalikannya pada tingkat semula sebelum sakit. Yang termasuk
rekonstitusi adalah faktor-faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal
dan lingkungan yang berkaitan dengan variabel fisiologis, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
Model Sistem Neuman ini sangat sesuai untuk diterapkan pada pengkajian
di masyarakat, karena pendekatan yang dipergunakan adalah pada komunitas
sebagai sistem klien.

19
BAB III

ANALISA ARTIKEL JURNAL

3.1 Judul dan Penulisan Artikel

Artikel yang berhubungan dengan konsep teori betty neuman “Penerapan


Teori Betty Neuman Dalam Pengkajian Lansia Dengan Diabetes Mellitus Di Desa
Margalaksana Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut” di tulis oleh “ Iskim Luthfa ,
Citra Windani, M.S”

3.2 Abstrak

Diabetes mellitus adalah penyakit kronik yang akan diderita seumur hidup.
Dampaknya akan dirasakan oleh penderita dan keluarga yang merawatnya,
bahkan masyarakat yang ada di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menerapkan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan DM di Desa
Margalaksana, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut. Rancangan penelitian ini
adalah adalah deskriptif analitik, dengan sampel sebanyak 94 lansia yang berusia
> 45 tahun. Hasil penerapan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan
DM, meliputi lima aspek yaitu aspek perkembangan, fisiologis, psikologis, sosial-
kultural dan spiritual.

Kata kunci : Teori Betty Neuman, Komunitas, Lansia, Diabetes mellitus.

Abstract

Diabetes mellitus is a chronic disease that will suffer a lifetime. The impact will
be felt by the patient and family care, even the community around him. This study
aims to apply the theory of Betty Neuman in the assessment of elderly with
diabetes in Margalaksana Village, District Garut. The design of this research is
descriptive analytic, with a sample of 94 elderly people aged> 45 years. The
results of the application of the theory of Betty Neuman in the assessment of
elderly with diabetes, includes five aspects: developmental, physiological,
psychological, socio-cultural and spiritual.

Key word : Theory of Betty Neuman, Community, elderly, diabetes mellitus

20
3.3 Latar Belakang

Prevalensi dan insidensi jumlah penduduk dunia yang terkena penyakit


DM semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000 jumlah
penduduk dunia yang menderita diabetes sudah mencapai 171 juta orang dan
dalam kurun waktu 30 tahun kemudian akan naik sebesar 114% atau mencapai
366 juta orang pada tahun 2030. Kenaikan jumlah penderita diabetes ini terjadi di
Negara maju dan 80% nya di Negara berkembang khususnya yang paling cepat
pertumbuhan ekonominya (IDF, 2011).

Di Negara maju seperti America pada tahun 2000 jumlah penderita


diabetes mencapai 35 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah ini
akan meningkat mencapai 64 juta orang (Barcelo, Alberto & Rajpathak; 2001).
Di Asia, hasil penelitian yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health,
Amerika Serikat menunjukkan bahwa di India diperkirakan penderita diabetes
akan bertambah dari 40 juta jiwa pada tahun 2007 menjadi 70 juta jiwa pada tahun
2025; di China diperkirakan akan meningkat dari 39 juta jiwa menjadi 59 juta
jiwa; di Bangladesh diperkirakan meningkat dari 3,8 juta jiwa menjadi 7,4 juta
jiwa. Begitu pula dengan pertambahan penderita diabetes di Indonesia, WHO
melakukan analisis dan dikatakan bahwa Indonesia pada tahun 2000 menempati
urutan keempat jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia setelah Amerika,
Serikat, China dan India. Dan pada tahun 2030 diperkirakan Indonesia masih tetap
menempati urutan keempat, dengan prediksi akan terjadi peningkatan dari 8,4 juta
pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Wild, S., Roglic, G.,
Green, A., Sicree, R., & King, H; 2004).

Penderita Diabetes Melitus menyebar di seluruh provinsi. Jawa Barat


merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai jumlah penderita
diabetes yang cukup tinggi. pada tahun 2001 terjadi peningkatan jumlah pasien
Diabetes Mellitus, akan tetapi terjadi penurunan jumlah kematian di bandingkan
data tahun 2000. Pada tahun 2003, penyakit Diabetes Mellitus di Jawa Barat
menempati urutan kesepuluh, tahun 2004 dari 40 RS di Jawa Barat melaporkan
kasus DM sebanyak 4233 orang dengan jumlah kematian 224 orang (Dinkes
Jabar, 2004). Data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut tahun

21
2013 kasus DM mencapai 6.377 kasus, dengan rincian kasus lama sebesar 752
kasus (laki-laki 249 orang dan perempuan 503 orang), kasus baru sebesar 5.630
kasus (laki-laki 2.242 orang dan perempuan 3.394 orang) (Profil Dinkesh Garut,
2013).

Diabetes mellitus juga mengenai hampir semua usia, namun kasus


terbanyak pada lansia, usia 45-54 tahun sebanyak 1.565 orang, usia 55-59
tahun sebanyak 1.294 orang, usia 60-69 tahun sebanyak 1.142 orang, dan
usia lebih dari 70 tahun sebanyak 863 orang (Profil Dinkesh Garut, 2013).

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut (2013) menunjukkan kasus


Diabetes Mellititus di Puskesmas DPT Cilawu merupakan yang paling tertinggi di
bandingkan dengan Puskesmas lainnya yang ada di Wilayah Garut, data diabetes
mellitus selama bulan januari sampai desember tahun 2013 mencapai 163 kasus.
Data dari Pusksmas DPT Cilawu yang terdapat dalam laporan kegiatan lansia di
balai pengobatan (BP) tahun 2013 menunjukkan bahwa rata-rata kunjungan lansia
dengan kasus DM per bulan mencapai 80 kunjungan.

Desa Margalaksana merupakan salah satu Desa di Kecamatan Cilawu


yang dijadikan sebagai prioritas dalam pengembangan Posbindu PTM oleh
Puskesmas DPT Cilawu. Selama ini di Desa Margalaksana belum pernah
dilakukan pendataan kesehatan khususnya lansia dengan penyakit DM. Hasil
skrining pemeriksaan kadar gula darah sewaktu (GDS) yang dilakukan pada
tanggal 3 desember 2014 kepada 48 lansia didapatkan hasil sebanyak 12 orang
nilai GDS normal (< 100 mg/dl), sebanyak 29 orang nilai GDS resiko (100 – 199
mg/dl), dan sebanyak 7 orang nilai GDS nya tinggi (> 200 mg/dl). Studi ini
mencoba memberikan gambaran mengenai penerapan Teori Betty Neuman dalam
pengelolaan lansia dengan DM di Desa Margalaksana.

3.4 Metode

Studi penelitian ini adalah deskriptif analitik, dengan melibatkan lansia


yang berusia lebih dari 45 tahun. Sampel diambil berdasarkan rumus Slovin
dengan taraf signifikansi 10%. Total populasi mencapai 1505 lansia, sehingga
didapatkan sampel sebanyak 94 lansia. Teori Betty Neuman dipilih karena

22
termasuk konsep Grand Teory Level yang sering dikembangkan dalam
pengaplikasiannya, yang mencakup 4 elemen penting dalam proses keperawatan.
Elemen tersebut meliputi manusia, lingkungan, kesehatan dan pelayanan.
Keempat elemen ini tidak bisa di pisahkan satu sama yang lainnya. Dalam teori
Neuman kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga dan komunitas.
Teori Neuman membantu individu, keluarga, kelompok dalam mencapai dan
mengelola tingkat maksimal dari kesejahteraan total dengan intervensi yang
sesuai.

Model system Neuman dikembangkan berdasarkan pada teori umum dan


memandang klien sebagai suatu sistem terbuka yang bereaksi terhadap stressor
dan lingkungan. Variabel klien adalah fisiologis, psikologis, sosial budaya,
perkembangan dan spiritual. Intervensi keperawatan terjadi melalui tiga cara
pencegahan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier sehingga model ini bisa
digunakan dipelayanan keperawatan komunitas.

3.5 Hasil

Hasil penerapan teori Betty Neuman dalam pengelolaan lansia dengan


DM, meliputi 5 aspek : Perkembangan, fisiologis, psikologis, social-budaya dan
spiritual.

Tabel 1. Perkembangan Lansia

Kriteria Hasil

Jenis kelamin 51% laki-laki dan 49% jenis kelaminnya perempuan.

Usia 45-55 tahun sebanyak 25%, usia 56-66 tahun

Usia sebanyak

49% dan usia > 60 tahun sebanyak 26%.

4% lansia tidak ada yang merawat, 2 % lansia di


Caregiver rawat

tetangganya, dan 94% lansia di rawat oleh

23
keluarganya.

9% lansia memiliki pengetahuan baik dan 91%

Pengetahuan tentang DM lansia

memiliki pengetahuan buruk.

77% lansia belum pernah mendapatkan informasi


tentang DM
Informasi tentang DM
dan 23% lansia pernah mendapatkan informasi
tentang DM.

Sebanyak 28% lansia memiliki sikap positif dan

Sikap terhadap DM sebanyak

72% lansia memiliki sikap negatif.

Sebanyak 100% lansia memiliki perilaku yang

Perilaku DM negatif

terhadap penyakit DM.

Tabel 2. Fisiologis

Kriteria Hasil

99% lansia masih mandiri dan 1% lansia mengalami


Kemandirian
ketergantungan.

Aktivitas 39% lansia masih bekerja, dan 61% lansia tidak bekerja.

42% lansia rutin melakukan olah raga dan sebanyak 58%

Olahraga lansia tidak

melakukan olah raga.

24
Sebanyak 76% lansia kondisinya sehat, sebanyak 20%
lansia
Resiko DM
memiliki resiko terkena DM, dan 4% lansia menderita
DM.

Tabel 3. Psikologis

Kriteria Hasil

7% lansia mengatakan DM merupakan penyakit ringan


tidak harus
Persepsi DM
segera ditangani, dan 93% lansia mengatakan DM
merupakan penyakit berat yang harus segera ditangani

2% lansia mengatakan kurang puas dengan pelayanan


Kepuasan terhadap
kesehatan dan
Yankes
98% merasa puas dengan pelayanan kesehatan

Sebanyak 41% kondisi psikologis lansia negatif dan


Kondisi psikologis sebanyak 59%
lansia
kondisi psikologis lansia positif.

Tabel 4. Sosial-Kultural

Kriteria Hasil

100% lansia memiliki hubungan yang harmonis dengan

Hubungan sosialisasi keluarga dan

tetangganya.

25
11% lansia memiliki budaya atau keyakinan yang
bertentangan
Budaya
dengan kesehatan, dan 89% lansia memiliki budaya sesuai
dengan kesehatan.

83% lansia mempercayai pengobatan tradisional, dan 17%

Pengobatan tradisional lansia

tidak mempercayai.

Tabel 5. Spiritual

Kriteria Hasil

Agama 100% lansia beragama islam

96% lansia melaksanakan ibadah secara rutin, dan 4%

Pelaksanaan ibadah lansia tidak

melaksanakan ibadah secara rutin.

87% lansia aktif mengikuti kegiatan keagamaan, dan


Aktif kegiatan
sebanyak 13%
keagamaan
lansia tidak aktif mengikuti.

3.6 Pembahasan

Teori Betty Newman sangat memungkinkan digunakan dalam pengkajian


praktik keperawatan di komunitas dengan agregat lansia dengan DM. pengkajian
lansia hendaknya dilakukan secara holistik meliputi bio- psiko-sosial-kultural dan
spiritual. Dalam penerapan teori Betty Newman aspek pengkajiannya sudah
secara holistik yang meliputi : aspek perkembangan, aspek fisiologis, aspek
psikologis, aspek social- kulturas, serta aspek spiritual. Dalam pengelolaannya

26
pun Teori Betty Newman sudah membuat tingkatan intervensi dengan melihat
garis pertahanan klien (komunitas) yang terganggu, fleksibel (intervensi primer),
normal (intervensi sekunder), dan resisten (intervensi tertier).

Aspek perkembangan lansia. Di Indonesia batasan usia Lansia dibagi


menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Usia 45-55 tahun disebut sebagai pralansia, 2) Usia
56- 66 tahun disebut sebagai lansia madya, dan 3) Usia > 60 tahun disebut sebagai
lansia akhir. Secara teoritis setelah seseorang berusia 30 tahun maka fungsi tubuh
akan mengalami kemunduran sebanyak 1% tiap tahunnya. Berdasarkan usianya
lansia akan mengalami proses degeneratif yang menyebabkan perubahan dan
penurunan fungsi tubuhnya, sehingga berdampak pada kesehatan fisik, mental,
sosial, ekonomi dan kemampuan produktivitasnya. Dalam menghadapi proses
penuaan dan perawatan terhadap masalah kesehatannya, lansia memerlukan
bantuan dan dukungan dari keluarga (family care giver). Dari hasil penelitian
lansia yang dirawat oleh keluarganya sebanyak 94%, sebanyak 2% lansia di rawat
oleh tetangganya dan sebanyak 2% lansia tidak ada yang merawat.

Kemunduran fungsi tubuh yang lainnya yaitu dalam hal penurunan fungsi
kognitif. Kemunduran fungsi ini nantinya akan berdampak pada pengetahuan,
sikap dan perilaku tentang penyakit DM. Hasil penelitian menunjukkan lansia
yang pernah mendapatkan informasi kesehatan tentang DM sebanyak 23%,
sedangkan sebanyak 77% lansia belum pernah mendapatkan informasi kesehatan
tentang DM. Kurangnya informasi yang didapat menyebabkan sebanyak 91%
lansia memiliki pengetahuan tentang DM yang rendah, sebanyak 72% lansia
memiliki sikap yang negatif terhadap perawatan DM, dan sebanyak 100% lansia
memiliki perilaku yang negatif terhadap penyakit DM.

Aspek Fisiologis, proses degeneratif pada lansia tidak bisa dihindari dan
pasti akan terjadi, namun yang bisa dilakukan adalah mencegah supaya proses
degeneratif tersebut berjalan lambat. Demikian juga dengan kejadian DM, secara
teoritis kejadian DM akan meningkat sejalan dengan usia, hal ini dikarenakan
banyak faktor beberapa diantaranya adalah karena penurunan fungsi pankreas
dalam memproduksi hormon insulin, faktor kegemukan, diit yang tinggi glukosa
dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk menurunkan faktor resiko DM pada

27
lansia adalah dengan beraktivitas, bisa dengan tetap bekerja maupun dengan
berolah raga. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas lansia yang masih bekerja
sebanyak 39%, sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 61%, dalam hal olah raga
sebanyak 42% lansia melakukan oleh raga secara rutin dan sebanyak 58% lansia
tidak melakukan olah raga secara rutin. Setelah dilakukan pengkajian tentang
resiko DM pada lansia dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 76% lansia
kondisinya sehat, sebanyak 20% lansia memiliki resiko terkena DM dan sebanyak
4% lansia menderita DM.

Aspek psikologis, persepsi lansia tentang kebutuhan dan kepuasan


terhadap fasilitas pelayanan kesehatan berbeda-beda pada lansia. Persepsi ini
mendasari apakah dengan kondisi DM lansia akan pergi ke Pelayanan kesehatan
atau tidak, dan membaiknya kondisi fisiknya setelah pergi ke Pelayanan kesehatan
mendasari tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. hasil penelitian
menunjukkan persepsi lansia tentang DM sebanyak 7% lansia mengatakan DM
merupakan penyakit ringan tidak harus segera ditangani, dan sebanyak 93% lansia
mengatakan DM merupakan penyakit berat yang harus segera ditangani. Dalam
hal kondisi psikologis, sebanyak 41% kondisi psikologis lansia negatif dan
sebanyak 59% kondisi psikologis lansia positif. Dalam hal kepuasan terhadap
pelayanan kesehatan sebanyak 98% lansia puas dengan pelayanan kesehatan yang
ada dan sebanyak 2% lansia merasa kurang puas dengan pelayanan kesehatan.

Aspek sosial-kultural. budaya merupakan kekayaan disuatu daerah yang


diwariskan secara turun temurun, lahir dari adanya hubungan sosialisasi dengan
masyarakat. Budaya mempengaruhi derajat kesehatan lansia dalam hal keyakinan
terhadap praktik kesehatan dan pemilihan pelayanan kesehatan. Dari hasil
penelitian didapatkan sebanyak 11% lansia memiliki budaya atau keyakinan yang
bertentangan dengan kesehatan, dan sebanyak 89% lansia memiliki budaya sesuai
dengan kesehatan. dalam hal pemilihan pelayanan kesehatan sebanyak 83% lansia
mempercayai pengobatan tradisional, dan sebanyak 17% lansia tidak
mempercayai

Aspek spiritual. Dalam menghadapi masalah kesehatan dan kematian, tiap


orang akan menunjukkan respon yang berbeda- beda. Agama merupakan aspek

28
penting yang dimiliki seseorang, karena agama mampu memberikan ketenangan
batin dalam menghadapi permasalahan yang ada. Aspek spiritual yang ada pada
lansia harusnya mengalami peningkatan sebanding dengan peningkatan usia,
karena sejalan dengan teori perkembangan manusia usia lansia merupakan tahap
akhir dari kehidupan manusia, dimana manusia mengalami pertumbuhan,
perkembangan dan akhirnya mati. Semakin tua seseorang maka masalah
kesehatan akan semakin kompleks dan lebih dekat dengan kematian. Hal ini
sejalan dengan temuan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak
100% lansia beragama islam, sebanyak 96% lansia melaksanakan ibadah secara
rutin, dan sebanyak 87% lansia masih aktif dalam kegiatan keagamaan yang ada
dilingkungannya.

3.7 Simpulan

1. Teori Betty Neuman termasuk Grand Teory Level bisa dikembangkan dan
diaplikasikan dalam pengkajian lansia dengan DM di Komunitas
2. Aspek pengkajian yang terdapat dalam teori Betty Neuman meliputi : aspek
perkembangan, aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial-kultural, dan
aspek spiritual.
3. Aspek perkembangan, pengkajian yang bisa dikembangkan dalam aspek ini
meliputi : jenis kelamin, usia, care giver, pengetahuan, sikap dan perilaku.
4. Aspek fisiologis, pengkajian yang bisa dikembangkan dalam aspek ini
meliputi : kemandirian, aktivitas, olah raga, dan resiko DM.
5. Aspek psikologis, pengkajian yang bisa dikembangkan dalam aspek ini
meliputi : persepsi, kepuasan terhadap pelayanan kesehatan, dan kondisi
psikologis lansia.
6. Aspek sosial-kultural, pengkajian yang bisa dikembangkan dalam aspek ini
meliputi : hubungan sosialisasi, budaya, dan pilihan pengobatan.
7. Aspek spiritual, pengkajian yang bisa dikembangkan dalam aspek ini
meliputim: agama, pelaksanaan ibadah dan keaktifan mengikuti kegiatan
keagamaan.

29
3.8 Diskusi

Penelitian ini mencoba mengaplikasikan teori Betty Newman di dalam


praktik keperawatan komunitas, khususnya pada agregat lansia dengan DM.
pengkajian Betty Neuman memberikan kontribusi untuk membangun bagaimana
berbagai faktor seperti perkembangan, fisiologis, psikologis, sosial-kultural-
spiritual, ekonomi, dan lingkungan mempengaruhi kesehatan lansia dan penyakit
dengan menyediakan data epidemiologi yang komprehensif kesehatan lansia di
Desa Margalaksana. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman prevalensi
penyakit pada orang tua, tetapi juga membantu dalam mencegah penyakit, dan
akhirnya meningkatkan sistem manajemen kesehatan di Kabupaten Garut.
Penelitian ini hendaknya perlu didukung dengan data wawancara mengingat
responden sudah berusia lanjut, dan hendaknya instrument perlu dibedakan untuk
lansia yang sehat, beresiko dan sakit DM.

3.9 Daftar Pustaka

American Diabetes Association (2013). Standards of medical care in diabetes.


Diabetes Care. 2013; Sep;33 Suppl 1:S11-S61.

Barcelo, Alberto, & Rajphatak, Swapnil. (2001). Incidence and prevalence of


diabetes mellitus in the Americas. Rev Panam Salud Publica [online]. vol.10, n.5,
pp. 300-308. ISSN 1020-4989.

Dinkes Jabar. (2013). Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat Tahun 2013. Bandung
: Dinkes Jabar.

Dinkes Garut. (2013). Profil kesehatan kota Garut Tahun 2013. Bandung : Dinkes
Garut.

International Diabetes Federation. (2011). Diabetes Atlas: Impact OnThe


Individual, (online),

Neuman, B. (1990). Health as a continuum based on the Neuman systems model.


Nursing Science Quarterly, 3, 129-135. Puskesmas Cilawu. (2013).

Profil Puskesmas Cilawu Tahun 2013. Garut : Puskesmas Cilawu.

30
American Diabetes Association (2012). Standards of medical care in diabetes.
Diabetes Care. 2013; Sep;33 Suppl 1:S11-S61.

Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., & King, H. (2004). Global prevalence
of diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030.

Diabetes Care, 27(5), 1047-1053.

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Neuman model system dikembangkan berdasarkan pada teori umum dan


memandang keluarga sebagai suatu system terbuka yang bereaksi terhadap tressor
dan lingkungan. Variabel klien adalah fisiologis, psikologis, social budaya,
perkembangan dan spiritual.

Intervensi keperawatan terjadi melalui tiga cara pencegahan yaitu


pencegahan primer, sekunder dan tertier. Model ini digunakan dalam pendidikan
keperawatan, riset, administrasi dan langsung dipelayanan keperawatan.

Penggunaan model konsep keperawatan untuk menganalisis suatu konsep


tertentu dapay memberikan pedoman bagi kita dala pengembangan perangkat
penilaian dan oengukuran yang lebih spesifik, andal (reliable) dan akurat. Sebab
fokus utama keperawatan adalah klien, lingkungan, dan kesehatan. Model
keperawatan memberikan kerangka pikir holistik dan tak terpisahkan untuk
menila konsep-konsep yang menarik perhatian bagi rofesi perawat. Sudut pandang
yang holistik sepertiitu penting sekali digunakan bila perawat berhadapan dengan
variabel yang bersifat multidimensional, misalnya duka cita, nyeri, takut, marah,
atau hal-hal lain yang penting dalam asuhan keperawatan.

Dalam praktik pelayanan keperawatan, penggunaan model keperawatan


akan membantu perawat dalam mendefinisikan area panilaian dan memberikan
pedoman untuk menentukan standar outcome yang sesuai. Ketika perawat
melakukan sebuah riset keperawatan, maka model konseptualakan membantu
dalam menyusun struktur yang logis dan konsisten dengan asumsi-asumsi yang
sudah ada, terutama dalam menyusun berbagai instrumen, metode, dan indikator
hadil pengukuran. Sebab banyak dari konsep-konsep keperawatan yang justru
menggunakan atau dijelaskan dengan pendekatan disiplin ilmu lain.
Seharusnya, kita dapat mendeskripsikan suatu terminologi dengan perspektif ilmu

32
keperawatan. Reformulasi informasi hasil penelitian kedalam model keperawatan
dapat memperkuat tubuh ilmu pengetahuan (body of knowledge) keperawatan
sehingga akan lebih mudah mempelajari dan memahami manusia beserta
iplikasinya.

4.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca, terutama


mahasiswa keperawatan. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi
mahasiswa keperawatan.

Sebagai perawat ada baiknya kita harus mengetahui tindakan apa yang
harus kita berikan jika menghadapi kondisi pasien atau klien yang memberikan
respon atau tindakan yang diakibatkan adanya tekanan atau stressor terhadap
pasien dan akibat yang mungkin bisa terjadi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, wahid iqbal,SKM.2005. Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta:


CV.Sagung Seto

Hidayat Aziz Halimul. (2004). Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba


Medika Jakarta

Perry and Potter.(2005) Fundamental Keperawatan Edisi IV. EGC : Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai