Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASPEK BIO, PSIKO, SOSIO, SPIRITUAL

DI KEPERAWATAN PALIATIF

OLEH :
SGD 5

Putu Pande Eka Suputri (1102105016)


Ni Luh Anik Utami (1102105018)
I Made Hadiartadana (1102105022)
Ni Putu Nariska Rahayuni (1102105030)
Kadek Dewi Yuliantini (1102105031)
Ni Wayan Kuniawati (1102105032)
Anak Agung Istri Dwi Mayuni (1102105060)
I Putu Pande Eka Krisna Yoga (1102105064)
I Gede Meyantara Eka S. (1102105065)
Ida Ayu Putu Surya Adnyani (1102105067)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

1. Apa yang anda ketahui tentang aspek bio, psiko, sosia dan spiritual dalam
persepektif keperawatan intensif? Berikan contohnya!
Pembahasan :
1) Aspek biologis / fisiologis (Perry&Potter.2005)
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk bertahan hidup.
Manusia memiliki beberapa kebutuhan : oksigen, cairan, nutrisi, temperatur,
eliminasi, dan seks. Klien yang sangat muda, sangat tua, sakit dan cacat atau bahkan
penurunan kesadaran tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar
fisiologis. Perawat sering mempunyai peran dalam membantu klien memenuhi
kebutuhan tersebut. Perspektif dalam keperawatan intensif diantaranya:
 Memenuhi kebutuhan oksigen (O2).
Contohnya perawat dapat memberikan bantuan napas bila mengalami
gangguan dalam bernapas atau gagal napas, melakukan pemasangan
ventilator, dan lain-lain.
 Kebutuhan Cairan.
Contohnya pada saat pengkajian keperawatan menunjukkan temuan konsisten
ketidakseimbangan cairan, tindakan keperawatan diarahkan pada perbaikan
keseimbangan kearah yang normal dengan memberi cairan melalui infus.
 Nutrisi.
Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya, seorang
perawat harus mengerti proses pencernaan dan proses metabolic tubuh.
Perawat bisa menggunakan beberapa nutrisi tambahan dan teknik untuk
memperbaiki defsit nutrisional. Contoh: pasien yang tidak sadar atau
gangguan menelan, perawat dapat memasang NGT dan memberikan nutrisi
cair melalui selang tersebut.
 Temperatur.
Terpajan panas yang berkepanjangan meningkatkan aktivitas metabolik tubuh
dan meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan panas yang lama
dan berlebihan juga mempunyai efek fisiologis yang khusus. Dalam hal ini
contoh dan tindakan perawat yang dapat dilakukan antara lain memantau suhu
tubuh klien khususnya bagian tubuh yang berada dibawah seperti punggu
yang dapat menimbulkan dekubitus.
 Eliminasi.
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu proses metabolik tubuh.
Produk sampah dikelurkan melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan.
Contoh: tugas perawat disini lebih ditekankan dalam membantu pasien yang
tidak sadar untuk mengeluarkan materi sampah tersebut. Salah satu cara yang
dapat dilakukan berupa pemberian huknah, baik huknah tinggi atau rendah.
 Seks.
Seks dianggap oleh maslow sebagai kebutuhan dasar fisiologis yang secara
umum mengambil prioritas diatas tingkat kebutuhan yang lebih tinggi.
Seksualitas melibatkan lebih dari seks fisik. Hal tersebut bisa melibatkan
kebutuhan emosi, social, dan spiritual. Contohnya dalam hal ini perawat dapat
sebagai konselor untuk pasien, namun untuk pasien yang tidak sadar cukup
dengan ditemani orang yang berharga bagi pasien.
2) Aspek Psikologis
 Rasa Aman
Memenuhi kebutuhan keselamatan dan keamanan kadang mengambil prioritas
lebih dahulu diatas kebutuhan fisiologis. Contoh dalam keperawatan intensif:
seorang perawat perlu melindungi pasien yang tidak sadar dari kemungkinan
jatuh dari tempat tidur seperti memasang siderail untuk menghindarinya.
 Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
Manusia secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh
teman sebaya dan oleh masyarakat. Contohnya: memberi sentuhan baik dari
perawat maupun keluarga pasien. Sentuhan tersebut diartikan bahwa pasien
masih diperhatikan walaupun dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
 Harga Diri
Kebutuhan harga diri berhubungan dengan keinginan terhadap kekuatan,
pencapaian, rasa cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan. Jika
konsep diri pasien mengalami perubahan karena penyakit atau cedera,
pemberian perawatan melibatkan peningkatan konsep diri dan gambaran diri.
Tindakan perawat spesifik bergantung pada system dukungan. Contohnya
memberi dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien ataupun untuk
meningkatkan proses kesembuhannya.
 Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan paling tinggi dalam hirarki
kebutuhan menurut Maslow. Aktualisasi diri mungkin terjadi pada saat ada
keseimbangan antara kebutuhan klien, tekanan dan kemampuan untuk
beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan lingkungan. Kebutuhan privasi
pasien harus dihargai dan dipenuhi. Suatu penyakit mungkin sangat
menurunkan privasinya. Contoh untuk tindakan perawat dapat membantu
memenuhi kebutuhan ini dengan merencanakan perawatan sehingga privasi
tidak terganggu.
Contohnya: memberikan reward/ penghargaan terhadap perbaikan kondisinya
walaupun kelihatannya pasien tidak dalam keadaan sadar.
3) Aspek Sosial
 Lingkungan sosial
Lingkungan sosial merupakan tempat dimana setiap orang dapat berinteraksi
dengan orang lain. Saling bertukar pikiran, curahan hati maupun yang lainnya
sehingga orang tersebut merasa dekat dengan kegiatan sosialnya. Contoh
aspek social disini perawat bisa memberikan keluarga berkunjung atau melihat
pasien tersebut untuk dapat saling berinteraksi bahkan memberikan support.
Dengan demikian maka pasien akan merasa dekat dengan lingkungan seperti
orang tua, teman dekat, dan kerabat pasien.
4) Aspek Spiritual
 Keyakinan Agama & supranatural.
Kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi
kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf (pengampunan),
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya pada Tuhan. Kebutuhan spiritual
juga dapat memenuhi kebutuhan untuk mencarai anti dan tujuan hidup, kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai, rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan
dan mendapatkan maaf.
Contoh melakukan asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan rohani
atau memfasilitasi kebutuhannya untuk melakukan persembahyangan/
memandu dan atau berdoa bersama pasien bila memungkinkan untuknya.
2. Hal apa saja yang membedakan persepektif keperawatan intensif dengan
keperawatan bidang lainnya seperti medical bedah, kegawat daruratan, dll?
Pembahasan :
1) Perspektif Keperawatan Intensif
Perawatan intensif menurut Adam & Osbome (1997) merupakan pelayanan
keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit
berat yang potensial reversible, memberikan asuhan bagi pasien yang verlu
obeservasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan di ruang
perawatan umum, memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial
atau adanya kerusakan organ umumnya paru, mengurangi kesakitan dan kematian
yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis (Depkes RI, 2006)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan keperawatan intensif berbeda dengan
pelayanan keperawatan di ruang rawat biasa, karena tingkat ketergantungan pasien
terhadap perawat di ruang intensif sangat tinggi. Untuk itu, perawat intensif dituntut
memiliki pengetahuan, keterampilan, daya analisa dan tanggung jawab yang tinggi,
mampu bekerja mandiri, membuat keputusan yang cepat dan tepat, serta
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Ruang lingkup pelayanan perawatan intensif berdasarkan Standar Pelayanan
Keperawatan di ICU oleh Depkes RI tahun 2006 meliputi:
 Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari
 Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik pemenuhan kebuthan dasar.
 Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbukan oleh: a) penyakit; b) kondisi pasien menjadi buruk karena
pengobatan/terapi (iatrogenic)
 Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang bergantung pada fungsi
alat/mesin dan orang lain.
Staf perawat intensif adalah staf perawat professional yang diberikan kewenangan
sebagai seorang perawat yang mampu memberikan asuhan keperawatan yang
kompeten pada pasien dalam kondisi kritis melalui integrasi kemampuan ilmiah
dan ketrampilan khusus serta diikuti oleh nilai-nilai kemanusiaan.
Perawat intensif dalam memberikan pelayanannya mengacu pada standar
keperawatan kritikal, komitmen pada kode etik keperawatan dapat berfungsi
sebagai perwakilan pasien secara tepat serta menunjukkan akuntabilitas terhadap
tindakannya. Perawat kritikal menggunakan intervensi independen, dependen, dan
interdependent dalam mengelola pasien.
2) Perspektif Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Medikal Bedah merupakan bentuk asuhan keperawatan pada klien
dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau terprediksi
mengalami gangguan, baik adanya penyakit, trauma atau kecacatan. Asuhan
keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu untuk memperoleh kenyamanan,
membantu individu dalam meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehatnya,
melakukan prevensi, deteksi dan mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit,
mengupayakan pemulihan sampai klien dapat mencapai kapasitas produktif
tertingginya, serta membantu klien dalam menghadapi kematian secara bermartabat.
Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan
memperhitungkan keterkaitan komponen-komponen, biologis, psikologis, dan sosial
klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau
kecacatan.(Hidayat, 2011)
Klien yang ditangani dalam praktek keperawatan medikal bedah adalah orang
dewasa, dengan pendekatan one to one basis. Basis intervensi keperawatan medikal
bedah adalah ketidakmampuan klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri
(Hidayat, 2011). Ketidakmampuan ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
tuntutan kebutuhan (self-care demand ) dan kapasitas klien untuk memenuhinya (self-
care ability) sebagai akibat perubahan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh.
Kondisi ini unik pada setiap individu, karena kebutuhan akan self-care (self-care
requirement) dapat berbeda- beda, sehingga dibutuhkan integrasi keterampilan-
keterampilan berpikir logis-kritis, teknis dan telaah legal etis untuk menentukan
bentuk intervensi keperawatan mana yang sesuai, apakah bantuan total, parsial, atau
suportif-edukatif yang dibutuhkan klien.
3) Perspektif Keperawatan Kegawatdarudatan
Pelayanan kegawatdaruratan merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum
tindakan/perawatan selanjutnya dan menyembuhkan penderita pada kondisi yang
berguna bagi kehidupan.
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan
gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang berkompeten di ruang
gawat darurat. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi biologis, psikologis, dan
sosial klien baik aktual yang timbul secara bertahap maupun mendadak, maupun
resiko tinggi. (Ramadhani, 2013)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi asuhan keperawatan gawat darurat, yaitu :
kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi baik kondisi klien maupun jumlah
klien yang datang ke ruang gawat darurat, keterbatasan sumber daya dan waktu,
adanya saling ketergantungan yang sangat tinggi diantara profesi kesehatan yang
bekerja di ruang gawat darurat, keperawatan diberikan untuk semua usia dan sering
dengan data dasar yang sangat mendasar, tindakan yang diberikan harus cepat dan
dengan ketepatan yang tinggi (Maryuani, 2009).
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian
primer dan pengkajian sekunder. Pengkajian primer untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang mengancam hidup pasien. Tahapan pengkajian primer meliputi : A:
Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol
servikal; B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan
agar oksigenasi adekuat; C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol
perdarahan; D: Disability, mengecek status neurologis; E: Exposure, enviromental
control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia (Holder, 2002).

3. Apa sajakah peran dan fungsi perawat dalam ruang perawatan intensif?
Peran dan fungsi perawat dalam ruang perawatan intensif :
1) Peran perawat
a. Care giver/pemberi asuhan (Asmadi,2008)
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan
keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya
mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakan diagnosis keperawatan
berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya
mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah,
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan
evaluasi berdasarkan respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat, dengan memperhatikan individu
sebagai makhluk yang holistic dan unik.
Pelayanan yang dapat diberikan perawat diruang intensif antara lain : pemberian
makanan lewat NGT, pasang kateter urine, transfusi darah, pengobatan nyeri karena
berbagai sebab, memonitor kondisi pasien, suction , dll.
b. Pembuat Keputusan Klinis (Keeling dan Ramos,1995)
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan
perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui
proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam
pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien.
Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga.
Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi dengan
pemberi perawatan kesehatan professional lainnya.
c. Client advocate ( Asmadi,2008)
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan
tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan
klien dan membantu memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional. Peran
advokasi sekaligus megharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator
dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani
oleh klien.
d. Educator (Asmadi,2008)
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang
diterima sehingga klien dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahui. Selain itu perawat juga bisa memberikan edukasi kepada keluarga pasien
mengenai penyakit yang diderita pasien.
e. Collaborator (Kusnanto,2004)
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan
rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memnuhi kebutuhan
kesehatan klien.
f. Coordinator (Kusnanto,2004)
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi
maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang
terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai coordinator
perawat dapa melakukan hal-hal berikut :
- Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
- Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
- Mengembangkan system pelayanan keperawatan
- Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan
keperawatan pada sarana kesehatan.
g. Konsultan (Kusnanto,2004)
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
2) Fungsi perawat (Kusnanto,2004) :
a. Pelaksanaan fungsi keperawatan mandiri (Independen)
Tindakan keperawatan mandiri (independen) adalah aktivitas keperawatan yang
dilaksanakan atas inisiatif perawat itu sendiri dengan dasar pengetahuan dan
keterampilannya. Perawat menentukan bahwa klien membutuhkan intervensi
keperawatan yang pasti. Contoh dari keperawatan mandiri perawat di ruang intensif
adalah melakukan oral hygiene, membersihkan tubuh pasien, mencegah decubitus
pada pasien dll
b. Pelaksanaan fungsi keperawatan ketergantungan ( dependen)
Tindakan keperawatan ketergantungan (dependen) adalah aktivitas keperawatan yang
dilaksanakan atas instruksi dokter atau dibawah pengawasan dokter dalam
melaksanakn tindakan rutin yang spesifik. Contoh dari tindakan fungsi
ketergantungan dalam praktik keperawatan yaitu injeksi antibiotic, pemberian
transfuse darah, pemasangan infus dll.
c. Tindakan keperawatan kolaboratif (interdependen)
Adalah aktivitas yang dilaksanakan atas kerja sama dengan pihak lain atau tim
kesehatan lain. Tindakan kolaboratif terkadang menimbulkan adanya tumpang tindih
pertanggung jawaban diantara personal kesehatan dan hubungan langsung kolega
antar-profesi kesehatan.

4. Terkait dengan aspek bio, psiko, sosio dan kultural, keahlian apa saja yang wajib
dimiliki oleh seorang perawat intensif?
Perawat di ruang ICU dituntut untuk memiliki keahlian dan intelektual yang lebih. ICU
merupakan salah satu pelayanan sentral di rumah sakit dimana bagian pelayanan ICU
membutuhkan sumber daya perawat yang terlatih. Perawat ICU minimal memiliki
sertifikat Basic Training Life Support (BTCLS) (Hanafi, 2007). Di Indonesia, ketenagaan
perawat di ruang ICU di atur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU
di Rumah Sakit yaitu, untuk ICU level I maka perawatnya adalah diperlukan minimal
25% perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan lanjut, untuk
ICU level II diperlukan minimal 50% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan
perawat terlatih dan bersertifikat ICU, dan untuk ICU level III diperlukan minimal 75%
dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU.
1. Keahlian wajib yang dimiliki perawat intensif dalam aspek biologis meliputi suatu
penanganan bantuan hidup dasar atau dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
(KDM). Beberapa keahlian yang harus dimiliki oleh seorang perawat ICU yaitu:
Tabel 1. Keahlian dalam Aspek Biologis

Penanganan jalan nafas Menggunakan ventilator


 Melakukan terapi oksigen  Mempersiapkan ventilator
 Melakukan brochial washing  Mempersiapkan set ventilator
 Melakukan suction  Merawat pasien ventilator
 Melakukan intubasi  Mengukur tidal volume
 Melakukan extubas/weaning  Memberikan obat inhalasi
Penanganan gangguan sistem kardiovaskuler  Mengambil sampel darah untuk AGD
 Emergency trolly Penanganan gangguan sistem perkemihan
 Melakukan rekaman EKG  Menghitung balance cairan
 Memasang monitoring EKG, saturasi  Mengobservasi pasien post transplantasi
oksigen, tekanan darah Penanganan gangguan sistem pencernaan
 RJP  Memasang NGT
 Mengkaji pasien dekompensasi cordis  Melakukan nutrisi parenteral
 Merawat pasien dengan menggunakan Penanganan gangguan sistem neurologi
CVP  Menilai tingkat kesadaran/GCS
 Memberikan antikoagulan  Melakukan mobilisasi
Penanganan gangguan endokrin
 Melakukan pemberian insulin
Sumber : PPSDM RS PGI CIKINI, 2013

Menurut Suwandi (2008) dalam melakukan pelayanan keperawatan seorang perawat penting untuk
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Kecerdasan emosional sangat dibutuhkan dalam
berinteraksi dengan pasien, keluarga, teman sesama perawat, dokter, atau tenaga kesehatan lainnya.
Komponen yang termasuk dalam kecerdasan emosional yaitu sikap empati, mampu mengenali emosi
diri dan emosi orang lain. Selain memenuhi kebutuhan dasar atau biologi pasien, seorang perawat
harus dapat juga memenuhi kebutuhan pasien dalam aspek psiko, sosio, dan cultural untuk
mewujudkan suatu pelayanan keperawatan yang holistic. Seorang perawat ICU yang merawat pasien
dengan kondisi kritis juga membutuhkan kemampuan untuk memberikan dukungan emosional, sosial,
dan spiritual selain dukungan fisik karena pasien di ruang ICU kemungkinan lebih merasakan
ketakutan, kesepian, bingung, dan cemas. Satu sikap dan perilaku yang mampu menebus semua
tindakan adalah dengan sentuhan dan caring (Windarini, 2014).
Caring dapat melibatkan tindakan atau komunikasi verbal, dapat juga tidak. Komunikasi terapeutik
merupakan gabungan antara percakapan dan caring berdasarkan tujuan tertentu (Peplau dalam
Kozier, 2010). Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Bersikap caring
untuk pasien dan bekerja sama dengan pasien dari berbagai lingkungan merupakan esensi
keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat dituntut menggunakan keahlian yaitu, kata yang
lemah lembut, sentuhan, harapan, comforting dengan pasien, dan dengan menggunakan spirit caring
(Morrison, 2009).
Sikap caring harus tercermin dalam 10 faktor karatif yang berasal dari nilai-nilai humanistic meliputi:
a. Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic.
Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada pasien. Perawat
juga memperlihatkan kemampuan diri dengan penkes kepada pasien. Perawat yang
menggunakan penduekatan humanistic dalam prakteknya memperhitungkan semua yang
diketahuinya tentang pasien meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai, pengalaman, kesukaan,
perilaku, dan bahasa tubuh.
b. Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan
keperawatan yang holistic.
c. Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain
d. Mengembangkan hubungan saling percaya
e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative pasien. Dalam hal ini
perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan pasien.
f. Penggunaan sistematis metode penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan
g. Peningkatan pembelajaran dan oengajaran interpersonal
h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung. Perawat perlu
menggali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap kesehatan dan kondisi
penyakit pasien.
i. Bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi
j. Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar pertumbuhan diri dan
kematangan jiwa pasien dapat tercapai. Kadang-kadang seorang pasien perlu dihadapkan pada
pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif denga tujuan agar dapat meningkatkan
pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.
Sikap caring ini dapat diinterpretasikan kedalam aspek bio, psiko, sosio, dan cultural yaitu:
2. Keahlian wajib yang dimiliki perawat intensif dalam aspek psikologi:
Sebagai perawat intensif diharapkan mempunyai jiwa yang dapat memberikan dukungan, rasa yang
aman dan sentuhan kasih sayang kepada pasien yang kritis ataupun koma agar pasien diruang intensif
dapat merasakan kenyamanan selama perawatan.
3) Keahlian wajib yang dimiliki perawat intensif dalam aspek sosial:
Sebagai perawat intensif diharapkan mempunyai jiwa yang selalu mengajak pasien dan keluarga
pasien untuk berinteraksi tentang hal-hal mengenai status kesehatan pasien atau hal yang lainnya
melalui komunikasi terapeutik.
4) Keahlian wajib yang dimiliki perawat intensif dalam aspek kultural:
Sebagai perawat intensif ditekankan setiap ingin melakukan tindakan atau menginstruksikan tindakan
kepada pasien maupun keluarga, diharapkan untuk menayakan terlebih dahulu sesuai budaya pasien.
Melihat keahlian dan kemampuan yang dijabarkan diatas, perawat ICU akan memiliki karakteristik
seperti (Windarini,2014):
a. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif dengan konsisten
b. Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya
c. Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan keterampilan khusus serta diikuti oleh nilai etik dan
legal dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan
e. Menerapkan keterampilan komunikasi secara efektif
f. Mendemostrasikan kemampuan keterampilan klinis yang tinggi
g. Menginterpretasikan analisa situasi yang komplek
h. Mengembangkan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
5. Dalam pemberi asuhan keperawatan, jika dikaitkan dengan aspek holistic pasien
intensif, diagnose apa saja yang bisa muncul dan apa saja NOC serta NIC saat
merawat pasien diruang intensif? Sebutkan sebanyak-banyaknya!
Pembahasan: terlampir.
KESIMPULAN

Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan
bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial reversible, memberikan asuhan bagi pasien
yang verlu obeservasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan di ruang
perawatan umum, memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya
kerusakan organ umumnya paru, mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada
pasien-pasien dengan penyakit kritis. Dalam perspektif keperawatan intensif terdapat aspek bio,
psiko, sosio, dan spiritual. Dari aspek bio menyangkut terhadap kebutuhan dasar manusia seperti
oksigen, nutrisi, cairan, eliminasi, temperature dan seks. Dipandang dari aspek psiko terdapat
pemenuhan akan kebutuhan rasa aman, rasa cinta dan saling memiliki, harga diri an aktualisasi
diri pasien. Aspek sosio berkaitan dengan interaksi pasien dengan lingkungan sosialnya dan
aspek sipriual berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan keyakinan pasien. Dalam keperawatan
intensif perawat berperan sebagai care giver, advocate, pembuat keputusan klinis, educator,
collaborator, coordinator, fasilitator, dan konsultan. Sebagai perawat intensif harus memiliki
beberapa keahlian yang wajib dimiliki diantaranya kemampuan pemenuhan bantuan hidup dasar,
mempunyai jiwa yang dapat memberikan dukungan, rasa yang aman dan sentuhan kasih sayang
kepada pasien, diharapkan mempunyai jiwa yang selalu mengajak pasien dan keluarga pasien
untuk berinteraksi melalui komunikasi terapeutik, dan bertindak sesuatu yang tidak merugikan
dengan kebudayaan dan kepercayaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.(2008).Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta: EGC dalam


http://books.google.co.id/books?
id=O3y5bNnwND0C&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false diakses tgl 12
September 2014
Departemen Kesehatan RI. (2006). Standar Pelayanan Keperawatan di ICU.

Hanafi, A. (2007). Peran ruangan perawatan ICU dalam memberikan pelyanan kesehatan di
rumah sakit. Pidato pengukuhan guru besar tetap. USU Medan. Diakses melalui ::
http://mentalnursingunpad.multiplycom/Journal/item/11/ESQ_Bagi_Perawt. diakses
tanggal 12 september 2014

Hidayat, S. (2011). Perspektif Keperawatan Medikal Bedah. FIK Univ. Wiraraja Sumenep

Holder, AR. (2002 ). Emergency Room Liability. JAMA.

Kozier, dkk.(2010).Fundamental of Nursing : concepts, process, and practice. Jakarta : EGC


Kusnanto, S.kep.M.Kes.2004.Pengantar Profesi dan Praktik Keperawat
Profesional.Jakarta:EGC dalam http://books.google.co.id/books?
id=UxuyL5MNqyYC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false diakses
tanggal 12 september 2014

Maryuani, Anik & Yulianingsih. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan. Jakarta : Trans Info Media Medis.
Morrison, P.(2009).Caring & Communicating : Hubungan Interpersonal dalam Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta :EGC
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Ed 4. Jakarta. EGC

PPSDM RS PGI CIKINI. (2013). Pelatihan Perawat Intensif Care Unit (ICU). Diakses melalui:
http://ppsdmrscikini.com/?ForceFlash=true#/item/Pelatihan-Pelatihan-Perawat-Intensif-
Care-Unit-ICU-Dewasa.html tanggal 12 September 2014.diakses tanggal 12 September
2014

Ramadhani, R.DA, dkk. (2013). Pengkajian Gawat Darurat Pada Pasien Dewasa. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya

Suwardi. (2008). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Komunikasi Terapeutik Perawat di
Rumah Sakit Umum Pandan Arang Boyolali.Skripsi. Surakarata: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.diakses melalui http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCUQFjAB&url=http%3A%2F
%2Fml.scribd.com%2Fdoc%2F93756290%2Fskrip&ei=-74TVIKXJNO0uASxs4HoAw&usg=AFQjCNEK-
OjKnvPmu0lSHHSZkMeLY3mFhw&sig2=t_IMKAlBn3X_pKDgDY8wLA&bvm=bv.75097201,d.c2E. diakses
tanggal 12 september 2014
Windarini, L.(2014).Sikap Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Intensive
Care Unit (ICU) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada.diakses melalui : http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?
id=621ᄃ. Diakses tanggal 12 september 2014.

Anda mungkin juga menyukai