Anda di halaman 1dari 22

Pengertian Teori dan Model Konsep Keperawatan

Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau definisi
yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-
fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan
maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu
fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984) sebagai usaha untuk menguraikan
dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,
menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang
dilakukan. Teori keperawatan menurut Barnum 1990 merupakan usaha-usaha untuk
menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Menurut Newman (1979),
ada tiga cara pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori keperawatan, yaitu
meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk
mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu keperawatan, menganalisa situasi praktik
keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik keperawatan serta
menciptakan suatu kerangka konsep yang memungkinkan pengembangan teori keperawatan.
Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah menumbuh kembangkan pengetahuan yang
di harapkan dapat membantu dan mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan
keperawatan.
Tujuan Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian junci perkembangan ilmu keperawatan dan
pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai, diantaranya:
. Tujuan Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian junci perkembangan ilmu keperawatan dan
pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai, diantaranya:

1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang


kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik untuk tindakan atau
bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.
2. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami
berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan
dasar dalam penyelesaian berbagai masalah keperawatan.
3. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan
dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan sehingga segala
bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi
keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus
bertambah dan berkembang.

2.2 Karakteristik Teori Keperawatan dan Faktor yang Mempengaruhi Teori


Keperawatan
Menurut Torres ( 1985 ) dan Chinn-Jacob ( 1983 ) ada lima karakteristik dasar teori dan
konsep keperawatan, yaitu:
a. Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang
spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-
sakit, keperawatan dan konsep lingkungan.
b. Teori keperawatan harus bersifat alamiah. Artinya, teori keperawatan digunakan
dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir
yang logis.
c. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya, teori keperawatan dapat
digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai
dengan situasi praktek keperawatan.
d. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan
yang dilakukan melalui penelitian.
e. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas
praktek keperawatan

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEORI KEPERAWATAN:

1.Filosofi Florence Nigtingale


Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori keperawatan yang
melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan
kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam
perawatan orang yang sakit yang dikenal dengan teori lingkungannya. Selain Florence juga
membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan
keperawatan yang efesien.Beliau juga membedakan praktek keperawatan dengan kedokteran
dan perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan yang sehat.

2. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori keperawatan
diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan
akan lebih baik dilakukan oleh wanita karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan
kebutuhan perawat, akan tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring
dengan perkembangan keperawatan sebagai profesi yang mandiri, demikian juga yang dahulu
budaya perawat dibawah pengawasan langsung dokter, dengan berjalannya dan diakuinya
keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak dan otonomi keperawatan telah ada sehingga
peran perawat dan dokter bukan di bawah pengawasan langsung akan tetapi sebagai mitra
kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai tim kesehatan.

3. Sistem Pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori
keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan kurikulum
keperawatan yang jelas, akan tetapi sekarang keperawatan telah memiliki sistem pendidikan
keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori
keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan keperawatan.

4. Pengembangan Ilmu Keperawatan


Pengembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya pengelompokan ilmu keperawatan
dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunitas yang merupakan
cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan pada
tahun-tahun yang akan datang akan selalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus atau
subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu keperawatan sehingga teori-teori
keperawatan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan atau lingkup bidang ilmu
keperawatan.

2.3 Pandangan Beberapa Ahli tentang Teori dan Model Konsep Keperawatan
2.3.1 TEORI NIGHTINGALE (1860)
Teori Nicghtingale ini memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan, dan
perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini dalam upaya
memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan
keperawatan atau tindakan keperawatan lebihketenangan, dan nutrisi yang adequate, dengan
dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya
teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktek keperawatan mandiri tanpa
tergantung dengan profesi lain.
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit hanya sibuk dengan masalah pemberian
obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan
lingkungan, kebersiahn, ketenangan, dan nutrisi yang adekuat (Ninghtingale, 1860; Torres,
1986).
Torres (1986) mencatat bahan nightangle memberikan konsep dan penawaran yang dapat
divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan.

2.3.2 TEORI PEPLAU


Teori Hildegrad Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif (
Peplau, 1952); yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien
(Torres,1986;Marriner-Tomey,1994).Berdasarkan teori ini klein adalah individu dengan
kebutuhan prasaan,dan keperawatan dalam proses interpersonal dan terapeutik.Oleh sebab itu
perawat berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana perawat
bertugas sebagai narasumber,konselor,dan wali.
Teori Peplau merupakan teori yang unik di mana hubungan kolaborasi perawat dan klien
membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubungan interpersonal yang efektif
dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien (Beeber, Anderson dan Sills,1990). Hubungan
interpersonal perawat-klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti
berikut ini :Orientasi,identifikasi,penjelasan,dan resolusi( Chinn dan Jacobs, 1995)

2.3.3 TEORI HENDERSON


Teori keperawatan Virginia Henderson (Harmer dan Henderson, 1955) mencakup seluruh
kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson (1964) mendefinisikan keperawatan sebagai:
Membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki
kon-tribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya... dimana individu tersebut akan mampu
mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kembali
kemandiriannya secepat mungkin.
Kebutuhan berikut ini, sering kali disebut 14 kebutuhan dasar Henderson,
memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan (Henderson, 1966):
1. Bernafas secara normal
2. Makan dan minum cukup
3. Eliminasi
4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
5. Istirahat dan tidur
6. Memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepaskan pakaian
7. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9. Menghindari bahaya dari lingkungan
10. Berkomunikasi dengan orang lain
11. Beribadah menurut keyakinan
12. Bekerja yang menjanjikan prestasi
13. Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14. Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingin tahuan yang mengacu pada
perkembangan dan kesehatan normal

2.3.4 TEORI ABDELLAH


Teori keperawatan yang di kembangkan oleh Faye Abdellah et al.(1960) meliputi pemberihan
asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk memenuhi kebutuhan
fisik,emosi,intelektual,sosial,dan spiritual baik klien maupun keluarga. Dalam teori Abdellah
mengidentifikasi kebutuhan klien secara spesifik,yang sering dikenal sebagai 21 masalah
keperawatan abdellah:
1. Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan fisik yang baik
2. Mempertahankan aktifitas,istirahat dan tidur yang optimal
3. Mencegah terjadinya kecelakaan,cederah, atau trauma lain dan mencegah meluasnya
infeksi
4. Menpertahankan mekanika tubuh yang baik serta mencagah dan memberbaiki
defermitas
5. Memfasilitasi masukan oksigen ke seluruh sel tubuh
6. Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh
7. Mempertahankan eliminasi
8. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
9. Mengenali respons – respons fisiologos tubuh terhadap kondisi penyakit-
patologis,fisiologis dan kompensasi
10. Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi
11. Mempertahankan fungsi sensorik
12. Mengidentifikasi dan menerima ekspresi,prasaan dan reaksi potif dan negatif
13. Mengidentifikasi dan menerima adanya hubungan timbal balik antara emosi dan penyakit
organik
14. Mempertahankan komunikasi verbal dan non verbal
15. Memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal yang produktif
16. Memfasilitasi pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif
17. Menghasikan dan /atau mempertahankan lingkungan yang terapeutik
18. Memfasillitasi kesadaran akan diri sendiri sebagai individu yang memiliki kebutuhan
fisik,emosi dan perkembangan yang berbeda
19. Menerima tujuan oktimal yang dapat dicapai sehubungan dengan keterbatasan fisik dan
emosional
20. Menggunakan sumber-sumber di komunitas sebagai sumber bantuan dalam mengatasi
masalah yang muncul akibat dari penyakit
21. Memahami peran dari masalah sosial sebagai faktor-faktor yang mempengaruhui dalam
munculnya suatu penyakit

2.3.5 TEORI ORLANDO


Bagi Ida Orlando (1961),klien adalah individu dengan suatu kebutuhan,dimana bila
kebutuhan tersebut di penuhi maka stres akan berkurang,meningkatkan kepuasan atau
mendorong pencapaian kesehatan optimal (Chinn dan Jacobs,1995). Teori Jean Orlando
mengandung konsep kerangka kerja untuk perawat professional yang mengandung 3 elemen
yaitu : perilaku klien, reaksi dan tindakan keperawatan , mengubah situasi perawat setelah
perawat memperkirakan kebutuhan klien , perawat mengetahui penyebab yang
mempengaruhi derajat kesehatan , lalu bertindak secara spontan atau berkolaborasi untuk
memberikan pelayanan kesehatan.

2.3.6 TEORI LEVINA


Keperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide dan nilai-nilai, dimana
perawat memandang manusia itu sama, merupakan suatu rangkaian disiplin dalam menguasai
organisasi atau kumpulan yang dimiliki individu dalam menjalin hubungan manusia
sekitarnya.Intisari dari keperawatan adalah manusia. Asumsinya bahwa definisi teori tersebut
adalah sebagai berikut : KondisiKlien memasuki system pelayanan kesehatan dalam bagian
penyakit atau perubahan kesehatan. Responsibilitas tanggung jawabPerawat bertanggung
jawab dalam mengenal respon (perubahan tingkah laku atau tingkat fungsi tubuh) sebagai
adaptasi klien atau usaha untuk Rasa, Stress, Inflamasi beradaptasi terhadap lingkungan. 4
Sensorio respon antara lain : Fungsi perawat memasukkan intervensi takut untuk
meningkatkan adaptasi terhadap penyakit dan evaluasi intervensi sebagai support (dorongan)
atau terapeutik koping. Intervensi membantu mempertahankan status kesehatan dan
mencegah penyakit lebih lanjut. Intervensi terapeutik meningkatkan penyembuhan dan
pemulihan kesehatan.4 prinsip perlindungan yang mendorong tujuan perawatan untuk
seseorang ke status mempertahankan atau memulihkan Perlindungan terhadap
energiKeseimbangan intake dan output energi untuk mencegah kesehatan : kelelahan
Perlindungan terhadap integritas strukturaMempertahankan atau struktur tubuh
(penyembuhan) pemulihan Perlindungan terhadap integritas personal. Mempertahankan atau
pemulihan rasa identitas dan harga diri Perlindunga (mengenali kualitas diri) terhadap
integritas sosialMemperkenalkan klien sebagai suatu makhluk sosial khususnya dengan orang
lain. Teori Levine berfokus pada satu orang klien, teori ini mempunyai implikasi utama
dalam pengaturan perawatan akut, dimana intervensi dapat bersifat mendorong atau
terapeutik

2.3.7 TEORI JOHNSON


Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada bagaimana klien
beradaptasi terhadap kondosi sakitnya dan bagai mana stres aktual atau torensial dapat
mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuannya adalah menurunkan stres sehingga klien
dapat bergerak lebih mudah melewati masa penyembuhannya ( Johnson,1968). Teori Johnson
berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada pengelompokan perilaku berikut:

1. Perilaku mencari keamanan


2. Perilaku mencari perawatan
3. Menguasahi diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi prestasi
4. Mengakomodasi diet dengan cara yang di terima secara sosial dan kultural
5. Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara diterima secara sosial dan kultural
6. Perilaku seksual dan identitas peran
7. Perilaku melindungi diri sendiri
2.3.8 TEORI ROGERS
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit, perawatan rehabilitasi
penderita sakit serta penyandang cacat. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan
manusia. Menurutnya kehidupan seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup
manusia dan pola pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Asumsi dasar teori rogers
tentang manusia, Manusia adalah kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lain. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik . tidak ada dua hal
didalam kehidupan ini yang dapat diulang dengan cara yang sama dibawah keadaan yang
sama . jalan hidup seseorang berbeda dengan yang lain. Perkembangan manusia dapat dinilai
dari tingkah lakunya. Manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri
misalnya dalam hal sifat dan emosi. Pada intinya Rogers memandang keperawatan sebagai
ilmu dan m,endukung adanya penelitian keperawatan. Oleh sebab itu keperawatan
menggembangkan pengetahuan dari ilmu-ilmu dasar dan fisiologi,begitu juga dengan ilmu
keperawatan itu sendiri:
Ilmu keperawatan bertujuan untuk mengembangkan penelitian ilmia dan analisis logis dan
kemampuan menerapkanya dalam praktik keperawatan. Inti pengetahuan ilmiah keperawatan
merupakan hasil penemuan terbaru keperawatan . . . keperawatan merupakan ilmu tentang
humanispik.

2.3.9 TEORI OREM


Dorothea Orem (1971) Keperawatan adalah sebuah pertolongan atas pelayanan yang
diberikan untuk menolong orang secara keseluruhan ketika mereka atau orang yang
bertanggung jawab atas perawatan mereka tidak mampu memberikan perawatan kepada
mereka. Keperawatan merupakan salah satu daya atau usaha manusia untuk membantu
manusia lain dengan melakukan atau memberikan pelayanan yang professional dan tindakan
untuk membawa manusia pada situasi yang saling menyayangi antara manusia dengan bentuk
pelayanan yang berfokus kepada manusia seutuhnya yang tidak terlepas dari lingkungannya.
Menurut OREM asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
memperlajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini dikenal
dengan Perawatan Diri Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi,
lansia dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka.
Orem mengklasifikasikan self care dalam 3 syarat : Syarat universal : fisiologi dan
psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, sosial,
pencegahan bahaya. Syarat pengembangan : untuk meningkatkan proses perkembangan
sepanjang siklus hidup. Penyimpangan kesehatan berhubungan dengan kerusakan atau
penyimpangan cara, struktur norma dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan
seseorang untuk melakukan self care. Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan
memperhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan pasien dan kemampuan pasien. Oleh
karena itu ada tiga tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri. Perawat memberi
keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat
ketergantungan pasien yang tinggi (system pengganti keseluruhan). Perawat dan pasien saling
berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (system pengganti sebagian) Pasien merawat diri
sendiri dengan bimbingan perawat (system dukungan/pendidikan).

2.3.10 TEORI KING


Tujuan yang ingin dicapai dari teori Imogene King (1971, 1981, 1987) berfokus pad interaksi
tiga sistem: sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem sosial. Ketiganya membektuk
hubungan personal antara perawat dan klien. Hubungan perawat dan klien merupakan sarana
dalam pemberian asuhan keperawatan, dimana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan
oleh perawat dan klien dipengaruhi oleh perilaku satu dengan yang lain, demikian juga oleh
sistem asuhan kesehatan yang berlaku (king, 1971, 1981). Tujuan perawat adalah
memanfaatkan komunikasi untuk membantu klien dalam menciptakan dan mempertahankan
adaptasi positif terhadap lingkungan.

2.3.11 TEORI NEUMAN


Betty Neuman (1972), Keperawatan adalah suatu profesi yang unik dengan memperhatikan
seluruh factor-faktor yang mempengaruhi respon individu terhadap penyebab stress, tekanan
intra, inter dan ekstra personal.Perawatan berfokus kepada mencegah serangan stress dalam
melindungi klien untuk mendapatkan atau meningkatkan derajat kesehatan yang paling
baik.Perawatan menolong pasien untuk menempatkan primary, secondary dan tertiary.
Metode pencegahan untuk mencegah stress yang disebabkan factor lingkungan dan
meningkatkan system pertahanan pasien.Menurut Newman, asuhan keperawatan dilakukan
untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya stressor. penyakit yang terdiri
dari pencegahanPeran ini disebut pencegahan primer, sekunder dan tertier. Primer =
meliputi tindakan keperawatan stressor, mencegah terjadinya reaksiuntuk mengidentifikasi
adanya tubuh karena adanya stressor. Sekunder = tindakan keperawatan untuk gejala
penyakit atau reaksi tubuh lainnyamengurangi atau menghilangkan karena adanya stressor.
Tersier = meliputi pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau
komplikasi dari suatu penyakit.

2.3.12 TEORI ROY


Keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan melalui proses analisa dan tindakan yang
berhubungan untuk merawat klien yang sakit atau yang kurang sehat.Sebagai ilmu
pengetahuan keperawatan Metode yang digunakan adalah terapeutik, scientik dan knowledge
dalam memberikan pelayanan yang esensial untuk meningkatkan dan mempengaruhi derajat
kesehatan. Roy menggambarkan metode adaptasi dalam keperawatan. Individu adalah
makhluk biospikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika
mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan sosial.seluruh individu
harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran sosial
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan

2.3.13 TEORI WATSON


Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan
manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori
kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat
cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal
(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi
dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi
kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial, (kebutuhan untuk
integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan
intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami bahwa manusia adalah
makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam
upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental
dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa
sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dan meningkatkan
status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan
penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
MODEL DOKUMENTASI KEPERAWATAN

Ada 6 model dokumentasi yang dapat digunakan di dalam sistem pelayanan kesehatan di
Indonesia yaitu sebagai berikut : 1) SOR (Source – Oriented Record), 2) POR (Problem –
Oriented Record), 3) Progress Notes, 4) CBE (Charting By Exception), 5) PIE (Problems
Intervention & Evaluation), 6) Focus.

1. SOR (Source Oriented record)

Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter
menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan
perkembangan penyakit, perawat menggunakan catatan keperawatan, begitu pula disiplin lain
mempunyai catatan masing-masing.

1.1 Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari lima komponen, yaitu:

1.1.1 Lembar penerimaan berisi biodata.

1.1.2 Lembar order dokter.

1.1.3 Riwayat medik/penyakit.

1.1.4 Catatan perawat.

1.1.5 Catatan dan laporan khusus.

1.2 Keuntungan :

1.2.1 Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi

1.2.2 Memudahkan perawat untuk secara bebas bagaimana informasi

akan dicatat.

1.2.3 Format dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah,

kejadian, perubahan, intervensi dan respon klien atau hasil.


1.3 Kerugian :

1.3.1 Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi karena tidak berdasarkan
urutan waktu.

1.3.2 Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumnya, tanpa harus
mengulang pada awal.

1.3.3 Superficial pencatatan tanpa data yang jelas.

1.3.4 Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan
tindakan kepada klien.

1.3.5 Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak.

1.3.6 Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam interpretasi/analisa .

1.3.7 Perkembangan klien sulit di monitor.

2 POR (Problem Oriented record)

Pendekatan orientasi masalah pertama kali dikenalkan oleh Dr. Lawrence Weed tahun 1960
dari Amerika Serikat yang kemudian disesuaikan pemakaiannya oleh perawat. Dalam format
aslinya pendekatan orientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan pendokumentasian
dengan catatan perkembangan yang terintegritas dengan sistem ini semua tim petugas
kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar masalah. Pelaksanaan dari Pendekatan
Orientasi Masalah ini (PORS), dapat disamakan dengan membuat satu sebagai bab-bab dari
buku-buku tersebut.

2.1 Beberapa istilah yang berhubungan dengan sistem pencatatan ini yaitu :

2.1.1 PORS : Problem Oriented Record, juga dikenal sebagai orientasi pada masalah

2.1.2 POR : Problem Oriented Record

2.2.2 POMR : Problem Oriented Medical Record


2.2.3 PONR : Problem Oriented Nursing Record, yaitu Metode untuk menyusun data pasien
yang diatur untuk mengidentifikasikan masalah keperawatan dan medik.

Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut masalah
klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang
dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian
layanan kepada klien.

2.2 Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu :

2.2.1 Data Dasar

Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk
Rumah Sakit. Data dasar mencakup pengkajian keperawatan, riwayat penyakit / kesehatan,
pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi dan hasil laboratorium. Data dasar yang telah
terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidentifikasi masalah klien

2.2.2 Daftar Masalah

Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar. Selanjutnya
masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah. Daftar masalah ditulis
pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau orang yang diberi tanggung
jawab. Daftar masalah ini dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosio kultural,
spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan. Daftar ini berada pada bagian depan
status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama
orang yang menemukan masalah tersebut.

2.2.3 Daftar Awal Rencana Asuhan

Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis
instruksinya, sedang perawat menulis instruksi keperawatan atau rencana asuhan
keperawatan.

2.2.4 Catatan Perkembangan (Progress Notes)


Progress Notes berisikan perkembangan / kemajuan dari tiap – tiap masalah yang telah
dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan menambahkan
catatan perkembangan pada lembar yang sama.

2.3 Beberapa acuan progress note dapat digunakan antara lain :

2.3.1 SOAP (Subyektif data, Obyektif data, Analisis/Assesment dan Plan)

2.3.2 SOAPIER (SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi)

2.3.3 PIE (Problem – Intervensi – Evaluasi)

2.4 Keuntungan

2.4.1 Fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan pada masalah klien dan proses
penyelesaian masalah dari pada tugas dokumentasi

2.4.2 Pencatatan tentang kontinuitas dari asuhan keperawatan

2.4.3 Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas dicatat. Data disusun berdasrakan
masalah yang spesifik

2.4.4 Daftar masalah merupakan “checklist” untuk diagnosa keperawatan dan untuk masalah
klien. Daftar masalah tersebut membantu mengingatkan perawat untuk suatu perhatian

2.4.5 Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana tindakan keperawatan

2.5 Kerugian

2.5.1 Penekanan pada hanya berdasarkan amalah, penyakit dan ketidak mampuan dapat
mengakibatkan pada pendekatan pengobatan yang negatif

2.5.2 Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan tindakan atau
timbulnya masalah yang baru

2.5.3 Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar masalah
2.5.4 SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering adanya target
evaluasi dan tujuan perkembangan klien sangat lambat

2.5.5 Perawatan yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika flowsheet untuk
pencatatan tidak tersedia

2.5.6 P (dalam SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan keperawatan

3. PROGRESS NOTES

Terdapat tiga jenis :

3.1 Catatan perawat

Harus ditulis oleh perawat tiap 24 jam, meliputi berbagai informasi tentang :

3.1.1 Pengkajian

3.1.2 Tindakan keperawatan mandiri

3.1.3 Tindakan keperawatan kolaboratif / instruksi dokter

3.1.4 Evaluasi keberhasilan tiap tindakan keperawatan

3.1.5 Tindakan yg dilakukan oleh dr tetapi mempengaruhi tindakan keperawatan

3.1.6 Kunjungan berbagai team kesehatan misalnya ; visite dokter, pekerja sosial dan lain
lain.

3.2 Lembar alur ( Flowsheet )

Memungkinkan perawat mencatat hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara
berulang dan tidak perlu ditulis secara naratif termasuk data klinik klien tentang TTV, BB,
jumlah masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam dan pemberian obat. Flowsheet yang
biasanya dipakai adalah catatan klinik, catatan keseimbangan cairan dalam 24 jam, catatan
pengobatan dan catatan harian tentang asuhan keperawatan. Flowsheet merupakan cara
paling efektif dan efisien untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan dapat dengan
mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang ada di Flowsheet. Oleh
karena itu Flowsheet lebih sering digunakan di IGD, terutama data fisiologis.

3.3 Discharge Notes ( Catatan Pemulangan dan ringkasan rujukan )

Dipersiapkan ketika pasien akan dipulangkan atau dipindahkan pada tempat perawatan lain
guna perawatan lanjutan. Discharge Notes ditujukan untuk tenaga kesehatan yang akan
meneruskan homecare dan juga informasi pada klien.

3.3.1 Informasi untuk tenaga kesehatan mencakup :

3.3.1.1 Menguraikan tindakan keperawatan.

3.3.1.2 Menguraikan informasi yang disampaikan pada klien.

3.3.1.3 Menguraikan kemampuan klien dalam melakukan ketrampilan tertentu seperti


menggunakan obat dan lain – lain.

3.3.1.4 Menjelaskan keterlibatan anggota keluarga dalam asuhan.

3.3.1.5 Menguraiakan sumber yang diperlukan di rumah.

3.3.2 Informasi untuk klien hendaknya :

3.3.2.1 Menggunakan bahasa yang singkat jelas dan mudah dipahami oleh klien.

3.3.2.2 Menjelaskan langkah – langkah prosedur tertentu misalnya cara menggunakan obat
di rumah, perlu diberi petunjuk tertulis.

3.3.2.3 Mengidentifikasi tindakan pencegahan yang perlu diikuti ketika melakukan asuhan
mandiri.

3.3.2.4 Memberikan daftar nama dan nomor telepon tenaga kesehatan yang dapat dihubungi
klien.
4. CBE (Charting By Exeption)

CBE adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif hasil atau penemuan
yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. Keuntungan CBE yaitu mengurangi
penggunaan waktu untuk mencatat sehingga lebih banyak waktu untuk asuhan langsung pada
klien, lebih menekankan pada data yang penting saja, mudah untuk mencari data yang
penting, pencatatan langsung ketika memberikan asuhan, pengkajian yang terstandar,
meningkatkan komunikasi antara tenaga kesehatan, lebih mudah melacak respons klien dan
lebih murah.

4.1 CBE mengintegrasikan 3 komponen penting, yaitu :

4.1.1 Lembar alur (flowsheet)

4.1.2 Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik

4.1.3 Formulir diletakkan di tempat tidur klien sehingga dapat segera digunakan untuk
pencatatan dan tidak perlu memindakan data.

4.2 Keuntungan :

4.2.1 Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi.

4.2.2 Data yang tidak normal nampak jelas.

4.2.3 Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami.

4.2.4 Data normal atau respon yang diharapkan tidak menganggu informasi lain

4.2.5 Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu dituliskan.

4.2.6 Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi.

4.2.7 Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya.

4.2.8 Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien.

4.2.9 Jumlah halaman lebih sedikit digunakan dalam dokumentasi.


4.2.10 Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen.

4.3 Kerugian

4.3.1 Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat tergantung pada “checklist”.

4.3.2 Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada.

4.3.3 Pencatatan rutin sering diabaikan.

4.3.4 Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan.

4.3.5 Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain.

4.3.6 Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya suatu
kejadian.

4.4 Pedoman Penulisan CBE

4.4.1 Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang permanen.

4.4.2 Daftar diagnosa keperawatan disusun dan ditulis pada waktu masuk rumah sakit dan
menyediakan daftar isi untuk semua diagnosa keperawatan.

4.4.3 Ringkasan pulang ditulis untuk setiap diagnosa keperawatan pada saat klien pulang.

4.4.4 SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi melalui tempat
tinggal klien.

4.4.5 Data diagnosa keperawatan dan perencanaan dapat dikembangkan.

4.4.6 Kartu KARDEKS dan rencana tindakan dikembangkan setiap klien.

5 Problem intervenstion & Evaluation ( PIE )

PIE adalah suatu singkatan dari ( Identifikasi Problem, Intervenstion dan Evaluation ). Sistem
pencatatan adalah suatu pendekatan orientasi – proses pada dokumentasi dengan penekanan
pada proses keperawatan dan diagnosa keperawatan.

5.1 Penggunaan
Format PIE tepat digunakan untuk sistem pemberian asuhan keperawatan primer. Pada
keadaan klien yang akut, perawat primer dapat melaksanakan dan mencatat pengkajian waktu
klien masuk dan pengkajian sistem tubuh dan diberi tanda PIE setiap hari. Setelah itu Perawat
Associate (PA) akan melaksanakan tindakan sesuai yang telah direncanakan. Karena PIE
didasarkan pada proses keperawatan, akan membantu memfasilitasi perbedaan antara
pembelajaran di kelas dan keadaan nyata pada tatanan praktik pendokumentasian yang
sesungguhnya.

5.2 Karakteristik PIE

5.2.1 Proses dokumentasi PIE dimulai pengkajian waktu klien masuk diikuti pelaksanaan
pengkajian sistem tubuh setiap pergantian jaga (8 jam).

5.2.2 Data masalah hanya dipergunakan untuk asuhan keperawatan klien jangka waktu yang
lamadengan masalah yang kronis.

5.2.3 Intervensi yang dilaksanakan dan rutin dicatat dalam “ flowsheet ”.

5.2.4 Catatan perkembangan digunakan untuk pencatatan intervensi keperawatan yang


spesifik berhubungan dengan masalah spesifik.

5.2.5 Intervensi lansgsung terhadap penyelesaian masalah ditandai dengan “I“ (intervensi)
dan nomor masalah klien yang relevan dicatat.

5.2.6 Keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi diidentifikasi dengan tanda “E”
(evaluasi) dan nomor masalah.

5.2.7 setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal setiap 8 jam (setiap pegantian
jaga).

5.1 Keuntungan

5.1.1 memungkinkan penggunaan proses keperawatan.

5.1.2 Rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.


5.1.3 Memungkinkan pemberian asuhan keperawatan yang kontinyu karena secara jelas
mengidentifikasi masalah klien dan intervensi keperawatan.

5.1.4 Perkembangan klien, mulai dari masuk sampai pulang dapat dengan mudah
digambarkan.

5.2 Kerugian

5.2.1 Tidak dapat dipergunakan untuk pencatatan pada semua ilmu.

5.2.2 Pembatasan rencana tindakan yang tidak aplikatif untuk beberapa situasi keperawatan.

6. Focus ( Process Oriented System )

Pencatatan Focus adalah suatu proses orientasi dan klien fokus. Hal ini digunakan proses
keperawatan untuk mengorganisir dokumentasi asuhan. Jika menuliskan catatan
perkembangan, format DAR ( Data – Action – Response ) dengan 3 kolum.

Data : Berisi tentang data subyektif dean obyektif yang mengandung dokumentasi
fokus.

Action : Merupakan tindakan keperawatan yang segera atau yang akan dilakukan
berdasarkan pengkajian / evaluasi keadaan klien.

Response : Menyediakan keadaan respon klien terhadap tindakan medis atau keperawatan.

6.1 Penggunaan

Focus dapat dipergunakan untuk menyusun fungsi DAR sebagai kunci dan pedoman terhadap
kewajiban orientasi proses.

6.2 Keuntungan

6.2.1 Istilah focus lebih luas dan positif dibandingkan penggunaan istilah “Problem”

6.2.2 Pernyataan focus, pada tingkat yang tinggi, adalah diagnosa keperawatan
6.2.3 Focus dengan DAR adalah fleksibel dan menyediakan kunci dan pedoman pencatatan
diagnosa keperawatan.

6.2.4 Catatan rencana keperawatan merupakan pencatatan Index berdasarkan tanda focus
yang memudahkan informasi untuk dikenali

6.2.5 Waktu lebih singkat tanpa harus menuliskan pada beberapa bagian pada format.

6.2.6 Sistem ini mudah dipergunakan dan dimengerti oleh tenaga kesehatan lainnya.
Bahasa dan proses pencatatan menggunakan istilah umum.

6.3 Kerugian

6.3.1 Penggunaan pencatatan action dapat membingungkan, khususnya tindakan yang


akan atau yang telah dilaksanakan.

6.3.2 Penggunaan Focus pada kolom tidak konsisten dengan istilah pada rencana tindakan
keperawatan

Anda mungkin juga menyukai