Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RANGKUMAN

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu Anjar Setyaningsih, M.Pd

Disusun oleh:

Nabila Ganis Chairunnisa

(20121148)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO

2020
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan)

Penulis : Deden Hermawan, Tutik Rahayuningsih

Penerbit : Gosyen Publishing

Tahun Terbit : 2010

Tebal buku : 128 Halaman

Ukuran Buku : 16 x 23 cm

Cetakan : Cetakan pertama, 2010

ISBN : 978-602-975-595-4
RANGKUMAN BUKU KESEHATAN – KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

(Sistem Pencernaan)

BAB 1 : Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

A. Konsep Dasar

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang berfungsi menerima makanan

kemudian diserap oleh tubuh dengan proses pencernaan melalui mulut sampai dengan

anus. Fungsi utama system pencernaan yaitu mengubah makanan menjadi nutrisi yang

dibutuhkan oleh tubuh.

B. Susunan Saluran Pencernaan

Ada beberapa system dalam organ pencernaan ditubuh kita yaitu terdiri dari mulut,

faring, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum,dan anus.

C. Alat-alat Penghasil Getah Cerna

Alat dalam penghasil getah cerna terbentuk dari beberapa kelenjar, yaitu Kelenjar

ludah, kelenjar getah lambung, kelenjar hati, kelenjar pancreas, dan kelenjar getah

usus.

D. Struktur Pencernaan

Menjelaskan tentang macam-macam system pencernaan seperti Mulut, faring,

esofagus, lambung, usus halus, usus besar, peritoneum, hati, kandung empedu, dan

pancreas, beserta fungsi dari masing-masing organ tersebut.

BAB 2 : Konsep Defikasi

A. Definisi

Eliminasi Buang Air Besar adalah proses pembuanga sisa metabolisme yang sudah

tidak diperlukan oleh tubuh dari proses pencernaan berupa feses dan urine.
B. Konsep Dasar

Proses pencernaan dimulai dari mulut dan lambung kemudian lanjut ke duodenum

dengan kerja enzim-enzim didalamnya, disempurnakan oleh enzim getah usus.

Ada perubahan tanda-tanda dalam eliminasi yaitu dengan masalah dari lambung.

Masalah dilambung bagian lubang membran organ otot muskulus, cairan lambung

diserap dengan volume yang tinggi. Kuncinya adalah membuat cairan dan gas

seimbang didalam lambung.

C. Proses Pencernaan

Pencernaan dimulai dari Mulut, ke esofagus lalu untuk sementara makanan disimpan

didalam perut, selama pencernaan normal chyme meninggalkan lambung dan masuk

ke usus kecil, masuk ke usus halus, duodenum jejenum, ileum, dan usus besar. Pada

usus besar inilah terjadi penyerapan air dan pemilihan organ dalam buang air besar.

Penyerapan rata-rata dalam sehari adalah 55 mEg berupa sodium dan 23 mEg clorida.

Air sangat berperan dalam penyerapan untuk menjadikan bentuk feses.

D. Proses Defikasi

Sebagian rectum tidak terdapat feses, hal itu akibat spingter fungsional lemah sekitar

20 cm dari anus. Terdapat beberapa refleks yang dibutuhkan untuk terjadinya defekasi

da nada beberapa factor yang mempengaruhi defekasi antara lain; Usia, diet, intake

cairan, aktivitas, fisiologis, dan lain-lain. Dalam eliminasi bowel terdapat pula

masalah-masalah defekasi contohnya, konstipasi, fecal imfaction, diare,

inkonstinensia alvi, kembung, dan hemoroid.


BAB 3 : Proses Peperawatan dan Penata Diagnostik

A. Pengkajian Peperawatan

Pengkajian peperawatan merupakan tahap dasar dari seluruh proses keperawatan

dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data-data pasien. Ada beberapa tahap

dalam pengkajian peperawatan antara lain:

1. Perawat mulai dengan mengambil riwayat kesehatan pasien.

2. Mengamati perubahan defekasi dan karakteristik feses.

3. Melakukan Pemeriksaan fisik.

B. Intervensi Keperawatan

Pasien seringkali merasa cemas, dan sudah lansia. Namun persiapan untuk

pemeriksaan ini yaitu melakukan puasa, penggunaan laktasif/enema. Maka

perawat harus memberikan informasi dan juga membantu klien.

C. Penatalaksanaan Diagnostik

Ada beberapa tahap yang dilakukan untuk pemeriksaan ini yaitu: Tes diagnostik

radiologic, Analisis lambung, tes stimulasi asam lambung dan pemantauan pH,

Prosedur endoskopik Pencitraan nonradiografi dan radiografik, Tes feses, Tehnik

terbaru.

BAB 4 - Asuhan Keperawatan Gastritis

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut

dengan kerusakan-kerusakan erosi. Sedangkan, Gastritis kronik adalah inflamasi

lambung yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung,

atau oleh bakteri H. Pylori. Gastritis dapat disbabkan oleh stress, alkohol, obat-obatan,

rokok, terapi radiasi, makanan, refluks isi usus kedalam lambung, dan bakteri. Ketika

seseorang terkena gastritis, dia akan merasa nyeri seperti terbakar, nyeri ulu hati,
anoreksia, sakit kepala, malaise, perut kembung, rasa asam di mulut, hemorhagi, kolik

usus, diare, mual, muntah, dan cegukan.

Mukosa barier umumnya melindungi lambung dari pencernaan itu sendiri.

Ketika mukosa barier ini rusak, HCL akan menyebabkan luka pada pembuluh kecil

yang mengakibatkan terjadinya bengkak, pendarahan, dan erosi pada lambung.

Manifestasi patologi awal dari gastritis adalah penebalan, kemerahan pada membrane

mukosa dengan adaya tonjolan/terlipat. Perlukaan mukosa kronik menyebabkan

fungsi sel utaman dan parietal memburuk. Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk,

sumber-sumber factor intrinsiknya menghillang. Degenerasi mungkin ditemukan pada

sel utama dan parietal sekresi lambung menurun secara berangsur. Pendarahan

mungkin terjadi setelah satu episode atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis

kronik.

Pada gastritis tidak menutup kemungkinan terjadinya komplikasi. Komplikasi

yang dapat terjadi yaitu Ulkus peptikum dan Pendarahan saluran cerna bagian atas.

Gastritis dapat diketahui dengan beberapa tes diagnostik. Pada tes radiologi, gastritis

dapat ditemukan dengan menggunakan sinar x gastrointestinal atas. Pada tes

endoscopy, gastrocopi ditemukan mukosa yang hiperemik yang merata dan ada

edema dengan karakteristik berair. Pada tes serologis, gastrologic dapat ditemukan

dengan mendeteksi H pylori dan pemeriksaan histology. Terakhir dengan tes

laboratorium gastritis dapat diketahui dengan menggunakan kadar asam hidroklorida

Konsep Dasar Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan gastritis terdapat 2 tindakan yang dilakukan oleh

perawat yakni Fokus Pengkajian dan Diagnosa keperawatan. Pada focus pengkajian

perawat bisa menggunakan pola-pola pengkajian yang berjumlah 8 pola antara lain:
a. Pola persepsi kesehatan dan e. Pola tidur dan istirahat

pemeliharaan kesehatan. f. Pola persepsi-kognitif

b. Pola nutrsisi dan Metabolik. g. Pola coping dan stress toleransi

c. Pola eliminasi. h. Pemeriksaan fisik

d. Pola aktifitas latihan

Untuk diagnosa keperawatan terdiri dari proses keperawatan dan merupakan penilaian

klinis tentang apa yang dialami pasien gastritis yaitu Resiko tinggi kekurangan

volume cairan, Nyeri peradangan pada mukosa lambun, Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, kurangnya informasi mengenai diet dan proses penyakit.

BAB 5 - Asuhan Keperawatan Ulkus Peptikum

A. Pengertian

Ulkus Peptikum adalah ekskavasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding

mucosal lambung, pylorus, duodenum atau esophagus. Terjadi karena erosi

membrane muosa dan dapat meluas sampai lapisan otot/seluruh otot peritoneum.

B. Etiologi

Ada beberapa penyebab terjadinya Ulkus Peptikum antara lain:

1. Bakteri gram negative H. Pylori

2. Area saluran G.I terpajan asam hidroklorida dan pepsin.

3. Terjadi pada usia 40 – 60 tahun, jarang pada wanita menyusui, perbandingan

antara laki-laki : perempuan = 3 : 1.

4. Predisposisi

C. Maninfestasi Kinik

Pada beberapa kasus Ulkus Peptikum dapat ditemukan gejala-gejala seperti: nyeri,

pirosis, muntah, konstipasi dan pendarahan.


D. Patofisiologi

Ulkus peptikum terutama terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini

tidak dapat menahan kerja asam lambung dan pepsin. Hal itu akan menyebabkan

erosi pada peningkatan konsentrasi dan kerja asam-pepsin serta penurunan

pertahanan normal. Sekresi lambung terdiri dari 3 fase : 1). Fase sefalik (psikis),

2). Fase lambung, 3). Fase usus. Sekresi lambung adalah campuran

mukoposakarida dan mukoprotein yang disekresi secara continue melalui kelenjar

mukosa. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui Ulkus peptikum ini

seperti: Pemeriksaan fisik, endoskopi gastrointestinal, pemeriksaan secretory, tes

serologi lambung, barium enema terhadap saluran GI atas, dan laboratorium.

F. Komplikasi

Ulkus peptikum dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut

1. Hemorragie– 3. Penetrasi

gastrointestinal atas. 4. Obstruksi pilorik

2. Perforasi

G. Penatalaksanaan

Pada bidang keperawatan untuk megurangi atau menyembuhkan ulkus peptikum

dapat dengan cara: Penurunan stress dan istirahat, Mengehntikan rokok, dan

modifikasi diit. Sedangkan dalam bidang medis dapat dengan cara: Menggunakan

obat-obatan,dan intervensi bedah.

H. Proses Keperawatan

Untuk proses keperawatan dibagi menjadi 2 yakni, Pengkajian dan diagnose

keperawatan. Pada pengkajian perawat dapat menanyakan atau mengamati tanda-


tanda dari pasien, dan untuk diagnose keperawatannya yaitu: Nyeri berhubungan

dengan erosi mukosa lambung, Perubahan nutrisi kurang dari tubuh, Ansietas

berhubungan dengan koping yang tidak efektif.

BAB 6 – Asuhan Keperawatan Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh berbagai

enteropatogen, termasuk bakteria dan parasite. Diare adalah Keadaan buang air

besar lebih dari 4 kali dan dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Ada beberapa

factor penyebab diare yaitu: Faktor infeksi, factor malabsorbsi, factor makanan,

dan factor psikologis. Ada beberapa tanda-tanda pada saat seseorang mengalami

diare antara lain, Sering buang air besar dengan feses encer, kram abdominal,

demam, mual/muntah, anorexia, lemah, kehausan,pernafasan cepat, urine

berkurang, anus lecet, dan terdapat tanda atau gejala dehidrasi. Diare disebabkan

karena ketidaknormalan absorbs air dan elektrolit. Diare disebabkan karena proses

patologik. Organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan

menempel pada mukosa usus serta melepaskan enterotoksin yang dapat

menstimulasi cairan dan elektrolit keluar dari sel mukosa. Mekanisme dasar yang

menyebabkan timbulnya diare ialah: Gangguan osmotik, gangguan sekresi, dan

gangguan motilasi usus. Komplikasi yang mungkin timbul antaranya yaitu

Dehidrasi, Syok hipovolemik, Hipokalemia, Hipoglikemia,dan Malnutrisi energi

protein. Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan yaitu

1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan

2. Pemeriksaa elektrolit, BUN, creatinine dan glukosa.

3. Pemeriksaan tinja.

Untuk pencegahan diare dapat dengan melakukan: Mencuci tangan, pemberian

cairan elektrolit, pemberian ASI pada bayi diteruskan jika penyebab bukan dari
ASI medik. Dan utuk pengobatan diare adalah: pengobatan dietik, obat-obatan, dan

pemberian cairan. Pengkajian dapat dengan menggunakan Pola persepsi dan

pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolic, pola eliminasi, pola tidur dan

istirahat, dan pola persepsi kognitif. Untuk diagnosa keperawatan dapat diketahui

perawat yakni Kekurangan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh, Nyeri hiperistaltik, dan kerusakan integritas kulit.

BAB 7 – Asuhan Keperawatan Obstruksi Usus

A. Pendahuluan

Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering

dijumpai dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus gawat abdomen. Ileus

adalah gangguan pasase isi usu yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut

yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.

B. Definisi

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus

intestinal. Ileus obstruksi adalah sumbatan yang mencegah aliran normal dari isi

usus melalui saluran usus.

C. Klasifikasi

Terdapat 2 jenis obstruksi:

1. Obstruksi mekanik, obstruksi ini mengganggu suplai darah, menyebabkan

gangren dinding usus.

2. Obstruksi paralitik, Suatu keadaan dimana otot-otot tak dapat mendorong isi

usus ke bawah.

D. Etiologi

Terdapat dua jenis yaitu Mekanik dan non-mekanik/fungsional.


E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejalanya yaitu seperti Nyeri kram, muntah, dehidrasi, syok, konstipasi,

peregangan abdomen, nyeri tekan, demam, dll.

F. Patofisiolog

Patofisiologi ileus obstruktif disebabkan oleh gangguan dari fisiologi normal usus

yang berupa pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi, sehingga terjadi dilatasi

pada bagian proximal usus.

G. Komplikasi

Nekrosis usus, perforasi usus, sepsis, syok dehidrasi, gangguan elektrolit, dan

meninggal.

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan fisik

2. Zpemeriksaan sinar X

3. Pemeriksaan Laboratorium

4. Enema barium

5. Endoskopi abdomen.

I. Penatalaksanaan

Intravenous fluids and electrolyte, Puasa, Penghisapan nasointestinal, Indikasi

intervensi bedah, Decompresi usus melalui NGT, Analgetik bila nyeri, dan

Antibiotik.

J. Fokus Pengkajian

Pengkajian fisik ini difokuskan pada system pencernaan, terutama obstruksi usus.

K. Fokus Intervensi

a. Resiko tinggi kekurangan cairan.

b. Nyeri.
c. Resiko tinggi infeksi

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

e. Konstipasi.

BAB 8 – Asuhan Keperawatan Pencernaan Apendicitis

A. Pengertian

Apendicitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan penyebab

abdomen akut yang paling sering.

B. Etiologi

Inflamansi akut pada Appendik, Ulserasi pada mukosa, pemberian barium,

penyakit cacing, tumor, dan striktur.

C. Tanda dan Gejala

Nyeri pada kuadran kanan bawah, demam ringan, mual muntah, anoreksia, spasme

otot abdomen, dan konstipasi.

D. Patofisiologi

Penyebab utama appendicitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan

oleh hyperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak adanya fekalit

dalam lumen appendiks.

E. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain, perforasi apendiks, peritonitis-

abses,dehidrasi, sepsis, elektrolit darah tidak seimbang, dan pneumoni.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan fisik

2. Pemeriksaan laboratorium

3. Pemeriksaan Radiologi

4. USG
G. Penatalaksanaan

Medis: Pembedahan, Pemasangan NGT, Pemberian antibiotic yang sesuai dengan

hasil kultur, dan Transfusi.

Keperawatan: Tirah baring dalam posisi fowler medium, Puasa, dan koreksi

cairan elektrolit.

H. Fokus Pengkajian

1. Identitas, riwayat penyakit sekarang, dahulu, dan keluarga.

2. Pola fungsi kesehatan.

3. Pemeriksaan fisik.

BAB 9 – Asuhan Keperawatan Hernia

Hernia adalah benjolan pada tubuh yang terjadi ketika bagian dalam tubuh

menekan bagian otot atau jaringan di sekitarnya yang lemah. Hernia dapat dibagi

menjadi beberapa macam berdasarkan terjadinya, sifat, isi, dan macamnya. Hal

yang menyebabkan hernia antara lain, kelemahan abdomen, peningkatan tekanan

intra abdomen, bawaan sejak lahir, kegemukan, dan lain-lain. Gejala yang

kemungkinan muncul pada penderita hernia yaitu seperti Pasien merasa tidak enak

di tempat penojolan, kadang-kadang perut kembung, terjadinya gangguan cairan,

bila lelah terjadi stangulasi, dan lain-lain. Hernia terjadi karena hasil dari adanya

difek, bisa terjadi karena kelainan kongenital, ataupun terjadi karena kelemahan

otot pada dinding abdomen dan adanya peningkatan tekanan intra abdomen

disebabkan oleh kehamilan kerja keras mengejan pada waktu BAB dan miksi,

batuk menahun.

BAB 10 – Asuhan Keperawatan Hemorroid

Hemorroid atau yang dikenal dengan sebutan ambeien adalah Pelebaran pembuluh

darah pada anus yang berbentuk seperti benjolan kecil yang terasa nyeri, gatal, dan
ketidaknyamanan. Hemoroidectomi adalah tindakan pembedahan yang diperlukan

bagi pasien dengan keluhan kronis dan hemoroid. Klasifiksi hemoroid dibagi

menjadi 2 yaitu Hemorroid interna, dan Hemorroid eksterna. Etiologi pada

penderita hemorroid antara lain, obstipasi yang menahun, penderita sering

mengejan, Banyak duduk, Diare menahun, dll. Gejala yang timbul pada hemorroid

adalah pendarahan, nyeri, dan rasa gatal pada daerah anus. Ada beberapa factor

yang telah diajukan sebagai penyebab hemorroid contohnya seperti konstipasi,

sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat fibroma uteri

dan tumor rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal juga sering

mengakibatkan hemorroid. Penatalaksanaan dalam hal keperawatan yang dapat

dilakukan yaitu mencegah obstipasi, rendam duduk dengan salep, menjaga

personal hygiene yang baik, olahraga teratur, dan mengurangi stress.

BAB 11 – Asuhan Keperawatan Typhoid Abdominalis

Typhoid Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terjadi pada

saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan saluran

pencernaan dan gangguan kesadaran. Yang menyebabkan adanya penyakit ini yaitu

Salmonella Typosa dan Salmonella thypi A, B, C. Penularan salmonella tyhypi

melalui berbagai cara yang dikenal dengan 5F yaitu: Food, Fingers, Fomitus, Fly,

dan Feses. adapun tanda dan gejala pada penderita antara lain demam, gangguan

system pencernaan, gangguan kesadaran, nyeri otot dan kepala, bintik merah pada

kulit, dan epistakis, gejalanya prodormal. Komplikasi dapat terjadi di dalam usus

halus dan diluar usus halus. Masalah keperawatan yang perlu diperhatikan adalah

Kebutuhan nutrisi/cairan dan elektrolit, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman

dan nyaman, dan resiko terjadi komplikasi.


BAB 12 – Asuhan Keperawatan Hepatitis

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta

bahan kimia. Penyebab hepatitis yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E, G, Virus

mumps, Virus rubella, Cytomegalovirus, Epstein-barr, herpes. Tanda dan gejalanya

berbeda-beda tergantung dari virus yang menyerangnya. Inflamasi yang menyebar

pada hepar dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap

obat-obatan dan bahan-bahan kimia, infeksi inilah yang menyebabkan peningkatan

suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak

nyaman pada perut. Untuk pemeriksaan diagnostic dapat melalui Laboratorium,

radiologi, dan pemeriksaan tambahan. Komplikasi yang dapat terjadi pada

penderita hepatitis yaitu Ensefalopati hepatic yang disebabkan oleh akumulasi

amonia serta metabolic toksik. Penatalaksanaan dapat dengan melakukan control

teratur, istirahat cukup, diit TKTP Rendah garam, nutrisi adekwat, dll. Dan untuk

pencegahannya yaitu dengan vaksininasi hepatitis, preparat immunoglobulin, dan

screening continue donor darah. Pengkajian hepatitis dilakukan berdasakan data

dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan hati contohnya Aktivitas,

sirkulasi, eliminasi, makanan dan cairan, neurosensory, nyeri,keamanan, dan

seksualitas. Kemudian ada beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul

pada penderita hepatitis yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

nyeri, hypertermi, keletihan, resiko tinggi kerusakan integritas kulit, dan resiko

tinggi terhadap transmisi infeksi.

Anda mungkin juga menyukai