Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN

MENURUNKAN JUMLAH ORGANISME KONTAMINAN DAN MENCEGAH


TRANSMISI

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 3

ROCHANI (SR20214025)

M.SONY PRATAMA (SR)

PROGRAM STUDI NERS S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYA PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang maha esa yang telah memberikan
rahmad dan hidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
MENURUNKAN JUMLAH ORGANISME KONTAMINAN DAN MENCEGAH
TRANSMISI.

Makalah ini di buat dengan maksimal dari beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaika makalah ini oleh karna itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dan penyusunan makalah ini karena itu penulis
mengharapkan kritik serta saran untuk meneyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis
sampaikan terima kasih kepada semua pihak semoga Allah SWT yang maha esa senantiasa
meridhoi segala usaha kita Amiin.

Pontianak, 10, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi merupakan suatu kondisi penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman
pathogen atau mikroorganisme lain kedalam tubuh yang dapat menimbulkan reaksi tertentu.
Contoh reaksi tersebut adalah perubahan sekunder berupa peradangan (imflamation) yang
ditandai antara lain oleh vasodilatasi pembuluh darah local, peningkatan permeabilitas kapiler,
dan pembengkakan sel.

Sedangkan mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi termasuk didalamnya bakteri, virus,
jamur, dan parasite. Untuk tujuan pencegahan infeksi bakteri dapat dibagi dalam tiga kategori
yaitu vegetative (staphylococcus), mikrobakteri (tuberculosis), dan endospore (ganggren dan
tetanus). Dari semua agen infeksi yang umum, endospore paling sulit dimusnahkan karena
protektif yang kuat lapisan pelindungnya.

Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mamastikan bahwa petugas kesehatan
dapat menangani secara aman benda-benda yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh lainnya.
Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda-benda tersebut
setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh lainnya. Yang bertujuan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi yang dikaibatkn oleh mikroorganisme penyebab
luka infeksi berat dan mencegah penyebaran penyakit-penyakit yang mengancam jiwa.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pengontrolan infeksi?

2. Bagaimana menurunkan mikroorganisme?

3. Bagaimana kontaminasi?

4. Bagaimana infeksi nasokomial?

5. Bagaimana pencegahan penularan infeksi?

C. Tujuan

1. untuk memahami cara pengontrolan infeksi

2. untuk memahami menurunkan mikroorganisme

3. untuk memahami kontaminasi


4. untuk memahami infeksi nasokomial

5. untuk memahami pencegahan penularan infeksi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara Menurunkan Jumlah Mikroorganisme Kontaminan dan Mencegah Transmisi


Pemerintah obat yang aman akurat merupakan salah satu tugas perawat harus
Memahami masalah kesehatan klien.obat adalah alat utama terapi yang digunakan
Oleh dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalh kesehatan.namun obat
memiliki efek samping yang harus diketahui perawat.Dokter.perawat dan ahli farmasi
menggunakan standar kualitas dan permunian obat yang digunakan oleh pemerintah
Amerika serikat,yaitu pure food and Drug Act (Undang-uandang makanan dan obat
murni).standar ini digunakan untuk memastikan klien menerima obat yang alami
Dalam dosis yang aman dan efektif.standar yang diterima masyarakat harus memiliki
Kriteria sebagai berikut:

1. Kemurnian. Pabrik harus memenuhi standar kemurnia untuk tipe dan konsentrasi zat
lain yang diperoleh dalam produksi obat.
2. Pontesi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat memenuhi kekuatan atau potensi
obat.
3. Bioavailability.kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan
melarut,diabsorpsi,dan diangkat tubuh ketempat kerjanya di sebut bioavailability.
4. Kemanjuran.Pemeriksaan laboratoriom yang terinci dan membantu menentukan
efektivitas obat.
5. Keamanan. Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek sampingobat
tersebut.

bagi pengguna,keluarga,dan komunitas.Perawat memiliki kewajiban untuk memehami


Penggunaan obat secara tidak bijaksana menimbulkan masalah kesehatan yang serius
masalah individu yang menyalah gunakan obat.ketika perawat merawat seorang klien
yang diduga menyalagunakan obat atau mengalami ketergantungan obat,perawat harus
menyadari nilai dan sikap klien terhadap penyalagunakan obat seperti alasan klien
menggunakan obat tersebut agar perawat dapat mengidentifikasi dan memahami
masalah klien.

Perawat harus mengetahui karakteristis umum obat golongan.seperti golongan obat


memiliki imlikasi keperawatan yang berhubungan dengan pemberian diuretik yaitu
memantau masukan dn haluan cairan,menimbang berat badan klien seperti
hari,mengkaji adanya edema pada jaringan tubuh,dan memantau kadar elektrolit
serum.obat tersedia dalam berbagai bentuk diantaranya sebagai berikut:

Bentuk Obat Deskripsi

1. Kaplet Bentuk dosis padat untuk pemberian oral bentuk seperti


kapsul bersalut, sehingga mudah ditelan.

2. Kapsul Bentuk dosis padat untuk pemberian oral, Obat dalam


bentuk bubuk, cairan atau minyak dan di bungkus oleh
selongsong gelating kapsul diwarnai untuk membantu
identifikasi produk.
Cairan jernih berisi air dan/alkohol dirancang untuk
pengguna oral biasanya di tambah pemanis.
3. Eliksir
Tabelt untuk pemberian oral, yang di lapisi bahan yang
tidak larut dalam lambung, lapisan larut di dalam usus
tempat obat diabsorpsi.
4. Tablet enterik
bersalut Larutan obat dikombinasi dengan gliserin untuk
pengguna luar berisi sekurang –kurangnya gliserin.
5. Gliserit
Bentuk oval, fleksibel berukuran kecil terdiri dari dua
lapisan luar yang lunak dan sebuah lapisan tengah berisi
obat, saat dilembabkan oleh cairan okuler (mata) cakra
melepas obat selama satu minggu.
6. Cakram intraokular
Biasanya mengandung alkhohol, minyak, atau pelembut
sabun yang diles pada kulit.
7. Obat gosok
Obat dalam cairan dioleh pada kulit untuk
melindunginya
Semisolid ( agak padat ) penggunanya di oleskan pada
kulit.
Semisolid lebih kental atau lebih kaku dari pada salep
dan lebih lembab dari pada saleb.
8. Losion
Berbentuk cairan yang dapat di gunakan melalui oral,
parenteral dapat juga di masukan kedalam organ
(mis,irigasi kandung kemih ) harus steril dalam
9. Saleb penggunaaanya.
Bentuk dosis pada yang di campur dengan gelating dan
dibentuk seperti peluru untuk di masukan ke dalam
10. Pasta rongga.
Tubuh rektrum atau vagina meleleh saat mencapai suhu
tubuh.
11. Larutan
Obat yang larut dalam larutan gula pekat mengandung
perasa yang membuat obat terasa lebih enak.
Alkholo atau larutan obat alkholol.
12. Supositoria
Berbentuk padat.
13. Sirup

14. Tingtura

15. Tablet

Mengontrol pertumbuhan organisasi potogen dapat dilakukan dwngan tiga cara seperti:

(1)membunuh potogen;

(2)menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan;

(3)mencegah transmisi.

Patogen adalah mikrooginesme atau substansi seperti bakteri,virus atau parasit yang
mampu menimbulkan penyakit.Patogensis adalah perkembangan,produksi atau proses
pembentukan suatu penyakit.bakteri patogen harus dihindari dan dibasmi karena akan
mengancam kesehatan.Toksisitas yang dimiliki antibiotik dapat digunakan untuk melawan
patogen. Toksin dapat membunuh bakteri dan virus dngan cara meracuninya.contohnya arsenik
yang merupakan toksin yang pernah digunakan untuk mengobati sifilis.

Menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan dan mencegah transmisi dapat


dilakukan dengan mencuci tangan.Mencuci tangan merupakan metode terbaik mencegah
tranmisi mikrooganisme.Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara signifikan
menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi saluran pencernaan.faktor penting untuk
mempertahankan higiene yang terbaik yang baik dan mempertahankan integritas kulit seperti:

(1)lama mencuci tangan;

(2)paparan semua area tangan dan pergelangan tangan ke alat yang digunakan;
(3)menggosok dengan keras hingga terjadi friksi

(4)pembilasan menyeluruh;

(5)memastikan tangan telah dikeringkan.

Hampir semua bakteri trasien dapat dihilangkan dengan sabun dan air,tetapi bakteri
residen akan tetap tinggal.Pencuci tangan bakterisida,misalnya Hibicrub Povidone-iodine.hal
yang perlu perhatian khusus saat mencuci tangan adalah area tempat berkumpulnya
mikroorganisasme,seperti di sela-sela jari.walaupun mencuci tangan dengan menggunkan
bakterisida,namun tidak semua bakteri dapat dihilangkan.Tangan tidak pernah steril.selain itu
pakaian pelindung yang digunakan ketika memasuki ruangan steril juga dapat mencegah
transmisi mikroorganisasime adalah kebersian,baik itu kebersian dari maupun kebersian
lingkungan.

B. Cara mengontrol infeksi

Infeksi merupakan suatu proses invasi oleh mikroba atau parasit ke dalam jaringan
sehingga mengakibatkan perubahan-perubahan setempat dan sistematik dalam tubuh inang.
Karena mikroba dan parasit tersebut merupakan konfigurasi asing bagi tuuh (inang), maka
infeksi dapat membangkitkan respons imun yang pada dasarnya tidak jauh berbeda apabila tubuh
menghadapi konfigurasi asing lainnya. Dengan demikian imunitas dan infeksi merupakan dua
peristiwayang tidak terpisahkan. Imunologi sendiri dilahirkan dan dikembangkan melalui
pengkajian bagamana tubuh menjadi kebal terhadap infeksi mikroba dan toksin. Pengendalian
infeksi dapat melalui berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi kejadian infeksi yang
diakibatkan oleh mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi. Upaya tersebut ditujukan
bagi pasien, klien dan tenaga kesehatan, dengan kata lain upaya ini bertujuan untuk menciptakan
lingkungan yang aman bagi semua dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, tanpa
memperhatikan ukuran fasilitas maupun lokasi pelayanan.

Bila pengendalian infeksi tidak terlaksana dengan baik kemungkinan makin besar kejadian
infeksi dan risiko penyebaran melalui fasilitas kesehatan juga meningkat. Maka semua alat yang
terkontaminasi seperti jarum, alat suntik dan perlengkapan lain dari pasien harus senantiasa
ditangani sebagai benda terinfeksi. Pengendalian infeksi dapat mengandalkan daerah barier
antara penjamu dan mikroorganisme yang tujuannya memutus rantai penyebaran pada beberapa
tempat, misalnya melalui proses fisik, mekanik atau kimia dalam mencegah penyebaran infeksi
dari penderita satu ke penderita yang lain.

Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi antara lain :

a. Petugas : Bekerja hanya di waktu sehat, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur (tiap 6
bulan), tidak bekerja bila menderita penyakit infeksi/menular, bekerja sesuai prinsip aseptic dan
antiseptic, bekerja sesuai prosedur yang benar, mencuci tangan dengan teknik yang benar,
memperhatikan hygiene perorangan yang baik, menjaga kebersihan lingkungan, melakukan
asuhan keperawatan yang benar, isolasi dalam keadaan tertentu, bekerja sesuai peraturan tata
tertib yang berlaku.

b. Alat-alat : Selalu disimpan dalam keadaan kering, bersih steril dan disimpan dalam tempat
khusus, tidak memakai alat yang rusak, tidak memakai alat yang diragukan sterilitasnya, linen
harus bersih, kering dan licin, satu set alat untuk satu tindakan, tidak memakai alat yang
kadaluwarsa, alat yang ada diruang perawatan seharusnya terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan, tidak terkontaminasi oleh penyakit tertentu.

c. Pasien : Melakukan isolasi pada penyakit yang menderita penyakit menular, merawat personal
hygiene pasien, memberikan perhatian khusus pada pasien dengan penyakit yang diyakini bisa
menularkan penyakit

d. Lingkungan : Penerangan / sinar matahari harus cukup, sirkulasi udara harus cukup, menjaga
kebersihan, menghindarkan serangga, mencegah air menggenang, tempat sampah selalu dalam
keadaan tertutup, permukaan lantai rata dan tidak berlubang, dinding ruang perawatan licin,
mudah dibersihkan dan tidak bersudut, ruangan dibersihkan secara rutin.

Upaya pengendalian infeksi bersifat multidisiplin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengendalian infeksi :

a. Disipline : Perilaku petugas kesehatan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi
prosedur aseptic, teknik invansif, upaya profilaksi, dan sebagainya.

b. Defence mechanism : Melindungi pasien dengan mekanisme pertahanan diri supaya tidak
terpapar oleh sumber infeksi.

c. Drug : Pemakaian obat-obatan antiseptic, antibiotic dan lain-lain yang dapat mempengaruhi
kejadian infeksi.

d. Design : Rancang bangun ruang perawatan akan berpengaruh terhadap risiko penularan
infeksi, khususnya melalui udara (airbone), atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas
ruangan tidak cukup memadai.

e. Device : peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian


pelindung, masker, kaca mata pelindung, sarung tangan dan sebagainya.

2.2 Menurunkan mikroorganisme

Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas perawat. Perawat
harus memahami masalah kesehatan klien saat ini dan sebelumnya untuk menentukan apakah
obat tertentu aman dikonsumsi klien. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan oleh dokter
untuk mengubati klien yang memiliki maslah kesehatan. Walaupun obat dapat menguntungkan
klien dalam masalah kesehatannya, namun obat memiliki efek samping yang harus diketahui
perawat. Dokter, perawat dan ahli farmasi menggunakan standar kualitas dan permurnian obat
yang digunakan oleh pemerintahan Amerika Serikat, yaitu Pure Food and Drug Act (Undang-
undang makanan dan obat murni). Standar ini digunakan untuk memastikan klien menerima obat
yang alami dalam dosis yang aman dan efektif. Standar yang diterima masyarakat harus memiliki
kriteria sebagai berikut:

1. Kemurnian. Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain
yang diperbolehkan dalam produksi obat.

2. Potensi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat memengaruhi kekuatan atau potensi obat.

3. Bioavailability. Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan melarut, diabsorpsi,
dan diangkut tubuh ketempat kerjanya disebut bioavailability.

4. Kemanjuran. Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektivitas


obat.

5. Keamanan. Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut.

Penggunaan obat secara tidak bijaksana menimbulkan masalah kesehatan yang serius bagi
pengguna, keluarga, dan komunitas. Perawat memiliki kewajiban untuk memahami masalah
individu yang menyalahgunakan obat. Ketika perawat merawat seorang klien yang diduga
menyalahgunakan obat atau mengalami ketergantungan obat, perawat harus menyadari nilai dan
sikap klien terhadap penyalahgunaan obat seperti alasan klien menggunakan obat tersebut agar
perawat dapat mengidentifikasi dan memahami masalah klien.

Perawat harus mengetahui karakteristik umum obat dalam setiap golongan. Setiap golongan obat
memiliki implikasi keperawatan untuk pemberian dan pemantauan yang tepat. Misalnya,
Implikasi keperawatan yang berhubungan dengan pemberian diuretik yaitu memantau masukan
dan haluaran cairan,menimbang barat badan klien setiap hari, mengkaji adanya edema pada
jaringan tubuh, dan memantau kadar elektrolit serum.

Jenis Penyebaran Penyakit Infeksi yang Patut Diwaspadai

TBC adalah contoh penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, flu merupakan infeksi virus,
athlete’s foot merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur, sementara malaria disebabkan oleh
parasit melalui gigitan nyamuk. Berbagai penyakit infeksi menular ini bisa menyebar secara
langsung maupun tidak langsung. Tiga cara penyebaran penyakit menular secara langsung
adalah:

a. Antar individu, yaitu ketika seseorang yang terinfeksi menyentuh, mencium, bersin, atau
batuk di sekitar orang yang tidak terinfeksi. Berbagai jenis mikroorganisme ini juga bisa
berpindah melalui darah, seperti lewat transfusi darah atau jarum suntik yang dipakai bersama.
Penularan antar individu yang terjadi lewat cairan tubuh, seperti misalnya ketika penderita
melakukan hubungan seksual, dan menyebabkan penyakit menular seksual.

Ibu kepada janin yang dikandungnya, yaitu melalui plasenta atau didapatkan dari vagina ibu
ketika bayi dilahirkan.

Binatang kepada manusia, yaitu melalui cakaran atau gigitan hewan yang ditemui atau hewan
peliharaan yang telah terinfeksi. Anda juga bisa terinfeksi toksoplasmosis ketika membersihkan
kotoran kucing peliharaan.

Penyebaran penyakit infeksi secara tidak langsung bisa terjadi karena kuman dapat tetap hidup
pada benda-benda, seperti keran, gagang pintu, atau permukaan meja yang telah tersentuh oleh
penderita penyakit infeksi menular. Cara penyebaran lainnya adalah:

a. Makanan dan air yang terkontaminasi kuman, misalnya bakteri coli yang hidup pada
daging yang tidak dimasak atau tidak diolah dengan baik, atau Hepatitis A akibat sanitasi yang
buruk saat mengolah makanan maupun minuman.

Gigitan serangga, misalnya nyamuk, kutu maupun kutu rambut yang menggigit penderita lalu
menggigit Anda. Skabies misalnya, tungau ini bisa menyebabkan kudis yang perlu diwaspadai
karena dapat mewabah dengan mudah pada komunitas yang tinggal bersama seperti di asrama
atau pesantren.

Penyakit infeksi akan lebih mudah terjadi jika Anda memiliki sistem kekebalan tubuh yang
rendah, misalnya akibat obat-obatan tertentu yang menekan sistem kekebalan tubuh, menderita
kanker, HIV/AIDS, atau gangguan pada sistem kekebalan tubuh.

C. Kontaminasi

suatu kondisi terjadinya percampuran/ pencemaran terhadap sesuatu oleh unsur lain yang
memberikan efek tertentu, biasanya berdampak buruk. Komponen yang menyebabkan terjadinya
kontaminasi sangat beragam, baik itu benda mati ataupun mahluk hidup. Kontaminan yang
berasal dari benda mati misalnya senyawa kimia dan kotoran. Sedangkan kontaminan yang
berasal dari mahluk hidup misalnya mikroba.

Infeksi nosokomial adalah istilah yang merujuk pada suatu infeksi yang berkembang di
lingkungan rumah sakit. Artinya, seseorang dikatakan terkena infeksi nosokomial apabila
penularannya didapat ketika berada di rumah sakit. Termasuk juga infeksi yang terjadi di rumah
sakit dengan gejala yang baru muncul saat pasien pulang ke rumah, dan infeksi yang terjadi pada
pekerja di rumah sakit.

Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan di
negara-negara miskin dan berkembang. Selain itu, infeksi nosokomial termasuk salah satu
penyebab terbesar kematian pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit.
berbeda-beda. Beberapa penyakit yang paling sering terjadi akibat infeksi nosokomial adalah:

Infeksi nosokomial bisa menyebabkan pasien terkena bermacam-macam penyakit dengan gejala
yang a. Infeksi aliran darah primer (IADP).

Pneumonia.

Infeksi saluran kemih (ISK).

Infeksi luka operasi (ILO).

Penyebab dan Faktor Risiko Infeksi Nosokomial

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dapat terkena infeksi nosokomial adalah:

1. Patogen (bakteri, jamur, virus, parasit)

Jumlah dan virulensi (kekuatan) bakteri yang tinggi, serta resistensi bakteri terhadap antibiotik
dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosokomial. Umumnya, infeksi nosokomial
disebabkan oleh bakteri yang ada di rumah sakit. Bakteri tersebut bisa didapat dari orang lain
yang ada di rumah sakit, bakteri yang menjadi flora normal (bakteri yang secara normal ada di
dalam tubuh dan pada keadaan normal tidak menyebabkan gangguan) orang itu sendiri, atau
bakteri yang mengontaminasi lingkungan dan alat-alat di rumah sakit. Selain bakteri, jamur dan
virus atau parasit juga dapat menjadi penyebab infeksi nosokomial.Yang dimaksud dengan
bakteri yang resisten adalah ketika antibiotik menjadi kurang efektif untuk membunuh bakteri
tersebut. Hal ini disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan anjuran dokter.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan mengakibatkan bakteri yang ada di dalam tubuh
manusia berubah karakter dan menjadi tahan terhadap antibiotik. Rumah sakit merupakan tempat
beragam jenis pasien, sehingga bakteri yang resisten tersebut dapat menyebar di lingkungan
rumah sakit dan akan lebih sulit untuk ditangani bila menjangkiti seseorang.

KondisiPasien

Selain bakteri, kondisi dari pasien tersebut juga memengaruhi dapat atau tidaknya terkena infeksi
nosokomial. Beberapa kondisi pasien yang membuat lebih mudah terserang infeksi nosokomial:

a. Usia. Pasien lansia (usia di atas 70 tahun) dan bayi lebih mudah terserang infeksi
nosokomial.

b. Daya tahan tubuh dan penyakit yang dimiliki. Pasien dengan penyakit kronis seperti
diabetes, gagal ginjal, dan kanker meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi nosokomial.
Keadaan akut seperti koma, gagal ginjal akut, cedera berat (seperti habis kecelakaan atau luka
bakar), dan syok juga berkontribusi dalam meningkatkan risiko infeksi nosokomial. Kondisi
yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun seperti pada penyakit HIV/AIDS, malnutrisi, dan
menggunakan obat-obatan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. (misalnya:
immnunosuppresant, kemoterapi) akan meningkatkan risiko terkena infeksi nosokomial.

- Prosedur yang dilakukan terhadap pasien. Prosedur seperti tindakan operasi, pemasangan alat
bantu napas (ventilator), endoskopi, atau kateter meningkatkan risiko seseorang untuk terkena
infeksi nosokomial melalui kontaminasi langsung dengan alat yang masuk ke dalam tubuh.

3. FaktorLingkungan

Lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu unit ke unit yang
lain, dan penempatan pasien dengan kondisi yang mudah terserang infeksi nosokomial (misalnya
pada ruang perawatan intensif, ruang perawatan bayi, ruang perawatan luka bakar) di satu tempat
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial. Lamanya waktu perawatan di
rumah sakit juga semakin meningkatkan risiko terkena penyakit nosokomial.

Gejala Infeksi Nosokomial

Gejala yang dialami sama dengan tanda-tanda infeksi lainnya seperti demam, takikardia, sesak,
dan lemas. Pada pneumonia dapat terjadi batuk dengan dahak yang kental dan pada infeksi
saluran kemih terdapat nyeri daerah punggung bawah atau perut bawah. Yang terpenting, seluruh
gejala ini timbul setelah perawatan di rumah sakit dan tidak sesuai dengan keluhan awal saat
masuk rumah sakit.

Diagnosis Infeksi Nosokomial

Dokter dapat mencurigai seorang pasien terkena infeksi nosokomial berdasarkan tanda-tanda
atau gejala yang dialaminya. Diagnosis infeksi nosokomial dipastikan dengan menemukan
bakteri penyebab dari tempat yang dicurigai mengalami infeksi. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan mengambil sampel urine, dahak, darah, atau cairan lainnya (misalnya cairan luka
operasi) untuk dibiakkan atau dikultur dalam sebuah medium untuk melihat adanya pertumbuhan
bakteri. Pemeriksaan kultur ini juga dapat dilakukan untuk jamur, bila dicurigai penyebab infeksi
nosokomial adalah jamur.

Selain pemeriksaan kultur, untuk mendiagnosis infeksi nosokomial juga didukung dari
pemeriksaan lain seperti:

a. Analisis urine dan USG saluran kemih untuk mendeteksi terjadinya infeksi saluran kemih.

Foto Rontgen dada untuk mendeteksi pneumonia.

Pengobatan Infeksi Nosokomial

Sambil menunggu hasil kultur bakteri, pengobatan awal untuk infeksi nosokomial adalah
pemberian antibiotik secara empiris, yaitu pemberian antibiotik yang tidak spesifik sebelum ada
hasil dari kultur. Biasanya diberikan antibiotik dengan kemampuan luas yang dapat menyerang
hampir seluruh jenis bakteri. Setelah ada hasil pemeriksaan, pemberian antibiotik akan
disesuaikan dengan jenis bakteri secara lebih spesifik. Antijamur maupun antivirus juga dapat
diberikan bila dicurigai penyebabnya dari jamur atau virus.

Seluruh alat yang menempel pada tubuh dan mengakibatkan infeksi seperti kateter, selang napas,
selang infus, atau lainnya bila memungkinkan segera dicabut. Terapi suportif seperti pemberian
cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi demam dapat diberikan.

Prosedur operasi debridement dapat dilakukan untuk infeksi pada luka operasi, dengan cara
memmotong atau mengangkat jaringan yang tidak sehat.

Komplikasi Infeksi Nosokomial

Komplikasi yang dapat terjadi dari infeksi nosokomial adalah:

a. Endokarditis.

Gagal ginjal.

Sepsis.

Pencegahan Infeksi Nosokomial

Langkah-langkah pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung jawab seluruh orang yang
ada di rumah sakit termasuk petugas kesehatan, pasien dan orang yang berkunjung. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi ini adalah:

a. Cuci tangan. Tangan merupakan media yang paling baik bagi kuman untuk berpindah.
Oleh karena itu penting bagi seluruh orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan
dengan cara dan waktu yang tepat. Terdapat lima saat yang penting untuk melakukan cuci
tangan:

1. Sebelum memegang pasien.

Sebelum melakukan prosedur kepada pasien.

Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin, atau feses).

Setelah menyentuh pasien.

Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien.

Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit. Kebersihan lingkungan rumah sakit dilakukan
dengan cara membersihkan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan cairan pembersih atau
disinfektan dengan frekuensi 2-3 kali per hari untuk lantai dan 2 minggu sekali untuk dinding.
Penggunaan alat dan prosedur. Menggunakan alat atau selang yang menempel pada tubuh seperti
alat bantu napas atau kateter urine, serta melakukan tindakan medis lainnya sesuai dengan
indikasi (tepat guna).

Penempatan pasien di ruang isolasi. Pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pasien
yang berpotensi untuk menularkan penyakit diharuskan untuk ditempatkan di ruang isolasi.

Mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP). Bagi staf rumah sakit penting untuk mengikuti
SOP setiap melakukan tindakan seperti menggunakan pelindung standar seperti sarung tangan,
masker, atau perlengkapan lain yang dianjurkan.

Pada umumnya kata kontaminasi selalu dihubungkan dengan sesuatu yang bermakna buruk/
negatif. Penggunaan kata “kontaminasi” sering digunakan untuk banyak hal, termasuk
diantaranya:

a. Kontaminasi Makanan

Pengertian kontaminasi makanan adalah terjadinya percampuran antara bahan makanan dengan
zat, senyawa, atau mahluk hidup lainnya yang bersifat merusak makanan tersebut. Makanan
yang sudah terkontaminasi zat yang merusak akan berbahaya bila masuk ke dalam tubuh
manusia.

Kontaminasi Lingkungan

Pengertian kontaminasi lingkungan adalah masuknya komponen lain (zat, mahluk hidup) ke
dalam lingkungan yang mengakibatkan kualitas lingkungan tersebut menjadi rusak. Kontaminasi
dapat terjadi karena ulah manusia dan juga karena aktivitas alam. Contoh kontaminasi akibat
kegiatan manusia; limbah pabrik dibuang ke sungai sehingga air sungai menjadi beracun bagi
mahluk hidup. Contoh kontaminasi karena aktivitas alam; gunung meletus, gas alam yang
beracun).

Kontaminasi Silang

Pengertian kontaminasi silang adalah terjadinya perpindahan bakteri dari bahan pangan mentah
ke produk pangan yang sudah jadi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontaminasi
silang umumnya terjadi karena proses penyimpanan bahan makanan dan proses pembuatan
makanan yang tidak bersih. Contoh kontaminasi silang terjadi ketika pisau yang kotor dan
terkontaminasi zat berbahaya digunakan untuk mengupas mangga yang akan dimakan. Contoh
lain, plasik penyimpanan yang terkontaminasi kotoran digunakan untuk menyimpan daging.

Penyebab Kontaminasi

Secara umum ada tiga penyebab kontaminasi, yaitu kontaminasi biologis, kontaminasi kimia,
dan kontaminasi fisik.
Kontaminasi Biologi; beberapa penyebab kontaminasi biologi atau mikrobiologis adalah parasit
(protozoa dan cacing), virus, bakteri patogen, yang dapat menyebabkan keracunan dan infeksi
pada manusia.

Kontaminasi Kimia; bahan kimia yang dapat menimbulkan intoksikasi pada manusia. Beberapa
bahan kimia penyebab keracunan diantaranya antibiotika, residu pestisida, cemaran kimia
industri.

Kontaminasi Fisik; pencemaran yang sifatnya fisik, misalnya batu, debu, rambut, logam,
potongan kayu, kuku, atau bahkan peralatan memasak yang digunakan. Kontaminasi fisik tidak
selalu mengakibatkan penyakit, namun tetap berbahaya dan menganggu kesehatan manusia.

D. Infeksi nasokomial

Infeksi nasokomial adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam system pelayanan
kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan, baik melalui
pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lain.

Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nasokomial adalah:

a. Pasien

Pasien merupakan unsur pertama ynag dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainnya,
petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan lainnya.

b. Petugas kesehatan

Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat menularkan
berbagai kuman ketemppat lain.

c. Pengunjung

Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit
atau sebaliknya yang dapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.

d. Sumber lain

Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan
umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh
pengunjung atau petugas kesehatan kepadanpasien dan sebaliknya.

E. Pencegahan penularan infeksi

Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan:


a. Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi
bersifat asimptomatik (tanpa gejala)

b. Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi

c. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lainyang akan dan telah
bersentuhan dengan kulit, selaput mukosa, atau darh harus dianggap terkontaminasi sehingga
etelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahn infeksi secara benar.

d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatn atau bneda lainnya telah diproses dengan
benar, harus dianggap telah terkontaminasi.

e. Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga sekecil
mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten.

Pedoman pencegahan infeksi

cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke
orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang diantara mikroorganisme dan individu
(pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini dapat berupa upaya fisik, mekanik ataupun
kimia meliputi:

a. Pencucian tangan

b. Penggunaan sarung tangan bsik pada saat melakukan tindakan maupun saaat memegang
benda yang terkontaminasi

c. Penggunaan cairan antiseptic untuk membersihkan luka pada kulit

d. Pemprosesan alat bekas pakai

e. Pembuangan sampah

Tindakan pencegahan infeksi

a. Asiptik

Tindakan yan dilakukan dalam pelayanan kesehatan untuk mecegah masunya mikroorganisme
kedalam tubuh yang kemungkinan besar akna mengakibatkan infeksi.

b. Antiseptic

Upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertubuhan


mikroorganisme pada kulit dan jaringan lainnya.

c. Pencucian
Tindakan menghilangkan semua darah, cairann tubuh atau setiap benda asing seperti debu dan
kotoran.

d. Desinfeksi

Tindakan pada benda mati dengan menghilangkan sebagian besar mikroorganisme penyebab
penyakit.

e. Sterilisasi

Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk bakteri endospore.

f. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan:

1. Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme

2. Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa.

Di lingkungan sekitar, banyak mikroorganisme (virus/bakteri/jamur/parasit) yang bersifat


patogen (menyebabkan penyakit) terhadap manusia. Inilah sebabnya Anda perlu turut berperan
aktif dalam mencegah penyebaran kuman dan berkembangnya penyakit infeksi menular di
lingkungan Anda. Anda bisa ikut mencegahnya dengan menerapkan langkah-langkah ini:

a. Rajin membersihkan atau mencuci tangan, terutama sebelum menyiapkan, menyentuh,


atau mengonsumsi makanan. Juga setelah kembali dari toilet, buang air kecil/besar, atau bahkan
sekadar mengganti popok. Cucilah tangan dengan sabun selama setidaknya 20 detik sambil
menggosok tangan dengan cermat. Anda juga bisa menggunakan cairan sanitasi untuk tangan
atau tisu basah sekali pakai.

Tutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk, dengan arahkan pada siku bagian dalam, bukan
telapak tangan (segera cuci tangan bila terpaksa menggunakan tangan).

Jangan biasakan menyentuh mulut, hidung, atau mata setelah menggunakan tangan untuk
menutup mulut saat bersin.

Tetap berada di rumah ketika Anda atau anak Anda sedang sakit parah, seperti ketika mengalami
demam, muntah, atau diare.

Jangan berbagi pakai alat-alat pribadi, seperti sikat gigi, pisau cukur, sisir, dan juga alat makan,
seperti garpu, sendok atau gelas minum.

Pastikan tempat menyiapkan makanan selalu dalam keadaan bersih dan pastikan makanan
dimasak hingga benar-benar matang sebelum dikonsumsi.

Jangan biarkan makanan yang telah dimasak atau makanan sisa berada dalam suhu ruangan lebih
dari 3 jam.
Pastikan Anda dan anak Anda telah mendapat imunisasi untuk mengurangi risiko tertular
penyakit infeksi.

Pelajari suatu daerah sebelum Anda mengunjunginya. Konsultasikan dengan dokter tentang jenis
vaksinasi maupun pengobatan profilaksis (pencegahan) yang diperlukan di daerah tersebut,
misalnya vaksinasi untuk meningitis saat akan naik haji atau minum obat profilaksis malaria
sebelum ke pedalaman Papua.

Jangan berganti-ganti pasangan seksual. Gunakan kondom jika pasangan Anda memiliki sejarah
penyakit menular seksual atau juga jika Anda tidak mengetahui riwayat seksualnya.

Hindari menahan buang air kecil terlalu lama, dan jaga kebersihan organ kelamin dengan baik
untuk menghindari infeksi saluran kemih.

Gunakan alat pelindung diri dan lakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur keamanan yang
berlaku, terutama bila Anda bekerja di area yang dikelilingi bahan infeksius, seperti rumah sakit
atau laboratorium.

Menjaga pola hidup yang sehat dan pola makan dengan nutrisi seimbang, perbanyak minum air
putih untuk mencukupi kebutuhan cairan, penuhi kebutuhan serat dan vitamin dengan makan
buah dan sayuran, mencukupi istirahat dan berolahraga secara rutin dan teratur. Hal-hal ini
penting dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit infeksi.

Dengan melakukan tips yang dipaparkan di atas, kita setidaknya mengurangi risiko terjangkit
penyakit infeksi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, dan bahkan dapat
membahayakan nyawa kita dan keluarga.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


- Pemberian obat yang aman akurat merupakan salah satu tugas perawat harus
Memahami masalah kesehatan klien.obat adalah alat utama terapi yang digunakan
Oleh dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalh kesehatan.namun obat
memiliki efek samping yang harus diketahui perawat.Dokter.perawat dan ahli farmasi
menggunakan standar kualitas dan permunian obat yang digunakan oleh pemerintah
Amerika serikat,yaitu pure food and Drug Act (Undang-uandang makanan dan obat
murni).standar ini digunakan untuk memastikan klien menerima obat yang alamiDalam
dosis yang aman dan efektif.standar yang diterima masyarakat.

- Menjaga pola hidup yang sehat dan pola makan dengan nutrisi seimbang, perbanyak
minum air putih untuk mencukupi kebutuhan cairan, penuhi kebutuhan serat dan
vitamin dengan makan buah dan sayuran, mencukupi istirahat dan berolahraga secara
rutin dan teratur. Hal-hal ini penting dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh agar
tidak mudah terserang penyakit infeksi.
Dengan melakukan tips yang dipaparkan di atas, kita setidaknya mengurangi risiko
terjangkit penyakit infeksi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, dan bahkan
dapat membahayakan nyawa kita dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah (2014) kebutuhan dasar manusia. Jl. Man 6 No. 74 Kramat Jati Jakarta timur Trans
Info Media, Jakarta.

Saputra Lyndon (2013) catatan ringkas kebutuhan dasar manusia. Gedung karisma, Jl. Moh.
Toha. No.2 pondok cabe Pamulang tanggerang selatan 15418. Binarupa aksara publisher.

Subowo (2013) imunologi klinik. Jakarta 10001. CV Sagung Seto.

https://www.alodokter.com/infeksi-nosokomial

https://www.scribd.com/document/392217324/Cara-Menurunkan-Jumlah-

Mikroorganisme-Kontaminan-Dan-Mencegah-Transmisi

Wishnuwardhani DS. Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Persatuan


Pelayanan untuk Kesehatan di Indonesia

Jakarta.

Setyawati L. Penyakit Akibat Kerja, Kumpulan Bahan Kuliah Penyakit Akibat Kerja dan
Kesehatan Kerja, Karyasiswa (S-2) Ilmu Kesehatan Kerja UGM, Yogyakarta; 2003.

Kusnanto H. Pengendalian Infeksi Nosokomial, MMRS PS UGM. Yogyakarta: Mitra Gama


Widya; 1997.

James,joyce.dkk,(2008).prinsip-prinsip sains untuk keperawatan.Jakarta:Buku Erlangga

Otto,Shirley E.(2003).Buku saku keperawatan onkologi.Jakarta:Buku kedokteran

Potter,P A.,dan Perry,A.G.(2005)Fundamentals of Nursing.Ed.4 volume 2(Terj.Dr.Adrina


Ferderika) Jakarta:Penerbit selemba Medika

Anda mungkin juga menyukai