Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP PUSKESMAS

Dosen Pengapu : Ns.Sri Ariyanti M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 6

M.ALFARIZI (SR202140 )

NOVI PUAN MAHARANI (SR2021402 )

ROCHANI (SR20214025)

PROGRAM STUDI S1 SEKOLAH TINGGI

ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2021/2023


KONSEP DASAR PUSKESMAS
A. Pengertian

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

1. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.

2. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia


untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

3. Penanggungjawab Penyelenggaraan

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah


kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas
bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

4. Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di
satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja
dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan
atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

B. Visi

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya


Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran
masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan,
yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:

a. Lingkungan sehat

b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan
kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.

C. Misi

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung


tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di


wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal
di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan
kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan


yang diselenggarakan.

Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai


dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan
kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta


lingkungannya.

Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan
dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek
lingkungan dari yang bersangkutan.

D. Tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah mendukung


tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

E. Fungsi

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan


lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat.

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani
diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan
dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan

memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama


secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:

a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan
tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan
masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.

F. UPAYA PUSKESMAS

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya


Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau
dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan Gizi

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan


permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada, yakni:

a. Upaya Kesehatan Sekolah

b. Upaya Kesehatan Olah Raga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut


f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata

h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan
dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan
penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas.

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang, baik upaya kesehatan


wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila perawatan kesehatan masyarakat
menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai salah satu
upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula
bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka
mempercepat tercapainya visi puskesmas. Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini
dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal, dalam arti target cakupan
serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan
pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam keadaan
tertentu, upaya

kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan,


padahal menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
bertanggunjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya. Dalam keadaan
tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap. Untuk ini di puskesmas dapat
dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam pelaksanaannya harus
memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan prasarana sesuai standar yang telah
ditetapkan.

Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini, apabila ada kemampuan, di puskesmas
dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan
maupun rawat inap. Keberadaan pelayanan medik spesialistik di puskesmas hanya dalam
rangka mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan. Status
dokter dan atau tenaga spesialis yang bekerja di puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen
atau tenaga tetap fungsional puskesmas yang diatur oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.
Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan
memiliki tenaga medis spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

G. PEMBIAYAAN PUSKESMAS

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan


masyarakat yang menjadi tanggungjawab puskesmas, perlu ditunjang dengan tersedianya
pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan puskesmas, yakni:

1. Pemerintah

Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah
terutama adalah pemerintah kabupaten/kota. Di samping itu puskesmas masih menerima dana
yang berasal dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Dana yang disediakan oleh
pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni:

a. Dana anggaran pembangunan yang mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan


peralatan serta pengadaan obat.

b. Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan peralatan,
pembelian barang habis pakai serta biaya operasional.

Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke pemerintah kabupaten/kota untuk seterusnya
dibahas bersana DPRD kabupaten/kota. Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan
kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Anggaran yang telah disetujui yang tercantum dalam dokumen keuangan diturunkan secara
bertahap ke puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk beberapa mata
anggaran tertentu, misalnya pengadaan obat dan pembangunan gedung serta pengadaan alat,
anggaran tersebut dikelola langsung olen Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh
pemerintah kabupaten/kota.

Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima puskesmas adalah kepala


puskesmas, sedangkan administrasi keuangan dilakukan oleh pemegang keuangan
puskesmas yakni seorang staf yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas
usulan kepala puskesmas.

Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan
berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pendapatan puskesmas

Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban membiayai upaya


kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh pemerintah
daerah masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada beberapa kebijakan yang terkait dengan
pemanfaatan dana yang diperoleh dari penyelenggraan upaya kesehatan perorangan ini,
yakni:

a. Seluruhnya disetor ke Kas Daerah

Untuk ini secara berkala puskesmas menyetor langsung seluruh dana retribusi yang diterima
ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

b. Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas

Beberapa daerah tertentu membenarkan puskesmas menggunakan sebagian dari dana yang
diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang lazimnya berkisar antara
25 – 50% dari total dana retribusi yang diterima. Penggunaan dana hanya dibenarkan untuk
membiayai kegiatan operasional puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara berkala
dipertanggungjawabkan oleh puskesmas ke pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

c. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas

Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan puskesmas menggunakan seluruh dana yang
diperolehnya dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan untuk membiayai kegiatan
operasional puskesmas. Dahulu puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan dana
seperti ini disebut puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar
puskesmas yang juga harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang dananya
ditanggung oleh pemerintah, diubah menjadi puskesmas swakelola. Dengan perkataan lain
puskesmas tidak mungkin sepenuhnya menjadi swadana. Pemerintah tetap berkewajiban
menyediakan dana yakni untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang
menjadi tanggungjawab pemerintah.

3. Sumber lain

Pada saat ini puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain seperti:

1. PT ASKES yang peruntukkannya sebagai imbal jasa pelayanan yang diberikan kepada para
peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

2. PT (Persero) Jamsostek yang peruntukannya juga sebagai imbal jasa pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada peserta Jamsostek. Dana tersebut juga dibagikan kepada para
pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. JPSBK/PKPSBBM

Untuk membantu masyarakat miskin, pemerintah mengeluarkan dana secara langsung ke


puskesmas. Pengelolaan dana ini mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan.

Apabila sistem Jaminan Kesehatan Nasional telah berlaku, akan terjadi perubahan pada sistem
pembiayaan puskesmas. Sesuai dengan konsep yang telah disusun, direncanakan pada masa
yang akan datang pemerintah hanya bertanggungjawab untuk membiayai upaya kesehatan
masyarakat, sedangkan untuk upaya kesehatan perorangan dibiayai melalui sistem Jaminan
Kesehatan Nasional, kecuali untuk penduduk miskin yang tetap ditanggung oleh pemerintah
dalam bentuk pembayaran premi. Dalam keadaan seperti ini, apabila puskesmas tetap
diberikan kesempatan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, maka puskesmas
akan menerima pembayaran dalam bentuk kapitasi dari Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan Nasional. Untuk itu puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut
sebaik-baiknya, sehingga di satu pihak dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan
Kesehatan Nasional dan di pihak lain tetap memberikan keuntungan bagi puskesmas. Tetapi
apabila puskesmas hanya bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat, maka puskesmas hanya akan menerima dan mengelola dana yang berasal dari
pemerintah.

Sasaran pelayanan kesehatan :

 Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit serta KLB.
 Terciptanya lingkungan hidup yang sehat.
 Terciptanya kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dalam rangka 
mengatasi masalah kesehatan.
 Terwujudnya peningkatan gizi masyakarakat.
 Terwujudnya pembinaan, pengendalian dan pengawasan di bidang farmasi termas
uk obat asli Indonesia, makanan dan minuman dan perbekalan kesehatan.
 Terwujudnya peningkatan akses masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berm
utu dan tertanganinya kasus/permasalahan kesehatan pada kelompok masyarakat 
rentan,daerah perbatasan dan terpencil
 Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan melalui 
pengembangan dan implementasi regulasi dan pengembangan profesionalisme.
  Terwujudnya kesiapan sumber daya kesehatan dalam menghadapi persaingan glo
bal.
 Terwujudnya sistem informasi kesehatan terpadu, dan pemanfaatan hasil penelitian 
dalam pengambilan keputusan.
 Meningkatkan cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat khususnya m
asyarakat miskin dan rentan melalui Jamkesmas/Jamkesda.
 Terwujudnya pelayanan kesehatan berbasis kinerja sesuai peraturan yang berlaku.

 
Reformasi puskesmas

Mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan berkualitas merupakan hak asasi setiap
orang dan pemerintah sebagai pemangku kewajiban dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai dan berkualitas bagi masyarakatnya.Lewat Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia pemerintah telah menetapkan tujuan pembangunan kesehatan
yakni,  meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga
negara Indonesia agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.  

Untuk itu pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan seluruh
masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, upaya ini bisa dilihat dari menurunnya
angka kematian Bayi dan Ibu serta makin meningkatnya status gizi masyarakat serta umur
harapan hidup dan dibangunnya berbagai fasilitas kesehatan. Meski demikian harus diakui
bahwa pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia belum optimal dan perlu terus untuk
ditingkatkan.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) memiliki peran yang strategis dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia, karena   Puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang langsung berhhadapan dengan masyarakat. Puskesmas diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1968 dan hingga kini hampir semua kecamatan di Indonesia telah
memiliki Puskesmas atau Puskesmas Pembantu. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI
nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas disebutkan bahwa Puskesmas
adalah Unit Pelasana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan. Untuk
itu Puskesmas mempunyai tiga fungsi yakni, sebagai pusat pembangunan berwawasan
kesehatan; sebagai pusat pemberdayaan masyarakat; dan sebagai pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama, baik pelayanan kesehatan perorangan maupun pelayanan kesehatan
masyarakat.

Sebagai unit pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama Puskesmas mempunyai


tanggungjawab yang besar dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, selain itu dalam era
keterbukaan sekarang ini kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan semakin
meningkat dan hal ini  mesti dapat dipenuhi oleh Puskesmas, sehingga Puskesmas mesti
berbenah diri dan terus melakukan perbaikan dalam pelayanan masyarakat. Untuk itu
Puskesmas mesti melakukan upaya reformasi atau mereformasi diri agar bisa memenuhi ketiga
fungsinya.

Dalam Reformasi Puskesmas kegiatan pertama yang dilakukan adalah melakukan survey
pengaduan (complain survey), dalam survey ini Puskesmas akan mengidentifikasi keluhan-
keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan di Puskesmas. Selanjutnya hasil survey
akan didiskusikan dalam lokakarya internal pihak Puskesmas untuk menganalisa hasil survey 
tersebut dan menyusunnya menjadi indeks pengaduan masyarakat. Berdasarkan indeks
pengaduan masyakat tersebut Puskesmas membangun komitmen dengan mengambangkan
visi dan misi  dalam menjawab keluhan masyarakat yang berkaiatan dengan pelayanan yang
dilakukannya.  Jawaban terhadap pelaksanaan visi dan misi terbut dibuat dalam sebuah
maklumat bersama atau sering diesebut kontrak pelayanan. Kontrak pelayanan ini berisi
komitmen dari seluruh staf Puskesmas untuk menjawab semua keluhan masyarakat yang
disampaikan dalam complain survey.
Hasil dari survey pengaduan ini akan ditindaklanjuti oleh Puskesmas dengan membuat
komitmen  dalam menjalankan Reformasi ditandai dengan penyusunan atau perbaikan standar
pelayanan Puskesmas, mengembangkan mekanisme pengaduan yang baik,  serta
mengembangkan kapasitas para staf Puskesmas untuk memberikan layanan yang kerkualitas
kepada masyarakat.  

Kegiatan selanjutnya  reformasi Puskesmas adalah pelibatan masyarakat dalam kegiatan


Puskemas lewat pembentukan sebuah organisasi untuk menghimpun tokoh-tokoh masyarakat
yang peduli kesehatan yang akan berperan sebagai mitra Puskesmas dalam upaya
penyelenggaraan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas, organisasi ini  dinamakn Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Badan ini akan berfungsi  untuk membantu memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan, melakukan advokasi untuk keberhasilan
pembangunan kesehatan serta memberikan masukan kepada Puskesmas tentang kinerja
mereka.

Badan Penyantun Puskesmas  adalah perwujudan dari peran serta masyarakat dalam
membantu Puskesmas untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional dengan
mengembangkan pembangunan kesehatan berbasis masyarakat. Untuk itu kegiatan
Puskesmas tidak hanya dilihat sebagai upaya pemerintah untuk menjalankan program
pelayanan kesehatan, akan tetapi merupakan upaya aktif dari masyarakat untuk membantu
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Badan Penyantun Puskesmas harus
dilihat sebagai mitranya Puskesmas untuk membantu kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada  masyarakat.       

Setelah Puskesmas direformasi dan menampilkan wajah baru perlu diteruskan upaya-upaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan pencapaian yang telah diperoleh, dengan terus
melakukan monitoring dan evaluasi  terhadap kegiatan Puskesmas dan Badan Penyantun
Puskesmas juga terus membantu, mengawasi dan memberikan masukan guna peningkatan
dan perbaikan kinerja Puskesmas agar tetap memberikan pelayanan yang berkualitas, karena
itu kemitraan yang baik antara Badan Penyantun Puskesmas dan Puskesmas harus terus
dijaga dan dipupuk agar berkesinambungan (Zainal Asikin (Mentor Reformasi Puskesmas –
Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neo-natal Health).

SALAH SATU CONTOH KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG KESEHATAN :

Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang
Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Derajat kesehatan
masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan
AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS
2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena
sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan
memang mahal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah
diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan
oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK
Nomor 1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan
program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini dalam perjalanannya
terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahan-perubahan sampai dengan
penyelenggaraan program tahun 2008.. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya
pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi
Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan
Masyarakat di RS, penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim
Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota serta penugasan
PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman
dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan
mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
yang selanjutnya disebut JAMKESNAS dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran.

Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS

Tujuan Umum :

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan
tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan
efisien.
Tujuan Khusus: 
a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan
kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin 
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel

Sasaran

Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah
76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS


SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS

A. PENGERTIAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS


(SP2TP)
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan pencatatan dan
pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang
ditetapkan melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data SP2PT berupa Umum dan demografi,
Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok Puskesmas.
Menurut Yusran (2oo8) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh
(terpadu)dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem pelaporan ini ini diharapkan mampu
memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun untuk jenjang administrasi yang lebih
tinggi, guna mendukung manajemen kesehatan.

B. TUJUAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP)

Tujuan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) adalah agar semua
data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai
kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan
masyarakat.

• Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna
melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yg menunjang.

• Tujan Khusus
1. Sebagai dasar penyusunan perencanaan tingkat Puskesmas.
2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas (Lokakarya
mini)
3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas
4. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas

C. JENIS PENCATATAN TERPADU PUSKESMAS


Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung.
1. Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data yang diperoleh dari
pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam gedung puskesmas seperti tekanan
darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini menggunakan: family
folder, kartu indek penyakit, buku register dan sensus harian.
2. Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat berdasarkan
catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti Kegiatan progam yandu,
kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan Pelaporan ini menggunakan kartu
register dan kartu murid.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu
puskesmas atau yang disebut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas
(SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau kota setiap awal bulan,
kemudian ke Dinas Kesehatan kabupaten atau kota mengolahnya dan mengirimkan umpan
baliknya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan Pusat. Umpan balik tersebut
harus dikirimkankembali secara rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi
keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan puskesmas tidak punya
kewajiban lagi mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan Pusat tetapi dinkes
kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke Departemen
Kesehatan Pusat.

D. JENIS PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS


Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain:
1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.
2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi
3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam. Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu:
• LB1, berisi data kesakitan
• LB2, berisi data kematian
• LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll
• LB4, berisi data obat-obatan

Bentuk Formulir Pelaporan :


1. Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan LPLPO
2. Formulir LT: untuk data kegiatan
3. Formulir LS: untuk data sarana, kegiatan dan kematian
4. LB1: laporan data kesakitan
a. Kasus lama
b. Kasus baru
5. LB2: laporan data kematian (tidak dipakai)
a. laporan obat-obatan (LPLPO)
6. LB3
a. Gizi
b. KB
c. Imunisasi
d. KIA
e. Pengamatan Penyakit Menular, seperti: diare, malaria, DBD, TB Paru, Kusta, Filaria, ISPA,
Rabies dan lain-lain.
7. LB4
a. Kunjungan Puskesmas
b. Kehatan Olahraga
c. Kesehatan Sekolah
d. Rawat Tinggal
e. dll
8. LT: laporan kegiatan Puskesmas (tribulan)
a. LT 1
• Keadaan sarana Puskesmas
• Dasar UKS
• Kesehatan Lingkungan
• Kesehatan Jiwa
• Program Pendidikan dan Pelatihan
• Program Pemberantasan Penyakit dan Gizi
b. LT 2 (kepegawaian)
• Tenaga PNS di Puskesmas
• Tenaga PTT di Puskesmas
• Tenaga PNS di Puskesmas Pembantu
c. LT 3 (peralatan)
• Linen
• Peralatan Laboratorium
• Peralatan untuk Kesehatan Gigi
• Peralatan untuk Penyuluhan
• Peralatan untuk Tindakan Medis dan Non Medis
9. Laporan data dasar Puskesmas
a. LSD1: data kependudukan, fasilitas pendidikan, kesehatan, lingkungan dan peran serta)
b. LSD2: ketenagaan Puskesmas dan Puskesma Pembantu
c. LSD3: peralatan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan,laporan semester dan laporan tahunan yang
mencakup data kegiatan progam yang sifatnya lebih komprehensif disertai penjelasan secara
naratif. Yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan semua jenis data yang telah dibuat
dalam laporan sebagai masukan atau input untuk menyusun perencanaan puskesmas ( micro
planning) dan lokakarya mini puskesmas (LKMP).
Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan menggunakan statistic
sederhana dan distribusi masalah dianalisis menggunakan pendekatan epidemiologis deskriptif.
Data tersebut akan disusun dalam bentuk table dan grafik informasi kesehatan dan digunakan
sebagai masukkan untuk perencanaan pengembangan progam puskesmas. Data yang
digunakan dapat bersumber dari pencatatan masing-masing kegiatan progam kemudian data
dari pimpinan puskesmas yang merupakan hasil supervisi lapangan.
E. PROSEDUR PENGISIAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU
PUSKESMAS (SP2TP)
Prosedur pengisian SP2TP, yaitu:
1. formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan.
2. pada formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.
3. penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data yang ada.
4. hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.
5. didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf
pengelola program bersangkutan.
6. data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam pertangungjawaban akhir
minimal 2 tahun.
7. semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan


pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah
kerja puskesmas, dengan tujuan agar semua data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta
dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna
menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. Pencatatan kegiatan harian progam
puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung dan pelaporannya dapat berupa,
Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu, Laporan mingguan
untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi dan Laporan bulanan untuk
melaporkan kegiatan rutin progam.

SALAH SATU PROGRAM PUSKESMAS YAITU KIA ( KESEHATAN IBU DAN ANAK )

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah.

Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk


membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari
aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan

Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.

Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat,  pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan  di
taman kanak-kanak.

Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat
pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi


kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya
pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.

b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di
dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.

c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas dan ibu menyusui.

d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan anak balita.

e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan
peran ibu dalam keluarganya.

Kegiatan

1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.

2. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.

3. Pemantauan tumbuh kembang balita.

4. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali

dan campak 1 kali pada bayi.

5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.

6. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit
ringan.

7. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayi-
bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)

8. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta

kader-kader kesehatan.
Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :

1. Sistem pencatatan-pemantauan

2. Sistem transportasi-komunikasi

3. Sistem pendanaan

4. Sistem pendonor darah

5. Sistem Informasi KB.

Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi masyarakat
dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses fasilitasi yang
terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:

1. Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat,


khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.

2. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka kematian


maternal.

3. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam menolong
perempuan saat hamil dan persalinan.

4. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh tenaga
kesehatan profesional.

5. Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi masalah


mereka sendiri.

6. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.

7. Upaya untuk melibatkan semua pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam mengatasi


masalah kesehatan.

Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep berikut ini :

1. Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong, untuk


perempuan saat hamil dan bersalin.

2. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan
perempuan.
3. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah tetapi
merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.

4. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.

5. Menggunakan pendekatan partisipatif.

6. Melakukan aksi dan advokasi.

Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk memahami kondisi mereka dan
melakukan aksi dalam mengatasi masalah mereka ini disebut dengan pendekatan belajar dan
melakukan aksi bersama secara partisipatif (Participatory Learning and Action -PLA).
Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan mengelola berbagai
komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan, sehingga setiap orang memiliki
pandangan yang sama tentang penyelesaian masalah mereka, tetapi pendekatan ini juga
merupakan proses mengorganisir masyarakat sehingga mereka mampu untuk berpikir dan
menganalisa dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah mereka. Ini adalah proses
pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu melakukan aksi untuk meningkatkan
kondisi mereka. Jadi, ini merupakan proses dimana masyarakat merubah diri mereka secara
individual dan secara kolektif dan mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki dari
energi dan kekuatan mereka (Hartock, 1981).

Didalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama masyarakat perlu untuk


memahami dan menganalisa kondisi kesehatan mereka saat ini, seperti kondisi kesehatan ibu;
kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, pelayanan kesehatan, dan berbagai hubungan dan
kekuasaan yang memperngaruhi kondisi tersebut agar mereka mampu untuk melakukan aksi
guna memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan analisa mereka tentang potensi yang mereka
miliki. Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir, menganalisa dan melakukan aksi, proses
fasilitasi dan warga yang berperan melakukan fasilitasi sangat diperlukan. Selain itu, warga
yang berperan memfasilitasi masyarakatnya membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang
konsep Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan penggunaan metode dan alat-alat partisipatif. Jadi, pendekatan yang diaplikasikan
dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan
berikutnya dalam keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.

Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah
dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat sepertikurang gizi, penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, kejadian bencana,
kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong.

Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya peningkatan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan
masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan Desa
Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.
Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka
Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu
komponen yang penting dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi.

Manajemen Kegiatan KIA

Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah Setempat – KIA

(PWS-KIA) dengan batasan :

Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat
untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk
pemantauan program KIA secara teknis maupun non teknis.

Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan non teknis,

yaitu :

1. Indikator Pemantauan Teknis :

Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan kesehatan yang

terdiri dari :

a. Indikator Akses

b. Indikator Cakupan Ibu Hamil

c. Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

d. Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat

e. Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan

f. Indikator Neonatal.

2. Indikator Pemantauan Non teknis :

Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah
operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan
mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai
tingkat administrasi, yaitu :

a.Indikator pemerataan pelayanan KIA


Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam pemantauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.

b. Indikator efektivitas pelayanan KIA :

Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis dengan memodifikasinya
menjadi indikator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.

Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta dipergunakan
dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih
ketinggalan.

Anda mungkin juga menyukai