KONSEP PUSKESMAS
M.ALFARIZI (SR202140 )
ROCHANI (SR20214025)
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di
satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja
dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan
atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
B. Visi
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan
kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.
C. Misi
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal
di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan
kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan
dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek
lingkungan dari yang bersangkutan.
D. Tujuan
E. Fungsi
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani
diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan
dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan
tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan
masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.
F. UPAYA PUSKESMAS
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
f. Upaya Pengobatan
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan
dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan
penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas.
kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini, apabila ada kemampuan, di puskesmas
dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan
maupun rawat inap. Keberadaan pelayanan medik spesialistik di puskesmas hanya dalam
rangka mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan. Status
dokter dan atau tenaga spesialis yang bekerja di puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen
atau tenaga tetap fungsional puskesmas yang diatur oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.
Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan
memiliki tenaga medis spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
G. PEMBIAYAAN PUSKESMAS
1. Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah
terutama adalah pemerintah kabupaten/kota. Di samping itu puskesmas masih menerima dana
yang berasal dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Dana yang disediakan oleh
pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni:
b. Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan peralatan,
pembelian barang habis pakai serta biaya operasional.
Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke pemerintah kabupaten/kota untuk seterusnya
dibahas bersana DPRD kabupaten/kota. Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan
kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Anggaran yang telah disetujui yang tercantum dalam dokumen keuangan diturunkan secara
bertahap ke puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk beberapa mata
anggaran tertentu, misalnya pengadaan obat dan pembangunan gedung serta pengadaan alat,
anggaran tersebut dikelola langsung olen Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh
pemerintah kabupaten/kota.
Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan
berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pendapatan puskesmas
Untuk ini secara berkala puskesmas menyetor langsung seluruh dana retribusi yang diterima
ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Beberapa daerah tertentu membenarkan puskesmas menggunakan sebagian dari dana yang
diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang lazimnya berkisar antara
25 – 50% dari total dana retribusi yang diterima. Penggunaan dana hanya dibenarkan untuk
membiayai kegiatan operasional puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara berkala
dipertanggungjawabkan oleh puskesmas ke pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan puskesmas menggunakan seluruh dana yang
diperolehnya dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan untuk membiayai kegiatan
operasional puskesmas. Dahulu puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan dana
seperti ini disebut puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar
puskesmas yang juga harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang dananya
ditanggung oleh pemerintah, diubah menjadi puskesmas swakelola. Dengan perkataan lain
puskesmas tidak mungkin sepenuhnya menjadi swadana. Pemerintah tetap berkewajiban
menyediakan dana yakni untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang
menjadi tanggungjawab pemerintah.
3. Sumber lain
Pada saat ini puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain seperti:
1. PT ASKES yang peruntukkannya sebagai imbal jasa pelayanan yang diberikan kepada para
peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. PT (Persero) Jamsostek yang peruntukannya juga sebagai imbal jasa pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada peserta Jamsostek. Dana tersebut juga dibagikan kepada para
pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. JPSBK/PKPSBBM
Apabila sistem Jaminan Kesehatan Nasional telah berlaku, akan terjadi perubahan pada sistem
pembiayaan puskesmas. Sesuai dengan konsep yang telah disusun, direncanakan pada masa
yang akan datang pemerintah hanya bertanggungjawab untuk membiayai upaya kesehatan
masyarakat, sedangkan untuk upaya kesehatan perorangan dibiayai melalui sistem Jaminan
Kesehatan Nasional, kecuali untuk penduduk miskin yang tetap ditanggung oleh pemerintah
dalam bentuk pembayaran premi. Dalam keadaan seperti ini, apabila puskesmas tetap
diberikan kesempatan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, maka puskesmas
akan menerima pembayaran dalam bentuk kapitasi dari Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan Nasional. Untuk itu puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut
sebaik-baiknya, sehingga di satu pihak dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan
Kesehatan Nasional dan di pihak lain tetap memberikan keuntungan bagi puskesmas. Tetapi
apabila puskesmas hanya bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat, maka puskesmas hanya akan menerima dan mengelola dana yang berasal dari
pemerintah.
Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit serta KLB.
Terciptanya lingkungan hidup yang sehat.
Terciptanya kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dalam rangka
mengatasi masalah kesehatan.
Terwujudnya peningkatan gizi masyakarakat.
Terwujudnya pembinaan, pengendalian dan pengawasan di bidang farmasi termas
uk obat asli Indonesia, makanan dan minuman dan perbekalan kesehatan.
Terwujudnya peningkatan akses masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berm
utu dan tertanganinya kasus/permasalahan kesehatan pada kelompok masyarakat
rentan,daerah perbatasan dan terpencil
Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan melalui
pengembangan dan implementasi regulasi dan pengembangan profesionalisme.
Terwujudnya kesiapan sumber daya kesehatan dalam menghadapi persaingan glo
bal.
Terwujudnya sistem informasi kesehatan terpadu, dan pemanfaatan hasil penelitian
dalam pengambilan keputusan.
Meningkatkan cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat khususnya m
asyarakat miskin dan rentan melalui Jamkesmas/Jamkesda.
Terwujudnya pelayanan kesehatan berbasis kinerja sesuai peraturan yang berlaku.
Reformasi puskesmas
Mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan berkualitas merupakan hak asasi setiap
orang dan pemerintah sebagai pemangku kewajiban dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai dan berkualitas bagi masyarakatnya.Lewat Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia pemerintah telah menetapkan tujuan pembangunan kesehatan
yakni, meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga
negara Indonesia agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Untuk itu pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan seluruh
masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, upaya ini bisa dilihat dari menurunnya
angka kematian Bayi dan Ibu serta makin meningkatnya status gizi masyarakat serta umur
harapan hidup dan dibangunnya berbagai fasilitas kesehatan. Meski demikian harus diakui
bahwa pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia belum optimal dan perlu terus untuk
ditingkatkan.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) memiliki peran yang strategis dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia, karena Puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang langsung berhhadapan dengan masyarakat. Puskesmas diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1968 dan hingga kini hampir semua kecamatan di Indonesia telah
memiliki Puskesmas atau Puskesmas Pembantu. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI
nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas disebutkan bahwa Puskesmas
adalah Unit Pelasana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan. Untuk
itu Puskesmas mempunyai tiga fungsi yakni, sebagai pusat pembangunan berwawasan
kesehatan; sebagai pusat pemberdayaan masyarakat; dan sebagai pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama, baik pelayanan kesehatan perorangan maupun pelayanan kesehatan
masyarakat.
Dalam Reformasi Puskesmas kegiatan pertama yang dilakukan adalah melakukan survey
pengaduan (complain survey), dalam survey ini Puskesmas akan mengidentifikasi keluhan-
keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan di Puskesmas. Selanjutnya hasil survey
akan didiskusikan dalam lokakarya internal pihak Puskesmas untuk menganalisa hasil survey
tersebut dan menyusunnya menjadi indeks pengaduan masyarakat. Berdasarkan indeks
pengaduan masyakat tersebut Puskesmas membangun komitmen dengan mengambangkan
visi dan misi dalam menjawab keluhan masyarakat yang berkaiatan dengan pelayanan yang
dilakukannya. Jawaban terhadap pelaksanaan visi dan misi terbut dibuat dalam sebuah
maklumat bersama atau sering diesebut kontrak pelayanan. Kontrak pelayanan ini berisi
komitmen dari seluruh staf Puskesmas untuk menjawab semua keluhan masyarakat yang
disampaikan dalam complain survey.
Hasil dari survey pengaduan ini akan ditindaklanjuti oleh Puskesmas dengan membuat
komitmen dalam menjalankan Reformasi ditandai dengan penyusunan atau perbaikan standar
pelayanan Puskesmas, mengembangkan mekanisme pengaduan yang baik, serta
mengembangkan kapasitas para staf Puskesmas untuk memberikan layanan yang kerkualitas
kepada masyarakat.
Badan Penyantun Puskesmas adalah perwujudan dari peran serta masyarakat dalam
membantu Puskesmas untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional dengan
mengembangkan pembangunan kesehatan berbasis masyarakat. Untuk itu kegiatan
Puskesmas tidak hanya dilihat sebagai upaya pemerintah untuk menjalankan program
pelayanan kesehatan, akan tetapi merupakan upaya aktif dari masyarakat untuk membantu
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Badan Penyantun Puskesmas harus
dilihat sebagai mitranya Puskesmas untuk membantu kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Setelah Puskesmas direformasi dan menampilkan wajah baru perlu diteruskan upaya-upaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan pencapaian yang telah diperoleh, dengan terus
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan Puskesmas dan Badan Penyantun
Puskesmas juga terus membantu, mengawasi dan memberikan masukan guna peningkatan
dan perbaikan kinerja Puskesmas agar tetap memberikan pelayanan yang berkualitas, karena
itu kemitraan yang baik antara Badan Penyantun Puskesmas dan Puskesmas harus terus
dijaga dan dipupuk agar berkesinambungan (Zainal Asikin (Mentor Reformasi Puskesmas –
Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neo-natal Health).
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang
Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Derajat kesehatan
masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan
AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS
2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena
sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan
memang mahal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah
diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan
oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK
Nomor 1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan
program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini dalam perjalanannya
terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahan-perubahan sampai dengan
penyelenggaraan program tahun 2008.. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya
pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi
Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan
Masyarakat di RS, penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim
Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota serta penugasan
PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman
dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan
mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
yang selanjutnya disebut JAMKESNAS dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran.
Tujuan Umum :
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan
tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan
efisien.
Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan
kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah
76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.
Tujuan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) adalah agar semua
data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai
kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan
masyarakat.
• Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna
melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yg menunjang.
• Tujan Khusus
1. Sebagai dasar penyusunan perencanaan tingkat Puskesmas.
2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas (Lokakarya
mini)
3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas
4. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas
SALAH SATU PROGRAM PUSKESMAS YAITU KIA ( KESEHATAN IBU DAN ANAK )
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah.
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat
pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di
dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas dan ibu menyusui.
d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan anak balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan
peran ibu dalam keluarganya.
Kegiatan
1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.
4. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali
5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
6. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit
ringan.
7. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayi-
bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
8. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta
kader-kader kesehatan.
Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :
1. Sistem pencatatan-pemantauan
2. Sistem transportasi-komunikasi
3. Sistem pendanaan
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi masyarakat
dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses fasilitasi yang
terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
3. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam menolong
perempuan saat hamil dan persalinan.
4. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh tenaga
kesehatan profesional.
Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep berikut ini :
2. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan
perempuan.
3. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah tetapi
merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk memahami kondisi mereka dan
melakukan aksi dalam mengatasi masalah mereka ini disebut dengan pendekatan belajar dan
melakukan aksi bersama secara partisipatif (Participatory Learning and Action -PLA).
Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan mengelola berbagai
komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan, sehingga setiap orang memiliki
pandangan yang sama tentang penyelesaian masalah mereka, tetapi pendekatan ini juga
merupakan proses mengorganisir masyarakat sehingga mereka mampu untuk berpikir dan
menganalisa dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah mereka. Ini adalah proses
pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu melakukan aksi untuk meningkatkan
kondisi mereka. Jadi, ini merupakan proses dimana masyarakat merubah diri mereka secara
individual dan secara kolektif dan mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki dari
energi dan kekuatan mereka (Hartock, 1981).
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah
dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat sepertikurang gizi, penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, kejadian bencana,
kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong.
Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya peningkatan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan
masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan Desa
Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.
Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka
Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu
komponen yang penting dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi.
Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat
untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk
pemantauan program KIA secara teknis maupun non teknis.
yaitu :
Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan kesehatan yang
terdiri dari :
a. Indikator Akses
f. Indikator Neonatal.
Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah
operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan
mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai
tingkat administrasi, yaitu :
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis dengan memodifikasinya
menjadi indikator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.
Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta dipergunakan
dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih
ketinggalan.