Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I

“Konsep Pembangunan Kesehatan di Indonesia “

Dosen Pengampu:

Ns.Ridha Mardiyani, M.Kep

Disusun Oleh :

Yevita Mailinda (SR20214003)

Nanda Nadia Agustin (SR20214002)

Riska Maulidia (SR20214001)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2022/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul KONSEP PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA . Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................................1

B. Tujuan..........................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

A. Konsep Masyarakat dan Konsep Sehat........................................................................................4

B. Indicator yang berhubungan dengan derajat kesehatan masyarakat.............................................5

C. Factor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesehatan Masyarakatdi Indonesia........7

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................14

A. Kesimpulan................................................................................................................................14

B. Saran..........................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Indonesia Sehat 2015, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih,
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling
tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2015 adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit, melinduni diri dari ancaman
penyakit serta berpartisifasi akif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Selanjutnya masyarakat
mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. Layanan yang
tersedia adalah layanan yang berhasil guna dan berdaya guna yang tersebar secara merata
dindonesia. Dengan demikian terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
Data UNDP tahun 1997 mencatat bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia
masih menempati urutan ke 106 dari 176 negara. Tingkat pendidikan, pendapatan serta kesehatan
penduduk Indonesia memang belum memuaskan.Menyadari bahwa tercapainya tujuan
pembangunan nasional merupakan kehendak dari seluruh rakyat Indonesia, dan dalam rangka
menghadapi makin ketatnya persaingan bebas pada era globalisasi, upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia harus dilakukan. Dalam hal ini peranan keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat menentukan. Penduduk yang sehat bukan saja akan menunjang keberhasilan
program pendidikan, tetapi juga mendorong peningkatan produktivitas dan pendapatan
penduduk.
Untuk mempercepat keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan kebijakan
pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan proaktif dengan melibatkan semua sektor
terkait, pemerintah, swasta dan masayarakat. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya
ditentukan oleh kinerja sektor kesehatan semata, melainkan sangat dipengaruhi oleh interaksi
yang dinamis dari berbagai sektor. Upaya untuk menjadikan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan sebagai salah satu misi serta strategi yang baru harus dapat dijadikan komitmen semua
pihak, disamping menggeser paradigma pembangunan kesehatan yang lama menjadi
Paradigma Sehat.
Penyusunan rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 ini adalah

1
manifestasi konkrit dari kehendak untuk melaksanakan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan dan paradigma sehat tersebut.Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku
hidup sehat serta meningkatnya kemampuan masyarakat tersebut di atas, derajat kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang konsep pembangunan kesehatan di Indonesia tahun 2015
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui visi dan misi tentang konsep pembangunan kesehatan di
Indonesia tahun 2015
b. Untuk mengetahui konsep masyarakat dan konsep sehat
c. Untuk mengetahui Indicator yang berhubungan dengan derajat kesehatan masyarakat
d. Untuk mengetahui factor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah kesehatan
masyarakat di indonesia
e. Strategi dan Program Pembangunan Kesehatan di Indonesia
f. Pilar indonesia sehat
g. Tren dan isu pembangunan kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Visi dan Misi Indonesia Sehat 2015


VISI
Visi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah Indonesia sehat 2015. Dalam Indonesia sehat
2015, lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat, yaitu (Wahit, 2013) :

1. Lingkungan yang bebas dari polusi


2. Tersedianya sumber air bersih
3. Sanitasi lingkungan yang memadai
4. Perumahan dan pemukiman yang sehat
Terwujudnya kesehatan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai
budaya bangsa.
Perilaku masyarakat Indonesia sehat yang diharapkan adalah ( Wahit, 2013) :
1. Bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;
2. Mencegah resiko tejadinya penyakit;
3. Melindungi diri dari ancaman sakit;
4. Berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Selanjutnya, pada masa depan diharapkan masyarakat mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi maupun non
ekonomi. Pelayanan kesehatan yang bermutu yang dimaksudkan adalah pelayanan kesehatan
yang dapat memuaskan pengguna jasa, serta diselenggarakan sesuai dengan standard an etika
profesi ( Wahit, 2013).

MISI
Untuk mencapai visi diatas, disusunlah misi pembangunan kesehatan sebagai berikut Wahit,
2013) ;

1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Keberhasilan pembangunan


kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja sector kesehatan saja, tetapi
sangat dipengaruhi oleh hasil kerja serta kontribusi

positif berbagai sector kesehatan saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja, tetapi

3
sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta kontribusi positif berbagai sector
pembangunan lainnya.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Kesehatan adalah tanggung jawab
bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah, dan swasta. Jika hanya mengandalkan
pemerintah tanpa kesedaran indivud dan masyarakat untuk menjaga kesehatannya, maka
tujuan Indonesia sehat 2010 tidak akan tercapai. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat
untuk memilih serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat
menentukan
keberhasilan program pembangunan kesehatan.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
Salah satu tanggung jawab sector kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tidak semat-mata berada ditangan pemerintah, melainkan
mengikutsertakan peran serta aktif segenap anggota masyarakat dan berbagai potensi
peran swasta dengan sebesar- besarnya.
4. Memlihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya. Tugas utama sector kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan
kesehatan segenap warga negaranya, yaitu: setiap individu, keluarga, dan masyarakat
Indonesia, tanpa meninggalkan upaya penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan.
Untuk terselengaranya upaya tersebut, penyelengaraan upaya kesehatan yang harus
diutamakan adalah yang bersifat prmotif dan preventif, yang didukung oleh upaya kuratif
dan rehabilitative.

A. Konsep Masyarakat dan Konsep Sehat


Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul / berinteraksi. Kesatuan hidup
manusia berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan
terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap, meliputi
kesejahteraan fisik, mental, dan social, bukan hanya bebas dari penyakit dan
kecacatan/kelemahan ( Wahit,2013).Ciri-ciri masyarakat sehat.
Ciri-ciri masyarakat sehat adalah sebagai berikut( Wahit, 2013) :
1. Adanya peningkatan kemampuan dari masyaraakt untuk hidup sehat.
2. Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan kesehatan (
health promotion), pencegahan penyakit ( health prevention) terutama untuk ibu dan
anak.

4
3. Berupaya selalu meningkatkan kesehatan lingkungan, terutama penyediaan sanitasi
dasar yang dikembangakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu
lingkungan hidup.
4. Selalu menignkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status social
ekonomi masyarakat.
5. Berupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penaykit.

B. Indicator yang berhubungan dengan derajat kesehatan masyarakat

1. Indicator menurut system kesehatan nasional ( yang diambil dari 12 indikator menurut H.L Blum)
(wahit, 2013)
a. Life span, yaitu lamanya usia harapan hidup untuk hidup dari masyarakat,
atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan kerena
mati tua.
b. Disease or infirmity, yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan

anatomis dari masyarakat.


c. Discomfort or illness, yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatic kejiwaan,
maupun social dari dirinya.

d. Disability or incapacity, yaitu ketidakmampuan seseorang dalam


masayrakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peran sosialnya
karena sakit.
e. Participation in health care, yaitu kemampuan dan kemauan masyararakat untuk berpartisipasi
dalam menjaga dirinya agar selalu dalam keadaan
sehat.
f. Health behavior, yaitu prilaku nyata dari anggota masyarakat yang secara

langsung berkaitan dengan kesehatan.


g. Ecologic behavior. Yaitu prilaku masyarakat terhadap lingkungan

hidupnya, terhadap spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem


h. Social behavior, yaitu prilaku anggota masyarakat terhadap sesame,

keluarga, komunitas dan bangsanya.


i. Interpersonal relationship, yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat

5
terhadap sesamanya.
j. Reserve or positive health, yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit, atau kapasitas
anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-
tekanan somatic, kejiwaan dan social.
k. External satisfaction, yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap
lingkungan sosialnya, meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi,
dan sarana pelayanan kesehatan yang ada.
l. Internal satisfaction, yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan
dirinya sendri.

2. Indicator secara umum yang akan dicapai ( kemenkes, 2015)


a. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per10.000 kelahiran hidup (SP 2010), 364 menjadi 306
per 100.000 kelahiran hidup.

b. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup.

6
c. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,
serta pembiayaan kegiatan promotif, preventif.
d. Meningkatnya upaya peningkatan prilaku hidup bersih dan sehat.
Sedangkan dalam rangka meningkatkan daya tanggap (responsiveness)dan
perlindungan masyarakat terhadap risiko social dan finansial dibidang
kesehatan, maka ukuran yang akan dicapai adalah :
1. Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan
kesehatan setelah memiliki jaminan kesehatan, dari 37 % menjadi
10%.
2. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan dari 6,80
menjadi 8,00.

3. Indicator sehat menurut WHO


a. Indicator yang berhubungan dengan keadaan status kesehatan masyarakat, yang
meliputi:

 Indicator komprehensif, yaitu angka kasar / CDR ( crude date rate)


menurun, rasio angka kematian (mortalitas) proporsional menurun, dan usia
harapan hidup meningkat.
 Indicator spesifik, yaitu angka kematian ibu dan anak menurun,
angka kematian karena penyakit menular menurun, serta angka kelahiran
menurun.
b. Indikator pelayanan kesehatan, meliputi:
 Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang;
 Distribusi tenaga kesehatan merata;
 Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lain;
 Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan di antarannya rumah
sakit, puskesmas, rumah bersalin, poliklinik, dan pelayanan kesehatan lainnya.

C. Factor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesehatan Masyarakatdi Indonesia

1. Beberapa -fakor penyebab terjadinya masalah-masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia adalah sebagai berikut ( Wahit, 2013) ;

a. Faktor lingkungan

i. Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan

7
ii. Kurangnya sebagian besat rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang
kesehatan.

b. Factor perilaku dan gaya hidup masyarakat

i. Masih banyaknya kebiasaan masyarakat yang dapat merugikan kesehatan

ii. Adat istiadat yang kurang, atau bahkan yang tidak menunjang kesehatan.

c. Factor social ekonomi


i. Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih rendah.
ii. Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan.
iii. Penghasilan sebagian masih rendah dan pengangguran.
iv. Kemiskinan

d. Factor system pelayanan

i. Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh.

ii. Upaya pelayanan kesehatan sebagian masih berorientasi pada upaya


kuratif.

iii. Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.


2. Strategi dan Program Pembangunan Kesehatan di Indonesia
Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 meliputi ( Kemenkes, 2015) :
a. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan
lanjut usia yang berkualitas.
b. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat.
c. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
d. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas
e. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas
f. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi
dan alat kesehatan.
g. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan.
h. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan mutu ssumber daya manusia
kesehatan.
i. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
j. Menguatkan managemen, penilaian pengembangan dan system informasi.

8
k. Memantapkan pelayanan system jaminan social nasional bidang kesehatan.
l. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.
3. Pilar Indonesia sehat
Sebelumnya terdapat Tiga pilar yang diperlukan demi terwujudnya Indonesia
sehat 2010 antara lain sebagai berikut.
a. Lingkungan sehat
b. Prilaku sehat
c. Pelayanan kesehatan
Untuk program kementrian kesehatan periode 2015-2019 melalui program Indonesia
sehat dengan tiga pilar, yaitu

1. Paragdima sehat
Paragdima sehat dilakukan dengan strategis pengutamakan kesehatan dalam
pembangunan kesehatan, penguatan promotif, preventif dan pemberdayaan
masyarakat.
2. Penguatan pelayanan kesehatan
Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi system rujukan dan pendekatan continuum of
care, intervensi berbasis risiko kesehatan.
3. Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN)
JKN melalui kartu Indonesia sehat, dilakukan dengan strategi perluasan
sasaran dan benefit, serta kendali mutu dan kendali biaya.
4. Tren dan isu pembangunan kesehatan
Dalam membahas topic trend dan isu pembangunan kesehatan, tidak terlepas dari
peran daerah di era globalisasi dan bidang kesehatan. Undang-undang no.22 tahun

9
1999 tentang pemerintah daerah dan undang-undang no. 25 tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah membawa perubahan
yang mendasar dalam penyelenggaraan pemerintah. System pemerintahan berubah
menjadi desentralisasi, kewenangan pemerintah yang selama ini berada di
tangan
pemerintahan pusat beralih ke pemerintahan daerah (Wahit,2013).
Di era otonomi ini, baik kegiatan birokrasi, administrasi, maupun ekonomi daerah
tidak banyak bergantung pada pemeritahan pusat. Daerah pun dapat menyusun
rencana kegiatan pembangunan sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyrakatnya dalam berbagai aspek, termasuk
dibidang kesehatan (Wahit, 2013)

Hal ini mengacu kepada:

a. Pasal 11 ayat (2) undang-undang no 22 tahun 1999

b. Pasal 2 ayat (1) peraturan pemerintah (pp) 25 tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.

DESENTRALISASI

Undang-Undang No.22 tahun1999 tentang Pemerintah Daerah menjelaskan pengertian


desentralisasi sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah
otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia . Terkait dengan pengertiam
tersebut, maka desentralisasi bidang kesehatan juga penyerahan wewenang oleh pemerintah di
bidang kesehatan kepada daerah otonom, sebagaimana diamankan pada pasal 11 ayat (2)
Undang-Undang No.23 tahun1999 (Wahit,2013).

 Peran Pemerintah Daerah

Undang-Undang No.22 tahun1999 dab PP No.25 tahun 2000 diketahui bahwa daerah
terdiri dari daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota dan tidak mempunyai hubungan
hierarki. Kewenangan daerah provinsi sebagai daerah otonom mencakupwewenang
dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan

kepada gubernur selaku wakil pemerintah (dekonsentrasi). Kewenangan daerah


kabupaten atau kota dalam bidang kesehatan adalah semua kewenangan diluar
kewenangan yang diatur dalam PP No.25 tahun 2000 (Wahit, 2013).

 Isu Startegi yang terkait dengan desentralisasi Bidang Kesehatan

10
1. Kelangsungan dan Keselarasan Pembangunan kesehatan

2. Dalam tatana otonomi daerah, keberhasilan pembangunan nasional dalam bidang


kesehatan sangat ditentukan oleh keberhasilan pembangunan yang diselenggarakan
oleh daerah-daerahn. Oleh karena itu, kelangsungan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kemauan dan kemampuan
daerah.
ketersediaan dan pemerataan sumber daya tenaga kesehatan
pelayanan kesehatan adalah pelayanan jasa yang tidak terpisahkan dengan sumber
daya tenaga. Ketersediaan dan pemerataan pelayanan kesehatan akan terkait dengan
ketersediaan dan pemerataan sumber daya tenaga.
3. Kecukupan dalam Pembiayaan Kesehatan
Pada dasarnya, pembangunan kesehatan harus dilaksakan bersama atas pemerintah,
termasuk pemerintah daerah dan masyarakat dalam hal pembiayaan kesehatan. Untuk
itu, Pengembangan Jaminan Kesehatan Masyarakat atau bentuk-bentuk asuransi
kesehatan lanyya merupakan
indicator bagi peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan saat ini.
4. Keberadaan Prasarana dan Sarana Kesehatan
Di era desentralisasi, kepemilikan atas pengelolaan prasarana dan sarana kesehatan
dilimpahkan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah bagi kelangsuangan
kegiatan operasipnal kesehatan. Namun, pengalihan kepemilikan dan pengelolaan
prasarana dan sarana kesehatan ini tidak menimbulkan perubahan fungsinya.
5. Kemampuan Manajemen Kesehatan
Selain misi, visi, strategi, serta sumberdaya keberhasilan pembangunan kesehatan di
daerah sangat dipengaruhi oleh kemampuan manajemen kesehatan dari aparatur
kesehatan itu sendiri. Kemampuan manajemen ini meliputi kemampuan dalanm
perencanaan dan penganggaran kesehatan,
pemantauan dan evaluasi, serta pengembangan dukunan system informasi (Wahit,
2013).

a. Manfaat atau Keuntungan Desentralisasi


1. Memungkinkan pengorganisasian pelayanan kesehatan agar lebih
rasional dan terpadu dengan dasar area geografis dan administrasi,
terutama untuk pelayanan kesehatan primer;

2. Keterlibatan dan partisipasi pemerintah kabupaten atau kota akan

11
lebih besar, terutama dalam hal perencanaan yang disesuaikan
dengan kebutuhan yang mendasar dalam wilayah kerjanya;

3. Dapat menekan biaya dan duplikasi pelayanan kesehatan, terutama pada


tingkat sekunder atau tersier dengan cara melibatkan
tanggungjawab masyarakat dalam wilayah kerjanya;

4. Kegiatan pelayanan kesehatan pemerintah, non pemerintah , dan


swasta lebih terpadu;

5. Meringankan tugas-tugas ruti pemerintah pusat dalam hal


perencanaan dan penentuan kebijakan;

6. Kualitas program kesehatan akan meningkat dengan mengurangi


kontol dari pusat, terutama dalam hal administrasi;

7. Koordinasi, lintas sector semakin baikdengan fasilato pemerintah


kabupaten atau kota (Wahit, 2013).

 Kendala Pelaksanaan Desentralisasi

1. Kekhawatiran pemerintah pusat akan kehilangan sumber keuangan dan


pengaruh politik ;

2. Pemerintah pusat masih meragukan kemampuan administrative dan


managemen daerah untuk dapat bekerja secara efisien dan efektif.

3. Hambatan aspek keuangan (pembiayaan/pengangaran) di sebagian besar daerah


di Indonesia;

4. Peentuan kebijakan serta ketenagakerjaan masih sangat bergantung pada


pemerintahan pusat;

5. Adanya anggapan beberapa kabupaten/kota bahwa pelayanan kesehatan dapat


dijadikan sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD) bukan sebagai investasi,
sehingga orientasinya masih pada profil atau material yang dapat diraih dengan cepat;

6. Pemborosan dan inefisiensi dan di sector kesehatan, terutama di tingkat pengambil


keputusan dalam alokasi sumber daya yang mempengaruhi seluruh system kesehatan
(Wahit,2013)

 Desentralisasi dengan PP dan permendagri bermasalah bagi daerah Otonomi daerah yang

12
dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada tiap-tiap daerah untuk mengelola dan
mengatur pemerintahan daerah, ternyata tidak berjala sesuai dengan harapan.campur
tangan yang terlalu jauh melalui peraturan pemerintah (PP) dan peratura mentri dalam
negri (permendagri) telah mewarnai program-program daerah yang seharusnya mandiri
dan otonom (Wahit, 2013)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesahatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia. Strategi
pembangunan kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat tahun 2010 adalah sebagai
berikut.

1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan

Semua kebijakan pembengunan nasional yang sedang akan diselenggarakan harus


memiliki wawasan kesehatan. Artinya program pembangunan nasional harus memberikan
konstribusi yang positif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terdapat dua hal, di
antaranya:

a. Pembentukan lingkungan sehat

b. Pembentukan perilaku sehat;

Untuk terselenggarakannya pembangunan berwawasan kesehatan perlu dilaksanakan


kegiatan sosialisasi, orientasi, kampanye, dan pelatihan. Sehingga semua pihak terkait
memahami dan mampu melaksanakan pembangunan berwawwasan Internasional.
2. Determinan yang berpengarah dalan perencanaan tenaga kesehatan diantaranya adalah
sebagai berikut.
a. Perkembangan penduduk.
b. Pertumbuhan ekonomi.
c. Kebjaksanaan di bidang kesehatan antara lain: upaya peningkatan kelas rumah
sakit dan deregulasi bidang rumah sakit upaya peninhkatan mutu unit-unit
pelayanan kesehatan, swadaya unit pelayanan kesehatan, serta pengembangan
sector swasta (nasional dan asing).

14
Dalam penentuan atau perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan didasarkan atas
pertimbangan kombinasi dari tiga prinsip, yaitu: memerhatikan rasio tenaga
dengan penduduk; permintaan dan kecenderungan epidemiologi di lapangan; serta
determinan yang ada. Namun, untuk negara Indonesia yang sangat beragam situasi
dan kondisi daerahnya maka keadaan geografi dan kepadatan penduduk merupakan
factor determinan yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tentang
kesehatan disamping determinan yang disebutkan di atas. Ciri daerah yang
sangat bervariasi

merupakan satu permasalahan tersendiri dalam melakukan perencanaan tenaga


kesehatan sehingga kemungkinan tidak dapat diperoleh satu formula yang dapat
digunakan untuk semua wilayah Indonesia.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan isi dari makalah ini dapat
denagn mudah dipahami oleh para pembaca sehingga par pembaca dapat mengetahui informasi
yang disampaikan dari penulisan makalah ini. Makalah ini juga dpat dijadikan referensi awal
untuk para mahasiswa yang mencari materi mengenai Pembangunan Kesehatan di Indonesia,
Indonesia Sehat 2014, dan MDGs.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal, Nurul Chayatin. (2013). Ilmu Keperawatan Komunitas pengantar dan teori.
Jakarta. Salemba Medika

Moeloek, Nila F. (2015). Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat diakes dari
www.depkes.go.id/resources/download/rakerkesnas.../kemenkes.pdf pada tanggal 17 maret
2015.

Kementrian kesehatan RI. (2015). Rencana strategis kementrian kesehatan tahun 2009-2019 diakses
dari www.depkes.go.id/resources/download/info- publik/Renstra-2015.pdf pada 17 maret
2015

16

Anda mungkin juga menyukai