Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PROMOSI KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi tugas penprokes

Dosen pengampu:

M. NIZAR SYARIF HAMIDI, A.Kep, M.Kes

Oleh:

SUNDARI (2214201104)
RAHMA ALIA (2214201114)
DIANA ANGGRAINI (2214201009)
ZUWITA MUSLIMAH (2214201025)
KHAIRINNISA AYU ANGGELIKA (2214201029)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PEGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu,makalah ini berjudul “MODEL DALAM PROMOSI
KESEHATAN”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada
dosen mata kuliah konsep dasar keperawatan Bapak M. Nizar Syarif Hamidi, A.Kep,
M.Kes yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada pihak pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah
ini.Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah ini
di masa yang mendatang.
Dengan demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khusus nya dalam bidang kesehatan Semoga usaha kami membuat makalah ini
dapat bermanfaat bagi teman – teman yang membacanya.

Bangkinang, 30 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2

BAB II TINJAUAN MATERI..........................................................................................3

A. Peran Perawat dalam Pendidikan dan Promosi Kesehatan..............................3


B. Kebijakan Pemerintahan Tentang Promosi Kesehatan.....................................5
C. Konsep dan Prinsip dalam Promosi Kesehatan..................................................6
D. Paradigma dalam Promosi Kesehatan................................................................7
E. Model dalam Promosi Kesehatan……………………………………………….8
F. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan dan Promosi Kesehatan…………...13
BAB III PENUTUP...........................................................................................................15
A. Kesimpulan.............................................................................................................15
B. Saran.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi salah satu faktor
penentu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sehat juga merupakan modal utama
manusia untuk dapat melakukan perannya di bidang pembangunan ekonomi dan
pendidikan. Masyarakat yang sehat dan mandiri  merupakan tujuan pembangunan
kesehatan nasional, dituangkan dalam Visi Indonesia Sehat 2015, strategi
pembangunan kesehatan diarahkan pada misi pembangunan kesehatan yaitu
mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, rata dan terjangkau dan
memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri tersebut,
upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan merupakan pilar utama yang
mempengaruhi keberhasilan jenis layanan kesehatan lainnya, yaitu preventif, kuratif
dan rehabilitatif. 
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
mandiri menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2007). Banyak permasalahan
kesehatan di Indonesia dapat dicegah melalui kegiatan promosi kesehatan. Namun,
proses perubahan perilaku di masyarakat tidaklah mudah maka perlu dikembangkan
strategi serta langkah-langkah yang dapat mendukung upaya pemberdayaan
masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
Kebijakan dan strategi pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
diarahkan pada upaya meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa peran perawat dalam Pendidikan dan promosi kesehatan?
2. Apa saja kebijakan pemerintah tentang promosi kesehatan?
3. Apa konsep dan prinsip promosi kesehatan?
4. Apa paradigma promosi kesehatan?
5. Apa saja model dalam promosi kesehatan?
6. Apa factor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan promosi kesehatan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peran perawat dalam pendidikan dan promosi kesehatan.
2. Untuk mengetahui apa saja kebijakan pemerintah tentang promosi kesehatan.
3. Untuk menentukan apa saja konsep dan prinsip promosi kesehatan.
4. Untuk mengetahui apa saja paradigma promosi kesehatan.
5. Untuk mengenal apa saja model dalam promosi kesehatan.
6. Untuk menentukan faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksaan promosi
kesehatan.

2
BAB II

TINJAUAN MATERI

A. Peran Perawat dalam Pendidikan dan Promosi Kesehatan


Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan Menurut Allender, Rector, & Warner
(2014), perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, edukator, advokat,
manajer, kolaborator, pemimpin, dan peneliti. Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan memastikan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan tidak hanya
untuk individu, dan keluarga melainkan juga untuk kelompok dan masyarakat
dan harus sesuai dengan kebutuhan klien. Menurut Kozier., Erb., Berman., Snyder
(2016), perawat dalam promosi kesehatan berperan sebagai advokat, konsultan,
edukator, dan koordinator. Tindakan perawat sebagai dalam promosi kesehatan yaitu
menjelaskan materi dalam bahasa klien yang mudah dipahami, sebagai agen
perubahan, melindungi klien, membantu dalam memutuskan serta mendukung
keputusan klien.
Perawat sebagai konsultan memberikan konseling atau kegiatan bertatap muka
dan berkomunikasi dua arah untuk mendiskusikan sesuatu yang bertujuan untuk
membantu klien dalam mengambil keputusan. Perawat sebagai educator merupakan
peran utama dalam promosi kesehatan, yaitu dengan memberikan pengetahuan
tentang kesehatan. Menurut Potter & Perry (2013), perawat perlu menjelaskan konsep
dan fakta tentang kesehatan, alasan melakukan kegiatan secara rutin dan prosedurnya,
memperkuat perilaku belajar klien, mengevaluasi kemajuan klien dalam
pembelajaran, dan mempromosikan tentang hidup sehat. Perawat sebagai koordinator
bertujuan untuk memasilitasi dalam mengkaji, mengevaluasi dan memberikan
pemahaman pada klien tentang perilaku kesehatan.
Berdasarkan Canadian Public Health Association (2010), setidaknya ada 6
(enam) area yang ahli kesehatan masyarakat atauperawat komunitas dalam
mengambil peran tersebut dalam promosi kesehatan, yakni:

1. Peran dalam promosi kesehatan


a. Mendorong klien untuk mengadopsi keyakinan kesehatan, sikap dan perilaku
yang berkontribusi untuk kesehatan populasi secara keseluruhan melalui

3
kebijakan publik, aktivitas berdasarkan komunitas, dan advokasi atau tindakan
pada lingkungan dan sosial-ekonomi yang menentukan kesehatan.
b. Mendukung perubahan kebjakan public untuk memodifikasi lingkungan
fisikdan sosial yang berkontribusi sebagai faktor risiko.
c. Membantu masyarakat, keluarga dan individu untuk mengambil tanggung
jawab untuk pembangunan, pemeliharaan, dan atau peningkatan kesehatan
dengan menambah pengetahuan atau mengontrol penentu kesehatan.
d. Bekerja dengan orang lain dan mengarahkan proses untuk meningkatkan
komunitas, kelompok atau rencana rencana individu yang akan membantu
masyarakat untuk merencanakan, mengatasi dan mengelola perubahan.
e. Mendorong pengembangan keterampilan masyarakat, keluarga dan individu
sehingga mereka akan belajar untuk menyeimbangkan pilihan dengan
tanggung jawab sosial dan pada gilirannya membuat masa depan yang lebih
sehat.
f. Menginisiasi dan berpartisipasi dalam kegiatan promosi kesehatan dalam
kemitraan dengan pihak lain seperti masyarakat dan rekan-rekan di sector lain.

2. Peran Perawat dalam Pendidikan


Petugas kesehatan yang intensif berinteraksi dengan pasien adalah perawat.
Hal ini membuat perawat harus dibekali dengan kemampuan mengedukasi pasien
dan keluarganya tentang perawatan kesehatan yang dibutuhkan. 
Kemampuan perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan harus meliputi
pendidikan tentang upaya preventif (pencegahan), promotif (peningkatan
kesehatan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (mengembalikan fungsi ke
normalitas). Kemampuan memberikan edukasi ini membutuhkan seni berbicara
pada pasien dan keluarga pasien agar pesan tersampaikan dengan baik. Melihat
pentingnya peran perawat di pelayanan kesehatan, artikel yang berjudul “The
Phenomenon of Patient Health Education by Nurses in Hospital”memberikan
gambaran kepada pembaca tentang bagaimana proses pemberian edukasi ini
dilakukan oleh perawat kepada pasien dan keluarganya. Sehingga untuk
mendapatkan informasi yang mendalam, artikel ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatanphenomenology. Pendekatan ini dipilih
karena mampu memahami, menjelaskan, dan memberikan makna secara
mendalam tentang pelaksanaan edukasi oleh perawat di Rumah Sakit.
4
B. Kebijakan Pemerintah Tentang Promosi Kesehatan
Masyarakat Indonesia masih jauh dari kata sehat dari sisi kegiatan sehari hari
bahkan hampir rata-rata masyarakat Indonesia tidak peduli dengan Kesehatan pada
dirinya sendiri, faktor penyebab hal ini terjadi di karenakan kurangnya kesadaran dan
minat masyarakat terkait kesehatan. salah satu upaya dalam meningkatkan minat serta
kesadaran di masyarakat berupa promosi Kesehatan, promosi Kesehatan merupakan
upaya dalam melakukan pemberdayaan kepada masyarakat guna memberikan
pemahaman serta kemampuan dalam menjaga status kesehatan pada dirinya sendiri.
Gaya hidup serta budaya-budaya di masyarakat memicu berbagai penyakit-
penyakit baik itu menular maupun tidak. Hampir Sebagian besar penyakit yang di
sebabkan oleh gaya hidup masyarakat berupa penyakit tidak menular, seperti penyakit
kardiovaskular yang mana diakibatkan karena gangguan pada jantung dan pembuluh
darah serta penyakit lainya. Kenapa hal ini dapat terjadi, di karenakan minimnya
pengetahuan dan pemahaman terkait cara-cara dalam menjaga Kesehatan. Maka dari
itu promosi kesehatan menjadi upaya yang begitu penting mengingat permasalahan
dari gaya hidup nya masyarakat Indonesia.
Begitu banyak penyakit yang menyerang masyarakat, Penyakit-penyakit itu
sendiri diakibatkan karena masyarakat kurang mengetahui dampak negatif dari
kegiatan-kegiatan yang dijalaninya, hal inilah yang menjadi persoalan yang harus
ditangani oleh pemerintah. Lalu bagaimana kebijakan pemerintah terkait dalam
mengatasi penyakit-penyakit tersebut, salah satunya penerapan kebijakan strategi
promosi kesehatan yang di berlakukan di Indonesia. Promosi Kesehatan sendiri
merupakan salah satu upaya dalam pencegahan dan pengendalian penyakit guna
meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat di Indonesia. Dengan adanya promosi
Kesehatan dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengendalikan serta
pengetahuan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan dan akhirnya
dapat menigkatkan derajat kesehatanya.
Perkembangan promosi kesehatan sendiri tidak terlepas dari sejarah Kesehatan
masyarakat apalagi dengan maraknya teknologi yang sangat cepat menyebar membuat
promosi kesehatan semakin dikenal dan sudah dipakai dibeberapa negara-negara
maju, dampak dari adanya kemajuan yang berkembang sangat cepat memberikan efek
baik itu positif maupun negatif. Jika dilihat dari perkembangan promosi kesehatan di
Indonesia, begitu banyak masukan dari banyak negara. Tentunya masukan ini

5
bertujuan dalam meningkatkan faktor mengapa begitu pentingnya promosi Kesehatan
di dalam sisi pelayanan Kesehatan dan kemajuan Kesehatan di Indonesia itu sendiri.
Salah satu kegiatan yang dilakukan dari promosi Kesehatan yaitu penyuluhan
serta mengedukasi masyarakat terkait betapa pentingnya menjaga Kesehatan, apalagi
gaya hidup dari masyarakat yang penuh dengan faktor akan timbulnya penyakit.

C. Konsep dan Prinsip Promosi Kesehatan


Dalam pelaksanaan promosi kesehatan terdapat prinsip-prinsip yang berguna sebagai
dasar-dasar dari pelaksanaan program promosi kesehatan. Prinsip-prinsip tersebut
meliputi:
1. Promosi Kesehatan Health Promotion, yang merupakan proses pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the
process of enabling people to control over and improvetheir health), lebih luas
dari Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi pendidikan
atau penyuluhan kesehatan dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan
merupakan bagian penting dari Promosi Kesehatan.
2. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku dibidang
kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang
sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan)
sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
4. Promosi kesehatann, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif
yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat juga perlu dibarengi
dengan upaya advokasi dan bina suasana (social support ).
5. Promosi kesehatan berpatokan pada lima tatanan yaitu dirumah/tempat tinggal
(where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di
tempat-tempat umum (where we play and do everything), dan di sarana kesehatan
(where we get health services)
6. Pada promosi kesehatan peran kemitraan lebih ditekankan lagi yang dilandasi oleh
kesamaan (equity), keterbukaan (transparency) dan saling memberi manfaat
(mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan
masyarakat termasuk swasta dan lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas
program dan lintas sektor.
6
7. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya,
dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. jadi sebenarnya
sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan yaitup erubahan atau peningkatan
perilaku indvidu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu
dan Frekuensi kegiatan seperti advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat,
dan lain-lain,
Promosi kesehatan juga mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap
ruang lingkup promosi kesehatan atau setting. Misalnya, promosi kesehatan
dikeluarga, fasilitas layanan kesehatan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum.

D. Paradigma Promosi Kesehatan


Kesehatan bukanlah “statis”, bukan sesuatu yang dikotomi sehat dan sakit,
tetapi dinamis, progesif dan kontinum. Hal ini telah disadari oleh WHO, yang
akhirnya pada tahun 1988 merumuskan kembali definisi kesehatan. Kemudian
rumusan WHO tersebut diangkat dalam UU.No.23/1992 yakni: ”Kesehatan atau sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif baik secara ekonomi maupun sosial”. Hal ini berarti bahwa
kesehatan tidak hanya mempunyai dimensi fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga
mencakup dimensi ekonomi. Oleh sebab itu agar pelayanan kesehatan relevan dengan
peningkatan derajat kesehatan bangsa perlu kebijakan-kebijakan baru dalam
pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain paradigma pelayanan kesehatan harus
diubah. Orientasi pelayanan kesehatan harus digeser dari pelayanan kesehatan yang
konvensional (paradigma sakit) ke pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
paradigma baru (paradigma sehat).
Pelayanan Kesehatan Konvensional yang mempunyai karakteristik:
(KonsursiumIlmu Kesehatan Indonesia, 2003)
1. Sehat dan sakit dipandang sebagai dua hal seperti “hitam” dan “putih”
2. Pelayanan kesehatan diasosiasikan dengan pengobatan dan penyembuhan.
3. Pelayanan kesehatan diidentikkan dengan rumah sakit dan poliklinik.
4. Tujuan pelayanan kesehatan untuk meringankan penderitaan dan menghidarkan
darikesakitan dan kematian.
5. Tenaga pelayanan kesehatan utamanya dokter.

7
6. Sasaran utama pelayanan kesehatan adalah individu yang sakit Oleh sebab itu
program- program pelayanan kesehatan hanya untuk kelangsungan hidup saja
(Health Programs forSurvival), dan harus digeser ke Pelayanan Kesehatan.

Paradigma Baru atau Paradigma Sehat, yang mempunyai karakteristik :


1. Sehat dan sakit bukan sesuatu yang hitam dan putih, sehat bukan berarti tidak
sakit, dansakit tidak berarti tidak sehat.
2. Pelayanan kesehatan tidak hanya penyembuhan dan pemulihan, tetapi mencakup
preventifdan promotive.
3. Pelayanan kesehatan bukan hanya Rumah Sakit, dan Poliklinik.
4. Tujuan pelayanan kesehatan utamanya peningkatan kesehatan (promotif), dan
pencegahan penyakit (pencegahan)
5. Tenaga pelayanan kesehatan utamanya untuk kesehatan masyarakat.
6. Sasaran utama pelayanan adalah kelompok atau masyarakat yang sehat.

E. Model dalam Promosi Kesehatan


Model promosi kesehatan merupakan penjabaran dari teori Health Promotion
Model (HMP) yang dikembangkan oleh Nola J. Pender (1982). Model Promosi
Kesehatan dirancang untuk menjadi “mitra pelengkap model perlindungan
kesehatan”. Model ini mendefenisikan kesehatan sebagai keadaan ketika tidak adanya
penyakit. Promosi Kesehatan diarahkan pada peningkatan tingkat kesejahteraan
pasien. Model promosi kesehatan menggambarkan sifat multidimensi seseorang saat
mereka berinteraksi dengan lingkungannya untuk mencapai kesehatan. Perilaku
mempromosikan kesehatan adalah hasil perilaku yang diinginkan, yang merupakan
hasil akhir dalam model promosi kesehatan. Adapun model dalam promosi kesehatan
yaitu:
1. Model Kepercayaan Kesehatan (Helath Belief Model)
Health Belief Model adalah model teoritis yang dapat digunakan untuk
memandu promosi kesehatan dan program pencegahan penyakit. HBM digunakan
untuk menjelaskan dan memprediksi perubahan individu dalam perilaku
kesehatan. HBM menjadi salah satu model yang paling banyak digunakan untuk
memahami perilaku kesehatan (RHIHub, 2019). Pengertian Kesehatan
Kepercayaan Model Kesehatan Kepercayaan Model (HBM) adalah model
psikologis yang mencoba untuk menjelaskan dan memprediksi bahaya akan
8
kesehatan. Hal ini dilakukan dengan focus pada sikap dan keyakinan individu.
HBM adalah perubahan prilaku kesehatan dan model psikologis.Teori Kesehatan
Kepercayaan Model sebagai pada pemahaman bahwa seseorang akan ambil
tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini tua dalam lima segi
pemikiran dalam diri individu, yang mempengaruhi upaya yang ada dalam diri
individu untuk penentu apa yang baik bagi dirinya sendiri.

2. Model Transteoritik (Transtheoritical Model)


Model transteoritik (Model Bertahap), mencoba menerangkan serta mengukur
perilaku kesehatan dengan tidak tergantung pada perangkap teori tertentu.
Proschascka pada tahun1979, mula-mula bermaksud menjelaskan proses
indentifikasi yang melibatkan 4 tahap mandiri yaitu prekon templasi, kontemplasi,
aksidan pemeliharaan. Model transitorik sejalan dengan teori-teori rasional atau
teori teori pembuatan keputusan dan teori ekonomi yang lain, terutama dalam
mendasaarkan diri pada proses kognitif untuk menjelaskan perubahan perilaku.
Model ini merupakan salah satu model yang diterapkan untuk menilai kesiapan
seorang individu untuk bertindak atas perilaku sehat yang baru dan memberikan
strategi, model ini juga dikenal sebagai TTM atau dapat dikatakan model dominan
perubahan perilaku kesehatan. Berdasarkan analisis teori yang berada dari
psikoterapi, model aslinya terdiri dari 4 variabel, selanjutnya model ini ditemukan
oleh prochaska dan kawan-kawan terdiri atas 5 konstruksi yaitu tahapan
perubahan, proses-proses perubahan, keseimbangan keputusan, kebersihan diri,
dan godaan/pencobaan.
Transteoretik Model adalah suatu model yang sesuai untuk tanggung jawab
dari suatu keseluruhan. Intervensi yang tradisional sering berasumsi bahwa
individu adalah siap untuk suatu perubahan perilaku segera dan yang permanen.
Strategi perekrutan cerminkan asumsi dan sebagai hasilnya, itu hanya suatu
proporsi yang sangat kecil dari populasi mengambil bagian . Sebaliknya,
Transteoretik Model tidak membuat asumsi apapun tentang bagaimana individu
siap untuk berubah. Untuk mengidentifikasi individu yang berbeda itu akan
berada di langkah-langkah yang berbeda dan intervensi sesuai itu harus
dikembangkan untuk semua orang.
Model transteoretik dapat memudahkan suatu Analisa dari mekanisme
mediational itu. Intervensi sepertinya akan diferensial efektif dengan membangun
9
dan hubungan yang tergambar jelas, model dapat memudahkan suatu proses
analisa dan pemandu peningkatan dan modifikasi dari intervensi itu.3. Transteor
etik Model dapat mendukung suatu penilaian yang lebih sesuai tentang hasil.
Intervensi harus dievaluasi dalam hal dari jalur mereka, yaitu menilai kemanjuran.
Intervensi yang berdasarkan Transteoretik Model mempunyai potensi untuk
mempunyai kedua-duanya adalah suatu kemanjuran yang tinggi dan suatu tingkat
tarif perekrutan yang tinggi, dengan begitu secara dramatis meningkatkan potensi
yang berdampak pada di keseluruhan populasi dari individu dengan resiko
kesehatan dan tingkah laku.

3. Teori Aksi Beralasan (Theory of Reasoned Action)


Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980
Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan
cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Jogiyanto
(2007), sikap merupakan jumlah dari perasaan yang dirasakan seseorang untuk
menerima atau menolak suatu obyek atau perilaku dan diukur dengan suatu
prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluative dua kutub, misalnya
baik atau jelek, setuju atau menolak dan sebagainya. Selanjutnya norma-norma
subyektif didefinisikan sebagai persepsi atau pandangan seseorang terhadap
kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi niat untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan
(Jogiyanto, 2007).
Teori tindakan beralasan berusaha untuk menetapkan faktor-faktor apa Sikap
(Attitude) Norma Subyektif (Subjective Norm) Niat Perilaku (Behavioral
Intention) Perilaku (Behavioral ) yang menentukan konsistensi sikap dan perilaku.
Teori ini berasumsi bahwa orang berperilaku secara cukup rasional. Teori
tindakan beralasan mempunyai tiga langkah, yaitu:
a) Model teori ini memprediksi perilaku seseorang dari maksudnya. Jika
seseorang mengutarakan maksudnya untuk melaksanakan jihad dengan
tujuan mendapatkan pahala dari Allah, maka dia lebih mungkin
melakukannya daripada dia tidak punya maksud untuk melakukannya.
b) Maksud perilaku dapat diprediksi dari dua variabel utama: sikap seseorang
terhadap perilaku dan persepsinya tentang apa yang seharusnya orang lain.

10
c) Sikap terhadap perilaku diprediksi dengan menggunakan kerangka
nilaiharapan yang telah diperkenalkan.
Dalam perspektif model teori tindakan beralasan, norma subjektif seperti
tertera dalam skema diatas, berkenaan dengan dasar perilaku yang merupakan
fungsi dari keyakinan-keyakinan normatif (normative beliefs) dan keinginan untuk
mengikuti keyakinan-keyakinan normatif itu (motivation to comply). Norma
subjektif menggambarkan persepsi individu tentang harapan-harapan orang-orang
lain yang dianggapnya penting terhadap seharusnya ia berperilaku. Teori tindakan
beralasan mengemukakan bahwa sebab terdekat (proximalcause) timbulnya
perilaku bukan sikap, melainkan niat (intention) untuk melaksanakan perilaku itu.
Niat merupakan pengambilan keputusan seseorang untuk melaksanakan suatu
perilaku. Pengambilan keputusan oleh seseorang untuk melaksanakan suatu
perilaku merupakan suatu hasil dari proses berpikir yang bersifat rasional.
Proses berpikir yang bersifat rasional berarti bahwa dalam setiap perilaku yang
bersifat sukarela. Maka akan terjadi proses perencanaan pengambilan keputusan
yang secara kongkret diwujudkan dalam niat untuk melaksanakan suatu perilaku.
Dalam kerangka teori tindakan beralasan, sikap ditransformasikan secara tidak
langsung dalam wujud perilaku terbuka melalui perantaraan proses psikologis
yang disebut niat. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa niat merupakan suatu
proses psikologis yang keberadaannya terletak di antara sikap dan perilaku.
Banyak penelitian di bidang social yang sudah membuktikan bahwa Theory of
Reason Action (TRA) ini adalah teori yang cukup memadai dalam memprediksi
tingkah laku.

4. Stres dan Koping (Stress and Coping)

Koping melibatkan upaya untuk mengelola situasi yang membebani,


memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup, dan berusaha
untuk mengatasi dan menguragi stres. Keberhasilan dalam koping berkaitan
dengan sejumlah karakteristik, termasuk penghayatan mengenai kendali pribadi,
emosi positif, dan sumber daya personal (Folkman & Moskowitz, 2004).
Meskipun demikian keberhasilan dalam koping juga tergantung pada strategi-
strategi yang digunakan dan konteksnya (John W Santrock, 2007: 299).

11
Relevan dengan perbedaan individual dalam merespons situasi penuh stres
merupakan konsep koping, yaitu bagaimana orang berupaya mengatasi masalah
atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Bahkan di
antara mereka yang menilai suatu situasi sebagai penuh stres, efek stres dapat
bervariasi tergantung pada bagaimana individu menghadapi situasi tersebut
(Gerald C.Davison, 2010: 275).Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Smet,
1994: 143) mengatakan bahwa perilaku koping merupakan suatu proses dimana
individu mencoba mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu
tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan)
dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi
yang penuh dengan stress.

Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Sarafino


mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara
individu dengan lingkungan yang menimbulkan jarak antara tuntutan-tuntutan
yang berasal dari berbagai situasi dengan sumbersumber daya sistem biologis,
psikologis dan sosial seseorang (Smet. 1994:112). Menurut Ardani dalam
bukunya psikologi klinis bahwa stres adalah keadaan dimana seseorang yang
mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang mempengaruhi
dirinya (Ardani, 2007: 37).

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Promosi Kesehatan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan promosi kesehatan
dalam melakukan pendidikan kesehatan menurut notoatmodjo (2012) diantaranya
yaitu:

1. Promosi kesehatan dalam faktor predisposisi. Promosi kesehatan bertujuan untuk


mengunggah kesadaran memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang memelihara dan meningkatkan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarga,
maupun masyarakat. Di samping itu dalam konteks promosi kesehatan juga
memberikan pengertian tentang tradisi kepercayaan masyarakat dan sebagainya,
baik merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan, bentuk promosi ini
dilakukan dengan penyuluhan, pameran, iklan layanan kesehatan dan sebagainya.

12
2. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling atau penguat. Bentuk promosi
kesehatan dilakukan agar dapat memberdayakan masyarakat dan mampu
mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara bantuan teknik,
memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan
prasarana.

3. Promosi kesehatan dalam faktor rain forging atau kemungkinan Promosi


kesehatan ini ditunjukkan untuk mengadakan pelatihan bagi tokoh agama, tokoh
masyarakat dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku
petugas dapat menjadi teladan atau contoh bagi masyarakat tentang hidup sehat.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat
mencapai sasaran yaitu:

a. Tingkat Pendidikan, Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang


terhadap informasi baru yang diterimanya.

b. Tingkat sosial ekonomi. semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang,


semakin mudah pula dalam menerima informasi.

c. Adat istiadat masyarakat. kita masih sangat menghargai dan menganggap adat
istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

d. Kepercayaan masyarakat, lebih mementingkan informasi yang disampaikan


oleh orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan
masyarakat dengan penyampai informasi.

e. Ketersediaan waktu di masyarakat, waktu penyampaian informasi harus


diperhatikan tingkat aktivitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran
masyarakat dalam penyuluhan. Beberapa hal yang hendaknya mendapat
perhatian antara lain:

13
a) Predisposing factors (faktor predisposisi) Faktor yang mempengaruhi dan
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor
predisposisi adalah:

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Nilai-nilai budaya

4. Resepsi faktor predisposisi juga dipengaruhi beberapa karakteristik


individu: Umur umur, Jenis kelamin, Tingkat Pendidikan dan
Pekerjaan.

b) Rain forcing factor (faktor) faktor yang memperkuat untuk terjadinya


perilaku tersebut. Atau bisa juga diartikan sebagai faktor penguat bagi
seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-
undang, peraturan-peraturan dan surat keputusan. Kelompok faktor
penguat meliputi: Pendapat pendapat, dukungan social, pengaruh teman,
kritik baik dari teman-teman sekerja atau lingkungan bahkan juga saran.
umpan balik dari petugas kesehatan.

c) Enabling factors (faktor pemungkin). Faktor yang memungkinkan untuk


terjadinya perilaku tertentu atau memungkinkan suatu motivasi
direalisasikan. Yang termaksud dalam kelompok faktor pemungkin adalah

1) Ketersediaan pelayanan kesehatan.

2) Aksesibilitas dan kemudahan pelayanan kesehatan baik dari segi jarak


maupun biaya dan social

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secarae fektif

dan efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu strategi

promosi kesehatan. Secara umum strategi promosi kesehatan ini terdiri dari 3 hal,

yaitu Advokasi (Advocacy), Bina Suasana, dan Gerakan Masyarakat. Dalam

pemilihan srategi promosi kesehatan ada sendiri agar masyarakat lebih mudah untuk

mengingat dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dalam pemilihan

strategi promosi kesehatanpun ada aturan-aturan tersendiri, intinya adalah agar srategi

promosi kesehatan program-programnya semakin berkembangdan tidak salah sasaran.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik, kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://news.unair.ac.id/2020/10/22/peran-perawat-dalam-memberikan-pendidikan-kesehatan/

https://www.academia.edu/35000975/The_Health_Belief_Model_HBM

https://www.scribd.com/presentation/510306628/Kelompok-2-Model-Transteoritik

https://www.studocu.com/id/document/universitas-andalas/fakultas-ilmu-keperawatan/peran-
perawat-dalam-promosi-kesehatan/45577148

16

Anda mungkin juga menyukai