Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PROMOSI KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KESEHATAN


Disusun untuk memenuhi tugas penprokes

DOSEN PENGAMPU

M.NIZAR SYARIF HAMIDI, A. Kep, M. Kep

Disusun oleh :

1. Audhatul fikriya (2214201004)


2. Diana Anggraini (2214201005)
3. Miftahul jannah (2214201069)
4. Mawar Rahma (2214201117)
5. Muhammad Alfat Hidayat (2214201016)
6. Ulfatul Karimah (2214201137)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan berkat dan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berisikan tentang “Peran Perawat dalam Pendidikan dan
Promosi Kesehatan” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini
merupakan tugas yang diberikan oleh Bapak Nizar Syarif Hamidi, A. Kep, M.
Kep mata kuliah Falsafah Keperawatan.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah


pengetahuan bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman
dalam proses pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena


pengetahuan yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap
kritik dan saran dari pembaca yag bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih

Bangkinang, 24 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Peran perawat dalam pendidikan dan promosi kesehatan..............................3
B. Kebijakan pemerintah tentang promosi kesehatan.........................................4
C. Konsep dan prisip dalam promosi kesehatan.................................................5
D. Paradikma dalam promosi kesehatan.............................................................7
E. Model dalam promosi kesehatan....................................................................7
F. Faktor yang mempengaruhi pendidikan dan promosi kesehatan...................
BAB V PENUTUP....................................................................................................8
A. Simpulan........................................................................................................8
B. Saran...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan adalah konsep penting
dalam ilmu keperawatan karena mereka menekankan pentingnya
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Promosi kesehatan mengacu
pada upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
tentang pentingnya menjaga kesehatan, sementara pendidikan kesehatan fokus
pada memberikan informasi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menjaga kesehatan dan mencegah penyakit.

Dalam lingkup ilmu keperawatan, promosi kesehatan dan pendidikan


kesehatan seringkali menjadi fokus utama perawat dalam memberikan
perawatan yang holistik dan komprehensif kepada pasien dan keluarga
mereka. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan pasien memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mempertahankan kesehatan
mereka setelah mereka keluar dari rumah sakit atau fasilitas perawatan
kesehatan lainnya.

Selain itu, perawat juga terlibat dalam upaya promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan pada tingkat populasi melalui berbagai program dan
kampanye kesehatan masyarakat. Mereka dapat membantu masyarakat dalam
meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor yang memengaruhi
kesehatan, seperti diet, aktivitas fisik, dan penggunaan obat-obatan, serta
memberikan informasi tentang bagaimana cara menjaga kesehatan dengan
cara yang sehat dan aman.

Dalam rangka untuk memberikan perawatan yang efektif dan berkualitas,


perawat harus memiliki pemahaman yang kuat tentang promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan dan kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi
kesehatan yang kompleks dengan cara yang mudah dipahami oleh pasien dan
masyarakat

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa peran perawat dalam pendidikan dan promosi kesehatan.
2. Apa saja kebijakan pemerintah tentang promosi kesehatan.
3. Apa konsep dan prinsip promosi kesehatan.
4. Apa pradigma promosi kesehatan.

1
2

5. Apa saja model dalam promosi kesehatan.


6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan promosi
kesehatan.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran perawat dalam pendidikan dan promosi
kesehatan.
2. Untuk mengetaui apa saja kebijakan pemerintah tentang promosi
kesehatan.
3. Untuk menentukan apa saja konsep dan prinsip promosi kesehatan.
4. Untuk mengetahui apa saja pradigma promosi kesehatan.
5. Untuk mengenal apa saja model dalam promosi kesehatan.
6. Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan promosi
kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Perawat Dalam Pendidikan Dan Promosi Kesehatan.

a) Peran perawat dalam pendidikan


Pendidikan kesehatan berasal dari kata “Pendidikan” dan
“Kesehatan”. Secara umum, Pendidikan didefinisikan sebagai segala
upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain sehingga
melakukan apa yang diharapkan. Kesehatan menurut WHO adalah
terbebas dari penyakit dan cacat dan dapat dikatakan sebagai keadaan
sempurna secara fisik, mental dan sosial.
Sedangkan Kesehatan seperti yang tercantum dalam UUD Kesehatan
Nomor 36 tahun 2009
dijelaskan sebagai suatu kondisi seseorang dapat hidup secara
produktif secara sosial dan ekonomi dengan keadaan fisik, mental,
spiritual dan sosial yang baik.
Pendidikan kesehatan sebagaimana dijelaskan dalam Joint Commitee on
Health Education and Promotion Terminology mendefinisikan pendidikan
kesehatan sebagai sebuah proses dari beberapa pengalaman pembelajaran
yang terencana untuk meningkatkan kemampuan individu dalam dimensi
intelektual, psikologi dan sosial yang mempengaruhi kesejahteraan diri,
keluarga dan masyarakat serta mempertahankan perilaku kesehatan
berdasarkan evidence based practice.
Pendidikan kesehatan menurut Nursalam dan
Efendi merupakan sebuah proses terencana yang bertujuan untuk
menciptakan kesadaran individu dengan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya dalam kepentingan kesehatan.Notoatmodjo
mendefinisikan pendidikan kesehatan sebagai upaya terencana yang
sesuai dengan norma kesehatan yang bertujuan untuk merubah
perilaku masyarakat menjadi lebih baik.
Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah sebuah proses yang
ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan individu
dalam meningkatkan kesadaran dan kesejateraan kesehatannya.
Pendidikan kesehatan termasuk dalam bagian promosi
kesehatan. Tujuan dari promosi kesehatan tidak jauh berbeda dengan

8
9

tujuan pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan merupakan


revitalisasi dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan pada
masa lampau dianggap baru “memaukan” masyarakat. Sehingga
pendidikan kesehatan direvitalisasi menjadi promosi kesehatan dengan
tujuan agar tidak hanya dapat “memaukan” tetapi juga
“memampukan” masyarakat dalam berperilaku hidup sehat.
Pendidikan kesehatan memiliki tujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan melalui peran aktif individu, keluarga, masyarakat
dalam memelihara perilaku hidup sehat. Tujuan dari pendidikan
kesehatan dirincikan sebagai berikut:
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di
masyarakat.
2. Membentuk kegiatan kesehatan yang sesuai dengan tujuan
pembangunan kesehatan.
3. Membantu individu agar dapat mencapai tujuan hidup sehat
secara mandiri atau berkelompok.
4. Mendorong penggunaan dan pengembangan pelayanan
kesehatan secara efektif di masyarakat.

Peran Perawat dalam Memberikan Pendidikan Kesehatan


Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami double burden,
artinya masih berkutat dengan penyakit menular sekaligus penyakit tidak
menular. Beberapa artikel menyebutkan bahwa tingginya angka kejadian
penyakit salah satunya disebabkan karena kurangnya pendidikan kesehatan
yang diterima oleh pasien oleh petugas kesehatan. Pemberian pendidikan
kesehatan ini merupakan salah satu kewajiban petugas kesehatan dan menjadi
hak dari pasien baik yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan. Petugas
kesehatan yang intensif berinteraksi dengan pasien adalah perawat. Hal ini
membuat perawat harus dibekali dengan kemampuan mengedukasi pasien dan
keluarganya tentang perawatan kesehatan yang dibutuhkan.
Kemampuan perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan harus
meliputi pendidikan tentang upaya preventif (pencegahan), promotif
(peningkatan kesehatan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif.
Perawat perannya di dalam lingkup kesehatan selain sebagai pemberi layanan
keperawatan dan advokat adalah sebagai edukator bagi klien dan keluarga
klien (Rahmawati, 2017).
10

Memberikan informasi mengenai kesehatan klien termasuk menyediakan


fasilitas edukasi bagi klien juga merupakan tugas sebagai perawat. Kurang
pengetahuan atau deficient knowledge adalah kekurangan atas informasi
kognitif yang berhubungan dengan masalah/penyakit yang sering kali dialami
oleh pasien dan keluarga pasien dan perlu untuk diselesaikan oleh perawat.
Masalah kurang pengetahuan ini merupakan masalah yang kerap muncul pada
pasien yang dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
pengetahuan dan keselamatan pasien, rumah sakit berkewajiban memberikan
edukasi baik kepada pasien maupun keluarga pasien. Selain memberikan
edukasi, rumah sakit juga bertanggung jawab dalam penyedaan fasilitas untuk
akses informasi kepada pasien.
Penyuluhan ini penting dilakukan pada pasien utamanya dengan penyakit-
penyakit kronis. Penyakit kronis merupakan penyakit menahun yang lama
diderita oleh pasien, lamanya lebih dari 6 bulan.
Penyakit kronis yang sering di alami oleh masyarakat adalah seperti diabetes
mellitus, stroke, gagal ginjal, hipertensi dan lain-lainnya. Dengan penyakit
yang menahun dan waktu yang lama ini pasien harus beradapatasi dengan
penyakit yang dialaminya agar penyakit tidak semakin parah dan tidak
mengganggu aktifitas pasien. Dengan kata lain, dengan adanya edukasi
tentang kesehatan pasien diharapkan bisa living harmony with disease.
Mampu melakukan tindakan pencegahan dan mengetahui kondisi tubuhnya
jika sewaktu terjadi perubahan sehingga mampu melakukan tindakan yang
tepat.
Perkembangan zaman sekarang ini semakin mengarah kepada zaman
serba tekhnologi. Segala macam aktivitas, baik aktivitas umum maupun
aktivitas di lingkup kesehatan. Masyarakat pun sekarang juga semakin
modern dengan terbukti mayoritas masyarakat menggunakan gadget-gadet
pintar yang memiliki kemampuan teknologi yang canggih.Mengikuti
perkembangan tersebut pelayanan kesehatan dan perawat dituntut untuk
memanfaat dari kecanggihan teknologi tersebut dalam kesiapan e-Edukasi
dalam mengimplementasikan penyuluhan kesehatan dengan sistem IT klinis.
Sebagai edukasi kepada pasien, media penyuluhan haruslah mempunyai
tampilan yang menarik, memakai bahasa yang mudah dipahami masyarakat
dan dengan menambah gambar yang interaktif, sehingga membaca lebih
nyaman dan mudah memahami maksud tujuan penyampaian. Selain itu,
penyuluhan kesehatan harus mudah diakses.
11

Edukasi menggunakan kemajuan teknologi (e-Edukasi) ini diharapkan


mampu memberikan dampak efektifitas dan meringkankan beban kerja
perawat melakukan perannya dalam memberikan edukasi kepada pasien yang
juga akan berdampak pada peningkatan pengetahuan pasien dan proses
penatalaksanaan masalah penyakit yang dialami pasien serta menyediakan
informasi kesehatan yang terpercaya bagi pasien.

b) Peran perawat dalam promosi kesehatan


Perawat adalah salah satu lembaga kesehatan yang memiliki peran
aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu,
perawat mempunyai peran dalam promosi kesehatan.
Perawat harus dapat mempromosikan kesehatan dengan menyesuaikan bahasa
dan budaya yang ada agar dapat diterima oleh kelompok masyarakat. Selain
itu perawat perlu memahami model dan teori konseptual mengenai
keperawatan keluarga, keperawatan komunitas, dan ilmu sosial keluarga dan
komunitas.
Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat mengenai kesehatan keluarga dan komunitas.
Berbagai masalah kesehatan dalam masyarakat seringkali disebabkan
oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran, ketidakmampuan, serta
rendahnya motivasi masyarakat mengenai pentingnya tindakan pencegahan
penyakit.
Fenomena tersebut tentunya tidak akan merubah kondisi kesehatan
masyarakat di Indonesia karena masyarakat cenderung hanya memedulikan
pengobatan daripada pencegahan penyakit. Untuk memperbaiki kondisi
tersebut, perawat tentu turut aktif dalam memperbaiki pola pikir dan perilaku
masyarakat terhadap perilaku kesehatan yang benar, yaitu dengan
dilakukannya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan cenderung tertuju pada perawat komunitas, karena
memiliki fokus terhadap upaya promotif dan preventif. Dalam upaya promosi
kesehatan tersebut terjadi proses alih peran perawat kesehatan komunitas
kepada individu, keluarga, atau kelompok sehingga diharapkan dapat
memandirikan masyarakat terkait pola pikir maupun perilaku kesehatan yang
baik (Jaji, 2012).
Peran perawat tidak hanya terfokus sebagai care giver, namun juga
sangat penting untuk dapat mendidik masyarakat dalam memperbaiki perilaku
sehat dengan dilakukan penyuluhan kesehatan maupun pemberdayaan
12

masyarakat supaya mereka dapat lebih mandiri dan peduli mengenai


pentingnya tindakan pencegahan sakit daripada pengobatan saat sakit.
Beberapa prinsip praktik keperawatan komunitas :
1. Kemanfaatan, yang berarti intervensi yang dilakukan harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas.
2. Prinsip otonomi, yaitu komunitas memberi komunitas kebebasan untuk
melakukan atau memilih alternatif terbaik yang disediakan komunitas.
3. Prinsip keadilan, yaitu berupaya melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas komunitas.
Peran perawat dalam promosi kesehatan pemberi layanan keperawatan:
1. Perawat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung maupun
tidak langsung melalui pendekatan proses keperawatan kepada
individu, keluarga, maupun kelompok masyarakat.
2. Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien secara
mandiri maupun melibatkan kader kesehatan.
3. Perawat merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, dan
mengevaluasi pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak
langsung dengan melibatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan
keperawatan komunitas.
4. Perawat memberi konseling atau bimbingan kepada kader, keluarga,
atau kelompok mengenai masalah kesehatan komunitas.
5. Perawat harus melindungi dan memfasilitasi keluarga maupun
masyarakat dalam pelayanan keperawatan komunitas.
6. Perawat melakukan penelitian untuk dapat mengembangkan
keperawatan komunitas.

B. Kebijakan Pemerintah Tentang Promosi Kesehatan.


Masyarakat Indonesia masih jauh dari kata sehat dari sisi kegiatan
sehari hari bahkan hampir rata-rata masyarakat Indonesia tidak peduli dengan
Kesehatan pada dirinya sendiri, factor penyebab hal ini terjadi di karenakan
kurangnya kesadaran dan minat masyarakat terkait kesehatan. salah satu
upaya dalam meningkatkan minat serta kesadaran di masyarkat berupa
promosi Kesehatan, promosi Kesehatan merupakan upaya dalam melakukan
pemberdayaan kepada masyarakat guna memberikan pemahaman serta
kemampuan dalam menjaga status Kesehatan pada dirinya sendiri.
Gaya hidup serta budaya-budaya di masyarakat memicu berbagai
penyakit-penyakit baik itu menular maupun tidak. Hampir Sebagian besar
13

penyakit yang di sebabkan oleh gaya hidup masyarakat berupa penyakit tidak
menular, seperti penyakit kardiovaskular yang mana diakibatkan karena
gangguan pada jantung dan pembuluh darah serta penyakit lainya. Kenapa hal
ini dapat terjadi, di karenakan minimnya pengetahuan dan pemahaman terkait
cara-cara dalam menjaga Kesehatan. Maka dari itu promosi Kesehatan
menjadi upaya yang begitu penting mengingat permasalahan dari gaya hidup
nya masyarakat Indonesia.
Begitu banyak penyakit yang menyerang masyarakat, Penyakit-
penyakit itu sendiri diakibatkan karena masyarakat kurang mengetahui
dampak negatif dari kegiatan -- kegiatan yang dijalaninya, hal inilah yang
menjadi persoalan yang harus ditangani oleh pemerintah. Lalu bagaimana
kebijakan pemerintah terkait dalam mengatasi penyakit-penyakit tersebut,
salah satunya penerapan kebijakan strategi promosi Kesehatan yang di
berlakukan di Indonesia. Promosi Kesehatan sendiri merupakan salah satu
upaya dalam pencegahan dan pengendalian penyakit guna meningkatkan
derajat Kesehatan masyarakat di Indonesia. Dengan adanya promosi
Kesehatan dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengendalikan
serta pengetahuan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan dan
akhirnya dapat menigkatkan derajat kesehatanya.
Perkembangan promosi Kesehatan sendiri tidak terlepas dari sejarah
Kesehatan masyarakat apalagi dengan maraknya teknologi yang sangat cepat
menyebar membuat promosi Kesehatan semakin dikenal dan sudah dipakai
dibeberapa Negara-negara maju, dampak dari adanya kemajuan yang
berkembang sangat cepat memberikan efek baik itu positif maupun negatif.
Jika dilihat dari perkembangan promosi Kesehatan di Indonesia, begitu
banyak masukan dari banyak negara. Tentunya masukan ini bertujuan dalam
meningkatkan faktor mengapa begitu pentingnya promosi Kesehatan di dalam
sisi pelayanan Kesehatan dan kemajuan Kesehatan di Indonesia itu sendiri.
Rakerkesnas tahun 2020 terkait arah kebijakan program pencegahan
dan pengendalian penyakit tahun 2020-2024 dimana isi yang terkandung
bahwasannya RPJMN 2020-2024 mengutamakan peningkatan pengendalian
terhadap penyakit-penyakit tidak menular, artinya upaya dalam memberikan
dan meningkatkan status derajat Kesehatan diperlukan setidaknya kegiatan
dalam mempromosikan Kesehatan. kebijakan terkait promosi Kesehatan
masih sangat kurang diperhatikan oleh pemerintah mengingat minimnya
pemahaman masyarakat terhadap segala bentuk terkait Kesehatan, bahkan jika
kita melihat penerapan terhadap promosi Kesehatan di Indonesia hanya
14

terpacu pada beberapa Lembaga-lembaga seperti puskesmas,posyandu dan


lainya. Hal ini terjadi karena kurangnya aturan dan regulasi dari pemerintah
terkait upaya promosi Kesehatan, yang mana seharusnya pemerintah
mengupayakan strategi promosi Kesehatan untuk dijadikan kebijakan disetiap
Lembaga. Setidaknya tujuan dari promosi Kesehatan dapat merata dan seluruh
masyarakat paham dan memahami betapa begitu pentingnya pengetahuan
terkait Kesehatan.
Salah satu kegiatan yang dilakukan dari promosi Kesehatan yaitu
penyuluhan serta mengedukasi masyarakat terkait betapa pentingnya menjaga
Kesehatan, apalagi gaya hidup dari masyarakat yang penuh dengan faktor
akan timbulnya penyakit. Kebijakan dan aturan dalam melakukan
perencanaan promosi kesehatan belum berdasarkan kepada suatu system yang
baik atau terstruktur, dikarenakan system-informasi terkait ilmu prilaku yang
kurang difokuskan oleh pemerintah, hal ini memerlukan peninjauan ulang
terhadap kebijakan pemerintah terkait fokusnya terhadap promosi Kesehatan
di Indonesia agar upaya dalam meningkatkan status derajat Kesehatan di
Indonesia segara meningkat. Karenaj jika masyarakat di Indonesia paham
akan pentingnya menjaga Kesehatan, maka penyakit-penyakit tidak menular
ataupun menular tidak akan menjadi permasalahan yang besar di Indonesia,
munculah kata kata mencegah lebih baik daripada mengobati, maka dari itu
pendekatan terhadap promosi Kesehatan lebih kepada mencegah dengan
memberikan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat.
Begitu banyak regulasi pemerintah dan aturan yang diberlakukan
namun ranah dan aspek terkait mencegah sangat minim di berlakukan dan
diterapkan di Indonesia, bukan tidak sama sekali program-program promosi
Kesehatan tidak diterapkan mengingat adanya upaya-upaya pemerintah dalam
melakukan sosialisasi diberbagai penyakit, namun jauh dari kata sebagai hal
yang utama difikirkan, padahal aspek dari promosi Kesehatan adalah
mengupayakan pencegahan melalu promosi terhadap factor-faktor penyakit
guna memberikan perlindungan lebih dini kepada masyarakat di Indonesia.
Negara-negara luar sudah sangat matang dalam memfokuskan Kesehatan
dengan promosi Kesehatan dengan pendekatan-pendekatan kepada
masyarakatnya sendiri, program pencegahan lebih dini dapat membantu
kebijakan serta program-program yang diarahkan ke masyarakat untuk
mencapai hasil yang lebih efektif. Tentunya hasil yang ingin diharapkan
turunya angka prevelensi terhadap berbagai penyakit yang ada di Indonesia.
15

Setidaknya pemerintah dapat memperkuat dan memperketat kebijakan


Kesehatan dari sisi pendekatan dan ilmu prilaku, salah satu cara dalam
menggunakan aspek strategi promosi Kesehatan dengan mempelajari ilmu
prilaku. Ilmu prilaku muncul guna mempelajari bagaimana seseorang dalam
kegiatan sehari-harinya sehingga dapat kita menilai apa-apa saja hal-hal bruk
yang dilakukannya yang mana akhirnya kita dapat lansgung mencegah hal
tersebut lebih awal.
Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan merupakan
suatu panduan dalam memperketat jalanya kebijakan pemerintah diranah
kesehatan, maka dari itu ada baiknya kebijakan terhadap promosi Kesehatan
harus di fokuskan dan diutamakan. Adanya kepedulian pemerintah yang baik
untuk menghendaki Kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan dunia
industry akan dapat semakin menyadarkan berbagai pihak tentang pentingnya
promosi Kesehatan.
Jika kita melihat Lembaga-lembaga yang fokusnya terhadap promosi
Kesehatan sebagai tempat primer atau utama sebagai bentuk dari Langkah
awal mengatasi permasalahan Kesehatan di masyarakat sebelum masuk ke
ranahnya kuratif atau pengobatan yang seharusnya sudah menjadi tugas dari
rumah sakit. Puskesmas memberikan pelayanan penuh kepada masyarakat
dengan salah satu hal yang wajib yaitu pelayanan promosi Kesehatan seperti
edukasi, penyuluhan, pemberdayaan masyarakat sehat. maka dari kebijakan
dan aturan pemerintah dapat membantu pembenahan lebih baik lagi kepada
puskesmas yang ada di setiap daerah di Indonesia.
Berbicara tentang betapa pentingnya penguatan kebijakan dan aturan
yang jelas terhadap promosi Kesehatan dikarenakan berimbas pada bagaimana
prilaku masyarakat yang saat ini dihadapkan dengan peningkatan teknologi
serta gaya hidup yang tidak teratur, munculnya berbagai isu dan persoalan
baru. Jika memang pemerintah kurang terfokus pada promosi Kesehatan maka
dapat terjadinya kelemahan baik dari sisi paradigma masyarakat terhadap
Kesehatan,gaya hidup yag bebas dan tidak dapat diatasi.

C. Konsep Dan Prinsip Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam rangka mendorong
terciptanya gaya hidup sehat, mencegah penyakit, dan meningkatkan kualitas
hidup. Konsep dan prinsip promosi kesehatan meliputi:
16

Pendekatan holistik: Promosi kesehatan melihat kesehatan sebagai


keadaan yang melibatkan seluruh aspek kehidupan seseorang, seperti fisik,
mental, sosial, dan spiritual. Oleh karena itu, upaya promosi kesehatan harus
melibatkan seluruh aspek tersebut.
Pemajuan kesehatan: Promosi kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit, bukan hanya
menyembuhkan atau mengobati penyakit. Oleh karena itu, promosi kesehatan
harus diintegrasikan dalam semua kebijakan dan program yang berhubungan
dengan kesehatan.
Partisipasi masyarakat: Promosi kesehatan melibatkan partisipasi aktif
masyarakat dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program promosi kesehatan. Hal ini penting untuk menciptakan
kebijakan dan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kolaborasi: Promosi kesehatan melibatkan kerja sama antara berbagai
sektor, seperti kesehatan, pendidikan, lingkungan, sosial, dan ekonomi, untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat.
Pengembangan kapasitas: Promosi kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat dalam mengambil keputusan
yang sehat dan melakukan tindakan yang mendukung kesehatan. Oleh karena
itu, promosi kesehatan harus melibatkan pendidikan dan pelatihan yang tepat.
Berpusat pada bukti: Promosi kesehatan harus didasarkan pada bukti-
bukti ilmiah yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,
evaluasi terhadap program promosi kesehatan sangat penting untuk
memastikan keefektifan dan keberhasilan program tersebut.
Pencapaian kesetaraan: Promosi kesehatan harus mencakup semua
lapisan masyarakat dan mencapai kesetaraan dalam kesehatan. Oleh karena
itu, upaya promosi kesehatan harus mempertimbangkan perbedaan sosial,
ekonomi, dan budaya yang ada dalam masyarakat

D. Paradigma promosi kesehatan


Paradigma dalam promosi kesehatan dalam keperawatan adalah suatu
pandangan atau kerangka kerja yang membentuk cara keperawatan melakukan
promosi kesehatan pada pasien atau masyarakat. Paradigma ini berfungsi
sebagai landasan dalam melakukan intervensi kesehatan dan mengarahkan
keperawatan dalam memandang pasien sebagai individu yang memiliki
keseluruhan kebutuhan kesehatan.
17

Ada beberapa paradigma dalam promosi kesehatan dalam keperawatan, antara


lain:
Paradigma Biomedis: Paradigma ini berfokus pada penyakit sebagai
suatu proses biologis yang dapat diidentifikasi, diukur, dan diobati dengan
penggunaan teknologi medis.
Paradigma Perilaku: Paradigma ini berfokus pada perilaku individu
dan masyarakat dalam mengadopsi perilaku sehat dan mencegah perilaku
yang tidak sehat.
Paradigma Ekologis: Paradigma ini berfokus pada hubungan antara
individu dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan. Paradigma ini
mengakui bahwa kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti faktor
fisik, sosial, dan budaya.
Paradigma Kritis: Paradigma ini berfokus pada memahami keterkaitan
antara kesehatan, kekuasaan, dan kesetaraan sosial. Paradigma ini
menekankan pada pentingnya mengakui dan menangani ketidaksetaraan
dalam akses terhadap kesehatan dan perawatan kesehatan.
Dalam praktik keperawatan, penggunaan paradigma-promosi kesehatan ini
dapat membantu perawat untuk lebih memahami dan mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi pasien. Dengan memilih paradigma yang tepat,
perawat dapat mengembangkan intervensi kesehatan yang lebih efektif dan
sesuai dengan kebutuhan pasien atau masyarakat.

E. Model Dalam Promosi Kesehatan


Model Adalah Sebuah Gambaran Deskriptif Dari Sebuah Praktik
BermutuYang Mewakili Sesuatu Hal Nyata. Model Dalam Keperawatan
Adalah AplikasiStruktur Keperawatan Yang Memungkinkan Seorang perawat
UntukMenerapkannya Sebagai Cara Mereka Bekerja. Nilai Adalah
KeyakinanSeseorang Tentang Sesuatu Yang Berharga, Kebenaran, Keyakinan
MengenaiIde-Ide, Objek, Atau Perilaku.Banyak Model Yang Dikembangkan
Dapat Mempengaruhi Kesehatan SertaMemperbaiki Intervensi Pencegahan
Dan Promosi Kesehatan. Pendekatan Model Kesehatan Terapan Dapat
Menjadi Dasar Untuk Kegiatan-Kegiatan PromosiKesehatan Seperti Health
Belief Model (Hbm), ,Teori Sebab Akibat, ModelTransaksional Stres Dan
Koping, Theory Of Reasoned Action (Tra), Serta HealthField Concept1.
18

1. Health Belief Model (Model Keyakinan Kesehatan)


Model keyakinan kesehatan (health belif model-hbm) dikembangkan
sejak1950 oleh kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan
kesehatanmasyarakat amerika. model ini digunakan untuk menjelaskan
kegagalanpartisipasi masyarakat secara luas dalam program pencegahan
atau deteksipenyakit. model ini juga sering dipertimbangkan sebagai
kerangka utamaperilaku kesehatan yang dimulai dari pertimbangan orang-
orang tentangkesehatan. selain itu, model keyakinan kesehatan digunakan
untukmengidentifikasi prioritas beberapa faktor penting yang berdampak
terhadappengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak
menentu(rosenstock, 1990).
Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian
terhadap isukeyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. isu
tersebut merupakankesimpulan dari riset keyakinan kesehatan dalam
memahami alasan individumelakukan atau tidak melakukan tindakan
kesehatan, berkaitan denganberbagai hubungan variasi yang lebih luas. isu
tersebut juga memberikandukungan penting dari model keyakinan
kesehatan dalam menjelaskan prilakupencegahan dan respns terhadap
gejala atau diagnosis penyakit.model keyakinan kesehatan merupakan
model kognitif yang digunakan untukmeramalkan perilaku peningkatan
kesehatan. menurut model keyakinankesehatan, tindakan pencegahan yang
mungkin dilakukan seseorangdipengaruhi secara langsung dari hasil dua
keyakinan atau penilaiankesehatan antara lain ancaman yang dirasakan
setara penilaian terhadapkeuntungan dan kerugian.ancaman yang
dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness)
mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit ataurasa
sakit benar-benar mengancan dirinya. jika ancaman meningkat,
makaperilaku pencegahan juga akan meningkat. penilaian tentang
ancamanberdasar pada kerentanan (perceived vurnerabilitiy) dan derajat
keparahan(perceived severity) yang dirasakan. induidu mungkin dapat
menciptakanmasalah kesehatannya sendiri sesuai dengan kondisi. individu
mengevaluasikeseriusan penyakit jika penyakit tersebut muncul akibat
ulah dirinya sendiriatau penyakit sengaja tidak ditangani.pertimbangan
antara keuntungan dan kerugian perilaku mempengaruhiseseorang untuk
memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak.petunjuk
berperilaku yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yangmenonjol
(salient position) diduga tepat memulai proses perperilaku. hal iniberupa
19

berbagai informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahankesehatan


(misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, pengalaman
penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman.
Ancaman dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi
olehberbagai variabel, yaitu variabel demografi (umur, jenis kelamin,
latarbelakang budaya), variabel sosiopsikologis (kepribadaian, kelas,
sosial,tekanan sosial),dan variabel struktrual (pengetahuan dan
pengalamansebelumnya). sebagai contoh, orang tua dan remaja akan
memandangpenyakit jantung atau kanker secara berbeda. sikap orang
sudah memilikipengalaman dan penyakit tertentu akan berbeda
dibandingkan orang yangtidak memiliki pengalaman ini.
aplikasi model keyakinan kesehatan
model keyakinan kesehatan adalah prilaku pencegahan yang berkaitan
dengandunia medis dan mencakup berbagai perilaku seperti pemeriksaan
danpencegahan dan imunisas. contohnya, model keyakinan kesehatan
dalamimunisasi memberi kesan bahwa orang yang mengikuti program
imunisasipercaya terhadap hal-hal berikut:
1.kemungkinan terkena penyakit tinggi (rentan penyakit)
2.jika terjangkit, penyakit tersebut membawa akibat serius
3.imunisasi merupakan cara paling efektif untuk pencegahan
penyakit
4.tidak ada hambatan serius untuk imunusasi, tetapi hasil beberapa
penelitan model ini menunjukan kebalikannyamodel keyakinan
kesehatan melingkupi kebiasaan seseorang dan sifat-sifatyang
dikaitkan dengan perkembangan, termasuk gaya hidup tertentu
sepertimerokok, diet, olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan
alkohol,penggunaan kondom untuk pencegahan aids dan gosok gigi.
promosikesehatan dan pencegahan penyakt lebih ditekankan pada
kontrol resiko.penelitian terjadinya gejala dan respon terhadap
gejala menggambarkansecara lengkap bagaimana individu
menginterpretasikan keadaan tubuh danbagaimana berperilaku
selektif.

kelemahan model keyakinan kesehatan


secara teoritis, kelemahan model keyakinan kesehatan adalah :model
keyakinan kesehatan lebih didasarkan pada penelitian terapan
20

dalampermasalahan pendidikan kesehatan daripada penelitian


akademis.
1. model keyakinan kesehatan didasarkan pada beberapa asumsi yang
dapatdilakukan, seperti pemikiran bahwa setiap pilihan perilaku
selaluberdasarkan pertimbangan rasional. selain rasionalnya diragukan,
modelkeyakinan kesehatan juga tidak memberikan spesifikasi yang
tepatterhadap kondisi ketika individu membuat pertimbangan tertentu.
2. model keyakinan kesehatan hanya memperhatikan keyakian
kesehatan.kenyataan nya, orang dapat membuat banyak pertimbangan
tentangperilaku yang tidak berhubungan dengan kesehatan, tetapi
masihmempengaruhi kesehatan. sebagai contoh, seseorang dapat
bergabungdengan kelompok olahraga karena kontrak sosial atau
ketertarikan padaseseorang dalam kelompok tersebut. keputusan yang
diambil tidak adakaitannya dengan kesehatan, tetapi memengaruhi kondisi
kesehatannya.
3. berkenaan dengan ukuran dari komponen komponen model ini,
banyakstudi menggunakan konsep operasional dan pengenalan yang
berbedasehingga sulit dibandingkan dan dapat menyebabkan hasil yang
biasa danprediksi yang tidak konsisten. analisa model ini menentukan
bahwaprediktor dapat berubah sewaktu-waktu.menurut model
kepercayaan kesehatan, perilaku ditentukan oleh apakah seseorang:
1.percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu
2.menganggap masalah kesehatan ini serius
3.meyakini efektivitas tujuan pengobatan dan pencegahan
4.tidak mahal
5.menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
contoh :
“ seorang wanita telah mempunyai beberapa orang anak dan
mengetahuibahwa masih potensial untuk hamil sampai beberapa
tahun mendatang.melihat kesehatan dan status ekonomi tetangganya
menjadi rusak karenaterlalu banyak anak dan mendengar bahwa
teknik kontrasepsi tertentumenunjukkan efektivitas sebesar 95 %
aman dan tidak mahal maka dianjurkan oleh petugas kesehatannya
agar mulai memakai kontrasepsi ”
21

kelemahan :
1. kepercayaan-kepercayaan kesehatan bersaing dengan kepercayaan-
kepercayaan serta sikap-sikap lain seseorang, yang juga mempengaruhi
perilaku
2. pembentukan kepercayaan seseorang sesungguhnya lebih sering
mengikutiperilaku dan bukan mendahuluinya.

2. Transteoritical Model (TTM)


DefinisiModel tranteortical adalah suatu model yang diterapkan untuk
menilai kesiapanseorang individu untuk bertidak atas perilaku sehat yang
baru dan memberikanstrategi atau proses perubahan untuk memandu
setiap individu melalui tahapan perubahan untuk bertindak dalam
pemeliharaan kesehatan.Sejarah dan inti Konstruksi ModelJames
O.Prochasta, dkk.(1977) mengembangkan TTM berdasarkan analisis
teoriyang berbeda dari psikoterapi. Mode ini terdiri atas 4 variabel, yaitu
prasyaratuntuk terapi, proses perubahan, isi harus diubah dan hubungan
terapeutik. Modelini disempurnakan oleh prochasta berdasarkan penelitan
yang mereka publikasikan dalam peer review jurnal dan bukunya terdiri
atas 5 konstruksi yaitutahapan perubahan, proses-proses perubahan,
keseimbangan putusan, keberhasilandiri, dan godaan atau percobaan.
Ditekankan.
3. Transteoritical Model (Model Berharap)
1. Perilaku Kesehatan Yang Tidak Bergantung Pada Perangkap
TeoritikTertentu. Seseorang Mempertimbangkan Untung Dan Rugi
Pengubahan Suatu
Perilaku Sebelum Melangkah Dari Tahap Satu Ke Tahap
Berikutnya.ModelIni Mengidentifikasi 4 Tahap Independen
Prekontemplasi: Seseorang BelumMemikirkan Sebuah Perilaku
Sama Sekali, Orang Tersebut belum BermaksudMengubah Suatu
Perilaku.
2. Kontemplasi: Seseorang Benar-Benar Memikirkan Suatu Perilaku,
NamunMasih Belum Siap Untuk Melakukannya
3. Aksi: Seseorang Sudah Melakukan Perubahan Perilaku
4. Pemeliharaan: Keberlangsungan Jangka Panjang Dari Perubahan
PerilakuYang Terjadi.
22

Contoh :
“ Seorang Ibu Karena Kurang Mendapat Pengetahuan Dan Pelatihan
Tidak Pernah
Berfikir Untuk Menutup Makanan, Memasak Air Minum Atau
MenjagaKebersihan Dapur. Setelah Mendengar Siaran Radio Tentang
Bahaya Kuman DanMelihat Tetangganya Membersihkan Rumah, Ia Mulai
Berkontemplasi UntukMengambil Aksi Menjaga Kebersihan Di Rumah.
Kemudian Ia MencariInformasi Dari Tetangga Dan Petugas Kesehatan
Setempat Akhirnya MemulaiProses Perubahan Perilaku. Setelah Satu
Periode Waktu, Ibu Tersebut MenutupMakanan, Memasak Air Minum
Dan Menjaga Kebersihan Lingkungan DapurSebagai Tugas Rutin Sehari-
Hari.
4. Model Transaksional Stres dan Koping Stres adalah suatu kondisi atau
keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologi. Biasanya stres
dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetap lebihmengenai kejiwaan.
Banyak hal yang memicu stres, seperti : rasa khwatir, kesal,kletihan,
frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan,sindrom
premenstruasi (PMS), fokus yang berlebhan pada suatu hal, perasaan
bingung, berduka cita dan juga rasa takut.Stresor adalah keadaan yang
diakibatkan oleh lingkungan internal ataueksternal sehingga memengaruhi
tindakan kesejahteraan dan membutuhkankesehatan fisik maupun
psikologis untuk mengembalikan keseimbangan (Lazarus& Cohen, 1977).
Diawal 1960-an dan 1970-an, stres dianggap sebagai
fenomenatransaksional stimulus ke perseptor. Koping (kemahiran
bertahan) adalahmenstabilkan faktor yang dapat membantu individu
memprtahankan adaptasi psikososial selama perode menegangkan. Koping
meliputi perilaku kognitif danupaya mengurangi atau menghilangkan stres
terkait kondisi dan tekananemosional (Lazarus dan Folkam, 1984 ; Moos
dan Schaefer, 1993). Ada dua caramenghadapi stres. Cara pertama adalah
respon berfokus pada masalah yaitu resfondiarahkan pada peristiwa
eksternal. Stres dihilangkan atau dikurangi denganmemecahkan atau
mnegendalikan masalah. Cara kedua adalah respon berfokus pada emosi
yaitu resfon diarahkan pada reaksi emosional dari peristiwa dancenderung
digunakan untuk menangani masalah-masalah yang tidak terkendali.
Model transaksional dari stres dan koping adalah suatu kerangka
kerjauntuk mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stres. Pengalaman
stresditafsirkan sebagai transaksi orang dengan lingkungannya. Transaksi
23

ini bergantung pada dampak dari stresor eksternal. Hal ini dimediasi oleh
penilaian pertama orang tentang streosor dan penilaian kedua pada sumber
daya sosial atau budaya sekitarnya. Ketika berhadapan dengan stresor,
seseorang mengevaluas potensi ancaman atau disebut dengan penilaian
primer, yaitu penilaian seseorangtentang makna dari suatu peristiwa
sebagai stres, positif, terkendali, menantang,atau tidak relevan. Penilaian
kedua menghadapi stresor adalah evaluasi pengendalan stresor dan sumber
daya yang dimiliki untuk menghadapnya.Sebagai conto, penilaian sumber
daya masyarakat dalam mengatasi dan membuatsebuah pilihan seperti apa
yang dapat dilakukan tentang situasi yang terjadi(cohen, 1984).

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Promosi Kesehatan.


1. Predisposing Factors (Faktor Predisposisi)
Faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu.
Yang termasuk dalam kelompok faktor predisposisi:
• Pengetahuan
• Sikap
• nilai-nilai budaya
• persepsi
Faktor pedisposisi juga dipengaruhi beberapa karakteristik individu:

• jenis kelamin
• tingkat pendidikan
• pekerjaan
Contoh:
2. Reinforcing Factor (Faktor Penguat)
Faktor yang memperkuat (atau kadang-kadang justru dapat memperlunak)
untuk terjadinya perilaku tersebut. Atau bisa diartikan sebagai faktor penguat
bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-
undang, peraturan-peraturan dan surat keputusan. Kelompok faktor penguat
meliputi
• Pendapat dukungan sosial
• pengaruh teman
• kritik baik dari teman-teman sekerja atau lingkungan bahkan juga saran
• umpan balik dari petugas kesehatan
3. Enabling Factors (Faktor Pemungkin)
24

Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu atau


menungkinkan suatu motivasi direalisasikan. Yang termasuk dalam kelompok
faktor pemungkin:
• Ketersediaan pelayanan kesehatan
• Aksesibilitas dan kemudahan pelayanan kesehatan baik dari segi jarak
maupun biaya dan sosial
• Adanya peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang
perilaku tertentu tersebut
Contoh: ketersediaan sarana dan prasarana tau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat
seperti, puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa,
dokter atau bidan praktek swasta.
3. Faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Menurut Notoatmojo (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan
promosi kesehatan dalam melakukan pendidikan kesehatan diantaranya yaitu:
a) Promosi kesehatan dalam faktor predisposisi
Promosi kesehatan bertujuan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya, maupun masyarakatnya.
Disamping itu dalam konteks promosi kesehatan juga memberikan pegertian
tentang tradisi kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan
maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan
dengan penyuluhan, pameran, iklan layanan kesehatan, dan sebagainya.
b) Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)
Bentuk promosi kesehatan dilakukan agar dapat memberdayakan masyarakat
dan
mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara bantuan
teknik,

memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan
prasarana.
c) Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
promosi kesehatan ini ditujukan untuk mengadakan pelatihan bagi tokoh
agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan agar
sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi
masyarakat tentang hidup sehat.
25

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Di era globalisasi, pengetahuan tentang keperawatan sangat penting.
Terutama meliputi pemberian asuhan keperawatan bagi seluruh manusia
untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual baik
klien maupun keluarga. Ketika menggunakan pendekatan ini, perawat
memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dalam hubungan interpersonal,
psikologi, pertumbuhan, dan perkembangan manusia,komunikasi dan
sosiologi, juga pengetahuan tentang ilmuilmu dasar dan ketrampilan
keperawatan tertentu. Perawat adalah pemberi jalan dalam menyelesaikan
masalah dan juga sebagai pembuat keputusan. Faye Glenn Abdellah adalah
pelopor peneliti keperawatan, membantu mengubah teori keperawatan, asuhan
keperawatan dan pendidikan keperawatan. Dia adalah seorang pemimpin
dalam penelitian keperawatan dan memiliki lebih dari seratus publikasi yang
berkaitan dengan perawatan, pendidikan untuk kemajuan praktek dalam
keperawatan dan penelitian keperawatan.

B. Saran
Kami sebagai penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Haikal, M. (2017, May 26). Teori model Keperawatan Glen Faye Abdellah.
Academia.edu. Retrieved November 15, 2022, from
https://www.academia.edu/33215267/TEORI_MODEL_KEPERAWATAN_Gl
en_Faye_Abdellah

Scribd. (n.d.). Teori Keperawatan menurut abdellah faye. Scribd. Retrieved


November 15, 2022, from https://id.scribd.com/doc/311336730/Teori-
Keperawatan-Menurut-Abdellah-Faye

Angelo Gonzalo, B. S. N. (2021, March 5). Faye Abdellah: 21 nursing problems


theory. Nurseslabs. Retrieved November 15, 2022, from
https://nurseslabs.com/faye-g-abdellahs-21-nursing-problems-theory/

Anda mungkin juga menyukai