Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KONSEP PROMOSI KESEHATAN

DOSEN
Ns. HEYNI FITJE KEREH, S.KEP., M.M., M.KEP
NIDN. 0904108103

OLEH:
BILLY MAALALU
NIM. 21200088

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


JANUARI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah Konsep Promosi
Kesehatan ini dapat kami selesaikan.
Makalah Konsep Promosi Kesehatan,ini bertujuan untuk memberikan
laporan kepada dosen atau mahasiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini
disajikan informasi mengenai hasil rangkuman materi yang saya lakukan
mengenai Konsep Promosi Kesehatan,.
Tentunya, tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu , kritik dan saran selalu penulis harapkan agar
menjadi pedoman di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan banyak
Terima kasih.

Penyusun

Billy Maalalu

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................3

C. Tujuan...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Konsep Promosi Kesehatan....................................................................4

B. Pendikan Kesehatan...............................................................................8

C. Peran Perawat Dalam Pendidikan dan Promosi Kesehatan.....................9

D. Kebijakan Pemerintah Tentang Promosi Keshatan...............................17

BAB II PENUTUP................................................................................................22

A. Kesimpulan..........................................................................................22

B. Saran....................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka
dapat mandiri menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. (Depkes RI,
2007). Tujuan promosi kesehatan dibagi menjadi tiga tingkatan, menurut
(Ahmad, 2014), yaitu berdasarkan program, pendidikan dan perilakunya.
Tujuan program (jangka panjang) meliputi refleksi dari fase sosial dan
epidemiologi berupa pernyataan mengenai hal-hal yang akan dicapai dalam
periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan
pendidikan (jangka menengah) merupakan pembelajaran yang harus dicapai
agar perilaku yang diinginkan dalam mengatasi masalah kesehatan dapat
tercapai (Green dalam Ahmad, 2014). Sementara, tujuan perilaku (jangka
pendek) merupakan gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi
masalah kesehatan yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan
tindakan.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Salah satu tujuan nasional
adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang berarti memenuhi kebutuhan
dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan kesehatan,
lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya
derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh  masyarakat
Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.

1
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat
kesehatanmasyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka
wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan
kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai
dewasa sebagai generasi muda.
Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab Wanita
menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan
dengan fungsi reproduksinya, Kesehatan wanita secara langsung
mempengaruhi kesehatan anak yangdikandung dan dilahirkan, Kesehatan
wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan
mengatasnamakan ‘pembangunan´ seperti program KB, dan pengendalian
jumlah penduduk, Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi
agenda Intemasional diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil
Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan
Kairo), Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek
paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh
sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling
baik menurutdirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang
memutuskan atas tubuhnya sendiri.
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara faktor –
faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan
individu maupun kelompok sangatlah besar. Salah satu usaha yang sangat
penting di dalam upaya merubah perilaku adalah dengan melakukan kegiatan
pendidikan kesehatan atau yang biasa dikenal dengan penyuluhan. Sejauh
mana kegiatan tersebut bisa merubah perilaku masyarakat akan sangat
dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang ikut berperan dan saling berkaitan
dalam proses perubahan perilaku itu sendiri.
Salah satu usaha pemerintah adalah menyadarkan masyarakat tentang
pentingnya kesehatan reproduksi adalah dengan cara melakukan pendidikan
kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah tetapi juga bisa

2
dilakukan dengan cara mengadakan penyuluhan oleh tenaga kesehatan, yang
biasa disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan.
Mengingat tugas kita sebagai bidan adalah salah satunya
memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat dan pentingnya menjaga
kesehatan reproduksi pada masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, adapun rumusan masalah
dalam makalah ini yaitu :
1. Jelaskan pengertian Konsep dan Prinsip Dalam Promosi Kesehatan !
2. Jelaskan Pengertian Pendidikan Kesehatan !
3. Jelaskan Peran Perawat Dalam Pendidikan Kesehatan
4. Jelaskan Kebijakan Pemerintah Tentang Promosi Kesehatan

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu untuk :
1. Mengetahui Konsep dan Prinsip Dalam Promosi Kesehatan !
2. Mengetahui Pengertian Pendidikan Kesehatan !
3. Mengetahui Peran Perawat Dalam Pendidikan Kesehatan
4. Mengetahui Kebijakan Pemerintah Tentang Promosi Kesehatan
5.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Promosi Kesehatan


Promosi Kesehatan menurut departemen Kesehatan RI (2004) adalah
upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat untk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya.
Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya atau mengembangkan
kemandirian yang dilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemampuan
serta mengembangkan iklim yang mendukung kemandirian. Promosi
kesehatan merupakan upaya memengaruhi masyarakat agar menghentikan
perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman
atau paling tidak berisiko rendah (Kholid, 2012)
1. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Cakupan promosi kesehatan dapat dilihat dari dua dimensi, yakni dimensi
aspek pelayanan kesehatan dan dimensi tatanan atau tempat promosi
kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
2. Ruang lingkup berdasarkan aspek kesehatan
Kesehatan masyarakat mencakup 4 aspek pokok, yaitu : promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Ahli lainnya mem- baginya menjadi
dua aspek, yakni aspek promotif dengan sasaran kelompok orang yang
sehat, aspek preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan) dengan
sasaran kelompok orang yang beresiko tinggi terhadap penyakit dan
kelompok yang sakit.
3. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan
Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promo-si atau
pendidikan kesehatan, maka ruang lingkup promosi keseha- tan dapat
dikelompokkan menjadi (Notoatmodjo, 2007):

4
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga ( rumah tangga )
Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia.
Pelaksanaan promosi kesehatan di keluarga sasaran utamanya adalah
orang tua (ibu) dimana ibu merupakan seseorang yang memberikan
perilaku sehat kepada anak- anaknya sejak lahir.
b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah para guru, karena guru
merupakan pengganti orang tua pada waktu di sekolah. Sekolah
merupakan tempat untuk memberikan perilaku kesehatan pada anak.
Sekolah dan lingkungan sekilah yang sehat sangat tepat untuk
berperilaku sehat bagi anak.
c. Promosi kesehatan di tempat kerja
Sasaran promosi kesehatan di tempat kerja adalah karyawan, yang
berperan sebagai promotor kesehatan adalah pemimpin perusahaan dan
sektor kesehatan. Memberikan fasilitas tempat kesehatan yang baik
bagi perilaku sehat karyawan atau pekerja merupakan sala satu upaya
yang dapat dilakukan.
d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum
Tempat-tempat umum seperti pasar, terminal bus, stasiun perlu
dilaksanakan promosi kesehtan, yaitu dengan cara menye- diakan
fasilitas yang mendukung perilaku sehat pengunjung- nya, bisa dengan
memberikan poster dan selebaran mengenai cara-cara menjaga
kebersihan.
e. Fasilitas pelayanan kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas,
poliklinik, dan lain sebagainya, merupakan tempat yang strategis untuk
melakukan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan ini
dapat dilakukan secara individual
f. oleh para petugas kesehatan kepada pasien atau keluarga yang ada di
pelayanan kesehatan tersebut.
1. Metode dan Teknik Promosi Kesehatan

5
Suatu proses promosi kesehatan supaya menju tercapainya tujuan
pendidikan, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor tersebut, disamping faktor masukannya sendiri juga faktor metode,
faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas lyang mellakukannya,
dan alat-alat bantu / alat peraga pendidikan yang dipakai. Dibawah ini
merupakan beberapa metode pendidikan yaitu
Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-
cara atau metode dan alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam
setiap pelaksanaan promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2002). Metode
promosi kesehatan dibagi menjadi 2 yaitu (Notoatmodjo, 2007) :
a. Metode Pendidikan Individual
Metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk membina
seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap
orang mempunyai masalah ata alasan yang berbeda-beda. Bentuk
pendekatan ini, antara lain bimbingan dan konseling (guidance and
counceling) dan wawancara (interview).
b. Metode promosi kesehatan kelompok
Pemilihan metode pendidikan kelompok perlu memperhatikan besar-
nya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.
Kelompok yang besar metodenya akan lain dengan kelompok kecil
(Notoatmodjo, 2007).
1) Kelompok Kecil
Kelompok kecil apabila kelompok sasaran terdiri dari 6-15 orang.
Metode yang dapat digunakan antara lain :
a) Diskusi Kelompok
Metode diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncana-
kan dan telah dipersapkan tentang duatu topik pembicaraan
antara 6-15 peserta dengan seseorang pemimpin diskusi yang
telah ditunjuk.
b) Curah Pendapat (brain storming)

6
Merupakan metode bentuk pemecahan masalah dimana setiap
anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah
yang terpikirkan oleh masing-masing peserta dan evaluasi atau
pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.
c) Metode bermain peran
Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehi-
dupan manusia dengan tanpa diadakan latihan. Dilakukan oleh
dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran
oleh kelompok
d) Permainan Simulasi
Permainan simulasi merupakan gambaran antara bermain peran
dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan
dalam beberapa bentuk permainan seperti Guess Word, meng-
gunakan papan permainan, susunan kata, dan gambar.
c. Metode promosi kesehatan kelompok besar
Kelompok besar apabila kelompok sasaran terdiri dari lebih dari 20
0rang. Met de yang dapat digunakan antara lain :
1) Ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seseorang
pembicara di depan sekelompok orang pengunjung atau pendengar
(Maulana, 2009). Hal-hal yang perlu diperhatikan dala
menggunakan metode ceramah antara lan :
2) Persiapan
Ceramah akan berhasil apabila pemateri menguasai materi
3) Pelaksanaan
Pemateri menguasai sasaran ceramah dengan melakukan hal
dibawah ini :
a) Sikap penampilan yang meyakinkan
b) Suara hendaknya cukup keras dan jelas
c) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta
d) Berdiri di depan

7
Menggunakan alat-alat bantu
1. Konsep dan Prinsip dalam Promosi Kesehatan
2. Media Pendidikan Kesehatan
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

B. Pendikan Kesehatan
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam
pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau
perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada
individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai
kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi
masalah-masalah kesehatannya sendiri.
Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik
individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi. Seperti halnya proses pendidikan lainya, pendidikan
kesehatan mempunyai unsur masukan-masukan yang setelah diolah dengan
teknik-teknik tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan
harapan atau tujuan kegiatan tersebut.
Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan
proses yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan.
Cara penyampaian informasi dalam kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan
dengan melibatkan ilmu lain termasuk psikologi sosial yang diperlukan ketika
melakukan promosi (Kemm and Close, 1995).
Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang
dinamis. Tidak dapat disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya cara
mengubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup
penting dalam perubahan pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004).
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan
merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas.

8
1. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan reproduksi yang disampaikan kepada
masyarakat  adalah untuk memberikan informasi tentang fungsi organ
reproduksi yang mengalami perubahan secara fisik dan juga perubahan
psikologis sesuai dengan kehidupan di lingkungan sosial budayanya. Hal
ini dilakukan agar pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi
meningkat, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku.
2. Prinsip Pendidikan Kesehatan
a. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas,
tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan
saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan
sasaran pendidikan.
b. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh
seseorang kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan
itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya
sendiri.
c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan
sasaran agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat
mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
d. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap
dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

C. Peran Perawat Dalam Pendidikan dan Promosi Kesehatan


1. Pengertian Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang
berarti merawat atau memelihara.
Menurut International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang
yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di

9
Negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung
jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan
terhadap pasien.
Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara,
membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses
penuaan (Harlley, 1997).
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang
diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Undang-undang Kesehatan No
23. 1992).
Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan
berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan
atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan
kewenagannya (Depkes RI, 2002 dalam Aisiyah 2004).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.0.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat, dijelaskan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat baik di dalam maupun diluar negeri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Contoh kasus :
Ada seseorang, misal A. A ini mempunyai keterampilan, dulu ia pernah
sekolah di keperawatan namun hanya sampai tingkat SMK. Meski A ini
lulusan SMK Keperawatan dan mengetahui sedikit banyak tentang
kesehatan tapi A ini tidak bisa dikatakan sebagai perawat. Karena di
Indonesia sendiri, seseorang bisa dikatakan sebagai perawat jika lulus
pendidikan keperawatan minimal lulus D3/AKPER atau S1 Keperawatan.
2. Definisi dari Peran
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi yang bersifat konstan.

10
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan(status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka
dia menjalankan suatu peran. (Soekanto:1990)

Contoh kasus :
A adalah seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta. Sebagai
seorang mahasiswa A mempunyai kewajiban untuk belajar dan
mengerjakan tugas yang diberikan. Di lain sisi A juga mempunyai hak
untuk mendapat liburan, waktu untuk konsultasi dengan dosen
pembimbing. Dalam contoh kasus diatas A melaksanakan kewajibannya
sebagai mahasiswa dan mendapatkan haknya. Sehingga bisa dikatakan A
ini telah melaksanakan perannya sebagai mahasiswa dengan baik.
3. Peran Utama dari Perawat
Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989 adalah :
a. Pemberi asuhan keperawatan
Memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan, dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
b. Advokat pasien / klien
Menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien- mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien.
c. Pendidik / Educator
Membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan,
gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Koordinator
Mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

11
e. Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
f. Konsultan
Tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
g. Peneliti
Mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
PERAN PERAWAT MENURUT HASIL LOKAKARYA
KEPERAWATAN TAHUN 1983, adalah sebagai berikut :
a. Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Memberikan asuhan keperawatan baik langsung maupun tidak
langsung dengan metode proses keperawatan.
b. Pendidik dalam Keperawatan
Mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat serta
tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya.
c. Pengelola pelayanan Keperawatan
Mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai
dengan manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma
keperawatan.
d. Peneliti dan Pengembang pelayanan Keperawatan
Mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan
metode penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
e. Contoh Kasus :

12
A adalah seorang perawat di suatu rumah sakit. Dalam
melaksanakan tugasnya A mempunyai peran yang banyak, salah
satunya yaitu sebagai pelaksana pelayanan keperawatan.
Maksudnya yaitu perawat memberikan asuhan keperawatan baik
secara langsung ataupun tidak langsung, baik secara mandiri atau
kerja tim. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat tidak
boleh membeda-bedakan dan harus sesuai dengan standar
operasional prosedur.
4. Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan ditatanan Sarana Kesehatan,
Institusi Pendidikan, Tempat Kerja dan Tempat Umum.
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok,
dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi
kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan serta mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan
dari, oleh dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan sangat erat kaitannya dengan
lingkungan sarana kesehatan semisal rumah sakit, puskesmas, dan
posyandu. Di lingkungan rumah sakit perawat selain berhadapan dengan
pasien yang dirawat juga berinteraksi dengan anggota keluarga yang
memerlukan informasi mendalam yang berkenaan dengan status
kesehatan. Upaya promosi kesehatan dalam hal ini, pendidikan kesehatan
sangat bermanfaat untuk meningkatkan status kesehatan pasien dan
keluarga. Hal yang dapat dilakukan pada lingkungan rumah sakit adalah
melakukan penyuluhan baik secara massal ataupun individu di rumah
sakit. Kegiatan pendidikan kesehatan maupun penyuluhan dilakukan di
sisi pasien serta keluarga secara khusus mengenai suatu penyakit dan
upaya penyelesaian masalah kesehatan yang dihadapi.
Perawat di puskesmas sebagai tenaga kesehatan, minimal dapat berperan
sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan,
pendidik atau penyuluh kesehatan, penemu kasus, penghubung dan
koordinator, pelaksana konseling keperawatan dan model peran. Dua
peran perawat kesehatan komunitas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh

13
kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan bagian dari ruang lingkup
promosi kesehatan. (Efendi,Makhfudi, 2009)
Di lingkungan Puskesmas upaya promosi kesehatan lebih ditekankan
daripada di rumah sakit. Sebagai contoh perawat di komunitas menyikapi
dan menindaklanjuti perilaku masayarakat bantaran sungai yang selalu
melakukan BAB di sungai sehingga mengotori dan mencemari sungai
yang menjadi sumber air bersih keperluan masyarakat setempat. Perawat
beranggapan bahwa suatu masalah kesehatan sebagai contoh diare. Diare
yang terjadi akibat tercemarnya sumber air bersih tidak akan tuntas apabila
hanya mengobati pasien di rumah sakit tanpa memotong atau
menyingkirkan penyebab utamanya. Penyebab utamanya yaitu
pencemaran serta pengkontaminasian sumber air sungai yang
menyebabkan keadaan diare pada masayarakat setempat.
Di lingkungan posyandu baik posyandu balita maupun lansia sama halnya
dengan program yang ada di puskesmas yaitu upaya promosi kesehatan
seperti penyuluhan dan upaya preventif seperti pemberian imunisasi pada
balita serta pemeriksaan kesehatan secara berkala pada lansia yang berada
di wilayah lingkungan posyandu.
Di lingkup istitusi pendidikan, peran perawat pendidik dalam upaya
promosi kesehatan tidak kalah besarnya. Dalam kurikulum bahkan silabus
yang disusun selalu ada dimasukkan pengajaran tentang simulasi
pendidikan baik setting individu, kelompok bahkan komunitas pada tahap
pendidikan akademik. Di keadaan nyata mahasiswa serta dosen
keperawatan sering kali melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang
umumnya juga menggambarkan upaya promosi kesehatan seperti
pendidikan kesehatan pada kelompok tertentu dan penyuluhan pada
masayarakat umum.
Di lingkungan kerja peran perawat sangat diharapkan karena keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki para pekerja, misalkan upaya promosi
kesehatan dalam tatanan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3). Lingkungan
pabrik yang umumnya mempunyai paparan terhadap debu, polusi serta

14
risiko adanya cidera sangat penting bagi perawat dalam memberikan
pemahaman baik dengan cara pendidikan kesehatan maupun penyuluhan
mengenai pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). APD yang mereka pakai
diharapkan dapat melingdungi dari segala risiko yang mungkin terjadi
pada para pekerja.
Di tempat umum peran perawat tidak kalah penting dalam upaya promosi
kesehatan karena disana masyarakat sering berkumpul, bercengkrama
bahkan melakukan aktivitas. Beberapa contoh tempat umum antara lain
Pasar, Halte Bus, Terminal, Stasiun, Pelabuhan bahkan Bandara yang
semuanya sangat diharapkan tidak terdapat kegiatan ataupun perilaku yang
merugikan bahkan membahayakan orang lain. Merokok di tempat umum
sebagai contoh sangat dilarang karena dapat menyebabkan polusi udara.
Peran perawat untuk mensosialisasikan peraturan tentang pelarangan
kegiatan merokok di tempat umum merupakan salah satu upaya dalam
promosi kesehatan.
Contoh kasus :
Perawat A mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) berupa masker,
handscoon, celemek, ketika melakukan asuhan keperawatan memandikan
pasien diatas tempat tidur. Dengan melakukan hal tersebut berarti perawat
telah mengupayakan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) dan secara tidak
langsung juga melakukan perannya ditatanan sarana kesehatan dan tempat
kerja.
5. Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan ditatanan Organisasi
Kemasyarakatan/ Organisasi Profesi/ Media Massa.
Upaya promosi kesehatan dilakukan agar tercapai masyarakat yang
sehat dan mandiri, hal ini tidak hanya dilakukan oleh perawat maupun
tenaga kesehatan namun harus bekerja sama dengan organisasi
kemasyarakatan/LSM/organisasi profesi dan media massa yang peduli
dengan kesehatan. Kerja sama tersebut dapat berupa pemberian
informasi yang terus-menerus agar klien dapat berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge) dari tahu menjadi mau

15
(aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melakukan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practise).
Agar terjalin kerja sama yang baik maka peran perawat pada tatanan ini
adalah memberikan advokasi, hal ini penting untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari sasaran advokasi. Pada tatanan ini
umumnya advokasi dapat beberapa tahap antara lain :
1.        Menyadari adanya suatu masalah.
2.        Tertarik untuk ikut mengatasi masalah.
3.        Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
beberapa alternatif pemecahan masalah.
4.        Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif dan memutuskan tindak kanjut kesepakatan.
Dengan demikian advokasi harus dilakukan secara terencana,
cermat dan tepat.
Contoh kasus :
A bersama rekan-rekan relawan dan tenaga kesehatan melakukan
penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan dan pemeriksaan
kesehatan gratis di daerah yang sulit dijangkau atau jauh dari
tempat layanan kesehatan.
6. Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan ditatanan Program/Petugas
Kesehatan.
Kegiatan yang dilakukan terintegrasi sesuai fungsi manajemen meliputi
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan pengendalian dan
penilaian, yang dilakukan diberbagai tingkat administrasi baik dipusat,
propinsi maupun kabupaten/ kota. Kegiatan tersebut memuat strategi
promosi kesehatan yaitu pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan
advokasi.
7. Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan ditatanan Lembaga
Pemerintahan/Politisi/ Swasta.
Promosi kesehatan sebagai proses mengupayakan individu dan masyarakat
untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat

16
kesehatannya. Perawat mempunyai peran penting dalam meningkatakn
kesehatan salah satunya bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
memanfaatkan dan memaksimalkan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai
tempat untuk menyelenggarakan upaya kesehatan baik promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Setiap indivividu memiliki kesempatan untuk
mendapatkan pelayanan yang bermutu dan aman, hal ini sejalanan dengan
UU RI no. 36 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa, setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau. Dalam UU tersebut pasal 16 dinyatakan bahwa
pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang
kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Perawat mempunyai banyak peran dimana dalam setiap perannya
bertujuan untuk mensukseskan dan mendukung program pemerintah,
antara lain mendukung dalam program :
1.         Integrasi dengan Program Kesehatan Ibu dan Anak
2.         Integritasi dengan program jaminan pemeliharaan kesehatan
(JPK).
3.         Integrasi dengan Program Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular (P2PTM)
(Panduan Integrasi Promosi Kesehatan, 2006)
Sesuai dengan tujuan promosi kesehatan, pemerintah dapat peduli dan
mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan lingkungan
dan perilaku sehat. Selain itu, membuat kebijakan dan peraturan
perundang-undangan dengan memperhatikan dampaknya dibidang
kesehatan. Dukungan yang optimal dari berbagai pihak seyogyanya dapat
memecahkan masalah kesehatan dan dapat membantu tenaga kesehatan
terutama dalam hal promosi kesehatan. Perawat diharapkan menjadi lini
terdepan dalam upaya promosi kesehatan untuk mempengaruhi semua
sasaran yang ada.

17
D. Kebijakan Pemerintah Tentang Promosi Keshatan
1. Analisis Kebijakan dan Regulasi Terkait Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan saat ini merupakan salah satu trend issue nasional di
bidang kesehatan. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
mengemban tugas meningkatkan derajad kesehatan dengan pendekatan
promosi kesehatan ini. Permenkes 75/2014 memerintahkan Puskesmas
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dengan demikian seluruh
pengelolaan pelayanan kesehatan di Puskesmas harus mengedepankan
upaya promotif dan preventif daripada kuratif dan rehabilitatif.
Namun sebagaimana disampaikan oleh Sampoerno (2010), anggaran
kesehatan lebih dimaksimalkan untuk pelayanan kuratif daripada kegiatan
promotif dan preventif. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 dan
Permenkes Nomor 19 Tahun 2014 yang merupakan panduan dalam
penggunaan dana kapitasi BPJS untuk mendukung pelayanan Puskesmas
sama sekali tidak berpihak pada upaya promosi kesehatan. Sebanyak 60%
dana kapitasi dialokasikan untuk jasa layanan dan 40 % sisanya untuk
dukungan operasional.
Alokasi dana kapitasi untuk dukungan biaya operasional kesehatan sendiri
dimanfaatkan untuk (yang utama) obat, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai serta kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya.
Apabila dibagi sama besar maka dapat diasumsikan 20% dana kapitasi
untuk logistik pengobatan/perawatan dan 20% sisanya untuk kegiatan lain.
Pelayanan kesehatan lainnya yang dimaksud berupa: 1) upaya kesehatan
perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
lainnya; b) kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan;
c) operasional untuk puskesmas keliling; d) bahan cetak atau alat tulis
kantor; dan/atau e) administrasi keuangan dan sistem informasi. Apabila
alokasi tadi dibagi sama untuk kelima kegiatan diatas, maka alokasinya
adalah sebagai berikut :

18
1. Upaya kesehatan perorangan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif)
sebanyak 4%. Jika alokasi ini sama dibagi rata, maka upaya promotif
hanya mendapatkan porsi sebanyak 1%.
2. Home care sebanyak 4%
3. Puskesmas keliling sebanyak 4%
4. ATK sebanyak 4 %
5. Administrasi dan sistem informasi sebanyak 4%.
Sungguh ironis ketika di satu sisi Puskesmas diminta mengedepankan
upaya promotif namun alokasi dana kapitasi BPJS yang diberikan sangat
kecil. Mengingat kecilnya dana kapitasi untuk upaya promosi kesehatan,
maka dibutuhkan analisa lebih lanjut untuk mengidentifikasi peluang dan
tantangan sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang efektif.
2. Analisis Peluang dan Tantangan Upaya Promosi Kesehatan
Permenkes 75 Tahun 2014 menyebutkan bahwa pembiayaan Puskesmas
dapat bersumber dari APBN, APBD maupun sumber lain, termasuk dana
kapitasi BPJS. Dan dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014
disebutkan bahwa pengelolaan dana BPJS di Puskesmas harus
menggunakan Pola Pengelolaaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD). Salah satu peluang dalam PPK-BLUD adalah tidak
harus menghabiskan anggaran yang ada sebagaimana mekanisme
APBD/APBN. Meskipun Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 Tentang
APBD menyebutkan bahwa APBD dan APBN diakui sebagai pendapatan
BLUD, tetapi anggaran ini tidak akan menyisakan saldo. Berbeda dengan
pendapatan BLUD atas pelayanan yang diberikan (jasa layanan), maka
penggunaannya harus dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dengan kata
lain tidak harus dihabiskan. Permendagri 61/2007 juga menyebutkan
bahwa saldo pada akhir tahun anggaran boleh dijadikan silva untuk
dijadikan modal awal tahun berikutnya. Maka disinilah peluang untuk
megembangkan promosi kesehatan harus diadvokasi dengan kebijakan
anggaran.
Alokasi dana APBN/APBD untuk promosi kesehatan lebih sulit
dikendalikan sebab mekanisme penetapannya melalui persetujuan

19
DPR/DPRD. Dan alokasi yang diberikan sangat bergantung dari kebijakan
lembaga eksekutif. Sedangkan pendapatan BLUD dan penggunaannya
ditetapkan sendiri oleh organisasi yang menerapkan PPK-BLUD. Pejabat
pengelola keuangan hanya mengesahkan saja dokumen yang ada, tanpa
harus mengintervensi kebijakan alokasi anggaran dan penggunaannya
sebab pertanggung jawaban pengelolaan BLUD adalah dengan mekanisme
audit oleh lembaga independen.
Berdasarkan perspektif BLUD maka penggunaan dana kapitasi harus
dikelola secara efektif dan efisien. Alokasi 60% untuk jasa layanan untuk
tenaga kesehatan dan non kesehatan adalah untuk imbalan terhadap upaya
kesehatan yang dilaksanakan. Demikian juga bagi perawat yang
melaksanakan upaya promosi kesehatan, maka jasa layanan yang
diterimanya adalah atas pekerjaannya melakukan promosi kesehatan.
Tantangannya adalah mekanisme pertanggung jawaban keuangannya,
apakah menggunakan perjalanan dinas, atau pertanggungjawaban
kegiatan.
Karena itu Ditasaytadevi (2014) menyarakan kedua regulasi terkait
Kapitasi BPJS yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat agar
diturunkan kembali dengan diterbitkannya Peraturan Daerah.
Pemerintah Daerah bila perlu diperkuat dengan SK dari Kepala SKPD
terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota, karena variabel dalam penilaian kinerja yang terdapat
dalam peraturan tersebut belum terurai secara terperinci.
Dengan adanya penambahan point-point penilaian terhadap kinerja baik
kesehatan dan non kesehatan setidaknya dapat meredam kekisruhan yang
terjadi dalam pembagian dana jasa pelayanan di Puskesmas. Beban
kerja pegawai harus dinilai dengan seberapa banyak program yang
dipegang dan dilaksanakan oleh petugas (termasuk di dalamnya adalah
program promosi kesehatan). Dengan penambahan variabel
tersebut tenaga kesehatan di puskesmas akan merasa keadilan telah
ditegakkan.

20
3. Pendekatan dan Strategi Efektif Dalam Upaya Promosi Kesehatan Sesuai
Regulasi Yang Berlaku
Terkait dengan analisis diatas, maka ada beberapa hal yang menurut
Penulis dapat diekstraksi untuk pembahasan selanjutnya. Langkah primer
yang dapat dilakukan adalah, minimnya anggaran promosi kesehatan mesti
diadvokasi melalui mekanisme APBD untuk mengalokasikan lebih banyak
pos anggaran terhadap perjalanan dinas dan kegiatan dalam rangka
promosi kesehatan, sebab promosi kesehatan adalah salah satu Upaya
Kesehatan Masyarakat essensial yang harus diselenggarakan Puskesmas.
Langkah kedua adalah penggunaan dana silva BLUD untuk kegiatan
pengembangan, termasuk di dalamnya kegiatan promosi kesehatan sebab
PPK-BLUD mengizinkan adanya saldo/silva pada akhir tahun anggaran.
Langkah ketiga adalah advokasi terhadap kebijakan yang berlaku terutama
dalam bentuk peraturan daerah yang mengatur tentang mekanisme
pembagian dana kapitasi BPJS untuk jasa layanan. Dan ketiga langkah ini
harus dimainkan pada level manajemen.
Langkah sekunder adalah mengintegrasikan strategi promosi kesehatan
kedalam kegiatan pelayanan, misalnya home care dan UKS sebab kedua
metode tersebut sudah dilaporkan efektif untuk diselenggrakan. Selain itu
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kinerja petugas penyuluh
kesehatan masyarakat dapat diintegrasikan dalam variabel pembagian jasa
layanan. Sebab mereka yang memiliki kinerja lebih baik berhak atas jasa
layanan yang lebih baik pula. Variabel-variabel yang dilaporkan memiliki
hubungan langsung dengan kinerja petugas penyuluh kesehatan
masyarakat menurut kekuatan pengaruhnya masing-masing adalah tingkat
pendidikan, pelatihan, pengetahuan, ketrampilan dan kepemimpinan.
Selanjutnya, dalam merencakanan kegiatan dalam rangka promosi
kesehatan mesti diperhatikan bahwa model yang dilaporkan terbaik dalam
implementasinya adalah dengan memadukan ceramah, diskusi dan
simulasi/peragaan. Kegiatan Puskesmas dapat dirancang dengan bentuk
Lomba Kelompencapir yang pernah populer pada tahun 90 an sebab
menggabungkan metode-metode tersebut. Kegiatan seperti ini lebih mudah

21
dalam pertanggungjawaban keuangan dan lebih efisien untuk mencapai
hasil. Terkait dengan tujuan akhir pencapaian kecamatan sehat maka
kegiatan ini harus diagendakan bersama dengan support system
Puskesmas, dalam hal ini Camat dan unsur pemerintahan kecamatan.
Penyelenggaraan kegiatan bisa mengambil momentum peringatan
kemerdekaan, maupun peringatan hari kesehatan

22
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang memiliki peran penting
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
2. Promosi kesehatan adalah komponen penting dalam praktek keperawatan
dan merupakan suatu cara berpikir yang bertujuan agar masyarakat
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan
3. Promosi kesehatan secara garis besar mendorong masyarakat agar mau dan
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan
4. Peran perawat dalam promosi kesehatan ada di beberapa lingkup antara
lain; individu atau keluarga, tempat kerja, institusi pendidikan,pemerintah.
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan peran perawat antara lain sebagai
educator, role model, fasilitator maupun educator.
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya.
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi
kesehetan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi.

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih jauh dari
kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

23
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta :


Rineka Cipta.

Ditasaytadevi (2014) Kisruh Pembagian Dana Kapitasi Jasa Pelayanan


Kesehatan, Sudah Benarkan Aturan Regulasinya?
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/10/29/kisruh-
pembagian-dana-kapitasi-jasa-pelayanan-kesehatan-sudah-benarkan-
aturan-regulasinya--699204.html . Diposkan tanggal 29 Oktober 2014

Ekawati N.K., Wulandari, L.P.L., Lubis, D., Purnama, S.G. (2012) Promosi
Kesehatan di Sekolah Pada Remaja Dalam Upaya Pencegahan
Penyakit HIV/AIDS di Kota Denpasar. Udayana Mengabdi. Volume
11 Nomor 2 Tahun 2012. 11 (2): 55 - 58 ISSN : 1412-0925

Nugraha, S. (2010) Promosi Kesehatan di Indonesia Tak Maksimal.


http://news.okezone.com/homekampus Diposkan hari Senin tanggal
24 Mei 2010

Restuastuti, T., Chandra, F. (2012) Evaluasi Penerapan Promosi Kesehatan Dalam


Pencegahan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Melalui Gerakan 3M Plus di Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu
Lingkungan 
Vol 3, No 01. 22 Nov 2012. ISSN 1978-5283. Diakses dari
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIL/article/view/321

Sampoerno D. (Ketua Kolegium Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat/IAKMI)


Seimbangkan Upaya Preventif dan Kuratif. http://www.xamthone.com
Diposkan hari Senin tanggal 18 Oktober 2010

Sugiharto, M., Widjiartini (2012). Analisis Pencapaian Target Program Promosi


Kesehatan Menurut Jenis Puskesmas di Kabupaten Tulungagung (Uji
Komperasi Mann Whitney Test - Data Rifaskes, 2011). Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 369–380

Yuniarti, Shaluhiyah, Z., Widjanarko, B. (2012) Kinerja Petugas Penyuluh


Kesehatan Masyarakat dalam Praktek Promosi Kesehatan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Pati. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.
Volume 7, No. 2, Agustus 2012. Diakses dari
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/issue/view/1159

https://beequinn.wordpress.com/nursing/kdk-konsep-dasar-keperawatan/
keperawatan-sebagai-profesi/

https://jodenmot.wordpress.com/2012/12/29/teori-peran-pengertian-definisi/

24
https://lubbna.wordpress.com/2012/11/07/optimalisasi-kan-peran-perawat-
komunitas-dalam-upaya-promosi-kesehatan/

25

Anda mungkin juga menyukai