Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN TB PARU DI CENDANA


RUMAH SAKIT TK. II ROBERT WOLTER MONGISIDI

OLEH:

ADITIYA MOKOGINTA
NIM : 21200001

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


2022
1. Pengertian
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium
tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar
basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection.

2. Etiologi
Bakteri Myobakterium tuberculosis, dengan
ukuran panjang 1-4 µm dan tebal 1,3-0,6 µm,
termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta
tahan asam atau basil tahan asam.

3. Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus


a. Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika,
Eskimo, Negro, Imigran dari Asia Tenggara.
b. Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang

menimbulkan penurunan status kesehatan.


c. Bayi dan anak di bawah 5 tahun.
d. Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip,
terapi steroid & kemoterapi kanker.

4. Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis
bisa masuk melalui tiga tempat yaitu saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang
terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi
melalui udara (airbone) yang cara penularannya
dengan droplet yang mengandung kuman dari orang
yang terinfeksi sebelumnya .(Sylvia.A.Price.1995.hal
754 )
Penularan tuberculosis paru terjadi karena
penderita TBC membuang ludah dan dahaknya
sembarangan dengan cara dibatukkan atau
dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil
TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu
diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa
angin
dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru
dan bersarang serta berkembangbiak di paru- paru.
( dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 )
Pada permulaan penyebaran akan terjadi
beberapa kemungkinan yang bisa muncul yaitu
penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar
melewati getah bening atau pembuluh darah.
Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar
getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah
kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh
yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai
permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya
basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi
dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus
bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi
peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari
pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli
yang terserang mengalami konsolidasi dan
menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil
ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju
kelenjar getah bening regional, sehingga makrofag
yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih
panjang dan yang sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh
limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20
hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya
disebut focus ghon dan bergabungnya serangan
kelenjar getah bening regional dan lesi primer
dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui
pada orang sehat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain
yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,
dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas.Pada proses ini akan dapat
terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun
basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah
atau usus.(Sylvia.A Price:1995;754).
5. Klasifikasi

Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik,


bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor
determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB
Paru dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:

- Dengan atau tanpa gejala klinik


- BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik
positif 1 kali disokong biakan positif 1 kali atau
disokong radiologik positif 1 kali.
- Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:


- Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
- BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
- Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
- Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
- Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif,
menunjukkan serial foto yang tidak berubah.
Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

6. Tanda dan Gejala


a. Batuk lama lebih dari 3 minggu
b. Demam
c. Berat badan menurun
d. Keringat malam
e. Mudah lelah
f. Nafsu makan hilang
g. Nyeri dada
h. Batuk darah
7. Gambaran Klinik

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator”


yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak
kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.
Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak
jelas sehingga diabaikan bahkan kadang- kadang
asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi


2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
i. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Mula-mula bersifat non produktif kemudian
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah
ada kerusakan jaringan.
ii. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak
bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercak-bercak darak, gumpalan darah atau
darah segar dalam jumlah sangat banyak.
Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh
darah. Berat ringannya batuk darah tergantung
dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
iii. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim
paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
iv. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri
pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila
sistem persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik, meliputi:
i. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai
biasanya timbul pada sore dan malam hari
mirip demam influeza, hilang timbul dan
makin
lama makin panjang serangannya sedang masa
bebas serangan makin pendek.
ii. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan,
akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,
sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas
yang cukup dan pada auskultasi memberi
suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura
(perkusi memberikan suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :

- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak

seperti awan dengan batas tidak jelas.


- Pada kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-
bercak padat dengan densitas tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus
untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan
paru karena TB.
d. Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
9. Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat
keperawatan yang perlu dikaji adalah:
a. Aktivitas/istirahat:

Gejala:
- Kelelelahan umum dan kelemahan
- Dispnea saat kerja maupun istirahat
- Kesulitan tidur pada malam hari atau demam
pada malam hari, menggigil dan atau
berkeringat
- Mimpi buruk
Tanda:
- Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
- Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
b. Sirkul
asi
Gejal
a:
- Palpit
asi
Tanda:
- Takikardia, disritmia
- Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)
- Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya
penyimpangan mediastinal
- Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara
dalam mediatinum)
- TD: hipertensi/hipotensi
- Distensi vena jugularis
c. Integritas
ego:
Gejala:
- Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit,
masalah keuangan, perasaan tidak
berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas.
Tanda:
- Menyangkal (khususnya pada tahap dini)
- Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel.
- Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)
d. Makanan dan cairan:
Gejala:
- Kehilangan napsu makan
- Penurunan
berat badan Tanda:
- Turgor kulit buruk, kering, bersisik
- Kehilangan massa otot, kehilangan lemak subkutan
e. Nyeri dan
Kenyamanan:
Gejala:
- Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang
- Nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas
dalam, mungkin menyebar ke bahu, leher atau
abdomen.
Tanda:
- Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
f. Pernapa
san:
Gejala:
- Batuk (produktif atau tidak produktif)
- Napas pendek
- Riwayat terpajan tuberkulosis dengan
individu terinfeksi Tanda:
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Peningkatan kerja napas, penggunaan otot
aksesori pernapasan pada dada, leher, retraksi
interkostal, ekspirasi abdominal kuat
- Pengembangan dada tidak simetris
- Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada
pneumothorax perkusi hiperresonan di atas
area yang telibat.
- Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral
- Bunyi napas tubuler atau pektoral di atas lesi
- Crackles di atas apeks paru selama inspirasi
cepat setelah batuk pendek (crackels
posttussive)
- Karakteristik sputum hijau purulen, mukoid
kuning atau bercak darah
- Deviasi trakeal
-
g. Keamanan:
Gejala:
- Kondisi penurunan imunitas secara umum
memudahkan infeksi sekunder.
Tanda:
- Demam ringan atau demam akut.
h. Interaksi
Sosial:
Gejala:
- Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular
- Perubahan aktivitas sehari-hari karena
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran
i. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat keluarga TB
- Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
- Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
- Tidak berpartisipasi dalam terapi.

10. Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan adanya eksudat di alveolus.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmempuan
memasukkan makanan karena faktor biologi
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.

Anda mungkin juga menyukai