Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCOLOSIS PARU DI POLI PARU

DI RSUD DR.H.MOCH ANSYARI SALEH

BANJARMASIN

Disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Rika Rikana

Nim : 11409717028

Tingkat : II

Semester : 3 (Tiga)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/ TANJUNGPURA

BANJARMASIN

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCOLOSIS PARU
1. DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit suatu penyakit menular langsung yang disebabkan


oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman tubercolosis
meenyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga
menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Irman
Somantri, 2008).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet
nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung
bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas (Widoyono, 2008).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis, (Smeltzer,
2002).
Tuberkulosis merupakan infeksi paru akut atau kronis yang ditandai dengan
infiltrasi paru dan pembentukan granulasi dengan perkijuan, fibrosis, dan kavitasi.
prognosis penyakit ini sangat bagus dengan program pengobatan yang benar dan
lengkap.

2. ETIOLOGI
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas
asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis
aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian
apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil
mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet
infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar
kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya
dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang
kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post
primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang
yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.

3. MENIFESTASI KNILIK
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti
lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul
apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

b. Gejala sistemik lain


Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat
juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
Gejala klinis Haemoptoe:
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara
membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Batuk darah
a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
b. Darah berbuih bercampur udara
c. Darah segar berwarna merah muda
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia kadang-kadang terjadi
f. Benzidin test negatif
2. Muntah darah
a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b. Darah bercampur sisa makanan
c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
d. Darah bersifat asam
e. Anemia sering terjadi
f. Benzidin test positif
3. Epistaksis
a. Darah menetes dari hidung
b. Batuk pelan kadang keluar
c. Darah berwarna merah segar
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia jarang terjadi
4. PATOFISIOLOGI
Port de’ entri kuman microbaterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi
melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman
basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari
satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung
dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam
ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus
bawah.
Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear
tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh
organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi mcajadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
5. PATHWAY
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan memperlihatkan adanya :

 Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun


 Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
 Laju Endap Darah (LED) meningkat terutama pada fase akut, tetapi pada
umumnya nilai-nilai tersebut normal pada tahap penyembuhan.

b. Pemeriksaan Radiologi

 Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru


 Bayangan yang berawan atau berbecak
 Adanya kavitas tunggal atau ganda
 Adanya kalsifikasi
 Kelainan bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
 Bayangan yang menetap atau relatif setelah beberapa minggu

c. Pemeriksaan bakteriologik (sputum)

Ditemukan kuman mikobakterium tuberkulosis dari dahak penderita, memastikan


diagnosis TB paru pada pemeriksaan dahak.

d. Uji Tuberculin

Sangat penting bagi diagnosis tersebut pada anak. Hal positif pada orang dewasa
kurang bernilai.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pada prinsipnya penatalaksanaan TB paru adalah sebabai berikut :

 Perlunya diagnosis yang cepat dan tepat


 Pemakaian paduan obat yang tepat
 Adanya penyakit penyerta lainnya seperti AIDS, DM yang mendapat terapi
immunosupressi, keganasan, gagal hati, gagal ginjal dan sebagainya, semuanya
dapat mempengaruhi dan menghambat TB paru.
 Evaluasi pengobatan lebih ditujukan terhadap konversi sputum, walaupun kemajuan
klinis dan radiologis tetap diperhatikan. Adanya efek samping obat dan timbulnya
resistennya obat harus selalu diwaspadai.
 Pemberian diet TKTP
 Usaha preventif terhadap TB hendaknya ditingkatkan lagi profilaksis, juga terhadap
klien lain yang mempunyai resiko tinggi seperti HIV positif yang mendapat
immunosupresi dan lain-lain. Terutama pada negara yang berpopulasi tuberkulosis
tinggi, jangan di lupakan juga segi pendidikan atau penyuluhan kesehatan pada klien
tentang permasalahan dalam penanggulangan TB ini.

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis paru adalah
sebagai berikut:

1.Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Sekret kental atau sekret
darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal atau faringeal.

2.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan


paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema
bronchial.

3.Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan tubuh
menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan akibat infeksi
yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan
tentang infeksi kuman.

4.Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan,


Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan
kemampuan finansial.

5.Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan:


Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak
lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif.
9. INTERVENSI KEPERAWATAN
12. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, edisi 2, Jakarta: Dirjen
P2M&PL.
Soemantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Merdeka. Jakarta.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Edisi 8, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai