Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS TINNITUS

Disusun oleh:

Kelas J6

IIS HASMAWA. K
MUTAQQIN HAMZAH
RAJUDDIN
SAMLIN
FAJAR ILYAS

STIKES MANDALA WALUYA KENDARI


NON REG KEPERAWATAN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi,
namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh
penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit,
sehingga harus di ketahui penyebabnya. (dr. Antonius HW SpTHT dalam artikel Suara
Keras Sebabkan Telinga Mendenging. Indopos Online).

Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar


bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging,
menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus
menrus atau hilang timbul. (Putri Amalia dalam artikel Gangguan
Pendengaran ”Tinnitus”.FK Universitas Islam Indonesia).

Pada dasarnya telinga berdengung (tinnitus) adalah gangguan pendengaran yang


ditandai dengan keluhan perasaan mendengar bunyi di dalam telinga atau di dalam kepala
yang tidak dihasilkan oleh sumber dari luar. Tinnitus berasal dari kata “tinnire” yang
artinya “membunyikan”.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya antara lain :
1. Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa berdenging
akan hilang.
2. Infeksi telinga tengah dan telinga dalam.
3. Gangguan darah.
4. Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf
pendengaran.
5.  Penyakit meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput meningkat,
menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus.
6. Keracunan obat.
7.  Penggunaan obat golongan aspirin ,dsb.

Tinnitus pada pasien lanjut usia biasanya disebabkan oleh kerusakan pada saraf-saraf
pendengaran/ Sedangkan pada pasien muda dapat disebabkan oleh seringnya mendengar
suara keras , seperti music dengan volume suara yang memekakkan telinga.
Penyebab tinnitus yang paling sederhana adalah menempelnya kotoran telinga
(serumen) di gendang telinga. Biasanya hal ini disebabkan karena kebiasaan mengorek
kotoran telinga dengan cotton bud. Namun hasilnya kotoran keluar sangat sedikit
sebaliknya sisa kotoran yang ada terdorong ke gendang telinga. Untuk mengatasi hal ini,
disarankan untuk jangan mengorek telinga sendiri. Lebih baik datang kepada dokter di
bidang THT secara rutin 6 bulan atau setahun sekali untuk membersihkan telinga.

C. Klasifikasi Tinnitus
Tinnitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada telinga luar, tengah,
telinga dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan letak dari sumber masalah, tinnitus
dapat dibagi menjadi tinnitus otik dan tinnitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga
atau saraf auditoris, kita sebut tinnitus otik, sedangkan kita sebut tinnitus somatik jika
kelainan terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih di dalam area kepala atau leher.
Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu :
 Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh
 Tinnitus frekuensi tinggi (high tone)seperti berdenging
Berdasarkan objek yang mendengar, tinnitus dapat dibagi menjadi tinnitus objektif dan
tinnitus subjektif.
a. Tinnitus Objektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh
pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinnitus objektif biasanya bersifat
vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di
sekitar telinga. Umumnya tinnitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular,
sehingga tinnitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinnitus berdenyut ini
dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan
aneurisma. Tinnitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan
dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot
telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat
menyebabkan timbulnya tinnitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga
tengah.
b. Tinnitus Subjektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh
penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinnitus subjektif bersifat nonvibratorik,
disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-
sel rambut getar sampai pusat pendengaran. Tinnitus subjektif bervariasi dalam
intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai
sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang lain
intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.

Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinnitus dapat dibagi
menjadi tinnitus pulsatil dan tinnitus nonpulsatil.

a. Tinnitus Pulsatil
Tinnitus pulsatil adalah tinnitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut
jantung. Tinnitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-hari. Tinnitus pulsatil
dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular. Kelaianan
vaskular digambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut
nadi atau denyut jantung.
b. Tinnitus nonvaskula
digambarkan sebagai bising klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam
telinga. Pada kedua tipe tinnitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya
menggunakan stetoskop.

D. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya tinitus karena aktivitas elektrik di sekitar auditorius yang


menimbulkan perasaan adanya bunyi, tetapi impuls yang terjadi bukan berasal dari bunyi
eksternal atau dari luar yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls
yang abnormal di dalam tubuh penderita sendiri.

Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan olehberbagai kelainan telinga. Tinitus dapat
terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau
nada tinggi seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul terdengar.

Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi
karenagangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya
berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa
berdenyut atau pulsasi tinitus. Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan
konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba
katar, otitis media, otosklerosis, dan lain-lain. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi
tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus
jugulare.

Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan
denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga
mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba Eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas
membran timpani bergerak dan terjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan
muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada
gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis, maka suara aliran darah akan
mengakibatkan tinitus juga.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinitus subjektif nada tinggi. Pada intoksikasi
obat seperti salisilat, kina, streptomysin, dehidro-streptomysin, garamysin, digitalis,
kanamysin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atau hilang timbul.
Pada hipertensi endolimfatik seperti penyakit Meniere dapat terjadi tinitus pada nada
rendah dan tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai
dengan tuli sensorineural dan vertigo.Gangguan vaskuler koklea terminalis yang terjadi
pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang
menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus atau gangguan
tersebut akan hilang bila keadaannya sudah kembali normal.

E. Tanda Dan Gejala

Keluhan tinnitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral. Serangan tinnitus dapat
bersifat periodik ataupun menetap. Kita sebut periodik jika serangan yang datang hilang
timbul. Episode periodik lebih berbahaya dan mengganggu dibandingkan dengan yang
berifat menetap. Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau tidak dapat
mensupresi bising ini. Tinnitus pada beberapa orang dapat sangat mengganggu kegiatan
sehari- harinya. Terkadang dapat menyebabkan timbulnya keinginan untuk bunuh diri.

Tinnitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif. Dikatakan tinnitus
objektif jika suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dan dikatakan tinnitus
subjektif jika tinnitus hanya dapat didengar oleh penderita.

Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah, pusing, mual
dan mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala berupa telinga
berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul. Denging tersebut
dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi. Sumber bunyi di ataranya
berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan juga akibat
gangguan saraf pendengaran.

F. Diagnosis

Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk memberikan
pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang tepat sesuai dengan penyebab, dan
biasanya memang cukup sulit untuk di ketahui.

Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya kebisingan, perlu


pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada pemeriksaan nada
murni gamabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz. Anamnesis merupakan
hal utama dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus. Hal yang perlu di gali
adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus, apakah ada gejala lain yang menyertai,
seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala neurologik. Pemeriksaan fisik THT dan
otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan juga pemeriksaan penala, audiometri nada
murni, audiometri tutur, dan bila perlu lakkukan ENG.

Untuk mendiagnosis pasien dengan tinnitus, diperlukan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang yang baik.

a.  Anamnesis

Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis tinnitus.
Dalam anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya:

·   Kualitas dan kuantitas tinnitus.

·   Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga.

·   Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu, ataupun
mendesis dan bunyi lainnya.

·   Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari.

·    Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran serta
gangguanneurologik lainnya.
·     Lama serangan tinnitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit
dan setelah itu hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi jika
tinnitus berlangsung selama menit, serangan ini bias dianggap patologik.

·     Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan


sifat ototoksik.

·    Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi.

·    Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik.

·    Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga.

Umur dan jenis kelamin juga dapat memberikan kejelasan dalam mendiagnosis
pasien dengan tinnitus. Tinnitus karena kelainan vaskuler sering terjadi pada wanita
muda, sedangkan pasien dengan myoklonus palatal sering terjadi pada usia muda yang
dihubungkan dengan kelainan neurologi.

Pada tinnitus subjektif unilateral perlu dicurigai adanya kemungkinan neuroma


akustik atau trauma kepala, sedangkan bilateral kemungkinan intoksikasi obat,
presbikusis, trauma bising dan penyakit sistemik. Jika pasien susah untuk
mendeskripsikan apakah tinnitus berasal dari telinga kanan atau telinga kiri, hanya
mengatakan di tengah kepala, kemungkinan besar terjadi kelainan patologis di saraf
pusat, misalnya serebrovaskuler, siringomelia dan sklerosis multipel.

Kelainan patologis pada putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral
pada umumnya bernada tinggi (mendenging). Tinnitus yang bernada rendah seperti
gemuruh ombak adalah ciri khas penyakit telinga koklear (hidrop endolimfatikus).

Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah, pusing, mual
dan mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala berupa telinga
berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul. Denging tersebut
dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi. Sumber bunyi di ataranya
berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan juga akibat
gangguan saraf pendengaran.

b.  Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik, diharapkan sesuai dengan diagram berikut :
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinnitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi
dengan menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan apakah tinnitus yang didengar pasien bersifat subjektif atau
objektif. Jika suara tinnitus juga dapat didengar oleh pemeriksa, artinya bersifat subjektif,
maka harus ditentukan sifat dari suara tersebut. jika suara yang didengar serasi dengan
pernapasan, maka kemungkinan besar tinnitus terjadi karena tuba eustachius yang paten.
Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut nadi dan detak jantung, maka
kemungkinan besar tinnitus timbul karena aneurisma, tumor vaskular, vascular
malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua, maka
kemungkinan tinnitus terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang terganggu.

Pada tinnitus subjektif, yang mana suara tinnitus tidak dapat didengar oleh
pemeriksa saat auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri.
Hasilnya dapat beragam, di antaranya :

·    Normal, tinnitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.

·    Tuli konduktif, tinnitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun


otitis kronik.

·    Tuli sens’orineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem


Evoked ResponseAudiometri). Hasil tes BERA, bisa normal ataupun abnormal.
Jika normal, maka tinnitus mungkin disebabkan karena terpajan bising,
intoksikasi obat ototoksik, labirinitis, meniere, fistula perilimfe atau presbikusis.
Jika hasil tes BERA abnormal, maka tinnitus disebabkan karena neuroma akustik,
tumor atau kompresi vaskular.

Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas,
maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. Dengan
pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan pada saraf pusat.
Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis, infark dan tumor.

G. Penalaksanaan Medis

Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena


psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahinya penyebab tinitus agar
dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Kadang-kadang penyebabnya itu sukar
diketahui. Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :

1) Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan bunyi)


dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat dengan alat bantu
dengar atau tinnitus masker.
2) Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan
pasien bahwa penyakitnya tidakmembahayakan dan bisa disembuhkan, serta
mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus didengarnya setiap saat.
3) Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas.
Berbagai penelitian untuk menemukan jenis obat masih terus dilakukan. Adapun
jenis obat yanag dapat secara konsisten efektif pada pengobatan jangka panjang
belum juga ditemukan.
4) Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat mungkin
tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang diderita
benar-benar parah. Pasien juga di berikan obat penenang atau obat tidur, untuk
membantu memenuhi kebutuhan istirahat, karena penderita tinnitus biasanya
tidurnya sangat terganggu oleh tinnitus itu sendiri, sehingga perlu di tangani, juga
perlu di jelaskan bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di
anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat
penenang juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.

Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar pada model


neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan
medikamentosa bila diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining Therapy.
Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinnitus
dan atau suara lingkungan yang mengganggu. TRT biasanya digunakan jika dengan
medikasi tinnitus tidak dapat dikurangi atau dihilangkan. TRT adalah suatu cara dimana
pasien diberikan suara lain sehingga keluhan telinga berdenging tidak dirasakan lagi. Hal
ini bisa dilakukan dengan mendengar suara radio FM yang sedang tidak siaran, terutama
pada saat tidur. Bila tinnitus disertai dengan gangguan pendengaran dapat diberikan alat
bantu dengar yang disertai dengan masking.

Terapi edukasi juga dapat kita berikan ke pasien. Diantaranya :


·   Hindari suara keras yang dapat memperberat tinnitus.

·    Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan darah
yang merupakan salah satu penyebab tinnitus.

·    Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinnitus seperti kafein dan nikotin.

·    Hindari obat-obatan yang bersifat ototoksik.

·   Tetap biasakan berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari kelelahan

H. Pencegahan

Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut :

 Hindari suara-suara yang bising, jangan terlalu sering mendengarkan suara bising
(misalnya diskotik, konser musik, walkman, loudspeaker, telpon genggam).
 Batasi pemakaian walkman, jangan mendengar dengan volume amat maksimal.
 Gunakan pelindung telinga jika berada di tempat bising.
  Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam.
 Minumlah vitamin yang berguna bagi saraf untuk melakukan perbaikan, seperti
ginkogiloba, vit A dan E.
 Ukur tekanan darah secara rutin.
 Olahraga teratur.
  Istirahat cukup.
 Abaikan bunyi-bunyi yang timbul.
  Hindari stres,
Pathway

Penumpuka Meinere’s
Keracunan obat Perubahan
n serumen
syndrome TD

Penyumbatan
Penurunan Kerusakan Merangsang
telinga
pendengaran nervus VIII nervus VIII

Tuli Konduksi Tuli sensorineural

Kelainan tuba Paparan bisining


Tinnitus
auditiva yg terlalu kuat

Hipersensitivitas
Suara
terus silia
bergemuruh

Merangsang SSP
terus menerus
autophony

Pendengaran Suara berdenging


terganggu

G3 Persepsi Mudah G3 rasa G3 Pola Tidur


sensori : maarah, pusing Nyaman
pendengaran

Resiko cedera

Mudah lelah

G3 nutrisi <
keb.tubuh
Skenario Kasus

Tn K berusia 25 tahun datang ke poli THT dengan keluhan telinga kananya mendengar suara
seperti berdenging sejak seminggu yang lalu.. Tn K mengatakan awal keluhannya di rasakan
sering tetapi lama kelamaan hilang timbul. Klien mengatakan susah tidur. Tn K mengatakan
telinga mendenging terdengar saat istrahat dan lebih parah saat bekerja dan berkurang ketika
suasana tenang. Klien mengatakan pendengarannya dirasakan sedikit menurun. klien
mengatakan awal timbulnya karena klien sering mengorek telinganya sampai kedalam
dengan menggunakan tangan dan klien sering mendengar musik menggunakan headset dan
mendengar suara mesin pabrik ditempat ia bekerja. Riwayat trauma kepala tidak ada. Tn K
mengatakan takut dengan penyakitnya dan harus rajin kontrol ke Poli THT. Nampak
dilakukukan pemeriksaan telinga terdapat serumen. TD 100/80 mmhg, Suhu 36,7 C,
Pernapasan 20x/menit, nadi 72x/menit.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TINNITUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn K
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum nikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : jln Ahmad Dahlan

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Riwayat kesehatan sekarang
Tn K berusia 25 tahun datang ke poli THT dengan keluhan telinga kananya
mendengar suara seperti berdenging sejak seminggu yang lalu
b. Riwayat penyakit sekarang
Tn K mengatakan awal keluhannya di rasakan sering tetapi lama kelamaan
hilang timbul. Klien mengatakan susah tidur. Tn K mengatakan telinga
mendenging terdengar saat istrahat dan lebih parah saat bekerja dan berkurang
ketika suasana tenang. Klien mengatakan pendengarannya dirasakan sedikit
menurun. klien mengatakan awal timbulnya karena klien sering mengorek
telinganya sampai kedalam dengan menggunakan tangan dan klien sering
mendengar musik menggunakan headset dan mendengar suara mesin pabrik
ditempat ia bekerja. Tn K mengatakan takut dengan penyakitnya dan harus
rajin kontrol ke Poli THT.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat trauma kepala tidak ada.
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : composmentis
2. TTV : TD 100/80 mmhg, Suhu 36,7 C, Pernapasan 20x/menit, nadi 72x/menit.
C. Pengkajian sistem pendengaran
a. Daun telinga :
- simetris kiri dan kanan
- Posisi telinga normal
Palpasi
- Tidak terdapat nyeri
- Tidak terdapat pembengkakan
b. Terdapat serumen basah

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 DS : Paparan bising yg terlalu kuat Gangguan rasa nyaman
- Klien mengatakan telinga
kananya mendengar suara Hipersensitivitas sel silia
seperti berdenging
- Tn K mengatakan awal Merangsang SSP terus
keluhannya di rasakan menerus
sering tetapi lama
kelamaan hilang timbul Suara berdenging
- Tn K mengatakan telinga
mendenging terdengar Gangguan rasa nayaman
saat istrahat dan lebih
parah saat bekerja dan
berkurang ketika suasana
tenang.
- Tn K mengatakan takut
dengan penyakitnya dan
harus rajin kontrol ke Poli
THT.
DO :
-.Tampak klien memegang
telinganya
- Klien tampak gelisah
2 DS : Tinnitus Gangguan persepsi sensori:
- Klien mengatakan pendengaran
pendengarannya dirasakan pendengaran terganggu
sedikit menurun
DO : Gangguan persepsi sensori :
- klien nampak kurang pendengaran
mendengar
- Nampak dilakukukan
pemeriksaan telinga
terdapat serumen

3 DS : Paparan bising yg terlalu kuat Gangguan pola tidur


- Klien mengatakan susah
tidur Hipersensitivitas sel silia
- Tn K mengatakan telinga
mendenging terdengar Merangsang SSP terus
saat istrahat menerus
DO :
- Nampak kantung mata Suara berdenging
pada klien
Gangguan pola tidur

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penurunan pendengaranditandai dengan suara
berdenging
2. Gangguan persepsi sensori: pendengaran berhubungan dengan perubahanpenerimaan sensori ditandai
dengan penurunan pendengaran
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa tidak nyaman ditandai denganadanya suara
berdenging
C. RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Gangguan rasa tidak nyaman NOC NIC
berhubungan dengan penurunan 1. Ansiety 1. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
pendengaran ditandai dengan suara 2. Fear level dirasakan selama prosedur
berdenging 3. Sleep deprivation 2. Pahami prespektif pasien terhadap
4. Comfort, Readines for Enchanced situasi stres
Kriteia Hasil 3. Temani pasien untuk memberikan
1. Mampu mengontrol kecemasan kemanan dan mengurangi takut
2. Status lingkungan yang nyaman 4. Identifikasi tingkat kecemasan
3. Kualitas tidur dan istrahat adekuat 5. Bantu pasien mengenal situasi yang
4. Control gejala meimbulkan kecemasan
5. Status kenyamanan meningkat 6. Dorong pasien untuk mengungkapkan
6. Support social perasaan ketakutan, persepsi
7. Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan

2. Gangguan persepsi sensori NOC NOC


pendengaran berhubungan dengan 1. Auditory (cognitive, 1. Kaji fungsi pendengaran klien
perubahan penerimaan sensori orientation,communicative receptive, ability, 2. Jaga kebersihan telinga klien
ditandai dengan penurunan distorted, though control 3. Monitor respon pendengaran klien
pendengaran
Kriteria Hasil 4. Monitor tanda dan gejala penurunan
1. Menjelaskan rencana memodifikasi kerusakan pendengaran klien
pendengaran. 5. Monitor fungsi pendengaran klien
2. Bebas dari bahaya fisik karena penurunan
pendengaran
3. Menunjukan tanda dan gejala persepsi sensori
pendengaran
4. Mampu mengungkapkan fungsi persepsi
sensori dengan tepat
3. Gangguan pola tidur berhubungan NOC NIC
dengan rasa tidak nyaman ditandai 1. Comfort level 1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
denganadanya suara berdenging 2. Rest : extent and pattern 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
3. Sleep : extent and pattern 3. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
Kriteria Hasil tentang teknik tidur pasien
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6 sampai 4. Monitor/catat kebutuhan tidur pasien
8 jam per hari setiap hari dan jam
2. Pola tidur kualitas dalam batas normal 5. Kolaborasi pemberian obat tidur
3. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
4. Mampu mengidentifikasikan hal-hal yang
meningkatkan tidur

4. Implementasi dan Evaluasi


N Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
O
1. Gangguan rasa tidak nyaman 1. Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan S : Klien mengatakan masih
berhubungan dengan penurunan selama prosedur mendengar suara mendenging
pendengaran ditandai dengan suara 2. Memaahami prespektif pasien terhadap situasi stres
berdenging 3. Menemani pasien untuk memberikan kemanan dan O : - Tampak klien memegang
mengurangi takut telinganya
4. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
5. Membantu pasien mengenal situasi yang meimbulkan A : Masalah belum teratasi
kecemasan
6. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan P : Intervensi dilanjutlan
ketakutan, persepsi
7. Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan

2. Gangguan persepsi sensori pendengaran 1. Mengkaji fungsi pendengaran klien S : Klien mengatakan masih kurang
berhubungan dengan perubahan 2. Menjaga kebersihan telinga klien mendengar
penerimaan sensori ditandai dengan 3. Memonitor respon pendengaran klien
penurunan pendengaran 4. Memonitor tanda dan gejala penurunan pendengaran klien O : - klien nampak kurang
5. Memonitor fungsi pendengaran klien mendengar

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutlan

3. Gangguan pola tidur berhubungan 1. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat S : Klien mengatakan susah tidur
dengan rasa tidak nyaman ditandai 2. Menciptakan lingkungan yang nyaman
denganadanya suara berdenging 3. Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik O : - Nampak kantung mata pada
tidur pasien klien
4. Memonitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan
jam A : Masalah belum teratasi
5. Berkolaborasi pemberian obat tidur
P : Intervensi dilanjutlan
Kesimpulan

Tinnitus adalah persepsi suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang
terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar
kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin sering dan
berat maka akan menganggu juga.

Hingga sekarang, penyebab dari tinnitus masih banyak dibicarakan. Tetapi banyak sekali
pendapat mengenai etiologi tinnitus diantaranya:

1. Tinnitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang, seperti trauma kepala dan
Leher dan artritis pada sendi temporomandibular (TMJ).
2. Tinnitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis.
3. Tinnitus karena kelainan vaskular, seperti atherosclerosis, hipertensi, malformasi
kapiler dan tumor pembuluh darah.
4. Tinnitus karena kelainan metabolik.
5. Tinnitus akibat kelainan neurologis.
6. Tinnitus akibat kelainan psikogenik.
7. Tinnitus akibat obat-obatan, seperti obat golongan analgetik, antibiotik, obat-obatan
kemoterapi dan duretik.
8. Tinnitus akibat gangguan mekanik.
9. Tinnitus akibat gangguan konduksi, seperti saat infeksi telinga.
10. Tinnitus akibat sebab lainnya seperti tuli akibat bising, presbikusis, dan penyakit
meniere.

Dalam mendiagnosis tinnitus diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang yang efektif dan lengkap. Dengan melakukan anamnesis yang efektif, maka
diharapkan dapat mengetahui garis besar etiologi dari tinnitus yang dialami pasien. Karena
penatalaksanaan yang baik dari tinnitus akan dapat berlangsung jika etiologinya dapat
diketahui dengan baik.

Secara garis besar, penatalaksanaan tinnitus terdiri dari : 

1. Elektrofisiologik.
2. Psikologik.
3. Terapi medikamentosa.
4. Tindakan bedah.

Terapi yang tak kalah pentingnya adalah terapi edukasi. Edukasi yang diberikan
mencakup masalah diet, olah raga, menghindarkan obat-obatan ototoksik, dan lainnya.
Dengan begitu, diharapkan tinnitus pada pasien dapat berkurang bahkan menghilang.

Saran

Berikut ini adalah beberapa tips untuk menghindari timbulnya tinnitus ataupun mengurangi
gejala tinnitus :

·         Hindari suara keras & suasana berisik.

·         Ukur tekanan darah secara rutin.

·         Kurangi asupan garam.

·         Hindari hal-hal yang menstimulasi tinnitus.

·         Hindari obat-obat yang menimbulkan tinnitus.

·         Olahraga teratur.

·         Istirahat cukup.

·         Abaikan bunyi-bunyi yang timbul.

·         Hindari stres.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Vertigo

http://medicastore.com/penyakit/25/Vertigo.html

http://sehat-enak.blogspot.com/2010/01/penyakit-meniere.html.

Ludman Harold, Petunjuk Penting  Pada Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan,


Hipocrates, Jakarta,2007.

Anda mungkin juga menyukai