Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

HALUSINASI

Disusun Oleh :

YUNI FAWATI, S.Kep


1726051043

Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik

(Ns. Ade Herman SD, S. Kep, MAN)


(................................................... )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2017
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
“HALUSINASI”

I. KASUS ( MASALAH UTAMA )


HALUSINASI
A. Defenisi
1. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi
pada saat individu sadar dengan baik (Stuart & Sundenn, 1998).
Halusinasi atau salah persepsi indrawi yang tidak berhubugan dengan stimulus
eksternal yang nyata, mungkin melibatkan salah satu dari lima indra (Townsend,2002)
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera
seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119).
Halusinasi yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan) pada panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar pada pasien dalam keadaan sadar.
2. Tanda dan Gejala
Menurut (Budi Anna Keliat, 1999), tanda dan gejala pada klien dengan masalah
halusinasi adalah:

 Bicara, senyum dan tertawa sendiri


 Menarik diri dan menghindar dari orang lain
 Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
 Tidak dapat memusatkan perhatian
 Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
takut
 Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
3. Klasifikasi
Ada beberapa jenis halusinasi, Stuart dan Larara 1908 membagi halusinasi menjadi
7 jenis yaitu :

1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)


Adalah perasaan mendengar suara – suara, berupa suara manusia, hewan atau
mesin, barang kejadian alamiah atau musik. (Maramis,2004)
Halusianasi dengar merupakan persepsi sensori yang salah terhadap stimulus
dengar eksternal yang tidak mampu diidentifikasi (Beck and Wiliam,1980).
Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran
individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan
Sundeen,1984).
Karakteristinya meliputi mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering
suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata
yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan  lengkap
antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh
melakukan sesuatu yang kadang-kadang dapat membahayakan.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual , Optik )
Adalah perasaan melihat sesuatu objek tetapi pada kenyataannya tidak ada.
(Maramis,2004)
Karakteristiknya meliputi stimulus visual dalam bentuk kuatan cahaya, gambar
geometrik, gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan
bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3. Halusinasi Penghidu (Olfaktorik)
Adalah perasaan mencium sesuatu bau atau aroma tetapi tidak ada.
(Maramis,2004)
Karakteristiknya meliputi membaui bau tertentu seperti bau darah, kemenyan
atau faeces yang umumnya tidak menyenangkan.
4. Halusinasi Pengcapan (Gustatorik)
Adalah kondisi merasakan sesuatu rasa tetapi tidak ada dalam mulutnya,
seperti rasa logam. (Maramis,2004)
Merasa mengecap, seperti rasa darah, urine, dan faeces
5. Halusinasi Derabaan (Taktil)
Adalah kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari, atau seperti ada ulat
bergerak di bawah kulitnya. (Maramis, 2004)
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan berupa stimulus yang jelas, rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang.
6. Halusinasi Cenesthehe
Dimana klien merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinestetic
Adalah kondisi merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota
badannya bergerak, (Maramis, 2004).
Merasakan pergerakan sementara, berdiri tanpa bergerak
4. Tingkatan (Fase) / Tahapan Halusinasi
Halusinasi dapat dibagi menjadi beberapa tahapan (Dalami,et al, 2009) yaitu :
a. Sleep Disorder
Sleep disorder adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul
halusinasi
Karaktristik:
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut
diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit
karena berbagai stressor terakumulasi dan support system yang kurang dan
persepsi terhadap masalah sangat buruk.
Perilaku :
Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga terbiasa menghayal,
dan menganggap menghayal awal sebagai pemecah masalah.
b. Comforting
Comforting adalah halusinasi tahap menyenangkan : Cemas sedang
Karakteristik
Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti cemas, kesepian, rasa
bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan cemas. Klien cenderung mengenali bahwa pikiran – pikiran
dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika cemas dapat
ditangani.
Perilaku
Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan
berkonsentrasi.
c. Condemning
Condemning adalah tahapan halusinasi menjadi menjijikkan : Cemas berat
Karakteristik
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Klien mungkin merasa dipermalukan oleh pengalaman sensori
dan menarik dari dari orang lain.
Perilaku
Ditandai dengan meningkatnya tanda – tanda sistem syaraf otonom akibat
ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan
darah. Rentang perhatian dengan lingkungan berkurang, dan terkadang asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi
dan realita.
d. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa : Cemas berat
Karaktristik
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami
pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti
Perilaku
Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit berhubungan dengan orang lain,
respon perhatian terhadap lingkungan berkurang, biasanya hanya beberapa detik
saja, ketidakmampuan mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat.
e. Conquering
Conquering adalah tahap halusinasi panik : Umumnya menjadi melebur dalam
halusinasi
Karakteristik
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada
intervensi terapeutik.
Perilaku
Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri atau membunuh. Tindak
kekerasan agitasi, menarik atau katatonik, ketidak mampuan berespon terhadap
lingkungan.

Menurut Habes,dkk. 2004 Halusinasi berkembang menjadi 4 fase :


1. Fase pertama (conforting)
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah, kesepian
klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menglilangkan kecemasan dan stres. Cara ini menolong untuk sementara.
2) Fase kedua (condeming)
Pencemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal. Klien berada pada tingkat “ Listening” pada halusinasi. Pemikian
internal menjadi menonjol. Gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila orang lain mendengar dan klien tidak
mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
3) Fase Ketiga
Halusinasi menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman yang
sementara.
4) Fase Keempat (conquerting)
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien mungkin berada dalam
dunia yang menakutkan dalam waktu yang singkat, beberapa jam atau selamanya.
Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
B. Pohon Masalah

II. Rentang Respon


Menurut stuart dan laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.
a. Pikiran logis
b. Presepsi akurat
c. Emosi konsisten
d. Perilaku sesuai
e. Hubungan sosial harmonis
f. Proses fikir kadang terganggu (Ilusi)
g. Emosi berlebihan/ Kurang
h. Perilaku tidak sesuai/ biasa
i. Menarik diri
j. Isolasi sosial
III. Faktor Predisposisi
Menurut stuart (2007), faktor penyeban terjadinya halusinasi adalah:

A. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berh8bungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif.
B. Psikologis
Keluarga dan lingkungan sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis,
salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
C. Sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realitas seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya, dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

IV. Faktor Presipitasi


Menurut stuart (2007), faktor prespitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
A. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur implamasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterprestasikan.
B. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
C. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
V. Mekanisme Koping
1) Regresi : Menjadi malas beraktivitas
2) Proyeksi : Menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3) Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus
internal. (Stuart, 2007).

VI.Data Yang Perlu Dikaji


Pengkajian merupakan tahap awal dan utama dari proses keperawatan, pengkajian
mereflesksikan isi, proses dan informasi yang berhubungan dengan kondisi bilogis,
psikologis, sosial dan spiritual klien yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan masalah pasien ( Keliat, 2006 ).
Untuk menyaring data di perlukan format pengkajian yang didalamnya berisi:
identitas pasien, alasan masuk rumah sakit, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik,
psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah
psikososial, lingkungan pengetahuan, maupun aspek medik.
1) Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS
( Masuk Rumah Sakit ), informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat
klien.
2) Keluhan Utama
Keluhan biasanya karena keluarga tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku
klien dan hal lain.
3) Faktor predisposisi
Faktor perkembangan terlambat, komunikasi dalam keluarga, faktor sosial budaya,
faktor psikologis, faktor biologis, faktor genetik.
4) Aspek fisik/ biologis
Hasil pengukuran tanda - tanda vital ( TD, nadi, suhu, pernapasan , TB, BB ) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5) Aspek Psikososial
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2. Konsep diri
i. Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi
dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan.
ii. Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
iii. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
putus sekolah, PHK.
iv. Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
v. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
3. Klien mempunyai gangguan/ hambatan dalam melakukan hubungan sosial dengan
orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
4. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk beribadah ( spiritual )
6) Status Mental
Kontak mata klien kurang atau tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang dapat
memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan
orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup. Nilai
penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien
( sedih, takut, khawatir ), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses
pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung.
7) Kebutuhan persiapan pulang.
1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan
dan merapikan pakaian.
3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah
5. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang
orang lain ( lebih sering menggunakan koping menarik diri )
9) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
10) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki
klien disimpulkan dalam masalah.
11) Aspek Medik
Diagnosa medis yang telahdirumuskan dokter.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapi farmakologi ECT, psikomotor, therapi
okopasional, TAK dan rehabilitas.

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Halusinasi
VIII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan

Halusinasi Pasien mampu: Setelah.....x pertemuan, pasien SP 1


dapat menyebutkan :
- Mengenali halusinasi - Bantu pasien mengenal
yang dialami -Isi, waktu, frekuensi, situasi halusinasi (isi, waktu
- Mengontrol halusinasi pencetus perasaan. terjadinya, frekuensi, situasi
- Mengikuti program -Mempu memperagakan cara pencetus perasaan saat
pengobatan mengontrol halusinasinya terjadinya halusinasi)
- Latih mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik.
- Jelaskan cara menghardik
halusinasi
- Peragakan cara menghardik
- Minta pasien memperagakan
ulang
- Masukan dalam jadwal harian
pasien

SP 2

- Evaluasi kegiatan yang lalu (


SP 1 )
- Latih bicara/ bercakap dengan
orang lain saat halusinasi
muncul
- Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP 3

- Evaluasi kegiatan yang lalu


( SP1 dan 2 )
- Latih kegiatan agar halusinasi
tidak muncul
Tahapannya:
 Jelaskan pentingnya
aktivitas yang teratur
untuk mengatasi
halusinasi.
 Susun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih
(dari bangun tidur sampai
tidur malam)
- Susun jadwal sktivitas sehari-
hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih.
SP 4

- Evaluasi kemampuan pasien


yang lalu ( SP 1, 2 dan 3 )
- Tanyakan program kegiatan
- Jelaskan pentingnya
penggunaan obat
- Jelaskan akibat bila tidak
digunakan sesuai program
- Jelaskan cara mendapatkan
obat/berobat
- Jelaskan pengobatan
- Latih pasien minum obat
- Masukkan kedalam jadwal
harian pasien

Keluarga mampu merawat Setelah ... x pertemuan, keluarga SP 1


anggota keluarga yang mampu menjelaskan tentang
mengalami masalah halusinasi halusinasi. - Identifikasi masalah keluarga
dalam merawat pasien dengan
masalah halusinasi
- Jelasakn pengertian halusinasi
- Jelaskan jenis-jenis halusinasi
- Jelaskan tanda dan gejala
halusinasi
- Jelaskan cara merawat pasien
halusinasi(cara
berkomunikasi, pemberian
obat, pemberian aktivitas
kepada pasien)
- Jelaskan sumber-sumber
pelayanankesehatan yang bisa
djangkau
- RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP 2

- Evaluasi kemampuan SP 1
- Latih keluarga merawat
langsung ke pasien
- RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP 3

- Evaluasi kemampuan SP 2
- Latih keluarga merawat
langsung ke pasien
- RTL keluarga/ jadwal
keluarga untuk merawat
pasien

SP 4

- Evaluasi kemampuan kelurga


- Evaluasi kemampuan pasien
- RTL keluarga
 Follow up
 Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Antonim.2008. AskepHalusinasi. Dimuatdalam http://augusfarly.wordpress.com/2008/08/
21/askep-halusinasi/. (Diakses : 8 Agustus 2012)

Anonim.2009. AskepdenganHalusinasi. Dimuatdalam http://aggregator.perawat.web.id [Di
akses : 15 Oktober 2011]

Budi. Ana Keliat. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Dalami,E, Susilawati.,Rochimah.,Suryati,K,R. & Lestari,W 2009. Aushan Keperawatan

Klien dengan Gangguan jiwa : Jakarta : Trans Media

Maramis. W. F. 2005. Catatan Ilmu Kesehatan Jiwa. Surabaya : Air-Langga Univercity

Stuart & Sundeen. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

www.kajianpustaka com, 2013 Pengertian, jenis dan tahapan halusinasi

Anda mungkin juga menyukai